Anda di halaman 1dari 12

FITOKIMIA

Moringa
Oleifera
Nama : Ana Hikma Monicha (21142005)
Kelas : B1 Farmasi
Prodi : S1 Farmasi
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Apt Nurwani Purnama Aji M.,Farm
Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera)
dalam Fortifikasi Pembuatan Nugget
Hasil penelitian sebelumnya dilaporkan
bahwa daun Moringa oleifera mengandung
zat bioaktif yang tinggi termasuk di
dalamnya saponin, yang dapat
menurunkan kandungan kolesterol total
produk pangan (Vázquez- León et al.
2017). Hal ini juga dilaporkan oleh peneliti
lainnya, bahwa hasil analisis fitokimia
daun Moringa oleifera mengandung zat
saponin yang mempunyai efek hipolipidemia
(efek menurunkan lemak darah)
bermanfaat untuk menurunkan aktifitas
kolesterol (Saini et al. 2016).
Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan jenis tanaman
tropis yang sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Seluruh bagian dari tanaman kelor dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan maupun obat-obatan (Putra dkk.
2016).
Berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan oleh Putra dkk.
(2016), daun kelor memiliki kandungan senyawa kimia seperti
alkaloid, flavonoid, fenolat, triterpenoid/ steroid, dan tanin
yang berfungsi sebagai obat kanker dan antibakteri.
Moringa oeleifera telah digunakan sebagai
bahan pangan dan dalam pengobatan sejak
jaman dahulu. Masyarakat di Benin Selatan
(Afrika) MO digunakan untuk mengobati hingga
34 penyakit sesuai dengan penyakit yang dikenal
oleh masyarakat lokal (Agoyi et al., 2014).
Berbagai peneliti melaporkan bahwa MO
memiliki berbagai efek terapi sebagai
antimikroba, antikanker, anti- inflamasi,
efek antidiabetik, dan antioksidan (Jung
2014; Gopalakrishnan et al., 2016).
Kandungan polifenol dan asam fenolat juga
flavonoid, glukosinolat, dan alkaloid (Stohs
et al., 2009), vitamin, asam fenolik,
flavonoid, isotiosianat, tanin dan saponin
(Vergara-Jimenez et al., 2017; Saini et al.,
2016).
Salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan gizi dan kegunaannya baik untuk
bidang pangan dan kesehatan adalah bagian daun. Di
bagian tersebut terdapat ragam nutrisi, di antaranya
kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C
(Misra & Misra, 2014; Oluduro, 2012). Kandungan zat gizi
daun kelor lebih tinggi jika dibandingkan dengan sayuran
lainnya yaitu berada pada kisaran angka 17.2 mg/100 g
(Yameogo et al., 2011). Selain itu, di dalam daun kelor
juga terdapat kandungan berbagai macam asam amino,
antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat,
asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin,
lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin
(Simbolan et al., 2007). Kandungan fenol dalam daun
kelor segar sebesar 3.4% sedangkan pada daun kelor
yang telah diekstrak sebesar 1.6% (Foild et al., 2007).
Penelitian lebih lanjut menyebutkan bahwa daun kelor
mengandung antioksidan tinggi dan antimikrobia (Das et
al., 2012). Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan
asam askorbat, flavonoid, phenolic, dan karatenoid
(Anwar et al., 2007b).
Aktivitas antioksidan yang tertinggi yaitu lama pengeringan
120 menit dengan suhu 60°C disebabkan daun kelor dan rosela
memiliki kandungan nutrisi serta senyawa- senyawa
antioksidan yang berupa asam fenolik, selenium, karotenoid,
flavonoid, glutasion, koenzim Q10, melatonin dan likopen,
senyawa tersebut tahan akan panas sehingga pada daun kelor
dengan lama pengeringan 120 menit yang optimal
menghasilkan aktivitas antioksidan menjadi tinggi (Rofiah,
2015) dan lama pengeringan dapat meningkatkan jumlah zat
aktif dalam daun teh tersebut seperti asam fenolik, selenium,
flavonoid, dan antosianin (Winarno, 1989). Menurut penelitian
Ana (2011), suhu yang digunakan dalam pengeringan daun kelor
adalah 50, 60, dan 70°C dengan waktu 100, 160 dan 180 menit.
Suhu yang terbaik dalam pembentukan flavonoid yang dapat
membentuk antioksidan yang optimal yaitu dengan perlakuan
suhu 60°C dan lama pengeringan 160 menit.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai