Anda di halaman 1dari 37

PENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK)

KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII


SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS
DENGAN MEDIA GAMBAR
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

oleh:
ERLAN HENNI KRISTINA SILALAHI,S.Pd
NIP:198306082014072007

SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS


KEC. HULU SIHAPAS
KABUPATENPADANG LAWAS UTARA

2020/2021

i
ii
1
ABSTRAK

KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII


SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS
DENGAN MEDIA GAMBAR
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Oleh:

ERLAN HENNI KRISTINA SILALAHI, S.Pd

Perkembangan dan perubahan di segala aspek kehidupan semakin pesat,


begitu juga perkembangan di dunia pendidikan, tuntutan akan kesuksesan suatu
pembelajaran sangat diprioritaskan. Untuk mendukung kesuksesan pembelajaran
tersebut salah satunya yaitu mencari dan menerapkan model pembelajaran yang
sesuai untuk menyampaikan materi pelajaran, metode yang akan kita bahas disini
adalah model pembelajaran membaca dan menulis.
Rumusan masalah yang ingin disajikan sebagai bahan kajian adalah : Apakah
penggunaan model pembelajaran membaca dan menulis dapat meningkatkan minat
dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Hulu Sihapas
Kabupaten Padang Lawas Utara.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran membaca dan menulis lancar pada siswa Kelas VII dapat
meningkatkan motivasi belajar. Saran yang diberikan oleh peneliti adalah model
pembelajaran membaca dan menulis pada siswa Kelas VII sangat baik guna
mengasah keterampilan membaca dan menulis yang telah didapatkan dari SD
sebelumnya, selain itu untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan hasil belajar.

Kata Kunci : Hasil belajar, Membaca dan Menulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi untukmenyampaikan
pesan atau informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis juga merupakan sebuah
proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan,
misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur.1
Menulis dapat juga dikatakan bagian dari kemampuan yang diajarkan
dalam pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa terdiriatas empat
aspek, meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Penggunaan aspek
kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama
lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungannya karena keduanya
merupakan alat untuk menerima komunikasi. Sedangkan berbicara dan
menulis merupakan cara mengekspresikan makna. Menulis merupakan
kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak
dan membaca. Jadi, semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk
diekspresikan secara tertulis.
Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan
kepada pihak lain secara tertulis. Menulis menurut pengalaman, waktu,
kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran
langsung menjadi seorang penulis, menuntut gagasan yang logis,
diekspresikan dengan jelas, dan ditata dengan menarik.
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
sangat penting dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa untuk
mendukung fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Menurut Henry

Guntur Tarigan, menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang


digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain.3
Bentuk keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa yaitu
menulis karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Dalam hal ini penulis memilih karangan deskripsi dengan media gambar
karena media gambar merupakan alat bantu yang sangat efektif untuk lebih
menghidupkan pokok pembicaraan untuk menghindari rasa bosan dan
keengganan para pembaca.
3
Teks deskripsi merupakan salah satu teks yang harus dikuasai oleh
siswa, tetapi pada kenyataanya masih banyak siswa yang masih perlu
ditingkatkan dalam menulis teks deskripsi, meskipun sudah duduk di tingkat
SMP. Ini disebabkan kurangnya siswa berlatih dalam menulis, misalnya
dalam penggunaan ejaan, dalam memilih kosakata, dalam kesesuaian judul
dengan isi karangan, dan faktor lain dapat disebabkan kurangnya siswa
dalam memperhatikan guru saat menjelaskan mata pelajaran tentang teks
deskripsi sehingga dalam menulis teks deskripsi masih perlu ditingkatkan.
Dalam menulis dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan,
dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf
dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk sebuah karangan
yang baik dan utuh. Pentingnya keterampilan menulis di sekolah menuntut
siswa untuk dapat membuat sebuah tulisan, salah satu jenistulisan yaitu teks
deskripsi. Selain itu dalam pembelajaran menulis harus menggunakan
media agar proses pembelajaran tidak terlihat monoton dan membosankan.
Dengan menggunakan media dapat terciptanya ide dalam membuat teks
deskripsi tersebut, terutama dalam media gambar.
Penggunaan media gambar ini digunakan sebagai alternatif
pembelajaran menulis karangan deskripsi. Dengan media gambar
diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide dan gagasan
dalam bentuk tulisan. Selain itu media gambar juga diharapkan dapat
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, tenang, dan efektif
sehingga mengurangi kejenuhan pembelajaran menulis selama ini.
Pembelajaran menulis dengan media gambar inimerupakan langkah
yang dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan gai
media dalam proses mengajar di kelas. Penyajian media gambar digunakan
untuk memfasilitasi siswa dalam menulis teks deskripsi. Siswa diminta
untuk membuat teks berdasarkan video tersebut. Dengan demikian ide dan
gagasan siswa akan lebih mudah dituangkan secara jelas, konkret, dan
lengkap.
Fokus penelitian ini adalah rendahnya keterampilan dalam menulis
teks deskripsi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Hulu Sihapas.
Berdasarkan uraian di atas penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti
dengan judul “Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII
SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS dengan Media gambar”.

