Anda di halaman 1dari 55

Mata Pelatihan Inti 5

MODUL
MATERI PELATIHAN INTI 5 (MPI. 5)

INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI


PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
SERTA PEMBERIAN MAKAN
PADA KONDISI KHUSUS
Mata Pelatihan Inti 5

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
A. TENTANG MODUL INI ................................................................................................. 1
DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 1
TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 1
MATERI POKOK ..................................................................................................... 2
B. KEGIATAN BELAJAR .................................................................................................. 3
MATERI POKOK 1:
Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan ...................................... 3
MATERI POKOK 2:
Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan .................................. 24
MATERI POKOK 3:
Pemberian Makan pada Kondisi Khusus ............................................................... 34
C. PENUGASAN............................................................................................................. 41
D. TES FORMATIF ......................................................................................................... 47
E. KUNCI JAWABAN ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 52

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

i
Mata Pelatihan Inti 5

MATERI PELATIHAN INTI 5


INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG SERTA
PEMBERIAN MAKAN PADA KONDISI KHUSUS

A. TENTANG MODUL INI

DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membahas tentang intervensi dan rujukan dini penyimpangan tumbuh kembang
serta pemberian makan kondisi khusus pada balita dan anak prasekolah.

lntervensi dini penyimpangan tumbuh kembang adalah tindakan tertentu pada anak yang
mengalami penyimpangan tumbuh kembang dimana pertumbuhan dan perkembangannya
tidak sesuai untuk usianya. Intervensi dini dilakukan sebagai upaya koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak (kemampuan otak untuk berkembang karena
beradaptasi terhadap stimulus yang diberikan). Sifat plastisitas tersebut memungkinkan
keberhasilan intervensi dini jika segera dilakukan. Intervensi dini dilakukan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak kembali ke jalur normal dan atau penyimpangannya
tidak menjadi lebih berat. Salah satu bentuk intervensi pada penyimpangan pertumbuhan
adalah dengan pemberian makanan. Ada beberapa kondisi khusus yang memerlukan
intervensi pemberian makanan khusus antara lain situasi bencana, kondisi anak sakit, dll.
Pemberian makan kondisi khusus dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi
balita dan anak prasekolah. Untuk tindakan intervensi dini penyimpangan perkembangan
berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah.

Rujukan dini tumbuh kembang adalah suatu upaya merujuk/membawa anak ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi apabila ditemukan adanya masalah penyimpangan tumbuh
kembang atau tidak adanya perbaikan dari intervensi dini yang diberikan terhadap masalah
tumbuh kembang. Intervensi dan rujukan dini pertumbuhan dan perkembangan anak
merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila menemukan adanya kemungkinan
masalah penyimpangan tumbuh kembang anak di layanan kesehatan primer. Kegiatan
tersebut apabila dilakukan pada waktu dan cara yang tepat dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas beberapa masalah kesehatan anak di Indonesia.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan tumbuh kembang serta pemberian makan kondisi khusus pada balita dan
anak prasekolah.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Melakukan Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan
b. Melakukan Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan
c. Melakukan Pemberian Makan pada Kondisi Khusus

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

1
Mata Pelatihan Inti 5

MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelatihan ini meliputi:
1. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan
2. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan
3. Pemberian Makan pada Kondisi Khusus

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

2
Mata Pelatihan Inti 5

B. KEGIATAN BELAJAR

MATERI POKOK 1:
INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN

PENDAHULUAN
Masa depan suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas balita dan anak prasekolah
sebagai generasi penerus bangsa. Kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu upaya spesifik yang dilakukan untuk menjamin
kualitas generasi penerus bangsa tersebut. Sebelumnya telah dijelaskan mekanisme
kegiatan stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Namun hal tersebut, tentunya harus
ditindaklanjuti dengan intervensi dan rujukan dini. Dalam materi ini akan dibahas tentang,
intervensi dan rujukan dini penyimpangan pertumbuhan. Hal-hal apa saja yang dilakukan
untuk mengatasi penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan atau
penyimpangan tumbuh kembang yang terjadi secara bersamaan.

Sebagai upaya menjamin agar tidak terjadi penyimpangan tumbuh kembang, kegiatan
stimulasi dan deteksi dini saja tidak cukup, perlu dilanjutkan dengan intervensi dan rujukan
dini jika ditemukan adanya kemungkinan penyimpangan pertumbuhan anak agar dapat
memperbaiki luarannya. Beberapa masalah pertumbuhan pada anak merupakan suatu
kondisi yang reversibel, sehingga intervensi yang dilakukan dengan tepat dapat
memperbaiki gangguan yang muncul dan mencegah kemungkinan terjadinya komorbiditas
dan dampak jangka panjang yang bersifat irreversibel.

Fasilitas kesehatan di layanan primer memiliki keterbatasan dari sisi sumber daya manusia,
sarana dan prasarana dalam melakukan intervensi masalah pertumbuhan anak. Oleh
karena keterbatasan tersebut, jika ditemukan adanya kemungkinan masalah pertumbuhan
pada anak yang telah dilakukan intervensi dini tidak menunjukkan perbaikan perlu untuk
dilakuan rujukan dini. Rujukan dini dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi dalam hal ini adalah klinik tumbuh kembang level 1
untuk mendapatkan tatalaksana yang adekuat.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan pertumbuhan.

SUB MATERI POKOK


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 1:
A. Intervensi Penyimpangan Pertumbuhan
B. Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan

URAIAN MATERI POKOK


Pada kesempatan ini kita akan belajar tentang intervensi dan rujukan dini penyimpangan
pertumbuhan. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa intervensi dini sangat diperlukan
berkaitan dengan upaya koreksi agar pertumbuhan anak kembali ke jalur normal dan atau
penyimpangan tidak menjadi lebih berat

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

3
Mata Pelatihan Inti 5

A. Intervensi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

1. Intervensi Penyimpangan Pertumbuhan


Penilaian status pertumbuhan dan status gizi tidak hanya melihat salah satu
parameter saja tetapi harus melihat seluruh indeks antropometri agar dapat diketahui
masalah yang sesungguhnya sehingga tata laksana segera yang diberikan tepat.
Penilaian status pertumbuhan dan status gizi yang tepat sangat penting untuk
menentukan intervensi selanjutnya yang akan diberikan. Berdasarkan Pedoman
Pelaksanaan SDIDTK (2022), beberapa intervensi yang dapat diberikan pada
penyimpangan pertumbuhan pada anak, seperti pada algoritma berikut ini:

Tabel 6.1 Intervensi Penyimpangan Pertumbuhan

Uraian lebih rinci tentang beberapa penyimpangan pertumbuhan yang sering


dijumpai dengan intervensi dini yang perlu dilakukan sebagai berikut:
a. Anak 0-24 bulan tren IMT meningkat atau IMT/U > +1 SD pada anak > 7
bulan, berisiko mengalami kenaikan lemak tubuh dini (early adiposity
rebound).

