Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penggunaan Media Trafo (Trailer Film Online) untuk Meningkatkan


Keterampilan Menulis Teks Cerita Fantasi
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 7E SMP Negeri 5 Bandung)

Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Kenaikan Golongan dari III/a ke III/b

Oleh
Syifa Rosyada Pitriani, S.Pd.
19960525 201903 2 020

SMP Negeri 5 Bandung


Bandung
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat serangkaian
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai
empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan
berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis (Sukreni, dkk., 2014).  Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Komunikasi itu diharapkan terjadi baik secara lisan
maupun tertulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan
berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan memiliki
keterampilan menulis tersebut, seseorang dapat merekam, mencatat, meyakinkan,
melaporkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Melihat besarnya
manfaat keterampilan menulis bagi kehidupan manusia, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta bagi perkembangan berpikir, maka sudah
sewajarnyalah kalau keterampilan tersebut harus dideteksi sedini mungkin.
Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 7
yang menggunakan keterampilan menulis ialah menulis cerita fantasi. Cerita
fantasi harus menjadi bagian cerita yang diajarkan dan dipraktikkan untuk ditulis
anak-anak dalam pembelajaran menulis kreatif, karena sebenarnya dunia bermain
anak penuh dengan fantasi. Sejatinya, siswa dapat menulis teks cerita fantasi
sesuai unsur-unsur, struktur, dan kebahasaan teks cerita fantasi. Kenyataanya,
siswa kurang terpancing dalam menuangkan imajinasinya dalam menulis. Namun,
berdasarkan pengamatan peneliti, ditemukan kelemahan dalam pembelajaran
menulis teks cerita fantasi di kelas 7E SMP Negeri 5 Kota Bandung. Dari 33
siswa, hanya 9 orang yang mendapatkan nilai di atas KKM dalam pembelajaran
keterampilan menulis teks cerita fantasi.
Lemahnya daya imajinasi siswa terlihat saat siswa membuat cerita fantasi
mengikuti cerita yang ada di Buku Paket Bahasa Indonesia. Ada beberapa hal

2
yang menjadi faktor penyebabnya. Faktor tersebut antara lain, pertama proses
pembelajaran yang terjadi di kelas masih monoton. Dalam kasus ini, guru kurang
variatif dalam memilih metode pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, tidak
termotivasi, dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran menulis teks cerita fantasi.
Faktor kedua, guru juga kurang dapat memberikan bimbingan menulis teks cerita
fantasi secara individu. Faktor ketiga, kelemahan tersebut juga terjadi dikarenakan
tidak adanya pemanfaatan media oleh guru yang membuat siswa kebingungan dan
kurang dapat berimajinasi akan apa yang harus ia tulis. Proses belajar yang
demikian menyebabkan hasil belajar yang tidak maksimal. Dari sekian banyak
faktor, penelitian ini dibatasi pada masalah pemanfaatan media oleh guru.
Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan tindakan penggunaan media
trafo (trailer film online) untuk meningkatkan keterampilan menulis teks cerita
fantasi pada siswa kelas 7E SMP Negeri 5 Bandung. Dengan adanya trailer film
online yang ditonton atau dilihat oleh siswa, diharapkan mereka akan lebih mudah
mengekspresikan apa yang telah dilihatnya ke dalam sebuah tulisan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang berkaitan dengan upaya
peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Teks
Cerita Fantasi melalui media pembelajaran trafo (trailer film online), disusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
materi Menulis Teks Cerita Fantasi di kelas 7E SMP Negeri 5 Bandung
sebelum menggunakan media pembelajaran trafo (trailer film online)?
2. Bagaimana proses penggunaan media pembelajaran trafo (trailer film online)
untuk meningkatakan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia materi Menulis Teks Cerita Fantasi di kelas 7E SMP Negeri 5
Bandung pada setiap siklus?
3. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
materi Menulis Teks Cerita Fantasi di kelas 7E SMP Negeri 5 Bandung
setelah menggunakan media pembelajaran trafo (trailer film online) di akhir
siklus?

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Teks Cerita Fantasi melalui penggunaan media pembelajaran trafo
(trailer film online).
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Teks Cerita Fantasi sebelum penggunaan media pembelajaran
trafo (trailer film online).
b. Untuk mengetahui proses penggunaan media pembelajaran trafo (trailer
film online) untuk meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia materi Menulis Teks Cerita Fantasi pada setiap siklus.
c. Untuk mengetahui hasil akhir bahwa media pembelajaran trafo (trailer
film online) dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia materi Teks Cerita Fantasi pada akhir siklus.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis:
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini memunculkan teori bahwa media
pembelajaran trafo (trailer film online) dapat meningkatkan hasil belajar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia materi Teks Cerita Fantasi.
Hasil PTK ini dapat dijadikan dasar bagi teman sejawat untuk melakukan
penelitian sebagai pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang
diteliti dalam menyelesaikan permasalahan dalam pokok bahasan yang sama.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi siswa:
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, manfaat yang diperoleh siswa
adalah siswa dapat lebih mudah memahami konsep dan materi yang dibahas
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
terutama pada KD Menulis Teks Cerita Fantasi dengan memanfaatkan media
trafo (trailer film online).