4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka
masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan menulis siswa SMP kelas VII dianggap masih
rendah.
2. Siswa belum mampu membuat teks deskripsi dengan baik.
3. Minat menulis siswa masih rendah.
4. Pemahaman ejaan siswa masih rendah.
5. Penggunaan media yang belum digunakan secara maksimal.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks
deskripsi siwa kelas VII SMP NEGERI 1 HULU SIHAPAS semester ganjil tahun
pelajaran 2020/2021

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi malasah di atas, maka rumusan masalah
yang diajukan adalah bagaimana keterampilan menulis teks deskripsi siswa
SMP kelas VII melalui media gambar.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulisan skripsi ini
bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan menulis teks deskripsi siswa
SMP kelas VII melalui media gambar

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoretis maupun praktis, untuk lebih jelas mengenai kedua hal tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Siswa sebagai perbandingan bagi guru dalam mengetahui
kemampuan menulis siswa.
b. Sebagai bahan referensi bagi guru untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menulis teks deskripsi melalui media
gambar.
c. Menambah khasanah konsep tentang penyebab kelemahan

5
siswa dalam membuat teks deskripsi melalui media gambar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Guru dapat mengevaluasi penyebab kelemahan siswa dalam
menulis teks deskripsi melalui media gambar.
b. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis
teks deskripsi melalui media gambar.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui keterampilan
menulis siswa.
d. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui penyebab kelemahan siswa dalam menulis
teks deskripsi melalui media gambar.
ORETIS
B
A. Pengertian Menulis
A
Menurut Henry Guntur Tarigan, menulis merupakan sustu
keterampilan
B berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
I
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
I
Kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini
L
tidak akan dating secara otomatis, tetapi harusmelalui latihan dab
A banyak dan teratur. Menulis adalah suatu bentuk
praktik yang
berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi
N
waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting penulis
D
sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan
berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan
A
tujuannya. Menurut D‟Angelo dalam Henry Guntur Tarigan,
S ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan
penulis yang
situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan
A
dimanfaatkan itu adalah:
N
1) Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang
diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca);
T
2) Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua,
E
kenalan, atau teman sang penulis);
3) Waktu dan kesempatan (keadaan-keadaan yang
6
m ian tertentu, waktu, tempat, dan situasi yang menuntut
e perhatian langsung, masalah yang memerlukan
l pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan
i sebagainya).
b “ Many students think that they a lot of trouble
a with writing, because they have false expectations about
the writing process: how easy it should be and how long
t it should take, for example.”
k
Banyak siswa berpikir bahwa mereka memiliki banyak
a
kesulitan dalam menulis, karena memiliki anggapan yang salah
n
tentang proses menulis misalnya, harus berapa lama dalam menulis
b
dan semudah apa dalam menulis.
e
Sedangkan menurut Dalman, menulis merupakan sebuah
r
proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis
l
dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau
a
menghibur. Selanjutnya, Akhadiah, dkk mengemukakan bahwa
n
menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
g
menggunakan tulisan sebagai medianya.
s
Hasil dari proses kreatif menulis biasanya disebut dengan
u
istilah tulisan atau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada
n
hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan kedua
g
istilah tersebut memilikipengertian yang berbeda. Istilah menulis
n
sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah.
y
Sementara, istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif
a
non ilmiah. Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang
s
sama karena menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau
u
merangkai, bukan menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun
a
kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraph menjadi tulisan
t
kompleks yang mengusung pokok persoalan.
u
k Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
e menulis adalah keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi
j mengungkapkan pikiran, ide, serta pendapat dengan menggunakan
a tulisan sebagai medianya.
d
7
B. Tujuan Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiMenuliskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya fungsi
utama dari tulisan adalah sebagai alat dari komunitas yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpokir. Juga dapat menolong kita
berpikir secara kritis juga dapat memudahkan kita merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau
presepsi kita, memecahkan masalah- masalah yang kita hadapi,
menyusun urutan bagi pengalaman. Penulis tidak hanya diharuskan
memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi
juga harus menentukan siapa pembaca karyanya itu dan apa
maksuddan tujuannya. Setiap jenis tulisan mengandung beberapa
tujuan; tetapi karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi
penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan
kategori dibawah ini:
a) Memberitahukan atau mengajar;
b) Meyakinkan atau mendesak;
c) Menghibur atau menyenangkan;
d) Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi
yang berapi- api.

Yang dimaksud dengan maksud dan tujuan penulis (the


writer’s intention) “responsi atau jawaban yang diharapkan oleh

8
p ”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan, bahwa:
e
a) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau
n
mengajar disebut wacana informatif (informative
u
discourse).
l
b) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak di
i sebut
s wacana persuasif (Persuasive discouese).
a
k
a
n
d
i
p
e
r
o
l
e
h
n
y
a
d
a
r
i
p
e
m
b
a
c
a
9
k menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer
(wacanakesastraan atau literary dicouse).
d) Tulisan yang mengekspresikan peasaan dan emosi yang
kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif
(expressive discourse).

