Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Buku Komik Digital untuk


Meningkatkan Keterampilan Membaca Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar

Dosen Pembimbing

Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed, Ph.D. dan Dr. Riska Pristiani, S, Pd, M. Pd.

Oleh :

Siti Latifa Zahara (212103850825)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

Oktober
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan membaca pada siswa kelas 2 termasuk ke dalam tahap membaca


permulaan. Kemampuan membaca siswa pada tahap permulaan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca lanjutan. Tarigan (2015) menjelaskan kemampuan membaca
merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan keterampilan pengenalan
huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik, dan keterampilan yang bersifat pemahaman.
Departemen Pendidikan Nasional (2006) memaparkan bahwa siswa dikategorikan mampu
membaca permulaan apabila siswa mampu membedakan bentuk-bentuk huruf, siswa bisa
mengenali suatu gambar dan huruf, suku kata, dan kata yang merangkai nama dari gambar
tersebut.
Siswa sudah mampu dan mengenal huruf menunjukkan sudah masuk pada tahap
membaca permulaan. Pada tahap membaca permulaan siswa harus memiliki kemampuan
memahami isi bacaan, kemudian juga harus bisa melafalkan tulisan dengan intonasi yang
wajar sebagai suatu pondasi untuk ke tahap membaca lanjut. Pelaksanaan membaca
permulaan pada kelas 2 terdiri dari dua tahap. Abdurrohman (2012) menyatakan yaitu
membaca periode tanpa buku dan membaca menggunakan buku. Pembelajaran membaca
dengan buku dilaksanakan dengan menggunakan media atau alat peraga lain seperti misalkan
gambar, kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Pembelajaran membaca merupakan aktivitas
membaca yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan media seperti buku atau media
lainnya atau saat ini bisa menggunakan gadget yang disertai dengan aplikasi yang
memudahkan siswa dalam membaca.
Sudah banyak penelitian mengenai pembelajaran membaca di kelas rendah. Penelitian
yang dilakukan oleh Muhyidin (2018) menyebutkan bahwa membaca permulaan pada kelas 1
SDN serang 2 kota serang menggunakan beberapa metode, yaitu metode bunyi, metode
abjad, metode suku kata, dan metode kata Lembaga. Metode bunyi diajarkan guru dengan
cara mengenalkan huruf a sampai dengan z melalui pengucapan. Dalam pelaksanaannya
metode bunyi diajarkan secara terus menerus. Pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Metode suku kata
diajarkan dengan langkah awal guru mengenalkan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca, ci,
cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan seterusnya. Terakhir yaitu metode kata lembaga, yaitu guru
memulai dengan kata yang mudah dipahami anak dan sering didengar pada kesehariannya.
Pemilihan metode dalam mengajarkan anak membaca permulaan sangat memberikan
pengaruh terhadap keterampilan membaca anak tersebut. Kumullah (2019) pada
penelitiannya menyebutkan pada saat penerapan metode pembelajaran menggunakan
flashcard bisa menstimulus anak untuk belajar membaca . Simbol-simbol yang dilihat
oleh anak akan diproses ke otak agar mudah dipahami dan keunggulan dari flashcard juga
membantu anak untuk mudah mengingat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, pembelajaran membaca pada
kelas dua masih kurang. Rendahnya pembelajaran membaca pada kelas 2 dikarenakan guru
tidak pernah menggunakan metode dan media dalam pembelajaran. Hal tersebut didukung
oleh fakta yang ditemukan dilapangan yaitu rendahnya keterampilan membaca pada siswa
kelas 2 disebabkan selama pandemi covid19 siswa hanya belajar 3 kali dalam satu pekan dan
tidak terlaksana secara maksimal, kurangnya perhatian guru terhadap siswa, keterbatasan
