Anda di halaman 1dari 12

Development of Comics Based on a Communicative Approach in Indonesian Language

Learning to Improve Reading Ability in Grade 3 Elementary School (SD) Students

Pengembangan Komik Berbasis Pendekatan Komunikatif Pada Pembelajaran Bahasa


Indonesia Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
(SD)

1
Laura Renita, 2M. Dafa Ananda, 3Renni Ramadhani Lubis M.Pd

STKIP Al Maksum Langkat

renitalaura08@gmail.com, dafaananda67003@gmail.com, renniramadhani@stkipalmaksum.ac.id

Abstract

This research aims to develop appropriate and effective comic media to improve reading
comprehension skills in Indonesian language subjects in class III of elementary school (SD). In
Indonesian language learning activities, children's story material, reading comprehension aspects in
class III elementary school still use reading text media as the only reference used. The solution that
researchers offer is developing comic media in learning. The type of research used is research and
development which adapts the ADDIE model. Data collection techniques use observation, pretest-
posttest, interviews, and questionnaires. Data analysis techniques use qualitative data analysis and
quantitative descriptive statistics. The results of the material expert assessment obtained an average
score of 4.56 (very decent). The results of the media expert assessment obtained an average score of
4.59 (very decent). The test results obtained very feasible criteria, namely the initial trials obtained an
average score of 4.2 (very feasible), the results of the main trials obtained an average score of 4.32
(very feasible), and the results of operational field trials obtained an average of average score 4.43
(very decent). Meanwhile, the results of the teacher practitioner trials obtained an average score of
4.74 (very decent). In order to find out that comic media can improve students' reading
comprehension skills, pretest and posttest questions were used. According to data tabulation, it is
known that the average pretest score was 53.82, then there was an increase in the average posttest
score from 17.38 to 71.20. The calculation of the results of improving students' reading
comprehension skills uses a Gain Score of 0.376. medium improvement category. The final media
for this research is comics to improve students' reading comprehension skills.

Keywords: Language, Indonesian, Media, Comics, Communicative Approach


Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengembangkan media komik yang layak dan efektif untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas III
Sekolah Dasar (SD). Pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita anak aspek
membaca pemahaman di kelas III SD masih menggunakan media teks bacaan sebagai satu-satunya
acuan yang digunakan. Adapun solusi yang peneliti tawarkan yaitu mengembangkan media komik
dalam pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (Research
and Development) yang mengadaptasi model ADDIE. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, tes pretest-postest, wawancara, dan angket. Teknik analisis data menggunakan analisis
data kualitatif dan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penilaian ahli materi diperoleh rata-rata skor
4,56 (sangat layak). Hasil penilaian ahli media diperoleh rata-rata skor 4,59 (sangat layak). Hasil uji
coba memperoleh kriteria sangat layak yaitu uji coba awal memperoleh rata-rata skor 4,2 (sangat
layak), hasil uji coba utama memperoleh rata-rata skor 4,32 (sangat layak), dan hasil uji coba
lapangan operasional memperoleh rata-rata skor 4,43 (sangat layak). Sedangkan hasil uji coba
praktisi guru memperoleh rata-rata skor 4,74 (sangat layak). Guna mengetahui media komik dapat
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa, digunakan soal pretest dan postest. Sesuai
tabulasi data diketahui jumlah skor rata-rata nilai pretest sebesar 53,82, kemudian mengalami
peningkatan pada skor rata-rata nilai postest sebesar 17,38 menjadi 71,20. Perhitungan hasil
peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa menggunakan Gain Score sebesar 0,376.
kategori peningkatan sedang. Media akhir penelitian ini berupa komik untuk meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman siswa.

