oleh:
ERLAN HENNI KRISTINA SILALAHI,S.Pd
NIP:198306082014072007
2020/2021
i
ii
1
ABSTRAK
Oleh:
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menulis siswa SMP kelas VII dianggap masih
rendah.
2. Siswa belum mampu membuat teks deskripsi dengan baik.
3. Minat menulis siswa masih rendah.
4. Pemahaman ejaan siswa masih rendah.
5. Penggunaan media yang belum digunakan secara maksimal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks
deskripsi siwa kelas VII SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS semester ganjil tahun
pelajaran 2020/2021
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi malasah di atas, maka rumusan masalah
yang diajukan adalah bagaimana keterampilan menulis teks deskripsi siswa
SMP kelas VII melalui media gambar.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulisan skripsi ini
bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan menulis teks deskripsi siswa
SMP kelas VII melalui media gambar
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoretis maupun praktis, untuk lebih jelas mengenai kedua hal tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Siswa sebagai perbandingan bagi guru dalam mengetahui
kemampuan menulis siswa.
b. Sebagai bahan referensi bagi guru untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi melalui media
gambar.
c. Menambah khasanah konsep tentang penyebab kelemahan
5
siswa dalam membuat teks deskripsi melalui media gambar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Guru dapat mengevaluasi penyebab kelemahan siswa dalam
menulis teks deskripsi melalui media gambar.
b. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis
teks deskripsi melalui media gambar.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui keterampilan
menulis siswa.
d. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui penyebab kelemahan siswa dalam menulis
teks deskripsi melalui media gambar.
ORETIS
B
A. Pengertian Menulis
A
Menurut Henry Guntur Tarigan, menulis merupakan sustu
keterampilan
B berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
I
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
I
Kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini
L
tidak akan dating secara otomatis, tetapi harusmelalui latihan dab
A banyak dan teratur. Menulis adalah suatu bentuk
praktik yang
berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi
N
waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting penulis
D
sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan
berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan
A
tujuannya. Menurut D‟Angelo dalam Henry Guntur Tarigan,
S ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan
penulis yang
situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan
A
dimanfaatkan itu adalah:
N
1) Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang
diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca);
T
2) Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua,
E
kenalan, atau teman sang penulis);
3) Waktu dan kesempatan (keadaan-keadaan yang
6
m ian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut
e perhatian langsung, masalah yang memerlukan
l pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan
i sebagainya).
b “ Many students think that they a lot of trouble
a with writing, because they have false expectations about
the writing process: how easy it should be and how long
t it should take, for example.”
k
Banyak siswa berpikir bahwa mereka memiliki banyak
a
kesulitan dalam menulis, karena memiliki anggapan yang salah
n
tentang proses menulis misalnya, harus berapa lama dalam menulis
b
dan semudah apa dalam menulis.
e
Sedangkan menurut Dalman, menulis merupakan sebuah
r
proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis
l
dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau
a
menghibur. Selanjutnya, Akhadiah, dkk mengemukakan bahwa
n
menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
g
menggunakan tulisan sebagai medianya.
s
Hasil dari proses kreatif menulis biasanya disebut dengan
u
istilah tulisan atau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada
n
hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua
g
istilah tersebut memilikipengertian yang berbeda. Istilah menulis
n
sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah.
y
Sementara, istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif
a
non ilmiah. Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang
s
sama karena menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau
u
merangkai, bukan menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun
a
kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraph menjadi tulisan
t
kompleks yang mengusung pokok persoalan.
u
k Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
e menulis adalah keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi
j mengungkapkan pikiran, ide, serta pendapat dengan menggunakan
a tulisan sebagai medianya.
d
7
B. Tujuan Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiMenuliskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya fungsi
utama dari tulisan adalah sebagai alat dari komunitas yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpokir. Juga dapat menolong kita
berpikir secara kritis juga dapat memudahkan kita merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau
presepsi kita, memecahkan masalah- masalah yang kita hadapi,
menyusun urutan bagi pengalaman. Penulis tidak hanya diharuskan
memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi
juga harus menentukan siapa pembaca karyanya itu dan apa
maksuddan tujuannya. Setiap jenis tulisan mengandung beberapa
tujuan; tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi
penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan
kategori dibawah ini:
a) Memberitahukan atau mengajar;
b) Meyakinkan atau mendesak;
c) Menghibur atau menyenangkan;
d) Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi
yang berapi- api.