4
b. Bagi guru:
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, manfaat yang diperoleh guru
Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
penggunaan media yang tepat sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Sedangkan guru mata pelajaran lain dapat memanfaatkan hasil PTK ini
dan terinspirasi untuk melakukan PTK juga. Guru dapat menjadikan hasil
PTK sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keterampilan Menulis


1. Pengertian Keterampilan
Istilah keterampilan terbentuk dari kata dasar “terampil” yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia V berarti “cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan.” Definisi keterampilan narasi menurut Muhibbin Syah
(2010, hal. 117) adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik, olahraga dan sebagainya serta dalam keterampilan tersebut
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Berdasar definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang dalam kegiatan jasmaniah.
2. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan salah satu dari ketermpilan berbahasa. Menurut Henry
Guntur Tarigan (2008, hlm. 3) menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara bertatap muka dengan orang lain. Menurut Bryne (Kundharu Saddono
dan St. Y. Slamet, 2012, hlm. 4) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang- lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis
tersebut.
Selajan dengan pandangan tersebut, Suparno dan Mohamad Yunus (2011:
1.3) Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Pesan merupakan isi atau muatan yang terkandung dalam sebuah tulisan.
Tulisan adalah sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
menulis itu sendiri adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk

6
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa tulis.
Berdasarkan pengertian telah di uraikan di atas, secara utuh keterampilan
menulis adalah kecakapan seseorang dalam menyampaikan pesan berupa ide,
gagasan atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan tulisan.
3. Tujuan Menulis
Penulis dalam menulis tentunya memiliki tujuan atau maksud tertentu
sebelum menulis. Dalam menulis, penulis hendaknya merumuskan tujuan
menulis terlebih dahulu agar sesuai dengan harapan ketika tulisannya dibaca
oleh pembaca, dan pembaca dapat memperoleh manfaat sesuai dengan harapan
penulis sebelumnya. Siswa dalam menulis sebaiknya juga mempunyai maksud
atau tujuan sebelum menulis. Suparno dan Mohamad Yunus (2009: 1.18)
menyebutkan tujuan menulis atau mengarang antara lain untuk menghibur,
memberitahu atau menginformasikan, mengklarifikasi atau membuktikan, dan
membujuk.
Tujuan menulis menurut O’Malley dan Pieres (1996) (MG. Rini
Kristiantari, 2010, hlm. 101) terdiri dari tiga hal yaitu: a) informatif, b)
ekspresif, dan c) persuasif. Seseorang akan menggunakan tujuan informatif
untuk berbagi pengetahuan dan informasi, memberi petunjuk atau
mengungkapkan gagasan. Tujuan ekspresif digunakan seseorang jika ingin
menulis sebuah cerita atau esai. Tujuan persuasif ketika seseorang berusaha
untuk mempengaruhi orang lain atau memprakarsai sesuatu.
Sejalan dengan pendapat di atas, Reinking (1999) (MG. Rini Kristiantari,
2010, hlm. 101) mengemukakan bahwa tujuan menulis secara umum yaitu: a)
menginformasikan, b) meyakinkan, c) mengekspresikan diri, dan d)
menghibur.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan
menulis adalah untuk membimbing seseorang penulis dalam usahanya
membuat tulisan yang baik. Agar tulisan yang dibuat oleh penulis itu baik,
maka penulis harus memperhatikan maksud atau tujuan tulisan untuk tujuan
menginformasikan, meyakinkan, mengekspresikan diri atau menghibur
pembaca. Tujuan penulisan ini juga dimaksudkan agar pembaca memahami isi

7
tulisan yang dibuat oleh penulis tersebut.

B. Kedudukan Pembelajaran Menyajikan Gagasan Kreatif Teks Fantasi


berdasarkan Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk Kelas VII
Kurikulum merupakan dasar dan petunjuk atas segala kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan di sekolah. Perubahan dalam kurikulum merupakan
salah satu langkah supaya pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.
Kurikulum yang sekarang dijadikan rujukan dalam pembelajaran adalah
Kurikulum 2013. Adanya perkembangan kurikulum akan membantu proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, efisien, dan lebih aktif. Selain itu,
tujuan pembelajaran dapat diraih dengan maksimal.
Kurikulum 2013 yang berdasar atas kompetensi ini diartikan sebagai
sebuah rancangan kurikulum. Rancangan ini menegaskan supaya peserta didik
dapat membangun kecakapannya dalam menyelesaikan kewajiban sebagai
peserta didik sesuai standar yang telah ditentukan. Kurikulum 2013 memiliki
tolok ukur dan kemampuan tertentu yang harus dicapai dalam pembelajaran
yaitu adanya KI dan KD. Kemudian, Abidin (2013, hlm.6) menyatakan bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tugas yang sangat penting, bukan
hanya untuk mengolah keterampilan berkomunikasi, tetapi juga untuk
kepetingan kepentingan penugasan ilmu pengetahuan. Pendapat tersebut dapat
memberikan penjelasan tentang kedudukan pembelajaran bahasa memiliki peran
penting. Karena bahasa tidak hanya digunakan sebagai suatu alat untuk
berkomunikasi, namun juga memiliki peran yang tinggi dalam bidang
pengetahuan.
Selanjutnya pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013
berdasarkan pada teks. Peserta didik harus memiliki pengetahuan teori teks
tersebut, hingga mampu menyajikan sebuah teks. Seperti yang dikemukakan
oleh Mahsun dalam Tim Kemendikbud (2013, hlm.32) “dalam pembelajaran
teks, guru harus benar-benar meyakinkan bahwa pada akhirnya peserta didik
mampu menyajikan teks secara mandiri.” Dari penjelasan tersebut berarti guru