Kata kunci: Bahasa, Indonesia, Media, Komik, Pendekatan Komunikatif

PENDAHULUAN

Pendidikan bahasa Indonesia terdiri atas empat aspek keterampilan berbahasa yang berarti, di
antara lain ialah keterampilan mendengar, berbicara, membaca, serta menulis. Tarigan ( 2015,hlm. 1)
menjelaskan kalau tiap-tiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
yang yang lain. Pada dasarnya keempat keterampilan tersebut mempunyai peranan berarti dalam
penyampaian materi, tetapi dalam pemakaian bahasa selaku proses komunikasi tidak bisa dipisahkan
antara satu keterampilan dengan keterampilan yang yang lain. Keterampilan membaca ialah salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang ada dalam kurikulum pendidikan. Keterampilan membaca
senantiasa terdapat dalam tiap tema pendidikan. Nurhadi ( 1995, hlm. 340) membaca merupakan
mengenali simbol- simbol serta mengasosiasikan dengan arti. Tujuan membaca untuk siswa yaitu
memperoleh informasi baru dari suatu yang berbentuk tulisan ataupun teks yang sedang dibaca oleh
tiap peserta didik.
Dengan membaca diharapkan siswa dapat menguasai arti teks yang di informasikan oleh si
penulis. Tujuan lain dari keterampilan membaca juga dapat menambah pengetahuan/informasi, untuk
menanggapi sesuatu persoalan / pertanyaan, serta dapat membuat simpulan dari sesuatu wacana.
Membaca pemahaman ialah salah satu aktivitas yang berarti selaku upaya buat mendapatkan
pengetahuan, data, ataupun hanya mendapatkan hiburan. Bagi Burns, dkk ( 2008, hlm. 1)
keterampilan membaca ialah suatu yang vital dalam sesuatu warga terpelajar. Buat itu, supaya siswa
mempunyai keahlian membaca uraian perlunya dilatih lewat lembaga pembelajaran. Keterampilan
membaca pemahaman ialah bekal serta kunci keberhasilan seseorang siswa dalam menempuh proses
pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dicoba siswa lewat kegiatan membaca, dalam perihal
ini membaca pemahaman. Ilmu yang diperoleh siswa tidak cuma didapat dari proses belajar
mengajar di sekolah, namun pula lewat aktivitas membaca dalam kehidupan siswa tiap hari.

Oleh sebab itu, keinginan membaca serta keahlian menguasai isi teks jadi prasyarat berarti
untuk kemampuan serta kenaikan pengetahuan siswa. Adapun indikator dari membaca pemahaman
menurut Abidin (dalam Fathonah, hlm 171) adalah sebagai berikut: pembaca memberikan respon
secara fisik terhadap perintah membaca; pembaca memilih alternatif bukti pemahaman (baik secara
lisan maupun tulisan); mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya; mampu
menjawab pertanyaan tentang isi bacaan; mampu menggaris bawahi atau mencatat pesan-pesan
penting yang terkandung dalam bacaan; mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu
menyusun bagian akhir cerita (khusus untuk bacaan fiksi); mampu membuat wacana serupa dengan
wacana yang dibacanya (menuliskan berdasarkan versi membaca); mampu memainkan peran cerita
yang dibacanya; mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain yang
mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.

Oleh sebab itu, supaya bisa menuntaskan permasalahan mengenai minimnya keterampilan
membaca pemahaman siswa, butuh terdapatnya media yang cocok dengan karakteristik siswa. Maka
penulis bermaksud untuk membuat suatu media komik digital agar dapat meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman siswa. Hal yang mendorong pemilihan media ini sebab komik digital
merupakan media yang mempermudah siswa dalam menguasai teks secara merata dengan dilengkapi
gambar yang membagikan kemudahan untuk siswa buat menguasai arti yang tersirat pada teks
tersebut. Terpadunya antara teks cerita serta gambar, akan memudahkan siswa dalam mengolah isi
dari cerita yang dibaca. Sehingga siswa sanggup merumuskan isi dari cerita yang sudah dibaca serta
dimengerti.

Dengan memakai media komik digital, diharapkan bisa menghasilkan pendidikan yang aktif,
kreatif, serta inovatif dan bisa mempermudah siswa dalam menguasai suatu materi yang di
informasikan.

Dari permasalahan serta kenyataan yang ditemui tersebut, penulis memfokuskan riset ini untuk
menuntaskan permasalahan dengan membuat media komik digital. Perihal tersebut diperuntukan
agar dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III sekolah dasar. Dari
simpulan tersebut penulis melakukan riset pengembangan DnD (Design and Development Research)
dengan mengangkut judul “Pengembangan Komik Berbasis Pendekatan Komunikatif Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelas 3
Sekolah Dasar (SD)”. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengenali media yang dibutuhkan
dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar. Adapun
secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan rancangan media komik digital untuk meningkatkan keterampilan


membaca pemahaman siswa kelas III Sekolah Dasar.