8
p ”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:
e
a) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
n
mengajar disebut wacana informatif (informative
u
discourse).
l
b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak di
i sebut
s wacana persuasif (Persuasive discouese).
a
k
a
n
d
i
p
e
r
o
l
e
h
n
y
a
d
a
r
i
p
e
m
b
a
c
a
9
k menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer
(wacanakesastraan atau literary dicouse).
d) Tulisan yang mengekspresikan peasaan dan emosi yang
kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif
(expressive discourse).
12
D. Ciri-ciri Karangan Deskripsi
Menurut Dalman Karangan deskripsi mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
sebagai berikut:
1. Deskripsi lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang
objek;
2. Deskripsi bersifat member pengaruh sensivitas dan membentuk
imajinasi pembaca;
3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan
pilihan kata yang menggugah;
4. Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar,
dilihat, dan dirasakan. Misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.
Adapun ciri-ciri karangan yang baik menurut Keraf dalam Dalman, adalah
sebgai berikut:
E. Macam-macam Deskripsi
Menurut Akhadiah dalam Dalman, macam-macam deskripsi mencakupdua
macam, yaitu:
1. Deskripsi Tempat
Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam
setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan
dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang
tempat, jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik kalau
dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa tersebut.
2. Deskripsi Orang
Ada beberapa cara untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan seseorang tokoh yaitu:
a) Penggambaran fisik, yang bertujuan memberikan gambaran
yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang
tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif.
b) Penggambaran tindak-tanduk seorang tokoh. Dalam hal ini
13
pengarang mengikuti dengan cermat semua tindak-tanduk,
gerak-gerik sang tokoh dari tempat ke tempat lain, dan dari
waktu ke waktu lain.
c) Penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh,
misalnya, penggambaran tentang pakaian, tempat kediaman,
kendaraan, dan sebagainya.
d) Penggambaran perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini memang
tidak dapat diserap oleh panca indra manusia. Namun, antara
perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang sangat
erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, gerak
tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan
seseorang pada waktu itu.
e) Penggambaran watak seseorang. Aspek perwatakan ini
paling sulit dideskripsikan. Pengarang harus mampu
menafsirkan lahir yang terkandung dibalik fisik manusia.
14
Tetapi, di sini pilalah kekuatan seseorang pengarang. Dengan
keahlian dan kecermatan yang dimilikinya, ia mampu
mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadianseseorang
tokoh. Kemudian menampilkan dengan jelas unsur-unsur
yang dapat memperlihatkan watak seseorang.17
15
2. Ketepatan kata
Ketepatan kata merupakan aturan-aturan bahasa yang berlaku.
Ketepatan kata bisa disebut juga diksi atau memilih kata yangtepat.
Memilih kata yang tepat, perlu adanya kamus yangmembantu dalam
penggunaan kata yang ingin dipakai.
3. Ketepatan kalimat
Ketepatan kalimat merupakan bagaimana penulis harus
mengunakan kalimat yang tepat dan efektif. Berikut beberapa
struktur Kalimat Efektif:
a. Struktur Kalimat Paralel
Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama dipakai dalam
susunan serial jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan
dengan frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajatharus
dinyatakan dengan frase. Jika semua ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an,ke-an),
maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga.
Demikian juga halnya sebuah ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, si-kan),
maka ide lainnya yang sederajat harus dinyatakan denganjenis
kata yang sama. Kesejajaran (paralelisme) akan membantuk
member kejelasan kalimat secara keseluruhan. Perhatika contoh
berikut!
16
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan
mengatur peminjaman buku.