8
juga harus memberikan pembelajaran yang tepat kepada peserta didik khususnya
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru bukan hanya mengajarkan pada
aspek pengetahuan, tetapi juga memberikan strategi untuk menulis sebuah teks.
Kemudian hal tersebut ditegaskan oleh Atmazaki (2013, hlm.16) “di
dalam mata pelajaran BSI, teks menjadi materi utama. Beragam teks dinyatakan
dalam kurikulum 2013 untuk dipelajari.” Seperti yang dijelaskan, teks
merupakan kajian yang penting dalam kurikulum 2013. Selanjutnya, menyajikan
gagasan kreatif merupakan salah satu proses dalam menulis cerita fantasi. Hal
tersebut menunjuk-kan adanya kedudukan menyajikan gagasan kreatif cerita
fantasi dalam kurikulum 2013 yang berbasis teks.
Pendapat pertama memperlihatkan tentang pentingnya kedudukan bahasa
Indonesia sebagai sebuah mata pelajaran. Bahasa bukan hanya berguna dalam
berkomunikasi, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan. Namun, bukan hanya teori
tentang kebahasaan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Maka dari itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 mengutamakan berbagai
macam teks. Karena, dengan pembelajaran berbasis teks peserta didik dapat
meningkatkan keterampilannya dalam memproduksi suatu karya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa memiliki peranan yang penting bukan hanya untuk
mengirim dan menerima pesan, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan. Bahasa
Indonesia dalam kurikulum 2013 sudah berbasis teks, ada berbagai macam teori
tentang teks yang harus dikuasai oleh peserta didik sampai dapat menyajikan
teks secara mandiri. Salah satunya adalah cerita fantasi, dalam memproduksi
cerita fantasi, peserta didik membutuhkan gagasan yang kreatif. Peserta didik
harus bisa menuangkan gagasannya menjadi sebuah kerangka dan
dikembangkan.

C. Cerita Fantasi
1. Pengertian
Cerita fantasi merupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapat
dalam kurikulum 2013. Sebelum mengetahui struktur teks yang terdapat dalam
cerita fantasi dan cara memproduksi teks ini, pemahaman tentang teks cerita

9
fantasi sangat diperlukan. Sebagai suatu teori dan juga untuk menghindari
adanya penyimpangan dalam pembuatan cerita fantasi. Pengertian cerita fantasi
menurut pakar dijabarkan sebagai berikut ini.
Nurgiyantoro (2008, hlm.295) mengemukakan “cerita fantasi adalah
cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya
diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita.”
Cerita fantasi terdiri dari unsur-unsur pembangun yang bersifat khayalan.
Biasanya imajinasi penulis berperan penting dalam cerita fantasi, sehingga
memang ceritanya banyak yang tidak masuk akal, maka dari itu kebenarannya
pun diragukan.
Taum (2017, hlm.18) menyatakan “cerita fantasi adalah cerita fiksi
bergenre fantasi (imajinatif) yang berkisah hal yang tidak mungkin dijadikan
biasa.” Maka, dari pendapat tersebut cerita fantasi kebenarannya diragukan
sehingga banyak hal-hal yang tidak biasa dalam cerita ini, kejadian-kejadinnya
tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Struktur teks
yang digunakan dalam cerita fantasi harus bersifat luar biasa.
Kosasih (2018, hlm.241) mengemukakan “cerita fantasi merupakan
cerita yang sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan, fantasi, dan
imajinasi.” Seperti sebelumnya dijelaskan, karena cerita fantasi banyak
menggunakan khayalan maka kreativitas peserta didik dapat dikembangkan
dalam pembelajaran menyajikan gagasan untuk cerita fantasi di sekolah,.
Pendapat-pendapat tersebut sama-sama menyatakan bahwa cerita fantasi
memiliki unsur yang tidak nyata. Juga dapat dikatakan bahwa cerita fantasi
merupakan kelompok sastra yang bentuknya imajinasi. Namun, terdapat juga
sedikit perbedaan pada pendapat pertama dan ketiga. Pendapat pertama
menyatakan (hampir) seluruhnya atau sebagian bersifat khayalan pada unsur-
unsurnya. Sedangkan pendapat ketiga menyatakan seluruh unsurnya adalah
khayali.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa cerita fantasi
adalah cerita fiksi yang bergenre imajinatif baik menyangkut (hampir) seluruh
maupun sebagian cerita sehingga kebenarannya diragukan. Menulis cerita fantasi
dapat melatih kreativitas seseorang karena banyak menggunakan imajinasinya.

10
2. Struktur Teks Cerita Fantasi
Tentunya dalam kegiatan menulis banyak hal yang harus diperhatikan.
Setiap jenis tulisan memiliki ciri khasnya masing-masing, sehingga tulisan yang
dibuat dapat dikatakan sebagai sebuah genre. Salah satu ciri-ciri yang harus
diperhatikan dalam menulis adalah bagian struktur teksnya.
Hidayati (2009, hlm.6) menyatakan “kata ‘struktur’ dalam struktur sastra
dimaksudkan sebagai suatu istilah yang lazim digunakan bagi aspek-aspek sastra
yang tersusun secara sistematis dalam suatu karya sastra.” Struktur teks dalam
sebuah karya sastra merupakan salah satu tanda atau ciri sastra. Struktur teks
dibuat secara teratur dan bertahap, dari mulai pembuka, isi, dan penutup. Setiap
struktur teks memiliki kekhasannya masing-masing, yang dapat membedakan
antara satu teks dengan teks lainnya.
Cerita fantasi memiliki struktur teks tersendiri, yang dapat menunjukkan
bahwa cerita tersebut merupakan cerita fantasi. Biasanya dalam cerita fantasi
mengandung unsur-unsur yang tidak mungkin ada di dunia nyata. Adapun
struktur teks cerita fantasi menurut Kemendikbud (2017, hlm.54), yaitu sebagai
berikut.
a. Orientasi, mengenalkan latar dan tokoh.
b. Komplikasi, timbulnya masalah hingga masalah memuncak.
c. Resolusi, penyelesaian masalah.
Struktur teks cerita fantasi menurut Kemendikbud mencakup tiga hal,
yaitu orientasi, komplikasi, dan resolusi. Bagian orientasi memperkenalkan latar
dan
tokoh cerita. Pada bagian komplikasi mulai timbul permasalahan, dan yang
terakhir adalah resolusi, yaitu penyelesaian dari permasalahan yang timbul
dalam komplikasi.
Struktur teks cerita fantasi dijabarkan lebih lanjut oleh Kosasih (2018,
hlm.241). Struktur teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Orientasi, berisi pengenalan tokoh, watak tokoh, dan latar.
b. Komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Pada
bagian ini peristiwa-peristiwa di luar nalar biasanya terjadi.