2. Mendeskripsikan validasi media komik digital untuk meningkatkan keterampilan membaca


pemahaman siswa kelas III Sekolah Dasar.

3. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan media komik digital untuk meningkatkan keterampilan


membaca pemahaman siswa kelas III Sekolah Dasar.

Secara teknis bahasa adalah seperangkat ujaran yang memiliki arti atau makna yang
dihasilkan dari alat ucap. Pengertian secara praktis bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota
masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna. Sehingga dapat dikatakan bahwa
bahasa memiliki dua aspek yaitu sistem (lambang) bunyi dan makna. Pembelajaran adalah proses,
cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar menurut KBBI adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau anggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Tarigan (dalam Samsiyah, 2016, hlm.11)
pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses mencapai tujuan
khusus pembelajaran. Adapun karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya adalah:
setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan siswa; setiap kegiatan pembelajaran berkaitan
dengan kegiatan berbahasa; setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja dan dapat
dikembangkan secara kreatif; dan setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen proses
belajar mengajar (PBM) dan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), keterampilan proses serta
pendekatan komunikatif.

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dasar dari mulai kelas
1 sampai dengan kelas 6. Sehingga dapat dibagi menjadi pembelajaran kelas rendah dan kelas tinggi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah dan kelas tinggi memiliki kekhasan masing-masing.
kekhasan ini tampak dari pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan tematik.
Kekhasan pada materi pelajaran bahasa Indonesia dibuat agar tujuan pengajaran bahasa Indonesia
tercapai yaitu. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik
secara lisan maupun tertulis; menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa Negara; memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan; menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa; menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum merdeka menggunakan pendekatan


berbasis teks. Teks dapat dibagi menjadi dua yaitu teks tertulis maupun teks lisan. Teks adalah
ungkapan pikiran manusia yang lengkap dan didalamnya memiliki situasi keadaan yang bersifat
konteks. Untuk itu maka pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks karena teks merupakan
satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap dan mempelajari soal makna atau
bagaimana memilih kata yang tepat. Sehingga peran pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
pengintegrasi ilmu/mata pelajaran lain dapat dicapai. Membaca terdapat berbagai macam jenisnya.
Di sekolah dasar membaca dibagi menjadi membaca permulaan dan membaca lanjut atau membaca
pemahaman. Membaca permulaan dilakukan di kelas I dan II, sedangkan membaca lanjut dilakukan
di kelas III, IV, V, dan IV. Membaca pemahaman merupakan tahapan membaca yang lebih tinggi
setelah membaca permulaaan.

Menurut Fahrudin (dalam Hidayah, 2016) membaca pemahaman adalah kesanggupan


memahami ide atau isi pesan yang tersurat maupun tersirat yang hendak disampaikan penulis melalui
teks bacaan atau bahasa tulis. Menurut Sujianto (dalam Hidayah, 2016) membaca pemahaman adalah
salah satu jenis membaca di antara macam-macam membaca yang jumlahnya cukup banyak.
Membaca pemahaman sebagai salah satu macam membaca memiliki tujuan memahami isi bacaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses
pemerolehan makna yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca
serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dalam penelitian ini keterampilan membaca pemahaman
ditekankan pada kemampuan siswa untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Keterampilan
membaca pemahaman ini dilakukan untuk memahami hal penting dari bahan bacaan, mengetahui
ide pokok, dan seluruh pengertian. Tarigan (2015, hlm. 40) mengatakan bahwa membaca
pemahaman termasuk kedalam jenis membaca telaah isi karena menelaah isi suatu bacaan menuntut
ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam
bahan bacaan.

Adapun semakin tinggi tiap tingkatan yang dikuasai maka semakin berbeda pengetahuan
yang diperolehnya. Menurut Yang & Wu (dalam Sudiyanto dkk, 2021) penggunaan komik digital
dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai isi pelajaran, menambah keinginan siswa dalam
mengeksplorasi dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sehingga pembelajaran melalui komik
digital akan lebih mudah dipahami oleh siswa dan memudahkan proses belajar menjadi lebih
menyenangkan. Nur’aini (dalam Eni Fariyatul Fahyuni, dkk, 2017, hlm 21) mengungkapkan
mengenai hal yang berkaitan dengan komik, bahwa pada alam pikir anak, yaitu gambar. Pada alam
pikir anak dapat berarti juga dengan kata lain adalah bahasa gambar. Tentang informasi yang peserta
didik terima, dapat dipikirkan dalam bentuk konkret. Bentuk konkret sendiri yaitu dari bentuk yang
sesuai dengan pemikirannya.