Ketidaksejajaran itu pada kata pembelian (buku) yang
disejajarkan dengan kata membuat (katalog), dan mengatur
(peminjaman buku). Agar sejajar, ketidak satuan itu dapat
dijadikan nomina semua, ubahannya seperti pada kalimat (a)
dan jika dijadikan verba semua, ubahannya seperti pada kalimat
(b).
a) Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog, dan pengaturan peminjaman buku.
b) Kegiatannya meliputi membeli buku, membuat katalog,
dan mengatur peminjaman buku.
c. Kesejajaran Makna
Seperti telah dinyatakan, bentuk dan makna berkaitan erat.
Keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi dari kepingan
uang yang sama. Berikut ini diuraikan makna yang terkandung
dalam satuan fungsional. Satuan fungsional adalah unsur
kalimat yang berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan
sebagainya. Status fungsi itu ditentukan oleh relasi makna
antar satuan. Kalimat (a) berikut ini janggal karena tidak ada
kesejajaran subjek dan predikat dari segi makna.
a) Dia berpukul-pukulan.
Kata berpukul-pukulan bermakna „saling pukul‟. Hal itu berarti
pelakunya harus lebih dari satu. Karena kata dia bermakna
tunggal, subjek kalimat (a) itu perlu di tambahkan keterangan
penyerta dengan temannya.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran makna peredikat dan
objek.
b) Adik memetiki setangkai bunga.
Kata memetiki mempunyai makna „berulang-ulang‟ yang
tentunya tidak dapat diterapkaan pada setangkai bunga.
Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat
menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai pada
objek.
4. Ejaan dan tata tulis
Ejaan adalah seluruh peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu
17
(pemisahan dan penggambungannya dalam suatu bahasa). Secara
teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.21 Penggunaan ejaan dan
tata tulis berpedoman pada Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia
(PUEBI).
G. Pembelajaran Menulis
Belajar dan mengajar merupakan dua istilah dalam dunia pendidikan yang
sangat popular. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi
dalam suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti sebuah usaha
agar memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan mengajar merupakansuatu
proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan yang harus dilakukan, terutama bila
diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Menarik minat dan
perhatian siswa untuk belajar merupakan upaya guru dalam menciptakan
suasana belajar mengajar yang efektif.
Menurut Jack. C. Richard dan Willy A Renandya, ada sepuluh langkah
dalam perencanaan pembelajaran menulis dan dalam membantu guru untuk
merencanakan pembelajaran menulis. Sepuluh langkah tersebut sebagai
berikut.
a) Tujuan dan Sasaran
Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru
dapat memastikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Hal ini agar
pembahasantidak terlalu luas sehingga siswa dapat memahami dan
menerima pembelajaran menulis dengan baik.
b) Memilih Prinsip-prinsip Teori
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah memilih teori yang akan digunakan. Pemilihan
teori yang akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
c) Perencanaan Konten
Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran
menulis adalah perencanaan konten. Maksud perencanaan konten
tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru
menggunakan pengalaman pribadi, isu-isu sosial dan budaya sastra,
atau isi dari bidang studi lain sebagai tema atau topik tulisan.
18
d) Mempertibangkan Elemen
Menulis terdiri dari banyak bagian sehingga perlu
mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting
seperti konten, organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi,
19
“redlining” (menulis kembali); umpan balik seperti rekaman suara;
20
atau tanggapan tertulis. Ketiga, memilih jenis dalam member umpan
balik dengan memperhatikan waktu dan ukuran kelas. Keempat,
gurudan siswa perlu menyepakati tujuan umpan balik.
i) Evaluasi
Guru menggunakan tes essai kalimat untuk mengevaluasi
siswa. Mereka menggunakan hasil tes ini di samping kuesioner
untuk mengetahui atau mengevaluasi kesuksesan mereka sendiri
sebagai guru.
j) Refleksi
Sasaran, isi, teori, silabus, bahan, kegiatan, umpan balik, dan
evaluasi adalah subtansi yang dapat direncanakan
dalampembelajaran menulis. Berdasarkan sepuluh langkah dalam
pembelajaran menulis menurut Raimes, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis harus melalui tahap-tahap tertentu.