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

4
Mata Pelatihan Inti 5

Intervensi:
• Anak ini wajib ditindak lanjuti dengan intervensi pencegahan dan
tatalaksana gizi lebih pada balita dan anak prasekolah dengan
melakukan asuhan gizi anak
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

b. Anak usia 0-24 bulan dengan pertumbuhan tidak baik dilihat dari garis
pertumbuhan yang memotong salah satu z-score dan atau garis pertumbuhan
mendatar.
Intervensi:
• Lakukan kemungkinan tanda bahaya (red flag) atau penyakit penyerta
• Lakukan asuhan gizi anak
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

c. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar weight
increment (kenaikan berat badan di bawah persentil 5) berisiko mengalami
gagal tumbuh atau at risk of failure to thrive.
Intervensi:
• Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui proses
asuhan gizi anak dan dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya
penyakit penyerta (red flags) atau dirujuk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

d. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan panjang badan kurang dari standar
length increment (pertambahan panjang badan di bawah persentil 5)
berisiko mengalami perlambatan pertumbuhan linear.
Intervensi:
• Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui proses
asuhan gizi pada anak dan dilakukan pemeriksaan untuk kemungkinan
adanya penyakit penyerta atau dirujuk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

5
Mata Pelatihan Inti 5

e. Anak 0 – 72 bulan dengan status gizi lebih (overweight) berdasarkan grafik


pertumbuhan BB/PB atau BB/TB atau IMT/U didapatkan z-score +2 SD sampai +3
SD.
Intervensi:
• Asupan gizi disesuaikan dengan kebutuhan dan aktifitas anak, edukasi dan
konseling untuk melakukan aktivitas fisik sesuai usia
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

f. Anak usia 0 – 59 bulan dengan status berisiko gizi lebih (possible risk of
overweight) berdasarkan grafik pertumbuhan BB/PB atau BB/TB didapatkan
z-score +1 SD sampai +2 SD.
Intervensi:
• Konfirmasi status gizi menggunakan indeks IMT menurut usia, untuk
menegakan diagnosis obesitas, mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
melakukan konseling gizi sesuai kemungkinan penyebab
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

g. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi kurang (wasted) berdasarkan grafik
pertumbuhan BB/PB atau BB/TB didapatkan z-score -3 SD sampai -2 SD.
Intervensi:
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, melakukan konseling gizi sesuai
kemungkinan penyebab
• Mendapatkan intervensi berupa pencegahan gizi buruk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari intervensi
dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya kondisi medis
yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan hormonal, dll) maka rujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

h. Anak 0 – 59 bulan dengan status buruk (severely wasted) tanpa komplikasi


berdasarkan grafik pertumbuhan BB/PB atau BB/TB didapatkan z-score < - 3 SD.
Intervensi:
• Lakukan pemeriksaan adanya kemungkinan tanda bahaya atau penyakit
penyerta, lakukan tatalaksana gizi buruk sesuai Pedoman Kementerian
Kesehatan yang mengacu WHO
• Evaluasi setelah 1 (satu) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

6
Mata Pelatihan Inti 5

i. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
11,5 – 12,4 cm.
Intervensi:
• Tentukan penyebab utama anak gizi kurang
• Konseling gizi sesuai penyebab

j. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
<11,5 cm.
Intervensi:
• Tatalaksana sesuai dengan pedoman tatalaksana gizi buruk

Nah, sekarang anda telah mengetahui tentang penyimpangan pertumbuhan yang sering
terjadi pada anak dan intervensi dini yang harus dilakukan oleh petugas. Bagaimana
langkah petugas melakukan intervensi dini yang perlu dilakukan. Salah satu intervensi
dini penyimpangan pertumbuhan adalah asuhan gizi anak. Apa yang dimaksut dengan
asuhan gizi anak, yuk mari kita pelajari.

2. Asuhan Gizi Anak


Asuhan gizi anak dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Assessment (penilaian)
1) Penentuan status gizi
2) Menggali masalah yang berhubungan dengan proses pemberian makan dan
kemungkinan adanya tanda bahaya dan penyakit penyerta
3) Anamnesis meliputi: Asupan makan, pola makan, toleransi makan,
perkembangan oromotor, motorik halus dan motorik kasar, perubahan berat
badan, faktor sosial, budaya, dan agama serta kondisi klinis yang
mempengaruhi asupan

b. Penentuan kebutuhan
1) Gizi baik atau gizi kurang: Kebutuhan Energi Anak berdasarkan Berat Badan
Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual (usia- tinggi).

Tabel 6.2 Kebutuhan Energi Anak sebagai berikut:


Usia (thn) Kebutuhan energi anak (kkal/kg BB)

0-1 110 - 120

1-3 100

4-6 90

Uraian penjelasan selengkapnya tentang menghitung Kebutuhan Energi Anak


berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan
Aktual (usia-tinggi) dalam poin 3 Menghitung Kebutuhan Energi Anak
berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan
Aktual (Usia – Tinggi).

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

7
Mata Pelatihan Inti 5

2) Gizi buruk
• Tatalaksana gizi buruk menurut pedoman pencegahan dan tatalaksana gizi
buruk Kementerian Kesehatan dan guideline WHO
• Pemberian terapi nutrisi gizi buruk rawat inap sesuai dengan fase perawatan
dalam 10 langkah tatalaksana balita gizi buruk (fase stabilisasi, transisi,
rehabilitasi dan tindak lanjut)

3) Overweight
Target pemberian kalori berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut
umur tinggi (height age).

c. Penentuan cara pemberian


Pemberian nutrisi oral atau enteral adalah pilihan utama. Kontraindikasi
pemberian makan melalui saluran cerna adalah obstruksi saluran cerna,
perdarahan saluran cerna, serta tidak berfungsinya saluran cerna.

d. Penentuan jenis makanan


Bentuk makanan disesuaikan dengan umur dan kemampuan oromotor anak,
misalnya:
• Usia 0 – 6 bulan anak diberikan ASI Eksklusif dan/atau PKMK (Pangan
Keperluan Medis Khusus) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 29 Tahun 2019)
• Usia 6 bulan – 1 tahun diberikan ASI dan/atau formula ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai rekomendasi yaitu
mempertimbangkan usia, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi
mengutamakan protein hewani
• Usia 1 – 2 tahun anak dapat diberikan makanan keluarga dengan tetap
melanjutkan pemberian ASI dan di atas 2 tahun dengan makanan keluarga
bergizi seimbang

e. Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan meliputi akseptabilitas, toleransi (reaksi simpang makanan), dan
efektivitas. Reaksi simpang berupa mual atau muntah, konstipasi, dan diare.
Evaluasi kenaikan BB dalam 2 minggu.

3. Menghitung Kebutuhan Energi Anak berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan
Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual (Usia – Tinggi)
Intervensi dini dilakukan dengan pendekatan pelayanan perorangan/individu melalui
asuhan gizi. Pada asuhan gizi anak dilakukan perhitungan kebutuhan energi
berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual.
Berikut cara/langkah perhitungannya:
a. Langkah 1: Menghitung Berat Badan Ideal (BBI)
• Gunakan Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB atau BB/PB) menurut kelompok Usia
• Tentukan BBI berdasarkan TB/PB aktual (BBI ada pada nilai median)

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

8
Mata Pelatihan Inti 5

b. Langkah 2: Menentukan usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual (usia – tinggi)


• Cari Tinggi/Panjang Badan saat ini di median Tabel Tinggi Badan menurut
Usia atau Panjang Badan menurut Usia (TB/U ataua PB/U)
• Lalu lihat ke kolom Usia
• Usia tersebut merupakan Usia-Tinggi (usia yang sesuai dengan tinggi
badan atau panjang badan aktual)
c. Langkah 3: Menghitung Kebutuhan Energi Anak
• Setelah didapatkan Usia-Tinggi maka dapat diketahui kebutuhan energi
anak (kkal/kg BB) dan selanjutnya dilakukan perhitungan kebutuhan energi
dengan rumus:
Kebutuhan energi = BBI x kalori (sesuai kelompok usia – tinggi)
Usia (thn) Kebutuhan energi anak (kkal/kg BB)