media pembelajaran dan media elektronik seperti gadget dan gawai, serta kurangnya
partisipasi dan kesadaran orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah. Data penguat
untuk dilakukannya penelitian ini yaitu pada kelas 2 yaitu pada saat proses pembelajaran
siswa banyak yang belum bisa membaca. Siswa belum mengenal dan menghafal abjad, pada
saat membaca masih mengeja, dan terdapat siswa yang membaca secara perlahan sambil
memikirkan kata yang akan dibaca selanjutnya.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi rendahnya keterampilan membaca
permulaan yaitu dengan cara memberikan fasilitas yang memadai untuk anak, mengajak anak
untuk berkunjung ke perpustakaan, sering membacakan buku kepada anak, dan dapat
menggunakan media yang menarik. Salah satu upaya yang bisa peneliti tawarkan untuk
mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan membaca pada siswa kelas 2 di sekolah
tersebut yaitu dengan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter
dunia anak.
Penggunaan media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan
membaca banyak jenisnya. Diantaranya media gambar, kartu gambar dan huruf, big book,
media audio visual, dan buku bacaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2017)
menjelaskan terjadinya peningkatan keterampilan membaca permulaan pada saat siswa
menggunakan media kartu gambar dan huruf. Melalui media kartu gambar minat belajar
siswa meningkat. Pada dasarnya setiap siswa memiliki minat untuk belajar. Akan tetapi
minat tersebut harus diberikan stimulus atau rangsangan terlebih dahulu. Salah satu cara yang
bisa digunakan yaitu dengan menggunakan media yang sesuai dengan apa yang disukai anak.
Sehingga apa yang ingin disampaikan kepada siswa mudah dimengerti, diingat, dan diterima
dengan baik.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan membaca
permulaan di kelas 2 sekolah dasar hanya terbatas dengan penggunaan buku paket tematik
saja. Guru tidak memiliki inisiatif untuk membuat media pembelajaran yang lebih efektif
untuk digunakan bagi anak sekolah dasar dalam membaca permulaan. Buku paket tidak
efektif dijadikan sebagai media pembelajaran. Buku paket seharusnya hanya menjadi sumber
dan pedoman guru untuk memberikan pelajaran.
Media pembelajaran yang cocok ditawarkan untuk anak kelas 2 SD yaitu media
pembelajaran yang bersifat konkret. Tahap berpikir siswa sekolah dasar kelas 2 masuk ke
dalam tahap operasional konkret. Siswa sudah bisa berfikir secara logis, akan tetapi belum
bisa berfikir secara abstrak. Berdasarkan tahap berpikir siswa yang masih abstrak, maka
media pembelajaran yang cocok media yang bersifat operasional konkret dan bisa menarik
minat baca siswa. Salah satu contoh media yang menarik dan dekat dengan dunia anak yaitu
komik. Komik merupakan media yang digunakan untuk mengekspresikan ide dalam bentuk
gambar yang dikombinasikan dengan teks dan biasanya disusun dalam bentuk rangkaian
cerita.
Trimo (dalam Lestari dkk) menjelaskan komik memiliki kelebihan dalam kegiatan
belajar mengajar, diantaranya: Komik menambah perbendaharaan kata kata pembacanya (1)
mempermudah siswa menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak (2) dapat
mengembangkan minat baca anak dan mengembangkan satu bidang studi yang lain (3)
Seluruh jalan cerita komik menuju pada satu hal yakni kebaikan dan studi yang lain (4).
Melihat karakteristik siswa kelas rendah yang cenderung senang bermain dan masih dalam
proses perkembangan untuk melatih keterampilan membaca, menulis, dan menghitung, maka
pemilihan pengembangan buku komik digital adalah salah satu cara yang peneliti tawarkan
untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas 2.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan masalah di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah


sebagai berikut.

1. Bagaimanakah prototipe media pembelajaran berbasis buku komik digital untuk


meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 sekolah dasar ?
2. Bagaimanakah validitas hasil pengujian produk penggunaan media pembelajaran
berbasis buku komik digital untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa
kelas 2 sekolah dasar ?
3. Bagaimanakah kelayakan media pembelajaran buku komik digital untuk dapat untuk
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 sekolah dasar ?
4. Bagaimanakah efektivitas media pembelajaran buku komik digital untuk
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 sekolah dasar ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian dijabarkan sebagai
berikut.
1. Untuk mendeskripsikan prototipe media pembelajaran berbasis buku komik digital
untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 sekolah dasar.
2. Untuk mendeskripsikan validitas hasil pengujian produk penggunaan media
pembelajaran berbasis buku komik digital untuk meningkatkan keterampilan
membaca siswa kelas 2 sekolah dasar .
3. Untuk mendeskripsikan kelayakan penggunaan media pembelajaran berbasisi buku
komik digital untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 1 sekolah
dasar.
4. Untuk mendeskripsikan efektivitas media pembelajaran berbasis buku komik digital
untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 sekolah dasar?

D. Definisi Operasional
1. Keterampilan Membaca Permulaan
Keterampilan membaca permulaan adalah kemampuan siswa mengenal simbol huruf-
huruf secara alfabetis, mampu menyebutkan huruf abjad dari a sampai dengan z, bisa
membaca per suku kata, dan bisa membaca satu kesatuan kata yang utuh.
2. Buku Komik Digital
Buku komik digital adalah media pembelajaran yang berbentuk buku cerita
bergambar yang dapat diakses dengan media elektronik seperti HP dan berisikan
simbol-simbol alfabet, gambar huruf abjad a-z, teks bacaan per suku kata, terdapat
karakter pemeran, teks percakapan yang menjadi serangkaian cerita.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dapat mempermudah siswa dalam belajar membaca untuk tahap membaca permulaan
dari tahap mengenal huruf, membaca per suku kata, per kata sampai dengan membaca
keseluruhan kalimat.
2. Bagi Guru
Media pembelajaran berbasis buku komik digital ini dapat membantu guru untuk
membelajarkan siswa kelas rendah yang belum mampu mengenal dan membaca huruf
serta kalimat secara keseluruhan.
3. Bagi Peneliti
Dengan adanya pengembangan media pembelajaran berbasis buku komik digital ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan.

G. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk pengembangan buku komik digital ini adalah buku komik yang
dikemas dalam jaringan perangkat lunak dan bisa diakses dengan media HP atau laptop.
Pembuatan komik akan menggunakan aplikasi komika yang ada di android. setelah komik
dibuat dengan aplikasi komik tersebut. Untuk langkah selanjutnya yaitu hasil akhir komik
tersebut akan di convert menjadi file pdf agar semua siswa dengan mudah bisa mengakses
produk tersebut tanpa menggunakan aplikasi.
Konten buku komik digital ini berisikan cerita bergambar dan berisikan simbol-
simbol alfabet, gambar huruf abjad a-z, teks bacaan per suku kata, terdapat karakter pemeran,
balon-balon teks huruf, balon-balon percakapan percakapan yang menjadi serangkaian cerita.
Tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berdasarkan pada tema pembelajaran pada siswa
kelas dua semester satu yaitu “Hidup Rukun”.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Media Pembelajaran


1. Pengertian Media pembelajaran
Media adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan. Media
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai wadah dari sebuah pesan. Media dapat
disebut sebagai media pembelajaran apabila terdapat pesan dan tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran adalah alat, sarana, perantara, dan penghubung untuk menyebar,
membawa atau menyampaikan sesuatu pesan (message) dan gagasan, sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perbuatan, minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar terjadi pada diri siswa (Cahyadi, 2019:3). Media
pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar dan merupakan gabungan dari
perangkat lunak (bahan ajar) dan perangkat keras (alat belajar). Sebagai contoh guru
akan mengajarkan siswa untuk mengenal abjad ,maka guru membutuhkan sebuah media
seperti papan tulis untuk menempelkan atau menuliskan simbol huruf.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya media dikelompokkan menjadi tujuh
kelompok meliputi kelompok pertama (1) yang terdiri dari grafis bahan cetak dan
gambar diam (2) kelompok yang kedua terdiri dari media proyeksi diam, (3) kelompok
ketiga : media audio, (4) kelompok empat media gambar hidup/film, kelompok kelima
(5) media audio visual diam (6) keenam media televisi, dan yang ketujuh (7) multimedia
(Ryana, 2012). Contoh media grafis seperti grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, dll.
Contoh media bahan cetak buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram. Contoh
media gambar diam adalah foto. Contoh media proyeksi diam yaitu OHT (Overhead
Transparency ) adalah media visual yang diproyeksikan dengan alat proyeksi yang
disebut OHP (Overhead Projector) contohnya seperti proyektor. Contoh selanjutnya
yaitu media audio seperti radio, tape recorder dan yang lainnya, contoh media audio
visual diam sound slide (slide bersuara) dan film strip bersuara. Contoh media televisi
yaitu televisi terbuka (Open Broadcast Television ) dan contoh multimedia yaitu
gabungan antara media audio, visual, dan teks seperti video interaktif.