11
c. Resolusi, berisi penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh.
Berdasarkan poin-poin tersebut, dapat terlihat bahwa struktur teks cerita
fantasi terdiri dari tiga bagian, yaitu orientasi yang berisi pengenalan para tokoh,
sekaligus watak dan latarnya. Kemudian komplikasi yang sudah masuk ke dalam
klimaks masalah pada cerita, dan penyelesaian masalah dari konflik.
Struktur teks cerita yang dikemukakan oleh Kemendikbud sudah sejalan
dengan yang dijelaskan oleh Kosasih. Keduanya menyatakan bahwa dalam cerita
fantasi terdapat orientasi, komplikasi, dan resolusi. Namun, bagian orientasi
yang dipaparkan oleh Kemendikbud hanya terdapat tokoh dan latar cerita,
sementara Kosasih menambahkan orientasi watak tokoh pada bagian orientasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur teks
merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam sastra. Struktur teks dirancang
sesuai dengan aturan dan bertahap. Struktur teks merupakan ciri khas yang dapat
menjadi pembeda antara teks satu dengan lainnya. Setiap genre teks memiliki
struktur teks yang berbeda pula.

3. Langkah-langkah Menyajikan Cerita Fantasi


Menyajikan sebuah cerita fantasi merupakan salah satu kegiatan menulis.
Sebelum mulai menulis, ada baiknya seseorang memahami terlebih dahulu
pengetahuan tentang menulis. Karena, jika seseorang memiliki sebuah ide,
namun tidak mengetahui cara mengorganisasikan ide tersebut dalam tulisan.
Maka, ide- ide hanya akan ada dalam pikiran saja dan tidak tercurahkan,
sehingga menjadi sia-sia.
Hidayati (2018, hlm. 1) menyatakan, “pengetahuan prosedural
mencakup informasi tentang jenis-jenis tindakan yang harus ditampilkan dalam
suatu tugas.
Pengetahuan ini diketahui melalui kata tanya bagaimana.” Pengetahuan
prosedural merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai langkah-
langkah pasti untuk memecahkan suatu masalah. Maka, dalam hal ini kata tanya
yang akan muncul adalah; bagaimana tahap-tahap dalam menulis? bagaimana
langkah-langkah menyajikan ide kreatif cerita fantasi? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut termasuk pengetahuan prosedural yang memiliki jawaban tentang proses

12
melakukan sesuatu.
Tahapan dalam menulis dijabarkan oleh Akhadiah (2012, hlm.2) bahwa
pertama adalah tahap pra-penulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap
pra- penulisan merupakan tahapn pencarian ide, pembuatan kerangka tulisan dan
dilakukan untuk persiapan menulis. Tahap penulis merupakan pengembangan
dari kerangka tulisan yang telah dibuat. Sedangkan, tahap revisi adalah meneliti
kembali kesalahan dalam tulisan.
Ada beberapa langkah yang dapat membantu penulis dalam menulis
sebuah cerita fantasi. Langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan ketika
penulis mencari ide sampai mengambangkan tulisan menjadi sebuah karya yang
utuh dan menarik. Kemendikbud (2017, hlm.73) memaparkan langkah-langkah
menulis cerita fantasi dibagi menjadi.
1. Menemukan ide penulisan dengan mengamati objek atau peristiwa nyata di
sekitar kita lalu diberi imajinasi.
2. Penggalian ide cerita fantasi dengan membaca dapat dilakukan dengan
membaca buku pengetahuan/ilmiah tentang ruang angkasa, hewan langka,
biografi tokoh dan seterusnya. Ide cerita fantasi juga dapat diperoleh dari
membaca pengalaman mitos lokal.
3. Membuat rangkaian peristiwa, dari ide yang sudah ditentukan lalu dibuat
rangkaian peristiwa sehingga tercipta cerita fantasi yang unik.
4. Mengembangkan cerita fantasi, dari deretan peristiwa yang sudah dirancang
kemudian dikembangkan watak tokoh, latar, dialog antartokoh yang sehingga
menjadi cerita yang utuh.
Terdapat empat langkah dalam menulis cerita fantasi, langkah-langkah
tersebut dapat memberikan pedoman dan arahan kepada penulis. Langkah
tersebut terdiri atas penemuan ide, kemudian dibuat menjadi sebuah alur cerita,
dan dikembangkan menjadi cerita yang sempurna.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa tahap dalam penulisan. Tahap-tahap tersebut adalah pra-penulisan,
tahap menulis, dan tahap revisi. Hal tersebut sejalan dengan langkah-langkah
menulis cerita fantasi. Menemukan ide, dan membuat rangkaian peristiwa
merupakan tahap pra-penulisan, kemudian mengembangkan cerita fantasi

13
merupakan tahap menulis. Sementara itu, tahap revisi atau menilai dilakukan
oleh pendidik.
Pengetahuan prosedural dibutuhkan oleh seseorang untuk memecahkan
suatu masalah. Pengetahuan prosedural merupakan jenis-jenis tindakan sebagai
langkah dalam mengerjakan tugas. Biasanya dapat dilihat dengan kata tanya
bagaimana. Pada pengetahuan prosedural tentang menulis, akan memberikan
kegunaan kepada penulis, khusunya penulis pemula untuk tahu cara mengor-
ganisasikan ide-ide yang dimilikinya menjadi sebuah tulisan.