Pada media komik yang dibuat zaman sekarang banyak disukai anak Sekolah Dasar karena
komik melalui identifikasi dan karakter di dalam komik. Ketika peserta didik membaca komik ia
akan memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapatkan wawasan yang luas terutama mengenai
masalah pribadi dan sosialnya, komik dapat menarik imajinasi peserta didik, komik mudah dibaca,
bahkan peserta didik yang kurang mampu membaca sekalipun akan dapat memahami arti dari
gambar tersebut. Tahap perkembangan anak menurut Piaget, siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
operasional konkret yaitu pada usia 7-12 tahun. Anak-anak pada tahap ini mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep belajar dan membuat keputusan yang praktis dan masuk akal.
Untuk itu diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar,
yang bercirikan pada visualisasi materi dengan ilustrasi gambar, menambah pengetahuan
pemahaman, dan dapat menarik siswa untuk belajar.

Sehingga salah satu media yang tepat digunakan karena disertai dengan ilustrasi gambar
adalah media komik. Sejalan dengan pemikiran Prastowo (dalam Ariesta, 2017) media komik
dapat diartikan sebagai media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk cerita bergambar yang dapat
menambah kejelasan konsep-konsep dan dapat mengkonstruksi pengetahuan pada siswa. Sebagai
salah satu media visual, komik tentunya memiliki kelebihan yang dapat digunakan dalam kegiatan
proses belajar mengajar. Adapun kelebihan media komik Menurut Trimo (dalam Suci Lestari,dkk.
2009) :

1. Dapat menambah kosa kata bagi pembacanya,

2. Mempermudah siswa menangkap hal-hal atau inti dari tujuan penulis,

3. Dapat mengembangkan minat baca anak akan bidang studi yang disukainya,

4. Dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/amanat kebaikan pada jalan cerita komik.

Pendekatan komunikatif harus mencangkup semua keterampilan berbahasa. Metode ini


menitikberatkan pada terjadinya komunikasi selama proses belajar berlangsung. Richards dan
Rodgers dalam Fachrurrozi dan Mahyudin (2016: 89) menjelaskan tiga prinsip pengajaran bahasa
yang melandasi metode komunikatif ini. Semua kegiatan bahasa yang melibatkan peserta didik
secara aktif dalam kegiatan komunikasi bisa mempermudah terjadinya proses pembelajaran
bahasa.Dengan demikian belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hal tersebut merupakan
penjelasan dari prinsip komunikasi. Setelah prinsip komunikasi, terdapat prinsip tugas.Prinsip
tersebut menyatakan bahwa proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik apabila kegiatan-
kegiatan berbahasa ditujukan kepada penyelesaiaan tugas-tugas yang bermakna. Prinsip yang
terakhir adalah Prinsip kebermaknaan. Prinsip tersebut menyatakan bahwa bahasa yang digunakan
harus bisa memberi makna kepada peserta didik untuk mendukung berlangsungnya proses
pembelajaran.

Tujuan pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif adalah mengembangkan


kompetensi peserta didik dalam berkomunikasi dalam bahasa target dalam konteks komunikatif yang
sesungguhnya. Tujuan pengajaran bahasa dengan metode ini menurut Fachrurrozi dan Mahyudin
(2016: 89) tidak ditekankan pada penguasaan gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduksi
ujaran dalam bahasa target yang sesuai dengan konteks. Untuk bisa memiliki kemampuan tersebut,
peserta didik membutuhkan pengetahuan tentang bentukbentuk, maknda, dan fungsi-fungsi bahasa.
Mereka harus mampu memilih bentuk, makna , dan fungsi bahasa mana yang paling sesuai untuk
dipakai berdasarkan konteks.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam model Research and Development (R&D). Penelitian dan
Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata,
2013:164). Hasil dari penelitian ini berupa produk media pembelajaran komik untuk meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian dilakukan di kelas III Sekolah Dasar. Produk yang dikembangkan dilakukan
berdasarkan prosedur ADDIE. Objek dalam penelitian ini adalah media pembelajaran komik untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ada dua
macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik test dan non test.

Untuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar pedoman observasi,
angket ahli media, angket untuk ahli materi, angket untuk siswa, dan angket keterampilan membaca
pemahaman,. Pengujian instrumen dilakukan dengan menggunakan validitas isi, yakni dengan
membandingkan isi instrumen dengan teori yang ada. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes unjuk
kerja membaca pemahaman. Selanjutnya untuk uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji
kehandalan tes unjuk kerja membaca pemahaman adalah melalui reliabilitas antar-rater ( interater
reliability). Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus
atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil (Arikunto,
2002:236). Analisis data dilakukan dengan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif guna
menjawab rumusan masalah penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosedur pengembangan media komik menggunakan model pengembangan ADDIE yang


terdiri dari lima tahap:

a. Analysis

Produk yang sesuai dikembangkan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan


membaca pemahaman adalah komik. Media komik merupakan susunan ilustrasi-ilustrasi gambar
yang menerangkan suatu cerita dan memberikan hiburan kepada pembaca. Isi cerita dari komik
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran, yaitu untuk meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman. Komik dapat menjadi media yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman pada materi membaca cerita anak yang diilustrasikan , sehingga
menjadi lebih menarik. Demikian siswa akan lebih mudah memahami isi cerita dengan lebih
menyenangkan, sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa akan meningkat.

b. Design

Peneliti merancang konsep yang akan dimuat dalam komik, kemudian mengumpulkan materi
yang berkaitan dengan membaca pemahaman sesuai dengan silabus pembelajaran di SD kemudian
disusun. Membuat ringkasan cerita atau prolog untuk menerukan jumlah tokoh serta karakternya.
Ringkasan cerita tersebut kemudian digunakan untuk menyusun alur cerita dan pembuatan ilustrasi
gambar. Isi cerita disesuaikan dengan materi membaca cerita anak yang telah disusun. Pembuatan
ilustrasi dilakukan menggunakan dua aplikasi yang berbeda autodesk sketchbook android untuk
membuat ilustrasi gambar dengan komponen ruang panel, balon kata, latar tempat, ekspresi tokoh
dan Adobe Photoshop CS5 untuk editing teks pada komik. Pembuatan gambar dilakukan berdasarkan
storyline.

Media komik memuat sampul depan komik, salinan sampul depan, daftar isi, petunjuk
pengguanaan, indikator pembelajaran, karakter tokoh, sampul cerita pertama, cerita pertama, amanat
cerita, soal postest, sampul cerita pertama, cerita pertama, amanat cerita pertama, soal postest
pertama , sampul cerita kedua, cerita kedua, amanat cerita kedua, soal postest kedua , sampul cerita
ketiga, cerita ketiga, amanat cerita ketiga, soal postest ketiga, sampul cerita keempat, cerita keempat,
amanat cerita keempat, soal postest keempat, sampul cerita kelima, cerita kelima, amanat cerita
kelima, soal postest kelima, profil pengembang, sampul belakang komik beserta prolognya.
Komik terdiri 46 halaman, di setiap halaman terdapat materi membaca cerita anak yang mengandung
unsur pendidikan karakter. Konsep yang telah dirancang secara matang, kemudian disusun untuk
dijadikan produk komik yang berbentuk buku.
c. Development

Media komik yang telah dicetak kemudian diuji kelayakannya oleh ahli materi dan ahli
media. Hasil penilaian kelayakan media komik oleh ahli materi memperoleh rata-rata skor sebesar
4,59 yang termasuk dalam kategori sangat layak. Ahli media memperoleh rata-rata skor sebesar 4,68
yang termasuk dalam kategori sangat layak. Kesimpulan dari penilaian media tersebut adalah bahwa
media komik layak digunakan dalam proses pembelajaran, dikatakan layak karena semua aspek
penilaian sudah dapat terpenuhi.