0-1 110 - 120

1-3 100

4-6 90

• Selanjutnya dilakukan dengan perhitungan kebutuhan zat gizi sebagai


berikut:
Karbohidrat : 55 – 65%
Protein : 10 – 15%
Lemak : Bayi: 45 – 50%
Batita: 30 – 35%
Anak > 3 tahun: 25 – 30%

Contoh:
a. Tinggi badan seorang anak perempuan usia 4 tahun adalah 86,6 cm. Maka BB
Ideal sebagai berikut:

Tabel 6.3 Tabel BB/TB anak perempuan usia 24-60 bulan

• TB = 86,6 cm  BB Ideal pada median Tabel BB/TB anak perempuan usia


24 – 60 bulan = 11,9 kg
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

9
Mata Pelatihan Inti 5

b. Tinggi badan anak perempuan usia 4 tahun adalah 86,6 cm. Maka usia tinggi
adalah
Tabel 6.4 Tabel TB/U anak perempuan usia 24-60 bulan

• Cari TB Aktual dalam median tabel TB/U atau PB/U selanjutnya lihat kolom
usia. Usia tersebut adalah usia - tinggi
• Maka usia tingginya adalah setara dengan anak 25 bulan

c. Menghitung kebutuhan energi anak


• Kebutuhan energi = BBI x kalori per kelompok usia (sesuai usia - tinggi)
= 11,9 kg x 100 kkal
= 1190 kkal

d. Jika sudah diperoleh kebutuhan anak menurut usia tinggi, maka selanjutnya
lakukan perhitungan kebutuhan zat gizi sebagai berikut
• Karbohidrat = 55 – 65%
= 60% x 1190 kkal
= 714 kkal : 4 kkal
= 178,5 gram
• Protein = 10 – 15%
= 15% x 1190 kkal
= 178,5 kkal : 4 kkal
= 44,6 gram
• Lemak = (Batita: 30 – 35%, karena usia – tingginya 25 bulan)
= 35% x 1190 kkal
= 416,5 kkal : 9 kkal
= 46,3 gram

e. Selanjutnya dari hasil perhitungan kebutuhan zat gizi diterjemahkan dalam bentuk
menu sehari untuk balita. Penjelasan atau pemberian informasi kepada
ibu/pengasuh tentang pemenuhan kebutuhan gizi anak dilakuan dengan
menggunakan satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) untuk memudahkan
ibu/pengasuh memahami praktik pemberian makan yang direkomendasikan

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

10
Mata Pelatihan Inti 5

4. Contoh Kasus
Kevin adalah bayi laki-laki berusia 3 bulan yang dibawa Ibu Marni ke Puskesmas
untuk imunisasi DPT-HIB-Polio ke-1. Bulan lalu, Kevin tidak di imunisasi karena
sedang demam tinggi. Selama 3 bulan ini, Kevin mendapatkan ASI. Namun ibu
merasa ASI nya tidak cukup sehingga memberikan pisang yang dihaluskan kepada
Kevin. Kevin datang ke Puskesmas dengan keluhan diare berulang.

Berat lahir 3000 gram dan Panjang lahir 50 cm. Berat badan umur 1 bulan 3800 gram
dan Panjang badan 53 cm. Berat badan saat ini adalah 4500 gram dan Panjang
badan 58 cm.

Setelah dibandingkan dengan standar kenaikan berat badan, kader mendapatkan


hasil bahwa kenaikan berat badan kurang dari standar. Kader kemudian merujuk
Kevin ke Puskesmas. Di Puskesmas, dilakukan pengukuran panjang badan dan
penimbangan ulang. Didapatkan bahwa berat badan Kevin adalah 4500 gram dan
panjang badan 58 cm. Pasien dikonsulkan kepada dokter di Puskesmas.

Tenaga kesehatan pelayanan kesehatan balita di puskesmas melakukan intervensi


dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan assessment (penilaian)

1) Menentukan status gizi dan pertumbuhan

Waktu Berat Badan Panjang Badan

Januari 2022 (Lahir) 3000 gr 50 cm

Februari 2022 (1 bulan) 3800 gr 53 cm

April 2022 (3 bulan) 4500 gr 58 cm

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

11
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.1 Plotting menentukan status pertumbuhan

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

12
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.2 Penilaian Status Gizi BB/U

Status pertumbuhan Kevin pada saat lahir berada dibawah median selanjutnya pada usia
1 bulan berat badan naik , pada bulan berikutnya tidak ditimbang dan saat ini berat badan
Kevin pada usia 3 bulan semakin menjauhi median dan hampir memotong garis z score -
3SD, hal ini menunjukkan bahwa tren pertumbuhan Kevin ada risiko gangguan
pertumbuhan, untuk memastikan dapat dinilai dengan weight increment

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

13
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.3 Penilaian Status Gizi PB/U


Status pertumbuhan Kevin berdasarkan Panjang badan menurut umur (PB/U) pada saat
lahir panjanga badan berada di median, pada umr satu bulan Panjang badan Rahmi
menjauh dari median dan pada usia 3 bulan mendekati garis z score -2SD, hal ini tren
pertumbuhan masih normal

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

14
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.4 Penilaian Status Gizi BB/PB

Trend pertumbuhan Kevin


Status pertumbuhan kevin berdasarkan BB/PB pada saat awal berada di garis z score -1
SD pada saat ini Kevin berada diantara garis z score -1 SD dan z score -2SD, hal
menunjukan tidak ada risiko gangguan pertumbuhan , untuk memastikan dapat dilakukan
penilaian dengan weight / length increment

Kesimpulan penilaian status gizi :


BB/U : z-score berada di -3 SD s/d < -2 SD (berat badan kurang)
PB/U : z-score berada di -2 SD s/d +3 SD (normal)
BB/PB : z-score berada di -3 SD s/d < -2 SD (gizi kurang)

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

15
Mata Pelatihan Inti 5

Perhitungan weight increment dengan Interval 2 bulan

Gambar 6.5 Tabel Interval Penambahan Panjang Badan

Interval 2 bulan (1 bulan ke 3 bulan)


Penambahan berat badan aktual 700 gram (3800 gram ke 4500 gram)
Standar pemambahan BB (pada tabel) 1303 gram
Kesimpulam risiko gagal tumbuh

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

16
Mata Pelatihan Inti 5

Perhitungan lenght increment dengan interval 2 bulan

Gambar 6.6 Tabel Interval Penambahan Panjang Badan

Interval 2 bulan (1 bulan ke 3 bulan)


Penambahan panjang badan aktual 5 cm (53 cm ke 58 cm)
Standar pemambahan PB (pada tabel) 5,4 cm
Kesimpulam Perlambatan pertumbuhan linear

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

17
Mata Pelatihan Inti 5

2) Menggali proses yang berhubungan dengan pemberian makan


• Posisi pelekatan menyusui bayi: belum tepat
• Frekuensi menyusui: <8 kali per hari/dalam 24 jam
• Durasi menyusui : 10 menit sekali menyusu
• Pisang lumat diberikan 2 kali sehari

3) Mencari kemungkinan penyebab


• Asupan makan: diberikan ASI dan pisang lumat
• Posisi dan pelekatan menyusui belum tepat
• Tidak mudah tersedak
• Psikologis ibu baik dan tidak merasa tertekan
• Ibu merasa ASI tidak cukup

4) Penentuan kebutuhan Kevin


• Dilakukan dengan perhitungan kebutuhan energi berdasarkan Berat Badan
Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual

5) Penentuan cara pemberian


• Menyusui secara langsung, dengan memperbaiki posisi dan pelekatan
• Menyusui sesering mungkin 8-12 kali/hari
• Jika ibu tidak bersama bayi maka bayi dapat diberikan ASI perah
• Menghentikan pemberian pisang lumat

6) Penentuan jenis makanan


• Melanjutkan pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan dan tetap melanjutkan
pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih
• Memberikan MP ASI mulai usia 6 bulan

7) Pemantauan dan evaluasi


• Memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui
• Frekuensi menyusui
• Pemberian MP ASI sesuai rekomendasi (tepat waktu, Adekuat, diberikan
dengan cara yang benar, aman)
• Evaluasi kenaikan berat badan dalam 2 minggu. Apabila berat badan naik
adekuat maka pemberian ASI diteruskan sambil memonitoring kenaikan
berat badan setiap bulan.

B. Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan


Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang Rujukan dini penyimpangan
pertumbuhan, Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!

Penyimpangan pertumbuhan yang sudah mendapatkan intervensi dini di Fasilitas


Layanan Primer tetapi hasil evaluasi tidak menunjukkan adanya perbaikan atau
ditemukan adanya penyulit, maka perlu dilakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang
lebih tinggi. Beberapa penyimpangan pertumbuhan yang dapat dideteksi oleh tenaga
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

18
Mata Pelatihan Inti 5

kesehatan di Puskesmas perlu langsung dilakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang


lebih tinggi agar segera mendapatkan tatalaksana yang adekuat untuk mencegah
terjadinya perburukan kondisi, menurunkan risiko terjadi komplikasi dan mencegah
gangguan yang bersifat permanen. Berikut ini adalah alur rujukan penyimpangan
pertumbuhan sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK 2022.

Gambar 6.7 Bagan Alur Rujukan Penyimpangan Pertumbuhan

Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan jaringannya perlu memastikan status gizi dan
status pertumbuhan seorang anak sesuai dengan ketentuan yang ada untuk
menentukan intervensi yang perlu dilakukan. Apabila dijumpai kondisi sebagai berikut
perlu dilakukan rujukan dini penyimpangan pertumbuhan:
1. Semua penyimpangan pertumbuhan yang sudah dilakukan intervensi dini di Fasilitas
Kesehatan Primer selama 2 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan atau
ditemukan adanya penyulit
Intervensi: Rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

2. Anak dengan garis pertumbuhan meningkat atau menurun tajam (bukan merupakan
catch up menuju median)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

3. Anak usia 0-59 bulan dengan status gizi buruk (severely wasted) dengan komplikasi
berdasarkan grafik pertumbuhan BB/PB atau BB/TB atau usia 60-72 bulan
berdasarkan grafik IMT/U didapatkan z-score <-3SD
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

19
Mata Pelatihan Inti 5

4. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi obesitas (hasil pengukuran berdasarkan
grafik IMT/U didapatkan z-score >+3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
5. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi tinggi (hasil pengukuran berdasarkan grafik
PB/U atau TB/U didapatkan z-score >+3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

6. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi pendek (hasil pengukuran berdasarkan
grafik PB/U atau TB/U didapatkan hasil pengukuran z-score -3 SD sampai dengan -
2 SD)
Intervensi:
• Usia < 2 tahun: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
• Usia ≥ 2 tahun
- Konfirmasi parameter status gizi lainnya (BB/U dan BB/PB atau BB/TB, lakukan
MTBS, SDIDTK dengan Buku KIA dan KPSP
- Jika terdapat masalah (indikator antropomteri tidak sesuai, masalah
perkembangan, infeksi tidak ada perubahan setelah dilakukan penatalaksanaan
gizi standar, kecurigaan masalah hormonal maka segera rujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi

7. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi sangat pendek (hasil pengukuran
berdasarkan grafik PB/U atau TB/U didapatkan hasil pengukuran < - 3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

8. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas < 11,5 cm (gizi
buruk)
• Lakukan pemeriksaan adanya kemungkinan red flag atau penyakit penyerta
• Lakukan asuhan gizi anak dan konseling pemberian makanan sesuai rekomendasi
• Evaluasi setelah 1 minggu, apabila tetap atau tidak ada perbaikan segera rujuk ke
Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

9. Anak dengan hasil pengukuran z-score lingkar kepada > + 2 SD (makrosefali)


Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

10. Anak dengan hasil pengukuran z-score lingkar kepala < - 2 SD (mikrosefali)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

20
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.8 Alur Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

21
Mata Pelatihan Inti 5

Rujukan dini penyimpangan pertumbuhan anak pada kasus yang sering kita jumpai di
praktik lapangan sebagai berikut:
1. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U diantara minus dua standar deviasi sampai
dengan kurang dari satu standar deviasi (<-2 SD atau >+1 SD) maka perlu
dikonfirmasi
oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
a. Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau
BB/TB
b. Penilaian tren IMT/U pada anak dengan BB/U >+1 SD (anak >7-8 bulan)

2. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U diantara minus dua standar deviasi sampai
dengan kurang dari sama dengan satu standar deviasi (-2 SD ≤ BB/U ≤ +1 SD)
termasuk anak yang normal, namun perlu dilihat tren pertumbuhannya
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (naik) maka anak dapat kembali ke
Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya
b. Bila anak tidak ditimbang bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti garis
pertumbuhan (tidak naik) maka anak perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan
yang berkompeten untuk dilakukan:
• Penilaian kenaikan berat badan dibandingkan dengan standar weight
increment (khusus untuk anak berumur 0-24 bulan)
• Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, atau
BB/TB

3. Anak dengan kriteria PB/U atau TB/U berada di antara -2 SD sampai dengan +3 SD
(<+3 SD atau >-2 SD) termasuk anak dengan kategori tinggi badan normal, namun
perlu dilihat tren pertumbuhannya
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (naik) maka anak datang kembali ke
Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya
b. Bila anak tidak diukur bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti garis
pertumbuhan (tidak naik) maka anak perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan
yang berkompeten untuk dilakukan:
• Penilaian kenaikan panjang atau tinggi badan dibandingkan dengan standar
length atau height increment (khusus untuk anak berumur 0-24 bulan)
• Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, atau
BB/TB

4. Anak dengan kriteria Z-score PB/U atau TB/U di bawah minus dua standar deviasi
atau di atas tiga standar deviasi (<-2 SD atau >+3 SD) perlu dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan penilaian status gizi
berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, IMT/U dan weight
increment (0-24 bulan), length increment (0-24 bulan), dan tren IMT

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

22
Mata Pelatihan Inti 5

SEKARANG SAYA TAHU


1. Intervensi dini selama 2 minggu dapat dilakukan pada beberapa penyimpangan
pertumbuhan antara lain:
• Anak 0 – 24 bulan dengan tren IMT meningkat atau IMT/U > + 1 SD
• Anak 0 – 24 bulan dengan pertumbuhan tidak baik dilihat dari garus pertumbuhan
memotong salah satu Z-score atau garis pertumbuhan mendatar
• Anak 0 – 24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar weight
increment
• Anak 0 – 24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar length
increment
• Anak 0 – 72 bulan dengan status gizi overweight, berisiko gizi lebih (possible risk
of overweight)
• Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi gizi kurang (wasted) dan sangat
kurang (severly wasted)
Jika tidak ada perbaikan setelah dilakukan intervensi selama 2 minggu, maka rujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Asuhan gizi anak merupakan salah satu
bentuk intervensi dini yang dapat diberikan di fasilitas kesehatan primer.