14
D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Arif S. Sadiman, dkk. (2011: 6) mengungkapkan bahwa kata media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagner (1970) (Arif S. Sadiman, dkk.,
2011: hlm. 6) mengungkapkan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Arif S. Sadiman, dkk. (2011: hlm. 7) menyatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang, pikiran, perasaan, perhatian, dan minat
serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media
merupakan segala alat untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga dapat
menarik minta, perhatian dan menarik siswa dalam proses belajar.

2. Manfaat Media
Sudjana dan Rivai (2011: hlm. 2) mengemukakan manfaat media dalam
proses belajar pada peserta didik, sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapatlebih dipahami
oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran.
d. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemontrasikan, dan memerankan.

15
Azhar Arsyad, (2011: hlm. 25-27) menjelaskan beberapa manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut.
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dengan lingkungannya, dan dan memungkinkan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan adan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan idera, ruang, dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun
binatang.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya
penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. melalui media pembelajaran dapat memberikan manfaat yang dirasakan
langsung oleh siswa, membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang disampaikan, menambah pengetahuan serta memotivasi
siswa untuk belajar.

3. Macam-Macam Media Pembelajaran


Media pembelajaran dalam perkembangannya terbagi menjadi beberapa
macam. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 124-126)
mengklasifikasikan media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran bisa
dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya
sebagai berikut.
a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
1) media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam,
2) media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.

16
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip
(film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan.
Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak seperti film bisu, dan film kartun,
3) media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam;
1) media dengan daya luas dan serentak, penggunaan media ini tidak terbatas
oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang
banyak dlam waktu yang sama. Contoh: radio dan televisi,
2) media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat. Media ini
dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti
film, sound slide, film bingkai, yang harus menggunakan tempat yang
tertutup dan gelap,
3) media untuk pengajaran individual, media ini penggunaannya hanya untuk
seorang diri dan yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan
pengajaran melalui komputer.
c. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
1) media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya
murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit,
2) media kompleks, media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya
sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya
memerlukan keterampilan yang memadai.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam
media pembelajaran dapat dilihat berdasarkan jenisnya, daya liputnya dan dari
bahan serta pembuatannya. Sedangkan media pembelajaran secara umum
diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu media berbasis manusia, media
berbasis cetak, media berbasis visual, media berbasis audio-visual, dan media
berbasis komputer.
Dalam penelitian ini, media yang digunakan adalah media audio-visual.
Media audio-visual menurut Sukiman (2012: hlm. 184) merupakan media

17
penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera penglihatan dan pendengaran.
Media audio-visual yang digunakan pada penelitian ini adalah trailer film online.
E. Trafo (Trailer Film Online)
1. Pengertian Trailer
Dilansir dari kamus Merriam-Webster, trailer berarti sekelompok adegan
yang ditampilkan untuk mengiklankan film. Video trailer  pertama kali muncul
dalam dunia film pada tahun 1913 di Amerika Serikat. Kemunculannya pertama
kali digunakan untuk mempromosikan sebuah film berjudul “The Pleasure
Seekers”.
2. Ciri-ciri Trailer
a. Video trailer memuat cuplikan adegan dari sebuah film secara lengkap
dan urut.
b. Tim produksi sengaja membuat video trailer sebagai sarana
mempromosikan film yang akan segera tayang.
c. Video trailer biasanya memiliki durasi sekitar 2-3 menit.
d. Video trailer akan memberikan sedikit gambaran pada penonton
mengenai alur cerita dan konflik yang dihadapi pemeran utama.

F. Karakteristik Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama


Siswa-siswi kelas VII yang umumnya berada pada rentang usia 13-14
tahun menempatkan mereka pada masa remaja tahap awal. Masa itu merupakan
peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Bariyyah Hidayati & Farid, 2016;
Panewaty & Indrawati, 2018). Masa remaja awal ini merupakan masa peralihan
perkembangan dan pertumbuhan akibat pelbagai perubahan fisik, sosial, dan
emosional sehingga dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan
(Bariyyah Hidayati & Farid, 2016). Kenyataan ini menjadi tantangan dalam
pembelajaran, termasuk di dalamnya menulis teks cerita fantasi.

G. Hasil Penelitian yang Relevan


Penggunaan media pembelajaran trailer film untuk meningkatkan
keterampilan menulis siswa telah dilakukan oleh Bayu Anggi Pranata pada tahun
2016 dengan kesimpulan penelitian media trailer film efektif digunakan dalam

18
pembelajaran memproduksi teks cerita ulang imajinatif pada siswa kela XI IIS
SMA Al - Falah Bandung hal ini terbukti dari perhitungan statistik dengan hasil t
hitung 20,73>2,05 t tabel pada tingkat kepercayaan 95% dan db sebesar 21
Berdasarkan fakta tersebut, penulis menyimpulkan pembelajaran yang penulis
lakukan berhasil. 
Di samping itu, (Megasari Martin, Hasanuddin WS, Ermanto, 2013) telah
pula meneliti media trailer film untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa
dan menyimpulkan pembelajaran menulis cerita pendek berbantuan media audio
visual trailer asing dapat memperbaiki suasana pembelajaran dari suasana agak
monoton menjadi lebih dinamis. Hal itu disebabkan oleh komunikasi dalam
pembelajaran pada awalnya hanya dua arah antara guru dengan siswa berkembang
menjadi komunikasi multiarah, seperti guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan
siswa dengan siswa.

H. Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa menulis teks cerita fantasi belum memuaskan. Hal ini
disebabkan oleh teknik menulis yang belum tepat. Sebagai guru bahasa Indonesia,
penulis merasa perlu untuk menemukan media yang efektif untuk membantu
siswa menulis sesuai dengan langkah retorika teks. Penggunaan media trafo
(trailer film online) pada proses pembelajaran diyakini dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis teks sesuai dengan langkah menulis yang benar.
Hal ini didasarkan pada teori bahwa media trafo (trailer film online) akan
mengarahkan siswa untuk akan lebih mudah mengekspresikan apa yang telah
dilihatnya ke dalam sebuah tulisan dengan langkah menulis teks yang benar
sehingga hasil tulisan siswa tersebut merupakan produk bahasa yang berterima.
Penggunaan media trafo (trailer film online) dalam proses pembelajaran menulis
teks cerita fantasi akan direspon positif oleh siswa karena media ini memudahkan
mereka mengekspresikan apa yang telah dilihatnya ke dalam sebuah tulisan
sehingga lebih mudah pula mencapai kompetensi yang diharapkan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks cerita
fantasi.

19
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan di atas , maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penggunaan media pembelajaran trafo (trailer film online) dapat
meningkatkan hasil belajar materi Menulis Teks Cerita Fantasi siswa kelas
7E SMP Negeri 5 Bandung Seme ster ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa Kelas 7E semester
ganjil tahun pelajaran 2021/2022 dari bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember tahun 2021. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada waktu
tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pada saat tersebut materi yang
dipelajari adalah materi Menulis Teks Cerita Fantasi. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung kelas 7E. Pemilihan kelas tersebut
didasarkan pada pertimbangan data awal bahwa rerata nilai kelas ini paling rendah
di antara kelas-kelas yang diampu oleh peneliti.
TABEL NILAI RATA-RATA MENULIS TEKS
CERITA FANTASI DI KELAS YANG
DIAMPU
KELAS RATA-RATA NILAI
7C 76
7D 79
7E 72
7F 80

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7E yang berjumlah 33 yang


terdiri dari 17 siswa putra dan 16 siswa putri. Kelas ini bersifat heterogen karena
terdiri dari siswa yang berkemampuan, berlatar belakang sosial, dan berkarakter
beragam.

B. Data dan Sumber Data


Sumber data penelitian yang berasal dari siswa sebagai subjek penelitian
berupa data kuantitatif adalah nilai tes. Sedangkan data kualitatif berupa hasil
observasi, angket, dan wawancara. Sumber data kuantitatif lain berasal dari

21
dokumen peneliti sendiri, dokumen sekolah, atau dokumen teman sejawat. Data
kulitatif berupa hasil observasi yang diisi oleh observer pada saat mengamati
proses pembelajaran.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjaring data yang diperlukan, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yaitu tes, observasi, angket, dan wawancara. Tes dilaksanakan
untuk mendapat nilai siswa, observasi dilakukan dengan bantuan observer untuk
mendapat hasil pengamatan sebagai balikan untuk peneliti, dan angket serta
wawancara dilakukan untuk mendapat data kualitatif tentang hal yang ingin
digali.
Alat Pengumpul Data
Untuk mendapat data hasil belajar dalam penelitian ini digunakan Lembar
Kerja Peserta Didik sebagaimana yang terlampir (Lampiran 1 halaman 32).
Sedangkan untuk mendapat data kualitatif tentang kegiatan guru dalam proses
pelaksanaan pembelajaran digunakan instrumen berupa lembar observasi kegiatan
guru sebagai berikut.
LEMBAR OBSERVASI PTK
Komponen
No Hal yang Diamati Skor
Guru 1 2 3 4
1 Penguasaan Materi:
a. Kelancaran menjelaskan materi
b. Kemampuan menjawab pertanyaan
c. Keragaman pemberian contoh
2 Sistematika penyajian:
a. Ketuntasan uraian materi
b. Uraian materi mengarah pada tujuan
c. Urutan materi sesuai dengan KI/KD
3 Penerapan Metode:
a. Ketepatan pemilihan metode sesuai materi
b. Kesesuaian urutan sintaks metode
c. Mudah diikuti siswa
4 Penggunaan Media:
a. Ketepatan pemilihan media dengan materi
b. Keterampilan menggunakan media
c. Media memperjelas terhadap materi
5 Performance:
a. Kejelasan suara yang diucapkan

22
b. Kekomunikatifan guru dengan siswa
c. Keluwesan sikap guru dengan siswa
6 Pemberian Motivasi:
a. Keantusiasan guru dalam mengajar
b. Kepedulian guru terhadap siswa
c. Ketepatan pemberian reward dan punishment
7 Keberhasilan:
a. Menjelaskan waktu
b. LKPD
c. Diskusi
Keterangan;
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Tidak Baik
1 : Sangat Tidak Baik

Untuk mendapat data kualitatif tentang kegiatan siswa dalam proses


pelaksanaan pembelajaran digunakan instrumen berupa lembar observasi kegiatan
siswa sebagai berikut:

LEMBAR OBSERVASI SISWA


A. Identitas
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi pelajaran : Menulis Teks Cerita Fantasi
Kelas : 7E
Indikator : Menulis cerita fantasi dengan memerhatikan pilihan kata,
kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan

B. Lembar observasi

Nama Aspek
No. Aktif Skor
siswa Bertanya menjawab partisipan

23
Upaya peneliti untuk mendapatkan data tentang motivasi dan minat belajar
siswa terhadap pembelajaran menulis teks cerita fantasi menggunakan media trafo
(trailer film onlie) digunakan angket sebagai berikut:
Angket Respons Siswa

Terhadap Media Pembelajaran Trafo (Trailer Film Online)


Berilah tanda check list (√) sesuai dengan pilihan sikapmu terhadap pernyataan
dibawah ini !
Ket : Ya ( setuju ) dan Tidak (Tidak Setuju)
Nama : ………………………………….
No Pernyataan Pilihan sikap
Ya Tidak
1 Media pembelajaran trafo (trailer film online) yang baru saja
berlangsung sangat menarik
2 Saya ingin topik lain diajarkan dengan media pembelajaran trafo
(trailer film online) seperti ini
3 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini
menjadikan saya senang belajar
4 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini, membuat
saya berani mengajukan pertanyaan pada guru maupun teman
5 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini,
menumbuhkan sikap kritis, berpikir ilmiah, dan kerja sama

Bandung, Oktober 2021


Penguji Lembar Angket

24
.......................................