2. Fungsi Media Pembelajaran


Pembelajaran di dalam kelas akan cenderung membosankan apabila pola
pembelajaran monoton. Siswa juga sering susah dalam memahami materi pembelajaran
karena guru tidak menjelaskan materi dengan menggunakan alat bantu atau media. Guru
cenderung menjelaskan hanya dengan ceramah. Agar siswa dalam pembelajaran aktif,
senang dan materi yang dipelajari mudah diterima maka menggunakan media bisa
dijadikan sebagai solusi untuk permasalahan tersebut. Media pembelajaran memiliki
begitu banyak fungsi, media pelajaran sangat mempermudah guru dalam menyampaikan
pesan atau materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan
mudah. Secara umum media pembelajaran memiliki fungsi untuk mempermudah
interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan lebih
efisien.
Menurut Muhson (2010) memaparkan manfaat media pembelajaran sebagai
berikut Mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat
mengurangi verbalisme. Misalnya dengan menggunakan gambar, skema, grafik, model,
dan sebagainya. Membangkitkan motivasi, sehingga dapat memperbesar perhatian
individual siswa untuk seluruh anggota kelompok belajar sebab jalannya pelajaran tidak
membosankan dan tidak monoton. Memfungsikan seluruh indra siswa, sehingga
kelemahan dalam salah satu indera (misal: mata atau telinga) dapat diimbangi dengan
kekuatan indera lainnya. Mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita yang sukar
diperoleh dengan cara-cara lain selain menggunakan media pembelajaran. Misalnya
untuk memberikan pengetahuan tentang pola bumi, anak tidak mungkin memperoleh
pengalaman secara langsung. Maka dibuatlah globe sebagai model dari bola bumi.
Demikian juga benda-benda lain yang terlalu besar atau terlalu kecil, gejala-gejala yang
gerakannya terlalu cepat atau terlalu lambat, gejala-gejala/objek yang berbahaya maupun
sukar didapat, hal-hal yang terlalu kompleks dan sebagainya, semuanya dapat diperjelas
menggunakan media pembelajaran.
Manfaat selanjutnya yaitu untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi
langsung antar siswa dengan lingkungannya. Misalnya dengan menggunakan rekaman,
eksperimen, karyawisata, dan sebagainya dapat memberikan uniformity atau
keseragaman dalam pengamatan, sebab daya tangkap setiap siswa akan berbeda-beda
tergantung dari pengalaman serta intelegensi masing-masing siswa. Misalnya persepsi
tentang gajah, dapat diperoleh uniformitas dalam pengamatan kalau binatang itu diamati
langsung atau tiruannya saja dibawa ke depan kelas. Bisa menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. Misalnya
berupa rekaman, film, slide, gambar, foto, modul, dan sebagainya.
Berdasarkan paparan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media pembelajaran memiliki banyak manfaat yaitu bisa mengkonkretkan
konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, memotivasi siswa untuk belajar,
menyeimbangkan fungsi panca indra siswa, terjadinya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, dan dapat menyajikan informasi secara konsisten sehingga dapat
disimpan dan diulang sesuai dengan kebutuhan. Media pembelajaran sangat membantu
baik untuk siswa maupun untuk guru. Proses pembelajaran akan lebih bervariasi
sehingga tidak menyebabkan kebosanan pada siswa.

3. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara siswa dan guru di dalam
suatu ruangan serta memiliki tujuan tertentu. Peranan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Guru dan siswa juga
merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran.
Melalui media pembelajaran dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien. Tafonao (2018) menjelaskan semakin menarik media pembelajaran yang
digunakan maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.
Pada saat ingin menggunakan media pembelajaran seorang guru harus bisa
mempertimbangkan karakteristik siswa dan media dengan materi yang ingin diajarkan.
Sehingga siswa bisa belajar dengan efektif. Di dalam penggunaan media pembelajaran
tentunya guru akan mengalami kendala. Kendala yang sering dihadapi guru adalah
pengkondisian peserta didik dan kesiapan guru itu sendiri. Menurut Rahma (2019)
kendala pengkondisian siswa adalah yaitu menciptakan suasana belajar agar siswa tidak
bosan di kelas. Selain faktor pengkondisian siswa, faktor kesiapan guru juga sangat
mempengaruhi. Meskipun media yang digunakan menarik akan tetapi jika guru tidak
siap dan hanya menjelaskan secara verbal saja maka hal itu juga bisa mengakibatkan
tujuan atau pesan yang ingin disampaikan kepada siswa tidak tercapai.
Tingkat berpikir pada siswa kelas rendah masuk ke dalam tingkat berpikir
operasional konkret, siswa sudah bisa memecahkan masalah konkret dengan berfikir
logis. Penggunaan media pembelajaran adalah pilihan yang tepat dan termasuk ke dalam
salah satu fungsi media pembelajaran tersebut. Pemilihan media pembelajaran yang
tepat harus sesuai dengan kompetensi pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Misalkan pada saat guru ingin mengajarkan materi tentang bentuk bumi guru tidak bisa
hanya menjelaskan dengan kata-kata, akan tetapi guru membutuhkan media agar siswa
bisa paham seperti menggunakan globe atau melalui aplikasi google earth. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ariesta (2018) Menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajaran efektif. Hasil penelitian pengembangan media pembelajaran IPS komik
berbasis masalah dinyatakan valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV pada sekolah dasar Negeri kalimacan. Berdasarkan uji terbatas melalui
analisis N-gain menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,061.