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan,


Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan, merangkumnya
sebagai berikut:

c) T a) Assignment purpose (tujuan penulisan)


u Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas
l kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas
i merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat
s laporan atau notulen rapat).
a b) Altruistic purpose (tujuan altruistik)
n Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
y menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin
a menolong para pembaca memahami, menghargai
n perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para
g pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan
b karya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara
e tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadarmaupun
r secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karya
t itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik
u adalah kunci keterbacaan suatu tulisan.
j c) Persuasive purpose (tujuan persuasif)
u Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan
a kebenaran gagasan yang diutarakan.
n d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan
u penerangan) Tulisan yang bertujuan
n member informasiatauketerangan/penerangan para
t pembaca.
u e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
10
T atau menyatakan diri sangpengarang kepada para
u pembaca. ini erat hubungannya dengan tujuan
l pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini
i melebihi pernyataan diri, dan melibatkandirinya dengan
s keinginan mencapai norma artistic, atau seni yang
a ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai
n nilai-nilai artisrik, nilai-nilai kesenian.
y f) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
a Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan
n masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
g menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat
b pikiran-pikiran dan gagasan- gagasannya sendiri agar
e dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.6
r “Writing is used by writers to translate their ideas into
words on the page so they can communicate their ideas
t
to other people.”7
u
Menulis digunakan oleh penulis untuk menuangkan ide-ide
j
mereka menjadi kata-kata, sehingga mereka dapat menyampaikan
u
ide-ide merekakepada orang lain. Dalman mengungkapkan,8 dalam
a
komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat,
n
yaitu: (1) penulis sebagai penyampaian pesan (penulis), (2) pesan
m
atau tulisan, (3) saluran atau media berupa tulisan, dan (4) pembaca
e
sebagai penerima pesan.
m
Tulisan yang efektif mencangkup beberapa aspek, seperti
p
kandungan isi, nilai dan norma, metode penelitian dan metode
e
penulisan, bahasa, penyajian dan penampilan. Pada sisi lain, efektif
r
bagi pembaca, yaitu memberikan manfaat, baik dalam menambah
k
pengetahuan, wawasan pengalaman, memberikan aspirasi, maupun
e
hiburan.
n
a
l
k
a
n
11
C. Pengertian Teks Deskripsi

Deskripsi adalah salah satu bentuk tulisan yang berisi gambaran-gambaran


mengenai suatu kejadian dengan maksud untuk menceritakan daya imajinasi
yang dialami oleh pengarang.10 Menurut Kunjana Rahardi deskripsi yakni
melikusikan atau menggambarkan apasaja yang dilihat di depan mata
penulisnya. Jadi, tulisan ini bersifat loyal terhadap tataruang atau tata letak
objek yang dituliskan itu.11
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf yang melukiskan (lukisan).
Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini
bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas
ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, desktiptif berurusan dengan
hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindera.12
Menurut Finoza dalam Dalman, deskripsi adalah bentuk tulisan yang
bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.13 Sedangkan menurut Mahsun,
teks deskripsi adalah teks yang memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan
suatu objek atau benda secara individual berdasarkan ciri fisiknya. Teks
deskriptif juga merupakan tulisan yang menggambarkan atau melukiskan
sesuatu yang akan diungkapkan penulis, sehingga pembaca atau yang
mendengar seolah-olah melihat sendiri objek yang telah dibicarakan, meskipun
pembaca atau pendengar belum pernah menyaksikan sendiri. 14
“Description has been defined by philosophers as “a mode
perception,” a means of knowing. It way to impose order upon the
confusing complexity of the real world and to understand it, at least

partially. It allows the writer to record sensory details, to reflect on


an experience and ponder its significance. Description is an
excellent way to preserve oral family history and firthand
research.”15
Para filosofi telah mendefinisikan deskripsi sebagai “mode persepsi” yang
bisa diketahui artinya dengan cara menafsirkan informasi sensoris guna
memberikan gambaran terhadap sesuatu yang akan ditafsirkan.

12
D. Ciri-ciri Karangan Deskripsi
Menurut Dalman Karangan deskripsi mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
sebagai berikut:
1. Deskripsi lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang
objek;
2. Deskripsi bersifat member pengaruh sensivitas dan membentuk
imajinasi pembaca;
3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan
pilihan kata yang menggugah;
4. Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar,
dilihat, dan dirasakan. Misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.
Adapun ciri-ciri karangan yang baik menurut Keraf dalam Dalman, adalah
sebgai berikut:

1. Berisi tentang perincian-perincian sebagai objeknya teroandang di


depan mata;
2. Dapat menimbulkan kesan dan daya khayal pembaca;
3. Menyampaikan sifat dan perincian wujud yang dapat ditemukan
dalam objek itu;
4.
Menggunakan bahasa yang cukup hidup, kuat, dan bersemangat
serta konkret.

E. Macam-macam Deskripsi
Menurut Akhadiah dalam Dalman, macam-macam deskripsi mencakupdua
macam, yaitu:
1. Deskripsi Tempat
Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam
setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan
dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang
tempat, jalannya sebuah peristiwa akan lebih menarik kalau
dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa tersebut.
2. Deskripsi Orang
Ada beberapa cara untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan seseorang tokoh yaitu:
a) Penggambaran fisik, yang bertujuan memberikan gambaran
yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang
tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif.
b) Penggambaran tindak-tanduk seorang tokoh. Dalam hal ini

13
pengarang mengikuti dengan cermat semua tindak-tanduk,
gerak-gerik sang tokoh dari tempat ke tempat lain, dan dari
waktu ke waktu lain.
c) Penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh,
misalnya, penggambaran tentang pakaian, tempat kediaman,
kendaraan, dan sebagainya.
d) Penggambaran perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini memang
tidak dapat diserap oleh panca indra manusia. Namun, antara
perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang sangat
erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, gerak
tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan
seseorang pada waktu itu.
e) Penggambaran watak seseorang. Aspek perwatakan ini
paling sulit dideskripsikan. Pengarang harus mampu
menafsirkan lahir yang terkandung dibalik fisik manusia.

14
Tetapi, di sini pilalah kekuatan seseorang pengarang. Dengan
keahlian dan kecermatan yang dimilikinya, ia mampu
mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadianseseorang
tokoh. Kemudian menampilkan dengan jelas unsur-unsur
yang dapat memperlihatkan watak seseorang.17

Di sini penulis mengambil penelitian terhadap tulisan siswa berdasarkan


deskripsi tempat yaitu deskripsi tempat yang terdapat pada video wisata.

F. Langkah-langkah Menyusun Deskripsi


Langkah-langkah menyusun deskripsi, yaitu:
1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan;
2. Tentkan tujuan;
3. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan
dideskripsikan;
4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis)
atau membuat kerangka karangan;
5. Menguraikan/mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
Dalam menulis teks deskripsi harus memperhatikan penggunaan bahasa dan
tulisannya. Sutarno Ns mengungkapkan bahawa tulisan yang efektif
mencangkup beberapa aspek, seperti kandungan isi, nilai dan norma, bahasa,
penyajian dan penampilan. Pada sisi lain efektif bagi pembaca yaitu,
memberikan manfaat, baik dalam menambah pengetahuan, wawasan
pengalaman, memberikan aspirasi, maupun hiburan. Dalam menulis yang
efektif beberapa yang harus diperhatikan yaitu:
1. Organisasi
Organisasi merupakan sistematika atau susunan isi yang terdapat
dalam suatu karangan. Perlu adanya susuna yang sesuai dengan

ketepatan yang telah dibuat. Organisasi dalam karangan disesuaikan


dengan media yang diberikan. Organisasi mencangkuppendahuluan,
isi, dan penutup yang sistematika. Penilaian terhadap organisasi
dilakukan untuk mengetahui apakah karangan yang dibuat siswa
sudah mencangkup ketiga bagian pokok tersebut.

15
2. Ketepatan kata
Ketepatan kata merupakan aturan-aturan bahasa yang berlaku.
Ketepatan kata bisa disebut juga diksi atau memilih kata yangtepat.
Memilih kata yang tepat, perlu adanya kamus yangmembantu dalam
penggunaan kata yang ingin dipakai.
3. Ketepatan kalimat
Ketepatan kalimat merupakan bagaimana penulis harus
mengunakan kalimat yang tepat dan efektif. Berikut beberapa
struktur Kalimat Efektif:
a. Struktur Kalimat Paralel
Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama dipakai dalam
susunan serial jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan
dengan frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajatharus
dinyatakan dengan frase. Jika semua ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an,ke-an),
maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga.
Demikian juga halnya sebuah ide dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, si-kan),
maka ide lainnya yang sederajat harus dinyatakan denganjenis
kata yang sama. Kesejajaran (paralelisme) akan membantuk
member kejelasan kalimat secara keseluruhan. Perhatika contoh
berikut!

Ibu menimang mesra si cilik Raminra, menyanyikan lagu,


mengajak berbicara, mengajak bercanda dengan senang hati.

Pada kalimat tersebut, ide-ide yang sederajat dinyatakan dalam


bentuk kelompok kata (frase). Kalimat tersebut memakai kata
kerja awalan me- dalam satuan kelompok kata (frase), seperti
pada menimang mesra, menyanyikan lagu, mengajak bicara,
dan mengajak bercanda.
b. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan digunakan untuk kata berperan dalam menentukan
kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan
ketidaksejajaran bentuk.

16
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan
mengatur peminjaman buku.
Ketidaksejajaran itu pada kata pembelian (buku) yang
disejajarkan dengan kata membuat (katalog), dan mengatur
(peminjaman buku). Agar sejajar, ketidak satuan itu dapat
dijadikan nomina semua, ubahannya seperti pada kalimat (a)
dan jika dijadikan verba semua, ubahannya seperti pada kalimat
(b).
a) Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog, dan pengaturan peminjaman buku.
b) Kegiatannya meliputi membeli buku, membuat katalog,
dan mengatur peminjaman buku.
c. Kesejajaran Makna
Seperti telah dinyatakan, bentuk dan makna berkaitan erat.
Keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi dari kepingan
uang yang sama. Berikut ini diuraikan makna yang terkandung
dalam satuan fungsional. Satuan fungsional adalah unsur
kalimat yang berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan
sebagainya. Status fungsi itu ditentukan oleh relasi makna

antar satuan. Kalimat (a) berikut ini janggal karena tidak ada
kesejajaran subjek dan predikat dari segi makna.
a) Dia berpukul-pukulan.
Kata berpukul-pukulan bermakna „saling pukul‟. Hal itu berarti
pelakunya harus lebih dari satu. Karena kata dia bermakna
tunggal, subjek kalimat (a) itu perlu di tambahkan keterangan
penyerta dengan temannya.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran makna peredikat dan
objek.
b) Adik memetiki setangkai bunga.
Kata memetiki mempunyai makna „berulang-ulang‟ yang
tentunya tidak dapat diterapkaan pada setangkai bunga.
Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat
menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai pada
objek.
4. Ejaan dan tata tulis
Ejaan adalah seluruh peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu
17
(pemisahan dan penggambungannya dalam suatu bahasa). Secara
teknis yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.21 Penggunaan ejaan dan
tata tulis berpedoman pada Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia
(PUEBI).
G. Pembelajaran Menulis
Belajar dan mengajar merupakan dua istilah dalam dunia pendidikan yang
sangat popular. Kedua istilah itu mengacu kepada suatu proses yang terjadi
dalam suatu rangkaian unsur yang saling terkait. Belajar berarti sebuah usaha
agar memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan mengajar merupakansuatu
proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi

dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan yang harus dilakukan, terutama bila
diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Menarik minat dan
perhatian siswa untuk belajar merupakan upaya guru dalam menciptakan
suasana belajar mengajar yang efektif.
Menurut Jack. C. Richard dan Willy A Renandya, ada sepuluh langkah
dalam perencanaan pembelajaran menulis dan dalam membantu guru untuk
merencanakan pembelajaran menulis. Sepuluh langkah tersebut sebagai
berikut.
a) Tujuan dan Sasaran
Di dalam merencanakan pelatihan menulis hendaknya guru
dapat memastikan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Hal ini agar
pembahasantidak terlalu luas sehingga siswa dapat memahami dan
menerima pembelajaran menulis dengan baik.
b) Memilih Prinsip-prinsip Teori
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah memilih teori yang akan digunakan. Pemilihan
teori yang akan digunakan. Pemilihan teori ini tentu saja yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
c) Perencanaan Konten
Langkah ketiga dalam perencanaan dan pembelajaran
menulis adalah perencanaan konten. Maksud perencanaan konten
tersebut yaitu dalam pembelajaran menulis di kelas guru
menggunakan pengalaman pribadi, isu-isu sosial dan budaya sastra,
atau isi dari bidang studi lain sebagai tema atau topik tulisan.

18
d) Mempertibangkan Elemen
Menulis terdiri dari banyak bagian sehingga perlu
mempertimbangkan mana yang akan menjadi yang paling penting
seperti konten, organisasi, orisinalitas, gaya, kelancaran, akurasi,

atau bentuk tulisan yang digunakan. Elemen yang dimaksud adalah


bagian-bagian yang akan ditulis baik itu topik, tema, diksi, gaya
bahasa,danlain sebagainya.
e) Mengembangkan Silabus
Dengan adanya silabus dalam praktik pembelajan Brown
menunjukkan sebuah “kombinasi pendekatan yang sering
digunakan” apa yang mereka gunakan dan dalam proporsi apa
tergantung pada siswa, tujuan, prinsip-prinsip teoritis, dan kendala
kelembagaan.
f) Memilih Bahan atau Topik Belajar
Guru dalam memilih bahan atau topik belajar dapat melalui
video, perangkat lunak, dan buku. Bahan-bahan tersebut harus
sesuaidengan tujuan, prinsip, isi, dan bobot yang telah diputuskan
agar tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan.
g) Bermain Peran
Ada banyak pembicaraan teoritis tentang kelas yangberpusat
pada siswa dan guru. Artinya bahwa guru tidak hanya berperan
sebagai guru, tetapi juga berperan sebagai siswa. Itulah mengapa
pentingnya siswa bagi guru dalam menulis jurnal reflektifmengajar.
Secara tidak langsung guru pernah menjadi siswa, sehingga guru
dapat mengerti kondisi dan kemampuan siswa.
h) Jenis dan Metode Umpan Balik
Pertama, dalam kasus kelas besar tidak setiap tulisan harus
diperbaiki atau bahkan dilihat oleh guru. Siswa dapat melakukan
penulisan jurnal, umpan balik untuk membaca atau menulis bebas di
mana tujuannya adalah untuk menghasilkan ide-ide sehingga
meningkatkankelancaran akurasi. Kedua, siapa pun yang memiliki
berbagai metode fisik menanggapi komentar atau percakapan
dengan penulis, umpan balik dengan perangkat lunak computer,
menggunakan fitur-fitur seperti kemampuan “comment” dan

19
“redlining” (menulis kembali); umpan balik seperti rekaman suara;

20
atau tanggapan tertulis. Ketiga, memilih jenis dalam member umpan
balik dengan memperhatikan waktu dan ukuran kelas. Keempat,
gurudan siswa perlu menyepakati tujuan umpan balik.
i) Evaluasi
Guru menggunakan tes essai kalimat untuk mengevaluasi
siswa. Mereka menggunakan hasil tes ini di samping kuesioner
untuk mengetahui atau mengevaluasi kesuksesan mereka sendiri
sebagai guru.
j) Refleksi
Sasaran, isi, teori, silabus, bahan, kegiatan, umpan balik, dan
evaluasi adalah subtansi yang dapat direncanakan
dalampembelajaran menulis. Berdasarkan sepuluh langkah dalam
pembelajaran menulis menurut Raimes, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran menulis harus melalui tahap-tahap tertentu.
H. Media Pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya
berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Jadi, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakaukan proses belajar secara efesien dan efektif.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media adalah alat (sarana)
komunikasi seperti koran, majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk.
Sedangkan dalam Rudy Sumuharsono dan Hisbiyatul Hasanah, ada beberapa
pendapat tentang media, yaitu sebagai berikut:
1. Schram, media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah
perluasan dari guru.