Peneliti perlu mendapatkan data tambahan untuk dapat mengetahui


perubahan psikologi anak dalam kegiatan belajar menulis teks cerita fantasi
dengan melakukan wawancara informal dengan siswa.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa lembar observasi untuk
mengobservasi penerapan peningkatan keterampilan siswa dalam pelajaran
Bahasa Indonesia materi menulis teks cerita fantasi menggunakan media trafo
(trailer film online) dan lembar angket respons serta wawancara siswa untuk
mengetahui minta siswa terhadap penggunaan media trafo (trailer film online)
dalam pembelajaran menulis teks cerita fantasi:
Lembar instrument dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati penerapan
peningkatan kemampuan siswa menjelaskan materi menulis teks cerita fantasi
melalui media pembejaran trafo (trailer film online) yang dilakukan oleh guru.
Sebelum lembar observasi dibuat, maka dibuat dahulu kisi-kisi instrumen
observasi. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru sebagai berikut:
No Aspek Indikator No.Item
1 Penguasaan Kelancaran menjelaskan materi 1a
Materi
Kemampuan menjawab pertanyaan 1b
Keragaman pemberian contoh 1c
2 Sistematika Ketuntasan uraian materi 2a
penyajian
Uraian materi mengarah pada tujuan 2b
Urutan materi sesuai dengan KI/KD 2c
3 Penerapan Ketepatan pemilihan metode sesuai materi 3a

25
Metode Kesesuaian urutan sintaks metode 3b
Mudah diikuti siswa 3c
4 Penggunaan Ketepatan pemilihan media dengan materi 4a
Media
Keterampilan menggunakan media 4b
Media memperjelas terhadap materi 4c
5 Performance Kejelasan suara yang diucapkan 5a
Kekomunikatifan guru dengan siswa 5b
Keluwesan sikap guru dengan siswa 5c
6 Pemberian Keantusiasan guru dalam mengajar 6a
Motivasi
Kepedulian guru terhadap siswa 6b
Ketepatan pemberian reward dan
6c
punishment
7 Keberhasilan Menjelaskan waktu 7a
LKPD 7b
Diskusi 7c
Jumlah Item 21

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa


Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa penerapan peningkatan kemampuan siswa menjelaskan materi menulis
teks cerita fantasi menggunakan media pembejaran trafo (trailer film online)
yang dilakukan oleh guru. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa
sebagai berikut:
No Aspek Indikator No.
Item
1 Keaktifan Aktif memperhatikan penjelasan guru 1
Aktif menggunakan media 2
Aktif menjawab pertanyaan guru 3
Keaktifan dan inisiatif siswa 4
Aktif mengerjakan tugas individu 5
2 Keberanian Rasa ingin tahu dan keberanian siswa 6
3 Kerja Sama Kerja sama mengerjakan tugas-tugas 7
kelompok
4 Bertanya Mengajukan pertanyaan dengan sopan 8
Bertanya tentang materi yang kurang jelas 9
5 Kemampuan Mampu membuat kesimpulan pembelajaran 10
Jumlah item 10

26
Panduan penilaian
No Kegiatan Teknik Alat Kriteria Penelitian
. Pembelajaran
1 Tanya jawab Observasi  Keaktifan -skor 1-10
1. Bertanya 1. Bertanya:
2. Menjawab  Skor 8-10 jika sesuai
3. berpartisipasi dengan tema
pembelajaran dan
dengan kalimat yang
baik.
 Skor 5-7 jika sesuai
dengan tema
pembelajaran namun
belum menggunakan
kalimat dengan baik.
 Skor 1-4 jika jauh dari
tema pembelajaran.
2. Menjawab:
 Skor 8-10 jika
menjawab dengan
benar dan jelas.
 Skor 5-7 jika menjawab
hampir benar.
 Skor 3-4 jika menjawab
kurang benar.
 Skor 2 jika menjawab
salah.

27
3. Berpartisipasi:
 Skor 8-10 jika
menjelaskan dengan
baik dan benar.
 Skor 5-7 jika
menjelaskan dengan
benar.
 Skor 3-4 jika
menjelaskan hampir
benar.
 Skor 1-2 jika
menjelaskan jauh dari
benar.