2. Rujukan dini harus segera dilakukan pada beberapa penyimpangan pertumbuhan


antara lain
• Semua penyimpangan pertumbuhan yang sudah dilakukan intervensi dini di
fasilitas kesehatan primer selama 2 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan
atau ditemukan adanya penyulit
• Anak dengan garis pertumbuhan meningkat atau menurun tajam (bukan
merupakan catch up menuju median)
• Anak dengan status gizi buruk dengan komplikasi
• Anak dengan status gizi obesitas
• Anak perawakan tinggi
• Anak perawakan pendek
• Anak mikrosefali
• Anak makrosefali

Anda telah menyelesaikan materi pokok 1. Bagaimana dengan materinya? Menarik


bukan? Jadi kita sebagai tenaga kesehatan sudah tau ya, kasus penyimpangan
pertumbuhan apa saja yang bisa kita intervensi dan apa saja yang harus perlu langsung
dirujuk. Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi, kemudian Anda dapat
melanjutkan kegiatan belajar 2 ya!

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

23
Mata Pelatihan Inti 5

MATERI POKOK 2:
INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN

PENDAHULUAN
Penyimpangan perkembangan anak dapat terjadi pada berbagai aspek perkembangan,
yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosial kemandirian. Perlu
dilakukan intervensi dini terhadap penyimpangan perkembangan yang ada agar dapat
mengerjar perkembangan anak sesuai usia dan atau tidak terjadi perburukan atas
penyimpangan perkembangan yang terjadi.

Setelah dilakukan intervensi dini perlu dilakukan evaluasi hasil intervensi dengan
pemeriksaan kembali menggunakan intrumen penilaian perkembangan yang sesuai untuk
menentukan apakah intervensi yang dilakukan berhasil atau tidak serta apakah ada kondisi
penyulit lainnya. Jika setelah dilakukan intervensi dini tidak ada perbaikan atau ditemukan
penyulit/komplikasi lain maka perlu segera dilakukan rujukan dini. Beberapa masalah
penyimpangan perkembangan memerlukan rujukan segera tanpa perlu dilakukan
intervensi dini di tingkat fasilitas kesehatan primer.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan perkembangan.

SUB MATERI POKOK


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 2:
A. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan
B. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan

URAIAN MATERI
Anda pasti pernah mengetahui mengenai Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan?
Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan bertujuan untuk mengurangi gejala sisa
seminimal mungkin dari penyimpangan perkembangan anak yang terjadi. Pelajarilah
materi berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!

A. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


A. Prinsip intervensi dini pada penyimpangan perkembangan anak antara lain:
a. Intervensi dini penyimpangan perkembangan tidak harus menunggu diagnosis
etiologi ditegakkan
b. Intervensi dini bersifat spesifik untuk setiap individu berdasarkan tahapan
perkembangan yang belum tercapai dan atau masalah yang muncul. Intervensi
dini harus dilakukan secara intensif dan tepat. Petugas memberikan contoh bentuk
intervensi dini yang dilakukan oleh orang tua. Bila diperlukan orang tua atau
keluarga didampingi ketika melakukan intervensi pada anaknya
c. Intervensi dini bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi
d. Evaluasi hasil intervensi dini dilakukan dalam waktu 2 minggu. Jika tahapan
perkembangan sesuai usia belum tercapai atau masih ada masalah yang muncul,
maka harus dilakukan rujukan

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

24
Mata Pelatihan Inti 5

B. Beberapa penyimpangan perkembangan serta intervensi dini yang dapat dilakukan


sebagai berikut:
a. Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan jawaban “YA”
7-8 diinterpretasikan sebagai “meragukan”
Intervensi:
• Ajarkan ibu cara melakukan intervensi pada aspek perkembangan yang belum
dapat dilakukan. Misalnya, anak mempunyai kemungkinan penyimpangan
gerak kasar, maka yang diintervensi adalah gerak kasarnya.
• Nasehati ibu/pengasuh untuk melakukan stimulasi sesuai usia perkembangan
dengan lebih sering dan penuh kasih saying, bervariasi dan sambil bermain
dengan anak agar ia tidak bosan.
• lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3−4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,
dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.
• Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian
untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada
kemajuan/perkembangan atau tidak.
• Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrument yang sama.
• Apabila hasil pemeriksaan selanjutnya tetap “meragukan” atau ada
kemungkinan penyimpangan segera lakukan rujukan dini ke fasilitas kesehatan
rujukan/RS
• Tetap melakukan stimulai sesuai dengan kelompok usia pada aspek
perkembangan yang normal

b. Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KMPE didapatkan 1


jawaban Ya diinterpretasikan sebagai kemungkinan anak mengalami perilaku
emosi (meragukan).
Intervensi:
• Konseling kepada ibu/pengasuh terkait intervensi dini masalah perilaku emosi
dengan prinsip Help Empathy Language Loyalty Permission Patnership and
Plan (HELP)
• Jadwalkan kunjungan berikutnya 4 minggu lagi dengan instrument yang sama.
Apabila tidak ada perbaikan perkembangan dan muncul penyulit maka
dilakukan rujukan dini segera
• Tetap melakukan stimulai sesuai dengan kelompok usia pada aspek
perkembangan yang normal

c. Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan nilai
total < 18 tetapi pemeriksa merasa ragu dengan hasil pemeriksaan
diinterpretasikan sebagai “meragukan”
Intervensi:
• Konseling kepada ibu/pengasuh terkait intervensi dini masalah perilaku emosi
dengan prinsip Help Empathy Language Loyalty Permission Patnership and
Plan (HELP)

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

25
Mata Pelatihan Inti 5

• Jadwalkan kunjungan berikutnya 4 minggu lagi dengan instrument yang sama.


Apabila tidak ada perbaikan perkembangan dan muncul penyulit maka
dilakukan rujukan dini segera
• Tetap melakukan stimulai sesuai dengan kelompok usia pada aspek
perkembangan yang normal

3. Langkah-langkah penerapan intervensi dini


a. Memberikan psikoedukasi pada orang tua
• Petugas kesehatan berusaha menjelaskan penyimpangan perkembangan
yang terjadi pada anak adalah hal umum yang dapat ditangani sehingga orang
tua tidak merasa malu, sendiri dan memiliki harapan terhadap perbaikan
kondisi anaknya
• Petugas menggali faktor risiko (Riwayat kekerasan baik pada anak maupun
pada orang tua, adanya tekanan keluarga berupa kondisi psikososial dan
ekonomi, penyalahgunaan NAPZA) dan faktor protektif (kondisi ekonomi
stabil, lingkungan ramah anak, orang tua penuh dengan kasih sayang, dan
pola pengasuhan yang baik) yang ada dalam keluarga terkait masalah
perkembangan pada anak
• Petugas kesehatan memberikan informasi kepada orang tua untuk
meningkatkan pemahaman orang tua terkait perlunya memilnimalkan faktor
risiko dan memaksimalkan faktor protektif
• Petugas kesehatan memberikan informasimengenai pola pengasuhan yang
positif sesuai dengan Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Halaman 199
– 201

b. Membantu mengurangi tingkat stress orang tua


Stress orang tua dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak dan
mempengaruhi keseiapan mereka dalam menjalankan intervensi sehingga
penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan perhatian kepada orang tua
dengan memberikan empati, mendengarkan dengan aktif serta mendiskusikan
alternatif langkah untuk meringankan beban orang tua

c. Menyediakan sumber informasi


Petugas kesehatan menyampaiakn sumber informasi yang bisa dipelajari oleh
orang tua/pengasuh. Selain itu petugas kesehatan dapat juga memberikan
kontak/no telp yang bisa dihubungi (puskesmas, atau penanggungjawab
puskesmas) jika terjadi kondisi darurat orang tua dapat menghubungi nomor
tersebut

d. Memonitor perkembangan kondisi emosi dan perilaku anak


Petugas kesehatan melakukan evaluasi hasil intervensi setelah 1 bulan dengan
menggunakan instrument yang sama

e. Melakukan rujukan apabila tidak didapatkan adanya perbaikan


Petugas harus menjelaskan kepada orang tua alasan perlunya dilakukan rujukan
serta memberikan pengantar/laporan tertulis mengenai intervensi awal yang
dilakukan dan hasil yang diperoleh