2. NEA, media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak


maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
3. Briggs, media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi
siswa supaya terjadi proses belajar.
4. AECT, media merupakan segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.
5. Gagne, media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
6. Miarso, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
21
menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.26

Gerlach dan Ely dalam Rudy Sumuharsono dan Hisbiyatul Hasanah,


mengemukakan bahwa media belajar merupakan alat-alat grafis, fotografis
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Menurut R.M. Soelarko, media pembelajaran
memiliki fungsi yaitu memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau
sukar dilihat sehingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian
ataumeningkatkan persepsi seseorang.27
Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efesien
melakukannya.
1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekan,
menyimpan, melestarikan, dan mengkontruksi suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, auto tape, disket
computer dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya

dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi


dengan mudah kapan saja diperlukan.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau
objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang
ada dapat digunakan setiap saat.
2. Ciri Manipulative (Manipulative Property)
Transformasi kejadian atau objek dimungkinkan karena
memiliki ciri manipulative. Kejadian yang memakan waktu berhari-
hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit
dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
Kemampuan media dari ciri manipulative memerlukan perhatian
sungguh-sungguh Karena apabila terjadi kesalahan dalam
pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-
bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang
tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga
dapat mengubah sikap mereka kea rah yang tidak diinginkan.

22
3. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. 28
Dindin Ridwanuddin29 mengungkapkan bahwa, Media
pembelajaran bahasa Indonesia adalah alat yang digunakan oleh
siswa maupun guru untuk mempelancar proses belajar mengajar
bahasa Indonesia yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya guru sebagai sentral perencana pembelajaran harus

pandai memilih dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi


dengan mempertimbangkan factor psikologis siswanya sehingga
bisa membangkitkan minat belajar dan suasana pembelajaran bisa
hidup menyenangkan. Sebab untuk memvisualisasikan konsep
kepada siswa guru harus pandai memilih media yang tepat.

a. Kegunaan media pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, kegunaan media pembelajaran adalah:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitik
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya:
a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realitas gambar,
film, atau model.
b) Objek yang kecil, dibantu dengan proyek mikro, film atau gambar.
c) Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau highspeed photography.
d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal.
e) Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat
disajikan dalam model, dan diagram.
f) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklan) dapat
di visualisasikan dalam bentuk film, dan gambar.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran
berguna untuk:
a) Menimbulkan kegairahan belajar.

23
b) Memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dengan kenyataan.
c) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.

4) Sifat unik setiap peserta didik, lingkungan dan pengalaman yang


berbeda, kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi
bila latar belakang lingkungan guru dan peserta didik juga berbeda.
Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu
kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.
b. Fungsi Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, fungsi media dapat dikhususkan
pada empat keterampilan bahasa, yaitu:
1) Fungsi media dalam pembelajaran menyimak
a) Memotivasi peserta didik untuk mencari dan mendapatkan
sesuatu lebihbanyak dengan mendengarkan.
b) Agar peserta didik merasa bahwa apa yang didengarkan
berhubungandengan kehidupan nyata.
c) Memberi petunjuk tentang makna detail.
d) Member petunjuk tentang makna pokok.
e) Memberi materi nonverbal yang bisa dipahami.
2) Fungsi media dalam pembelajaran berbicara
a) Memotivasi peserta didik untuk berani berbicara.
b) Mengembangkan dalam wicaranya.
c) Member informasi dalam wicara yang menyangkut objek, tindakan,
peristiwa, dan keterkaitannya.
d) Member isyarat-isyarat nonverbal dengan aman.
3) Fungsi media dalam pembelajaran membaca
a) Memotivasi peserta didik agar ingin membaca.
b) Member makna detail.
c) Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan isi teks.
4) Fungsi media dalam pembelajaran menulis
a) Memotivasi peserta didik untuk melakukan kegiatan menulis

24
b) Mengembangkan konteks dalam tulisan
c) Memberikan informasi yang menyangkut objek, tindakan,
peristiwa.
d) Menyediakan rencana nonverbal untuk menulis karangan.

Media gambar digunakan sebagai salah satu media pembelajaran menulis,


karena seperti yang telah di sebutkan ciri media yaitu menggambarkan
kemampuan media merekan, menyimpan, melestarikan, dan mengkontruksi
suatu peristiwa atau objek, salah satu contohnya yaitu video. Penggunaan
media gambar merupakan alat bantu peserta didik dalam mengembangkan teks
deskripsi, sehingga membantu peserta didik menggambarkan tempat-tempat
wisata secara rinci.

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Hulu Sihapas, beralamat
di Jalan Simarloting km. 1 Desa Aek Nauli Pasar Aek Godang. Penelitian
ini dilakukan mulai Oktober 2020 sampai April 2021.