LEMBAR OBSERVASI SISWA


A. Identitas
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi pelajaran : Menulis Teks Cerita Fantasi
Kelas : 7E
Indikator : Menulis cerita fantasi dengan memerhatikan pilihan kata,
kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan

B. Lembar observasi

Nama Aspek
No. Aktif Skor
siswa Bertanya menjawab partisipan

28
c. Angket Respons Siswa
Lembar angket respons siswa digunakan untuk mengamati minat siswa
terhadap penerapan peningkatan kemampuan siswa menjelaskan materi menulis
teks cerita fantasi melalui media pembejaran trafo (trailer film online) yang
dilakukan oleh guru. Sebelum lembar angket dibuat, maka dibuat dahulu kisi-kisi
instrument angket. Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru sebagai
berikut
Kisi-kisi Angket Respons Siswa
No Komponen Sub Komponen No. Lembar
. Wawancara
1. Respon siswa terhadap a. Respon siswa terhadap 1, 2 dan 3
media pembelajaran trafo pembelajaran menulis teks cerita
(trailer film online) fantasi
b. Menumbuhkan sikap kritis, 5
berpikir ilmiah dan kerja sama
2. Media pembelajaran trafo a. Siswa lebih mudah menulis teks 4
(trailer film online) dapat cerita fantasi dengan cara belajar
memecahkan masalah seperti ini
yang terjadi di kelas

Angket Respons Siswa


Terhadap Media Pembelajaran Trafo (Trailer Film Online)

29
Berilah tanda check list (√) sesuai dengan pilihan sikapmu terhadap pernyataan
dibawah ini !
Ket : Ya ( setuju ) dan Tidak (Tidak Setuju)
Nama : ………………………………….
No Pernyataan Pilihan sikap
Ya Tidak
1 Media pembelajaran trafo (trailer film online) yang baru saja
berlangsung sangat menarik
2 Saya ingin topik lain diajarkan dengan media pembelajaran trafo
(trailer film online) seperti ini
3 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini
menjadikan saya senang belajar
4 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini, membuat
saya berani mengajukan pertanyaan pada guru maupun teman
5 Media pembelajaran trafo (trailer film online) seperti ini,
menumbuhkan sikap kritis, berpikir ilmiah, dan kerja sama
Bandung, Oktober 2021
Penguji Lembar Angket
E. Teknis Analisis Data
Analisis Data Kualiutatif menggunakan analisis deskriptif
Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu
menghitung rerata nilai tes tiap siklus/pertemuan dan membandimgkan serta
menghitung perubahan atau kenaikannya dengan nilai tes antar siklus maupun
dengan indikator kinerja. Observasi, angket, maupun wawancara dianalisis secara
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi tidak perlu
menggunakan uji statistik.
Data kuantitatif yang diperoleh berupa nilai hasil tes siswa setiap
pertemuan dihitung reratanya, dianalisis jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang
belum tuntas, nilai tertinggi maupun nilai terendah. Hasil-hasil analisis tersebut
direkapitulasi dan dihitung besar perubahan dan peningkatan yang terjadi dari
pertemuan ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus. Data yang didapat dari
siklus kedua dianalisis dengan cara yang sama, kemudian dari hasil analisis akhir
dari setiap siklus dihitung perubahan/peningkatannya dan diertai dengan deskripsi
kritis tentang penyebab perubahan tersebut. Data kualitatif berupa hasil observasi
yang telah diisi oleh observer dalam setiap pertemuan, angket respons siswa, serta
hasil wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif sesuai dengan kriteria yang

30
telah ditentukan pada instrumen. Hasil pengamatan tersebut juga dijadikan bahan
diskusi dan perbaikan pada tahap refleksi.

F. Indikator Keberhasilan
Merupakan kondisi akhir yang diharapkan yang didasarkan pada pengalaman
yang lalu. Jangan menetapkan indikator kinerja terlalu tinggi. Dianjurkan
menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) KD (Kompetensi Dasar) yang
diteliti. Penelitian tindakan kelas ini yang merupakan upaya peneliti untuk
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia terutama pada materi KD 4.3
tentang Menulis Teks Cerita Fantasi dengan menggunakan media trafo (trailer
film online). Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil bila hasil analisis
data akhir sama atau lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal dari KD 4.3
materi Menulis Teks Cerita Fantasi sebesar 75.

G. Tahapan/prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas yang terdiri dari 2 Siklus. PTK ini mengacu pada desain penelitian menurut
Kemmis & Mc Taggart, 2010: hlm. 132) seperti berikut ini:

31
Menurut desain di atas, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, setiap
siklus terdiri dari dua kali (2X) pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap tindakan/kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
Pelaksanaan penelitian disusun sebagaimana tabel di bawah ini.

Uraian Bulan ke-


No. Oktober November Desember
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Observasi
kelas yang
akan diteliti
2. Penyusunan
proposal
dan RPP
3. Pelaksanaan
tindakan
siklus I
4. Pelaksanaan
tindakan
siklus II
5. Penyusunan
laporan

H. Jadwal Pelaksanaan

Uraian Bulan ke-


No. Oktober November Desember
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1. Observasi
kelas yang
akan diteliti
2. Penyusunan
proposal
dan RPP
3. Pelaksanaan
tindakan

32
siklus I
4. Pelaksanaan
tindakan
siklus II
5. Penyusunan
laporan

Lampiran 1

Menyajikan Gagasan dalam bentuk Teks Cerita Fantasi

Selanjutnya anda diajak berlatih menulis teks cerita fantasi. Sebuah teks
cerita fantasi tentu saja memiliki struktur teks dan unsur kebahasaan seperti
halnya teks narasi pada umumnya. Perhatikan langkah-langkah menyusun teks
cerita fantasi berikut:
1. Memirsa video trailer film online
2. Menentukan ide penulisan dan tema
3. Membuat rangkaian peristiwa dari tema yang ditentukan (kerangka karangan)
4. Mengembangkan kerangka karangan cerita imajinasi
Sebelum menyusun teks cerita, Ananda harus memerhatikan penggunaan
ejaan dan tanda baca yang benar. Tentunya Ananda sudah memahami penggunaan
ejaan dan tanda baca, bukan? Penggunaan ejaan dan tanda baca harus sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Berbahasa Indonesia.

Lembar Kerja Peserta Didik


Tulislah sebuah cerita fantasi dengan judul yang kreatif! Perhatikan langkah
dan syarat penulisan teks cerita fantasi!

33
34

Anda mungkin juga menyukai