B. Keterampilan Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu kemampuan dasar yang memiliki proses yang
kompleks dan fundamental karena membaca merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk mendapatkan pengetahuan yang lain. Perolehan pengetahuan
siswa sangat bergantung kepada kemampuan membacanya. Apabila siswa memiliki
kemampuan membaca yang baik, maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari
bidang ilmu yang lain dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak di masa depan
(Hasanudin & Puspita, 2017). Membaca juga merupakan keterampilan yang bersifat
terbuka karena memperoleh informasi melalui media tulis. Membaca adalah suatu
keterampilan dasar yang diajarkan pada usia anak sekolah dasar yaitu pada kelas rendah
terutama pada kelas satu. Menurut Pratiwi (2020) membaca merupakan salah satu dari
empat keterampilan membaca dan merupakan suatu komunikasi dalam bentuk tulisan.
Membaca juga merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena dalam membaca
mengikutsertakan symbol grafis yang terdapat pada kata dan kalimat yang memiliki
makna.
Keterampilan membaca juga perlu didasari oleh kemampuan kognitif, karena
proses membaca juga memerlukan operasi kognitif yaitu kemampuan siswa dalam
memfungsikan otaknya untuk berpikir. Dalam proses membaca juga diperlukan
pemusatan perhatian dan pada yang melibatkan kemampuan sensomotorik yaitu
kemampuan siswa dalam melihat, mendengar, dan menyentuh (Pratiwi, 2020). Jadi
membaca dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau kegiatan yang melibatkan proses
yang kompleks dan mendasar pada anak usia sekolah yang melibatkan proses kognitif
dan sensorik anak dalam mengenal simbol grafis pada kata dan kalimat yang bermakna.

2. Kemampuan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas Rendah


Kemampuan membaca adalah suatu kecakapan pada saat siswa melihat suatu
tulisan yang kemudian diungkapkan secara verbal menggunakan lisan. Keterampilan
berbahasa juga mencangkup aspek membaca. Menurut Tarigan (1983) kemampuan
berbahasa mencangkup empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Keterampilan membaca adalah keterampilan dasar yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dengan kemampuan membaca yang dimiliki dapat mengantarkan
seseorang untuk mengasah daya pikirnya menjadi lebih tajam, serta pandangannya
dalam melihat sesuatu yang lebih spesifik serta menambah wawasannya. Keterampilan
membaca menjadi dasar utama proses belajar, melalui membaca siswa dapat
memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa
baik saya nalar, emosi, dan sosialnya. Dengan dikuasainya kemampuan membaca pada
siswa maka siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi, wawasan, dan
pengalaman-pengalaman yang baru.
Kemampuan membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan
kognitif (Aulina, 2016). Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan
penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada
penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu
kata atau kalimat (Rahim, 2008:32). Tahapan membaca permulaan dititikberatkan pada
kesesuaian antara tulisan dan bunyi yang ada, kelancaran dan kejelasan suara, dan
pemahaman isi atau makna (JOBAR, 2003). Pembelajaran membaca permulaan
dijelaskan oleh A.S Broto (1982) yaitu yang dimaksud dengan pengajaran membaca
permulaan yang dapat dinilai dengan membaca gambar, kemudian membaca gambar
yang disertai tulisan dan dilanjutkan dengan membaca tulisan.