B. Objek dan Subjek Penelitian


Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi bahan penelitian.
Sedangkan subjek penelitian adalah suatu yang menjadi sumberdari objek
penelitian berupa peseerta didik, guru, dan semua elemen pendidikan yang
menjadi perhatian peneliti.1 Objek penelitian ini adalah keterampilan
menulis peserta didik dengan media gambar, sedangkan subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah dua puluh peserta didik, terdiri
dari sebelas perempuan dan Sembilan laki - laki.

C. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Lexy mengatakan jumlah data penelitian deskriptif kualitatif
yakni data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka.2 Mukhtar menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah
suatu metode yang digunakan untuk mengemukakan pengetahuan terhadap
subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif
berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.3

Penelitian dengan metode ini, peneliti akan dilibatkan dalam situasi


dan fenomena yang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti
berusaha menginterpretasikan fakta yang relevan secara menyeluruh. Oleh
karena itu, analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskripsi,
penjernihan dan penempatan pada konteksnya masing-masing dan
seringkali melukiskannya dalam bentuk kata-kata dari pada bentuk angka.4

26
D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian
ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Hulu Sihapas. Jumlah seluruhnya
adalah 20 siswa. Adapun rincian populasi tersebut dapat dilihat berikut ini.
Tabel 3.1
Rincian Populasi
No. Jenis Kelamin Jumlah Siswa
1. Laki-laki 9
2. Perempuan 11
Jumlah 20

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat diperlukan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan
wawancara.
a. Observasi (pengamatan)
Pengamatan adalah kegiatan untuk mengenali setiap gejala dan
indikator dari proses dan hasil yang dicapai, baik yang ditimbulkan
oleh tindakan maupun akibat sampingannya. Menurut S. Margono
observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Observasi diperlukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan


dari sekolah. Beberapa hal yang dilakukan dalam observasi adalah
sebgai berikut. (1) pengambilan data di sekolah, (2) melihat dan
merekam pembelajaran yang berlangsung di kelas, dan (3)
mengadakan kerja sama dengan kolaborator
b. Dokumentasi
Data yang dikumpulkan berupa lembar kerja peserta didik dalam
menulis teks deskripsi dan foto kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Hulu Sihapas. Peneliti mengumpulkan
lembar kerja peserta didik dan mengambil gambar kegiatan belajar
mengajar dikelas.
c. Tes
Tes dilakukan terhadap subjek penelitian. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik. Bentuk tes yang dilakukan
berupa penugasan menulis deskripsi. Selanjutnya peneliti
27
menggunakan metode simak dengan teknik catat. Metode simak
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa, teknik catat yaitu
pencatatan yang dilakukan pada kartu data yang dilanjutkan dengan
klarifikasi.6 Penulis mengambil metode ini karena, penulis
menggunakan objek penelitiannya adalah bahasa tulis yaitu teks
deskripsi.
Mahsun mengungkapkan “apabila penelitian berhadapan dengan
penggunaan bahasa secara tulis, dalam penyadapan itu peneliti hanya
dapat menggunakan teknik catat sebagai gandengan teknik simak
bebas libak cakap, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi
penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut”.7
Dalam pengumpulan data peneliti memulainya dengan menyimak dan
membaca karangan deskripsi peserta didik secara cermat, sehingga

mengetahui kesalahan berbahasa Indonesia yang ada dalam karangan


dengan kartu data.
Teknik pengumpulan data didapatkan dengan cara memberi
tugas menulis karangan deskripsi dengan waktu yang telah ditentukan
(80 menit). Instrument yang digunakan adalah media gambar. Media
gambar tersebut dikambangkan menjadi karangan deskripsi. Media
gambar yang telah diubah menjadi karangan deskripsi diberi nilai
berdasarkan komponen-komponen yang telah ditentukan. Adapun
rincian komponen yang merujuk pada Burhan Nurgiyantoro adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Komponen Penilaian
Rentang
No. Komponen yang Dinilai Skor
Skor
1. Kesesuaian isi teks dengan video wisata 13-30
2. Organisasi 7-20
3. Ketepatan kata 8-25
4. Ketepatan kalimat 7-15
5. Ejaan dan tata tulis 3-10
Jumlah:
Nilai:

28
F. Teknik Pengolahan Data
Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur pengolahan
data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu:
1. Memeriksa karangan peserta didik berdasarkan aspek
yang telahditentukan.
2. Memberikan skor pada aspek yang diperiksa sesuai dengan
ketentuan penskoran yang telah ditetapkan. Kemudian, skor

yang diperoleh setiap peserta didik dihitung sebagai nilai


kemampuan peserta didik yang bersangkutan.
3. Merekap data penelitian yang diperoleh peserta didik setiap
komponen yang diteliti.
4. Menjumlahkan nilai yang diperoleh peserta didik pada setiap
komponen yang diteliti, kemudian mencari nilai rata-
ratanya.
G. Teknik Analisi Data
Proses analisis data yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan
berlangsung dan analisis data sudah terkumpul. Data-data yang terkumpul
didapat dari hasil tes, dan hasil observasi. Setelah data-data yang di
kumpulkan telah diperoleh, maka dilakukan proses pengolahan data. Data
ini berupa skor kemampuan menulis karangan deskripsi. Langkah-langkah
pengolahan data yang terkumpul dari setiap siklus sebagai berikut:
1. Tingkat penguasaan rata-rata setiap aspek ditentukan.
2. Tingkat penguasaan rata-rata keseluruhan aspek yang diteliti, untuk
mencari nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diteliti, menggunakan
rumus sebagai berikut.9
∑ Xi
𝑥̅ =
n
Keterangan : 𝑥̅ = mean (nilai rata-rata)
n = jumlah data
∑ Xi = jumlah seluruh data