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

26
Mata Pelatihan Inti 5

Uraian Intervensi dini penyimpangan perkembangan motorik kasar, motorik halus serta
bicara dan Bahasa yang dapat digunakan sebagai acuan ketika melakukan kegiatan
SDIDTK dapat dilihat pada Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tahun 2022 Halaman
171 – 195

Anda telah mempelajari intervensi penyimpangan perkembangan. Materi selanjutnya akan


membahas tentang rujukan dini penyimpangan perkembangan. Selamat belajar!

B. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan

Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang rujukan dini penyimpangan perkembangan,
Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!
Penyimpangan perkembangan yang sudah mendapatkan intervensi dini di fasilitas layanan
primer tetapi hasil evaluasi tidak menunjukkan adanya perbaikan atau ditemukan adanya
penyulit, maka perlu dilakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi. Beberapa
penyimpangan perkembangan yang dapat dideteksi oleh tenaga Kesehatan di Puskesmas
perlu langsung dilakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi agar segera
mendapatkan tatalaksana yang adekuat untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi,
menurunkan risiko terjadi komplikasi dan mencegah gangguan yang bersifat permanen.
Berikut ini adalah alur rujukan penyimpangan perkembangan sesuai dengan buku
pedoman pelaksanaan SDIDTK 2022

Gambar 6.9 Bagan Alur Rujukan Penyimpangan Perkembangan


Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

27
Mata Pelatihan Inti 5

Tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya yang telah melakukan deteksi dini
penyimpangan perkembangan serta melakukan intervensi dini (bila diperlukan), perlu juga
memahami alur rujukan penyimpangan perkembangan tercantum pada Bagan Alur
Rujukan Penyimpangan Perkembangan.

Apabila dijumpai kondisi sebagai berikut perlu dilakukan rujukan dini penyimpangan
perkembangan segera:
1. Semua gangguan perkembangan yang sudah dilakukan intervensi dini di faskes primer
selama 2 – 4 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan atau ditemukan adanya penyulit
Intervensi: Rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

2. Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan jawaban Ya ≤6,
diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

3. Anak 0 – 72 bulan dengan hasil Tes Daya Dengar (TDD) didapatkan jawaban Tidak ≥
1, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
4. Anak 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan pupil didapatkan tes reflek merah
abnormal, pupil tampak putih dengan pemeriksaan dengan kamera/blitz kamera yang
diinterpretasikan sebagai curiga kelainan pupil putih pada anak
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

5. Anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan Tes Daya Lihat tidak dapat
menjawab dengan benar arah kaki E 3 kali berturut-turut atau menjawab benar kurang
dari 4 dari 5 kali kesempatan dengan pemeriksaan dengan kartu tumbling “E”,
diinterpretasikan sebagai daya lihat anak kurang
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

6. Pada anak usia 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KMPE jawaban Ya ≥ 2


diinterpretasikan sebagai kemungkinan gangguan perilaku emosi pada anak
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

7. Pada anak usia 16 – 30 bulan dengan hasil pemeriksaan MCHAT-R didapatkan skor 3
– 20 diinterpretasikan sebagai risiko sedang sampai tinggi gangguan spektrum autism
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

8. Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan skor ≥ 13
diinterpretasikan sebagai kemungkinan GPPH
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi

Materi rujukan dini penyimpangan perkembangan sudah anda pelajari. Selanjutnya akan
membahas tentang pengisian Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Selamat belajar!

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

28
Mata Pelatihan Inti 5

C. PENGISIAN FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)


Materi berikut tentang pengisian Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Yuk pelajari
cara pengisiannya dengan penuh semangat.
Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) digunakan untuk mencatat hasil
pemeriksaan atau skrining tumbuh kembang yang dilakukan pada anak balita dan
prasekolah yang datang ke Puskesmas maupun Posyandu dan PAUD. Formulir ini
berisi informasi tentang identitas anak, hasil pemeriksaan deteksi dini tumbuh
kembang, kesimpulan dan tindakan intervensi yang diberikan. Formulir ini diisi oleh
tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan DDTK.
Setiap anak yang dideteksi tumbuh kembang, hasil deteksinya harus dicatatkan dalam
Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK).
Berikut ini Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK).

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

29
Mata Pelatihan Inti 5

Gambar 6.10 Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

30
Mata Pelatihan Inti 5

Tata Cara Pengisian Formulir DDTK sebagai berikut:

1. Baris teratas diisi nama Puskesmas, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Provinsi


2. Angka I. Identitas Anak:
 Nomor 1-3: Jelas
 Nomor 4 dan 5: Diisi tanggal…… – bulan…… – tahun……
 Nomor 6: Diisi sesuai penghitungan umur
3. Angka II. Anamnesis:
 Nomor 1: Diisi keluhan utama orang tua atau keluarga membawa anak ke
Puskesmas
 Nomor 2: Diiisi jawaban orang tua atau keluarga atas pertanyaan “Apakah anak
memiliki masalah tumbuh kembang?” Jika jawaban ‘Ya’, ditulis singkat
masalahnya
4. Angka III. Pemeriksaan Rutin Sesuai Jadwal:
• Nomor 1: Diisi berat badan anak dalam kilogram
• Nomor 2: Diisi panjang atau tinggi badan anak dalam sentimeter
• Nomor 3: Diisi lingkar kepala anak dalam sentimeter, lalu lingkari salah satu huruf
sesuai hasil pemeriksaan
• Nomor 4: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan tren pertumbuhan
• Nomor 5-11: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan
5. Angka IV. Pemeriksaan Atas Indikasi:
 Nomor 1: Diisi lingkar lengan atas anak dalam sentimeter, lalu lingkari salah satu
huruf sesuai hasil pemeriksaan
 Nomor 2: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan
• Nomor 3: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan dengan kuesioner
KMPE
 Nomor 4: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan dengan M-CHAT-R
 Nomor 5: Lingkari salah satu huruf sesuai hasil pemeriksaan dengan kuesioner
ACTRS
6. Angka V. Kesimpulan:
• Tulis secara singkat hasil pemeriksaan dan kesimpulan akhir
7. Angka VI. Intervensi Dini dan Rujukan:
• Nomor 1: Lingkari huruf (a) jika tenaga kesehatan memberikan konseling gizi atau
lingkari huruf (b) jika tenaga kesehatan tidak memberikan konseling gizi
• Nomor 2: Lingkari huruf (a) jika tenaga kesehatan memberikan konseling stimulasi
perkembangan, atau lingkari huruf (b) jika tenaga kesehatan tidak memberikan
konseling stimulasi perkembangan
• Nomor 3: Lingkari huruf (a) jika tenaga kesehatan memberikan intervensi dini
ma/salah pertumbuhan, atau lingkari huruf (b) jika tenaga kesehatan tidak
memberikan intervensi dini masalah pertumbuhan
• Nomor 4: Lingkari huruf sesuai dengan intervensi dini masalah perkembangan
yang diberikan kepada anak
• Nomor 5: Lingkari huruf (a) jika tenaga kesehatan memberikan intervensi dini
masalah perilaku dan emosi, atau lingkari huruf (b) jika tenaga kesehatan tidak
memberikan intervensi dini masalah perilaku dan emosi
• Nomor 6: Tulis jenis atau macam tindakan pengobatan yang diberikan kepada
anak
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