3. Pembelajaran Membaca pada Siswa Kelas Rendah


Pembelajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada perkembangan
kemampuan dasar membaca. Tahap membaca pada siswa kelas 2 termasuk ke dalam
membaca permulaan. Menurut Glass dalam Mulyono ada empat langkah dalam
mengajar membaca permulaan yaitu : 1). Mengidentifikasi keseluruhan kata, huruf dan
bunyi kelompok-kelompok huruf, 2). Mengucapkan bunyi-bunyi kelompok huruf dan
huruf, 3). Menyajikan kepada anak huruf atau kelompok huruf dan meminta untuk
mengucapkannya, 4). Guru mengambil beberapa huruf pada susunan kata tertulis dan
anak diminta mengucapkan kelompok huruf yang masih tersusun.
Terdapat empat Profil pembelajaran membaca pada sekolah dasar yaitu (1)
menyimak sambil membaca, dijelaskan isinya, menjawab soal, dan menceritakan isinya,
(2) membaca judul, bergantian membacakan teks, mencari isi paragraf, menjawab
pertanyaan, dan bergantian membacakan teks, (3) membaca keras bersama-sama,
dijelaskan isinya, permainan kata, mencari pokok pikiran, mengerjakan latihan, dan
mengarang berdasarkan gambar, dan (4) membaca dalam hati, berlatih bercerita,
bercerita di depan kelas, dan menuliskan kembali isi cerita (Basuki, 2011). Proses
pembelajaran membaca di kelas rendah dilakukan dengan berbagai teknik, metode dan
media yang menarik perhatian dan menyenangkan siswa agar keterampilan membaca
dapat diperoleh siswa dengan mudah. Siswa kelas rendah biasanya cenderung suka
bermain dan senang apabila dalam belajar menggunakan media-media pembelajaran
yang baru dan menarik, pembelajaran dengan menggunakan media konkret akan lebih
bermakna bagi siswa (Rahman & Haryanto, 2014)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN PENGEMBANGAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengembangan atau
Research and Development (R&D. Metode penelitian pengembangan yaitu suatu cara ilmiah
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, serta akan di uji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2011:407). uji efektivitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu
produk yang akan dikembangkan.
Pada penelitian ini mengadopsi dari teori pengembangan Borg and Gall. Pada teori
pengembangan Borg and gall ini terdiri dari 10 langkah yaitu penelitian pendahuluan/pra
survey, perencanaan penelitian, pengembangan model/produk awal, uji ahli dan pelaksanaan
uji coba lapangan awal, revisi hasil uji lapangan awal/terbatas, pelaksanaan uji lapangan
utama, uji kelayakan, revisi final hasil uji kelayakan dan tahap terakhir yaitu desiminasi dan
implementasi produk akhir. akan tetapi pada penelitian ini hanya menggunakan lima langkah
yaitu Identifikasi masalah dan analisis kebutuhan, perencanaan dan pengembangan produk
awal, uji ahli dan pelaksanaan uji coba lapangan 1 dan revisi awal, uji coba lapangan II dan
revisi, uji kelayakan.
B. PROSEDUR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Identifikasi Masalah dan


Analisis Kebutuhan

Perencanaan dan
Pengembangan Produk Awal

Uji Coba Lapangan 1 Dan


Revisi Produk

Uji Coba Lapangan 2


dan Revisi Produk

Uji Kelayakan Produk

Gambar 3.1 Desain Pengembangan Borg and Gall

1. Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan


Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melakukan identifikasi
terhadap permasalahan yang ada. Setelah dilaksanakannya observasi dan pengamatan
mengenai kemampuan baca permulaan pada siswa kelas 2 SDN 1 Sekotong timur maka
ditemukan seperempat dari jumlah siswa tersebut tidak mengenal abjad, tidak menghafal
abjad, tidak bisa membaca per suku kata, tidak bisa membaca kata, dan tidak bisa membaca
satu kalimat. Pada tahap identifikasi ini juga ditemukan bahwa guru dalam membelajarkan
siswa tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung guru juga tidak pernah menggunakan media pembelajaran, yang mengakibatkan
siswa sulit untuk memahami materi yang dipelajari.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan peneliti menganalisis bahwa pada
siswa kelas 2 SDN 1 Sekotong timur ini membutuhkan media pembelajaran yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar terutama untuk membantu siswa belajar membaca pada
tahap permulaan. Siswa dalam proses belajar membaca sangat memerlukan media, baik
media berupa tulisan atau media gambar, sehingga siswa lebih mudah mengenal dan
mengerti serta membaca huruf dan kalimat. Berdasarkan paparan masalah tersebut peneliti
akan mengembangkan media pembelajaran berupa buku digital berbasisi komik yang
menarik agar siswa bisa belajar dengan semangat dan mudah dimengerti.