H. Media Pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya
berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Jadi, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakaukan proses belajar secara efesien dan efektif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media adalah alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk.
Sedangkan dalam Rudy Sumuharsono dan Hisbiyatul Hasanah, ada beberapa
pendapat tentang media, yaitu sebagai berikut:
1. Schram, media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah
perluasan dari guru.
22
3. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. 28
Dindin Ridwanuddin29 mengungkapkan bahwa, Media
pembelajaran bahasa Indonesia adalah alat yang digunakan oleh
siswa maupun guru untuk mempelancar proses belajar mengajar
bahasa Indonesia yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya guru sebagai sentral perencana pembelajaran harus
23
b) Memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dengan kenyataan.
c) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
24
b) Mengembangkan konteks dalam tulisan
c) Memberikan informasi yang menyangkut objek, tindakan,
peristiwa.
d) Menyediakan rencana nonverbal untuk menulis karangan.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Lexy mengatakan jumlah data penelitian deskriptif kualitatif
yakni data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka.2 Mukhtar menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah
suatu metode yang digunakan untuk mengemukakan pengetahuan terhadap
subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif
berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.3
26
D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian
ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Hulu Sihapas. Jumlah seluruhnya
adalah 20 siswa. Adapun rincian populasi tersebut dapat dilihat berikut ini.
Tabel 3.1
Rincian Populasi
No. Jenis Kelamin Jumlah Siswa
1. Laki-laki 9
2. Perempuan 11
Jumlah 20
28
F. Teknik Pengolahan Data
Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur pengolahan
data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu:
1. Memeriksa karangan peserta didik berdasarkan aspek
yang telahditentukan.
2. Memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan
ketentuan penskoran yang telah ditetapkan. Kemudian, skor
29
Tabel 3.3
Kualifikasi Nilai
30
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan perolehan data lapangan dan pengolahan data, maka diperoleh
kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai
keterampilan menulis teks deskripsi peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1
HULU SIHAPAS dengan media gambar tergolong kurang. Hal ini dilihat
melalui nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1
HULU SIHAPAS secara umum, yaitu pada kategori kurang (40-45). Dilihat
dari segi persentase, peserta didik memperoleh nilai pada kategori sangat baik
dan baik tidak ada sama sekali, kategori baik 2 orang atau 6%, kategori cukup
8 orang atau 27%, kategori kurang 20 orang atau 66%, dan kategori sangat
kurang tidak ada.
Hasil analisis terhadap keterampilan menulis peserta didik menunjukkan
hasil rata-rata dengan rincian nilai: 41, 43, 45, 46, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 56,
57, 62,64, 65, 66, 68, 70. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa
peserta didik kurang mampu menulis teks deskripsi dengan menggunakan
media gambar.
Ketidakterampilan peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1 HULU
SIHAPAS menulis teks deskripsi dengan media gambar umumnya belum
terampil pada komponen menggunakan kalimat efektif dan pemilihan kata
yang tepat.
B. Saran
Keterampilan menulis peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1 HULU
SIHAPAS belum maksimal. Oleh karena itu peserta didik perlu mendapatkan
pembelajaran yang intensif dalam pembelajaran menulis. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan pembelajaran menulis dapat dilakukan
melalui cara, seperti:
1. Guru
Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran menulis yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuan peserta didik, serta menggunakan media
pembelajaran yang efektif. Selain itu guru harus banyak memnberikan
latihan menulis kepada peserta didik.
31
2. Siswa
Siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan
dianjurkan untuk sering berlatih menulis sehingga dapat terampil dalam
menulis, dan banyak membaca kamu bahasa Indonesia agar dapat
menguasai kosakata.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung
proses pembelajaran seperti buku bacaan siswa dan media pembelajaran
untuk guru.
32
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, Sabarti dkk.2021. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga,
Arifin, E. Zaenal. 2008. Cermat Bebahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Akademika Pressindo.
Dietsch, Betty Mattix. 2003. Reasoning Writing Well a Rhetoric, Research Guide, and
Handbook. New York: Mc Graw Hill,
33
34
35