31
Mata Pelatihan Inti 5

• Nomor 7: Tulis tujuan rujukan, alasan dirujuk, serta lingkari huruf (a) jika ada surat
rujukan atau huruf (b) jika tidak ada surat rujukan
8. Pemeriksa:
• Ditulis nama dan paraf petugas pemeriksa

Penjelasan pengisian formulir DDTK sebagai berikut:

1. Formulir DDTK dalam kegiatan konseling


a. Bagian I, II, III, dan IV
Pengisian bagian I, II, III, dan IV dilakukan dalam langkah 1 kegiatan konseling:
Bertanya/Menilai
b. Bagian V
Pengisian bagian V dilakukan dalam langkah 2 kegiatan konseling: Menganalisis
c. Bagian VI
Pengisian bagian VI dilakukan dalam langkah 3 kegiatan konseling: Bertindak
2. Bagian Angka III: Pemeriksaan Rutin sesuai Jadwal
Jika didapatkan hasil pemeriksaan yang menyimpulkan trend pertumbuhan “normal,
pertumbuhan tidak baik” dapat diberikan intervensi berupa konseling tumbuh kembang
3. Bagian Angka V: Kesimpulan
• Penulisan kesimpulan lengkap dengan informasi pemeriksan pertumbuhan dan
perkembangan
Contoh:
 Pertumbuhan: Normal (Status Gizi Baik)
 Perkembangan: sesuai
Contoh:
 Pertumbuhan: Gizi kurang
 Perkembangan: meragukan
• Jika didapatkan kesimpulan status pertumbuhan “normal, gizi kurang, gizi buruk
tanpa komplikasi atau berisiko gizi lebih” dapat diintervensi oleh tenaga
pelayanan kesehatan balita di Puskesmas dengan koordinasi antar profesi
4. Bagian Angka VI: Intervensi Dini dan Rujukan
Bagian/Point Rujukan
• Dapat diisi dengan keterangan rujukan internal maupun rujukan eksternal
• Rujukan Internal
 Rujukan internal dapat dilakukan ketika hasil pemeriksaan pertumbuhan
kategori gizi kurang atau pertumbuhan tidak baik. Anak dapat dirujuk ke
tenaga gizi untuk mendapatkan asuhan gizi
 Rujukan internal dapat dilakukan ketika hasil pemeriksaan pertumbuhan
kategori gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi). Anak dapat dirujuk ke
Tim Asuhan Gizi untuk mendapatkan Tatalaksana Gizi Buruk
• Rujukan Eksternal
Rujukan eksternal dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan tumbuh kembang,
tidak dapat dilakukan intervensi di layanan primer/puskesmas. Rujuk ke
layanan kesehatan yang lebih tinggi.
• Petugas menuliskan tanggal kunjungan ulang sebagai evaluasi atas intervensi
yang diberikan.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

32
Mata Pelatihan Inti 5

Anda sudah mempelajari cara pengisian formulir DDTK. Ayo selalu isi formulir DDTK pada
setiap anak yang dilakukan deteksi tumbuh kembang.

SEKARANG SAYA TAHU


1. Prinsip intervensi pada penyimpangan perkembangan anak antara lain: intervensi tidak
harus menunggu diagnosis etiologi ditegakkan, bersifat spesifik pada setiap individu,
bertujuan mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi serta dilakukan evaluasi hasil
intervensi dini dalam kurun waktu 2 – 4 minggu. Jika tahapan perkembangan sesuai
usia belum tercapai, maka dilakukan rujukan.

2. Rujukan dini pada kasus penyimpangan perkembangan harus segera dilakukan pada:
• Semua penyimpangan perkembangan yang sudah dilakukan intervensi dini di
fasilitas kesehatan primer selama 2 – 4 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan
atau ditemukan adanya penyulit
• Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan jawaban Ya
≤6, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
• Anak 0 – 72 bulan dengan hasil Tes Daya Dengar (TDD) didapatkan jawaban Tidak
≤ 1, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
• Anak 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan pupil didapatkan tes reflek merah
abnormal, pupil tampak putih dengan pemeriksaan dengan kamera/blitz kamera
• Anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan Tes Daya Lihat tidak dapat
menjawab dengan benar arah kaki E 3 x berturut-turut atau menjawab benar kurang
dari 4 dari 5 kali kesempatan dengan pemeriksaan dengan kartu tumbling “E”.
Diinterpretasikan sebagai gangguan penglihatan
• Pada anak usia 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KMPE jawaban Ya ≥ 2
diinterpretasikan sebagai kemungkinan gangguan perilaku emosi pada anak
• Pada anak usia 16 – 30 bulan dengan hasil pemeriksaan MCHAT-R didapatkan
skor 3 – 20 diinterpretasikan sebagai risiko sedang sampai tinggi gangguan
spektrum autism
• Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan skor
≥ 13 diinterpretasikan sebagai kemungkinan GPPH

3. Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) adalah catatan hasil pemeriksaan
atau skrining tumbuh kembang yang dilakukan pada anak balita dan para sekolah
yang berisi informasi tentang identitas anak, hasil pemeriksaan deteksi dini tumbuh
kembang, kesimpulan dan tindakan intervensi yang diberikan dan diisi oleh tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan DDTK.

Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPI 5 Intervensi dan rujukan dini penyimpangan tumbuh
kembang. Jika Anda belum sepenuhnya memahami materi, silakan pelajari Kembali modul
dari awal ya!

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

33
Mata Pelatihan Inti 5

MATERI POKOK 3:
PEMBERIAN MAKAN PADA KONDISI KHUSUS

PENDAHULUAN
Masa tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah merupakan masa yang penting.
Pada masa ini dibutuhkan pemberian makan yang tepat termasuk pada kondisi-kondisi
khusus. Kondisi tersebut adalah pada saat anak sakit, masa pemulihan dan pada situasi
bencana. Pada kondisi-kondisi ini anak mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan
asupan gizi yang sesuai. Untuk itu diperlukan pemberian makan yang tepat sehingga anak
tetap terjaga tumbuh kembangnya. Tumbuh kembang anak perlu didukung dengan
pelayanan kesehatan yang baik termasuk menjaga dari pelanggaran terhadap kode
pemasaran produk pengganti ASI.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu untuk melakukan pemberian makan kondisi
khusus pada balita dan anak prasekolah.

SUB MATERI POKOK


Berikut ini adalah Sub Materi Pokok 3:
A. Pemberian makan pada anak sakit dan masa pemulihan.
B. Pemberian makan pada situasi bencana.
C. Kode pemasaran produk pengganti ASI.

URAIAN MATERI
Apakah Anda pernah mengetahui pemberian makan pada kondisi khusus? Pemberian
makan pada kondisi khusus merupakan pemberian makan kondisi-kondisi tertentu yaitu
kondisi sakit, pemulihan dan saat bencana. Mari kita menuju materi berikut dengan tetap
semangat.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

34
Mata Pelatihan Inti 5

A. Pemberian Makan pada Anak Sakit dan Masa Pemulihan


Pada masa tumbuh kembang anak balita dan anak prasekolah, terkadang anak
mengalami kondisi sakit. Gambar di bawah ini menjelaskan hubungan antara sakit dan
pemberian makan.