2. Perencanaan dan Pengembangan Produk


Informasi yang telah diperoleh dari identifikasi masalah dan analisis kebutuhan
kemudian akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan media
pembelajaran berbasisi buku komik digital. Kegiatan pada tahap ini antara lain (1) menyusun
desain media pembelajaran berbasisi buku komik digital, (2) perancangan desain perangkat
pembelajaran meliputi rancangan pembelajaran dan materi pembelajaran, (3) membuat
kuesioner penilaian produk media pembelajaran berbasis buku komik digital baik dari para
ahli, guru, dan siswa serta kuesioner hasil belajar untuk mengukur kemampuan membaca
siswa kelas 2 SDN 1 Sekotong Timur.
Draf produk yang sudah disusun kemudian dikembangkan melalui FGD. FGD adalah
Focus Group Discussion atau sebuah forum diskusi yang dihadiri oleh peneliti, pakar/ahli,
praktisi, dan responden serta subjek yang terkait dalam pelaksanaan dari produk. Produk
yang dikembangkan kemudian divalidasi oleh ahli atau pakar. Validasi yang akan dilakukan
yaitu validasi oleh ahli media, ahli materi, dan validasi kuesioner penelitian. (kuesioner
penilaian media, kuesioner penilaian materi, dan kuesioner hasil belajar). Validasi oleh ahli
media akan dilakukan oleh dosen ahli media pembelajaran, validasi materi akan dinilai oleh
dosen dari jurusan sastra Indonesia, dan untuk validasi kuesioner hasil belajar akan divalidasi
oleh dosen ahli materi. Peneliti melakukan revisi dari hasil validasi tersebut. Langkah
selanjutnya yaitu produk hasil validasi yang telah direvisi dilakukan uji coba lapangan 1.

3. Uji Lapangan 1 dan Revisi


Pada tahap uji lapangan 1 ini meliputi uji efektivitas media berbasis buku komik
digital, uji validitas, dan reliabilitas kuesioner penelitian. Pada uji coba lapangan 1 akan
dilakukan uji coba kelompok kecil terdiri dari 6 orang responden yaitu siswa sekolah dasar.
Hasil uji coba kelompok kecil yang meliputi saran dan perbaikan dari kekurangan media
berbasis buku komik digital , maka peneliti akan melakukan revisi produk kembali. Apabila
produk hasil dari uji coba kelompok kecil sudah direvisi maka tahap selanjutnya yaitu
melakukan uji coba lapangan 2. Jadi, pada tahap uji lapangan dan revisi produk ini dihasilkan
media pembelajaran yang sudah valid, perangkat pembelajaran (RPP) yang akan digunakan
sudah valid, dan kuesioner penelitian yang sudah memiliki validitas.
4. Uji Lapangan II dan Revisi
Hasil perbaikan dari revisi uji lapangan I akan diujicobakan pada Uji lapangan II dan
dilaksanakan dengan cakupan yang lebih luas. Jumlah responden pada tahap ini yaitu
berjumlah 30 orang siswa. Hasil uji coba pada tahap dua ini akan dijadikan sebagai revisi
akhir dari media pembelajaran berbasis buku komik digital.
5. Uji Kelayakan Produk
Pada tahap ini lebih disempurnakan lagi produk yang sudah dikembangkan
berdasarkan hasil uji lapangan I dan uji lapangan II. Produk hasil uji coba lapangan II diuji
efektivitas dan menghasilkan produk final. Dan pada tahap ini diharapkan sudah
menghasilkan produk yang memiliki efektivitas yang tinggi dan bisa
dipertanggungjawabkan. Untuk menguji efektivitas media pembelajaran berbasis buku komik
digital ini menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 20003).