d. Implementation

Tahap implementasi dilakukan oleh praktisi pembelajaran yaitu guru kelas III SD dan siswa
kelas III SD sejumlah 17 orang, karena peneliti ingin mengetahui penilaian respon media dari guru
dan siswa selaku sebagai komik. Implementasi terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) uji coba awal, oleh
dua siswa dengan tingkat prestasi berbeda; 2) uji coba utama, oleh enam siswa dengan tingkat
prestasi berbeda; dan 3) uji coba lapangan operasional. oleh seluruh siswa kelas IV. Guru membantu
peneliti dalam mengawasi dan mengarahkan jalannya pembelajaran, sehingga implementasi media
komik dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Hasil penilaian respon media komik oleh siswa pada uji coba awal memperoleh rata-rata skor
sebesar 4,20 yang termasuk dalam kategori sangat layak. Siswa pada uji coba utama memperoleh
rata-rata skor sebesar 4,32 yang termasuk dalam kategori sangat layak. Siswa pada uji coba lapangan
operasional memperoleh rata-rata skor sebesar 4,43. Guru memberikan respon pada media komik
memperoleh rata-rata skor sebesar 4,68 untuk aspek materi dan 4,80 untuk aspek media yang
termsuk dalam kategori sangat layak. Sesuai hasil angket respon yang mendapatkan rata-rata skor
sangat layak, tidak heran bahwa siswa terlihat sangat antusias dalam pembelajaran menggunakan
komik. Selama pembelajaran, mereka memahami isi cerita yang tersaji dalam komik dengan
seksama. Pembelajaran menggunakan media komik ini membawa suasana baru dalam belajar yaitu
dengan menggunakan media, dengan demikian siswa tertarik untuk membaca dan mudah dalam
memahami isi cerita anak. Media komik membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
menjadi beban.

e. Evaluate

Tujuan utama dari pengembangan media komik ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV. Berdasarkan hasil penelitian,
media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dalam kategori sedang, yaitu
berdasarkan perbandingan hasil pretest (sebelum menggunakan media komik) dan hasil postest
(setelah menggunakan media komik). yang dianalisis menggunakan uji gain score adalah 0,376
dimana angka tersebut berada pada rentang 0,3 dan 0,7 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada
tahap ini, dapat disimpulkan bahwa pengembangan media komik ini efektif digunakan dalam
pembelajaran karena dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman.
Media komik belum dapat dikatakan layak untuk digunakan apabila belum dilakukan
penilaian oleh ahli materi, ahli media, praktisi pembelajaran (guru dan siswa). Hal ini sejalan dengan
penjelasan (Arsyad, 2003:175) bahwa perlu adanya penilaian sebelum media komik digunakan
dengan kriteria penilaian dari ahli materi ahli media, dan praktisi pembelajaran. Ahli materi, ahli
media dan praktisi pembelajaran masing-masing menilai aspek pada angket penilaian media dan
respon media dengan kategori minimal layak.

Penjelasan selengkapnya adalah:

a) Ahli Materi.

Berdasarkan penilaian ahli materi, media komik mendapatkan nilai rata-rata skor 4,56. Hal ini
menunjukkan bahwa media komik masuk dalam kategori “Sangat Layak” dan mendapatkan nilai
“A”, berdasarkan hasil tersebut, dapat dipaparkan bahwa media komik “Sangat Layak” karena dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar yang mengukur hasil membaca keterampilan
membaca pemahaman ditinjau dari aspek materi, pembelajaran, dan membaca pemahaman.
Kelayakan materi ditinjau dari 21 butir pernyataan yang terdiri dari 7 butir pernyataan aspek
pembelajaran, 8 butir aspek materi dan 6 butir aspek membaca pemahaman. Hasil penilaian dari ahli
materi menunjukkan bahwa aspek pembelajaran, aspek materi, dan aspek membaca pemahaman
sangat layak. Aspek pembelajaran memperoleh rata-rata 4,57, aspek materi memperoleh rata-tara
4,62, dan aspek membaca pemahaman meperoleh rata-rata 4,5.

b) Ahli Media.