Setelah diperoleh nilai rata-rata, langkah selanjutnya adalah


menentukan kualifikasi penilaian yang merujuk pada Anas Sudijono dengan
menggunakan skala sebagai berikut.10

29
Tabel 3.3
Kualifikasi Nilai

No. Kualifikasi Skor


1. Sangat Baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup 55-69
4. Kurang 40-54
5. Sangat Kurang ≤ 39

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh


yaitu 85-100 dikategorikan sangat baik. Apabila peserta didik menuliskan
teks deskripsi sesuai bentuk teks, gagasan diungkapkan dengan jelas, pilihan
kata dan ungkapan tepat, dan menguasai pembentukkan kata.
Perolehan skor 70-84 termasuk dalam kategori baik. Apabila peserta
didik menuliskan teks deskripsi sesuai bentuk tetapi tidak lengkap, kurang
terorganisir tetapi ide utama terlihat, pilihan kata dan ungkapan kadang-
kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu, dan terjadi sejumlah
kesalahan ejaan tetapi makna tidak kabur.
Perolehan skor 55-69 termasuk kategori cukup. Apabila pesertadidik
menuliskan teks deskripsi dengan bentuk teks tidak sistematis tetapi ide
utama cukup terlihat, pilihan kata dan ungkapan tidak tepat, dan terjadi
sejumlah kesalahan ejaan yang merusak makna.
Perolehan skor dalam kategori kurang jika peserta didik
memperoleh skor 40-54. Apabila peserta didik menuliskan teks deskripsi
dengan bentuk dan gagasan yang kacau, pemanfaatan potensi kata terbatas,
sering terjadi kesalahan ejaan dan kontruksi kalimat, dan makna
membingungkan atau kabur.
Perolehan skor kurang dari 39 maka termasuk dalam kategori sangat
kurang. Apabila peserta didik menulikan teks deskripsi tidak terorganisir,
pengetahuan kosa kata rendah, terdapat banyak kesalahan ejaan, dan tulisan
tidak terbaca.

30
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan perolehan data lapangan dan pengolahan data, maka diperoleh
kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai
keterampilan menulis teks deskripsi peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1
HULU SIHAPAS dengan media gambar tergolong kurang. Hal ini dilihat
melalui nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1
HULU SIHAPAS secara umum, yaitu pada kategori kurang (40-45). Dilihat
dari segi persentase, peserta didik memperoleh nilai pada kategori sangat baik
dan baik tidak ada sama sekali, kategori baik 2 orang atau 6%, kategori cukup
8 orang atau 27%, kategori kurang 20 orang atau 66%, dan kategori sangat
kurang tidak ada.
Hasil analisis terhadap keterampilan menulis peserta didik menunjukkan
hasil rata-rata dengan rincian nilai: 41, 43, 45, 46, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 56,
57, 62,64, 65, 66, 68, 70. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa
peserta didik kurang mampu menulis teks deskripsi dengan menggunakan
media gambar.
Ketidakterampilan peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1 HULU
SIHAPAS menulis teks deskripsi dengan media gambar umumnya belum
terampil pada komponen menggunakan kalimat efektif dan pemilihan kata
yang tepat.

B. Saran
Keterampilan menulis peserta didik kelas VII SMP NEGERI 1 HULU
SIHAPAS belum maksimal. Oleh karena itu peserta didik perlu mendapatkan
pembelajaran yang intensif dalam pembelajaran menulis. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan pembelajaran menulis dapat dilakukan
melalui cara, seperti:
1. Guru
Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran menulis yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuan peserta didik, serta menggunakan media
pembelajaran yang efektif. Selain itu guru harus banyak memnberikan
latihan menulis kepada peserta didik.

31
2. Siswa
Siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan
dianjurkan untuk sering berlatih menulis sehingga dapat terampil dalam
menulis, dan banyak membaca kamu bahasa Indonesia agar dapat
menguasai kosakata.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung
proses pembelajaran seperti buku bacaan siswa dan media pembelajaran
untuk guru.

32
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, Sabarti dkk.2021. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga,
Arifin, E. Zaenal. 2008. Cermat Bebahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Akademika Pressindo.

Arsyad. Azhar. 2017. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Dalman,2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.

Dietsch, Betty Mattix. 2003. Reasoning Writing Well a Rhetoric, Research Guide, and
Handbook. New York: Mc Graw Hill,

Flynn, Naomi and Rhona Stainthorp. 2006. The Learning an Teaching of


Reading andWriting. WAEST Sussex: Whurr Publishers Limited.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta:
AksaraSinergi.
Izan, Ahmad. 2009. Membagun Guru Berkarakter. Bandung: Imperial Bakti Utama.
Jaya, Indra. 2019. Penerapan Statistik untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta:Grafindo persada.
Margono,S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
GaungPersada Press.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Ciputat: Referensi GP
PressGroup.
Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

33
34
35

Anda mungkin juga menyukai