∑ X x 100 %
P= ❑

Keterangan:
P : Persentase kelayakan
∑X : Jumlah total jawaban skor validator
∑ Xi : Jumlah skor jawaban tertinggi

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

NO RUMUSAN MASALAH DATA YANG TEKNIK TEKNIK


DIPERLUKAN PENGUMPULAN ANALISIS
DATA DATA

1. Bagaimanakah prototipe 1. Konten (Isi Analisis konten isi/ Deskripsi


materi buku komik
media pembelajaran buku komik
digital
berbasis buku komik digital digital ) yang
Mendesain
untuk meningkatkan berisi cerita
storyboard
keterampilan membaca berdasarkan
siswa kelas 1 sekolah tema (susunan
dasar ? cerita, balon
percakapan,
pemeran
pemain, teks
narasi cerita).
2. Aplikasi
komika (untuk
menyusun
komik)

2. Bagaimanakah validitas 1. Skor validitas 1. Angket Uji validitas


skor yang
hasil pengujian produk angket penilaian penilaian
sudah
penggunaan media produk oleh ahli produk ahli didapatkan
pembelajaran berbasis buku media. media.
komik digital untuk 2. Skor validitas 2. Angket
meningkatkan keterampilan angket oleh ahli penilaian
membaca pada siswa kelas materi. produk ahli
1 sekolah dasar ? media

3. Bagaimanakah kelayakan 1. Jumlah skor 1. Angket
∑ X x 100 %
media pembelajaran buku total validitas penilaian P= ❑

komik digital untuk dapat angket produk ahli
untuk meningkatkan penilaian media.
keterampilan membaca produk oleh 2. Angket
siswa kelas 1 sekolah ahli media dan penilaian
dasar ? materi produk ahli
media

4. Bagaimanakah efektivitas 1. Jumlah skor tes 1. Soal tes Uji beda


membaca
media pembelajaran buku membaca (mean ) jumlah
permulaan.
komik digital untuk (kelompok skor tes
meningkatkan keterampilan kecil ) setelah membaca pada
membaca siswa kelas 1 digunakannya kelompok kecil
sekolah dasar ? media. dan kelompok
2. Jumlah skor tes besar.
membaca
(kelompok
besar) setelah
digunakannya
media

DAFTAR RUJUKAN

Aulina, C. N. (2016). Pengaruh Permainan Dan Penguasaan Kosakata Terhadap


Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5- 6 Tahun. PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan. https://doi.org/10.21070/pedagogia. v1i2.36 Fadli, Moham
Ariesta, F. W., & Kusumayati, E. N. (2018). Pengembangan Media Komik Berbasis Masalah
Untuk Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 3(1), 22-33.
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Bumi Aksara: Jakarta.
A.S Broto. 1982. Metodologi Proses Belajar Mengajar Berbahasa. Solo : Tiga Serangkai
Basuki, I.A. 2011. Profil Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar. Jurnal
Sekolah Dasar. Th. 20 No. 2 November 2011.
Cahyadi, A. 2019. Pengembangan Media dan sumber Belajar: Teori dan Prosedur. Kota
Serang Baru (KSB): Penerbit Laksita Indonesia
JOBAR, N. A. (2003). Pendekatan Dalam Pengajaran Membaca Permulaan : Satu Tinjauan.
Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Kharisma, G. I., & Arvianto, F. (2019). Pengembangan aplikasi android berbentuk
education games berbasis budaya lokal untuk keterampilan membaca permulaan bagi
siswa kelas 1 SD/MI. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar Dan
Pembelajaran, 9(2), 203.
Muhson, A. (2010). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jurnal
pendidikan akuntansi indonesia, 8(2).
Mulyono, Abdurrachman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Pratiwi, C. P. (2020). Analisis keterampilan membaca permulaan siswa Sekolah Dasar: studi
kasus pada siswa kelas 2 sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Edutama, 7(1), 1-8.
Rahma, F. I. (2019). Media Pembelajaran (kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan
Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran bagi Anak Sekolah Dasar). Jurnal
Studi Islam: Pancawahana, 14(2), 87-99.
Ryana, C. 2012. Media pembelajaran. Jakarta : Kementerian Agama RI
Rahim, F. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahman, B., & Haryanto, H. (2014). Peningkatan keterampilan membaca permulaan melalui
media flashcard pada siswa kelas I SDN Bajayau Tengah 2. Jurnal Prima
Edukasia, 2(2), 127-137.
Tarigan. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tafonao, T. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar
mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103-114.

Anda mungkin juga menyukai