Berdasarkan penilaian ahli materi, media komik mendapatkan nilai rata-rata skor 4,59. Hal ini
menunjukkan bahwa media komik masuk dalam kategori “Sangat Layak” dan mendapatkan nilai
“A”, karena dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari aspek tampilan,
bahan, dan pembelajaran. Kelayakan media ditinjau dari 19 butir pernyataan yang terdiri dari 13 butir
pernyataan aspek tampilan, 3 butir aspek bahan dan 3 butir aspek pembelajaran. Hasil penilaian dari
ahli media menunjukkan bahwa aspek tampilan , aspek bahan, dan aspek pembelajaran sangat layak.
Aspek tampilan memperoleh rata-rata 4,46, aspek bahan memperoleh rata-rata 5, dan aspek
pembelajaran meperoleh rata-rata 4,33.

c) Praktisi Pembelajaran (Guru dan Siswa).

Berdasarkan penilaian respon guru, media komik memperoleh rata-rata skor 4,68 untuk aspek
materi dan 4,80 untuk aspek media. Sehingga mendapatkan nilai “A”, Selanjutnya, berdasarkan
penilaian respon siswa terhadap komik pada uji coba awal memperoleh rata-rata skor 4,2, uji coba
utama memperoleh rata-rata skor 4,32, uji coba lapangan operasional memperoleh rata-rata skor 4,43
dan mendapatkan nilai “A” berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan media pembelajaran “Sangat
Layak” karena dapat diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Guna mengetahui media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
siswa, digunakan soal pretest dan postest. Sesuai tabulasi data. diketahui jumlah skor rata-rata nilai
pretest sebesar 53,82, kemudian mengalami peningkatan pada skor rata-rata nilai postest sebesar
17,38 menjadi 71,20. Perhitungan hasil peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa
menggunakan Gain Score sebesar 0,376. Hasil perhitungan menunjukkan peningkatan keterampilan
membaca pemahaman siswa termasuk dalam kategori peningkatan sedang.

Disamping itu, peserta didik sangat antusias sekali dalam proses pembelajaran menggunakan
media komik yang telah dikembangkan oleh penulis. Hal tersebut nampak terlihat dari ekspresi dan
sikap peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan media komik ini. Beberapa peserta
didik juga ada yang meninggalkan komentar di angket penilaian yang telah diberikan oleh penulis,
hasildari komentar peserta didik menunjukan tanggapan positif yang diberikan kepada penulis.
Peserta didik sangat menyukai media pembelajaran berbasis komik ini karena dengan adanya media
komik proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan.

Media akhir dari penelitian ini berupa komik untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman siswa kelas III SD. Komik disajikan dalam tampilan menarik sehingga siswa tertarik
untuk belajar memahami bacaan dengan mudah. Pada dasarnya kemampuan pemahaman membaca
bagi siswa sekolah dasar adalah bagaimana mengupayakan agar siswa gemar membaca dan menulis.
Oleh karena itu agar semakin tumbuhnya budaya baca di kalangan siswa, guru dituntut untuk selalu
kreatif dalam menggunakan sumber-sumber belajar di kelas. Penggunaan komik yang diintegrasikan
dengan materi dapat dimanfaatkan sebagai media untuk meningkatkan literasi membaca siswa.

KESIMPULAN

Hasil pengembangan media didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengembangan media komik pada penelitian ini telah memenuhi kriteria layak untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III
SD karena dalam aspek tampilan media komik menggunakan desain komik yang menggunakan
proporsi warna beragam, tulisan yang jelas, ilustrasi gambar yang terpadu, dan nyaman untuk
digunakan serta pada aspek materi komik menonjolkan segementasi dunia anak-anak SD kelas
tinggi, materi cerita yang sesuai dengan muatan pembelajaran, dan kalimat-kalimat yang berstruktur
sederhana sehingga mudah dipahami siswa.

2. Media komik efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman


pada mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan hasil uji rata beda sebesar 0,037 dan uji nilai gain
sebesar 0,376

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter Bandung : PT
Refika Aditama.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Fachrurrozi, Aziz & Erta Mahyudin 2016. Pembelajaran Bahasa Asing Tradisional &
Kontenporer. Jakarta : PT RajaGrafindo.

Ghazali, Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan


Komunikatif- Interaktif Bandung : PT Refika Aditama.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Madya, Suwarsih. 2013. Metodologi Pengajaran Bahasa dari Era Prametode sampai Era
Pascametode Yogyakarta : UNY Press.

Sagala, Syaiful. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Setyosari, Punaji. 2016. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Jakarta :


Prenadamedia Group.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya)
Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Bandung : Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung : Penerbit Angkasa

Anda mungkin juga menyukai