Gambar 6.11. Hubungan antara pemberian makan dan penyakit

Anak yang sakit (diare, ISPA, cacar, demam) biasanya tidak ingin makan, tapi ia perlu
lebih banyak tenaga untuk melawan penyakitnya. Tenaga tersebut didapatkan dari
makanan yang ia makan. Jika anak tidak mau makan atau tidak menyusu selama sakit,
ia butuh lebih banyak waktu untuk sembuh. Anak akan menderita penyakit dalam jangka
lama dan gizi buruk yang dapat menyebabkan kecacatan fisik atau intelektual. Anak
butuh lebih banyak waktu untuk sembuh, atau kondisi anak semakin memburuk; bahkan
ia bisa meninggal. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mendorong anak yang sakit
untuk terus menyusu atau minum dan makan selama sakit, dan makan lebih banyak
selama masa penyembuhan untuk pemulihan.

Praktik pemberian makan bayi dan anak pada anak sakit dan masa pemulihan

Anak sakit kurang dari 6 bulan:


1. Lebih sering memberikan ASI sewaktu bayi sakit termasuk saat diare, untuk
membantu bayi melawan penyakitnya, mengurangi kehilangan berat badan dan
sembuh lebih cepat.
2. Menyusu juga memberikan kenyamanan pada bayi yang sakit. Jika bayi menolak
untuk disusui maka berikan motivasi kepada ibu untuk terus menyusui dan
menawarkan untuk menyusui sesering mungkin kepada bayi.
3. Bila bayi terlalu lemah untuk menyusu, perah ASI dan berikan kepada bayi dengan
cangkir atau sendok. Ini akan membantu ibu untuk mempertahankan pasokan ASI
dan mencegah masalah pada payudara.
4. Bila ibu sakit, susui terus bayinya. Ibu perlu makanan ekstra dan dukungan untuk
terus menyusui.
5. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

35
Mata Pelatihan Inti 5

Anak sakit kurang dari 6 bulan setelah sembuh:


1. Memberikan ASI sesering mungkin, lebih sering dari waktu sehat
2. Memberikan ASI perah bila perlu
3. Hindari memberikan susu formula dan memberikan minum memakai botol susu
4. Memberikan perhatian dan kasih sayang dengan memeluknya
5. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Anak sakit pada usia 6-23 bulan:


1. Lebih sering menyusu selama bayi dalam keadaan sakit seperti diare, untuk
membantu bayi melawan penyakit, mengurangi kehilangan berat badan dan
sembuh lebih cepat.
2. Memberikan lebih banyak makanan dan cairan yang disukai anak sewaktu sakit
(dalam porsi kecil dan sering).
3. Berikan makanan dengan porsi kecil namun sering dan hindari makanan pedas dan
berlemak jika anak sulit makan.
4. Susu hewani dan cairan lainnya dapat menambah diare, kecuali ASI.
5. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Anak sakit lebih dari 6-23 bulan setelah sembuh:


1. Meningkatkan pemberian makan sesuai dengan: usia, frekuensi pemberian, jumlah,
tekstur/kekentalan/konsistensi, variasi makanan, pemberian makanan secara
aktif/responsif, dan selalu menjaga kebersihan.
2. Menawarkan lebih banyak makan lebih dari biasanya (tambahkan makanan padat
setiap hari).
3. Memberikan ASI lebih sering selama dua minggu untuk mendapatkan kembali berat
badan yang hilang selama sakit.
4. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Anak sakit pada usia 24-72 bulan:


1. Memberikan lebih banyak makanan dan cairan yang disukai anak sewaktu sakit
(dalam porsi kecil dan sering).
2. Berikan makanan dengan porsi kecil namun sering dan hindari makanan pedas dan
berlemak jika anak sulit makan.
3. Berikan cukup cairan kepada anak.
4. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Anak sakit lebih dari 24-72 bulan setelah sembuh:


1. Meningkatkan pemberian makan sesuai dengan: frekuensi pemberian, jumlah, dan
variasi makanan.
2. Menawarkan lebih banyak makan lebih dari biasanya (tambahkan makanan padat
setiap hari).
3. Memberikan cukup cairan kepada anak.
4. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

36
Mata Pelatihan Inti 5

B. Pemberian Makan pada Situasi Bencana


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 142 menyebutkan bahwa bayi dan balita
termasuk dalam kelompok rentan. Demikian juga disebutkan pada Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Pasal 55) dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 77 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis. Dalam situasi bencana, seringkali bayi dan balita menjadi korban pada kondisi
krisis kesehatan seperti pada bencana alam, bencana non alam maupun pandemi suatu
penyakit seperti COVID-19.
Masalah yang sering terjadi pada situasi bencana yang dapat mengganggu proses
pemberian makan balita dan anak prasekolah:
- Kondisi ibu yang stres.
- Sumbangan makanan atau produk pengganti ASI.
- Tidak tersedianya ruangan khusus untuk menyusui.
- Tidak tersedianya dapur makanan ataupun aksesnya untuk balita dan anak
prasekolah.
- Terbatasnya ketersediaan air bersih.
- Kurangnya pelayanan kesehatan maupun akses ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Kondisi ibu yang stres dapat menyebabkan gangguan pengeluaran ASI. Kondisi stress
pada ibu biasanya disebabkan karena beberpa hal diantaranya adalah hilangnya sanak
saudara, tempat tinggal, materi dan kurangnya makanan serta akses pelayanan
kesehatan bagi anak dan dirinya. Ibu perlu mendapatkan dukungan dan pendampingan
psikososial serta motivasi dalam menghadapi kondisi tersebut sehingga tetap mampu
mengurus dirinya dan anak-anaknya.
Pada kondisi bencana seringkali ditemukan donasi-donasi yang dapat memengaruhi
praktik-praktik Pemberian makan pada bayi dan anak usia 0-23 bulan pada kondisi
bencana yaitu donasi berupa produk-produk pengganti ASI, botol dan dot. Produk ini
diberikan kepada ibu termasuk ibu menyusui sehinnga menyebabkan ibu kurang
percaya diri dan akhirnya memutuskan untuk berhenti menyusui dan memberikan susu
formula.
Susu Formula bukanlah kebutuhan mendesak pada kondisi bencana, justru dengan
memberikan susu formula, risiko berbagai penyakit meningkat pada bayi seperti diare,
bahkan risiko kematian juga dapat meningkat karenanya.
Menyusui adalah penyelamat bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
bayi dan berbagai zat pelindung yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi
terutama pada kondisi bencana dimana bayi rentan terhadap penyakit. Donasi produk
pengganti ASI perlu dihindari untuk melindungi ibu menyusui dan ibu perlu didukung
untuk dapat melakukan praktik-praktik dalam PMBA. Hal penting lainnya adalah
tersedianya ruangan untuk menyusui bagi ibu untuk mendukung praktik pemberian ASI.
WHO tetap merekomendasikan praktik-praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak usia 0-
23 bulan:
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Menyusui Eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan.
3. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sejak bayi usia 6 bulan
4. Melanjutkan menyusui hingga anak usia 24 bulan atau lebih

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

37
Mata Pelatihan Inti 5

Kondisi bencana seringkali tidak tersedia dapur makanan untuk balita dan anak
prasekolah termasuk aksesnya. Anak-anak dapat mengalami kekurangan makanan
yang berdampak pada kurangnya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit
infeksi dan dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian. Penting untuk
memperhatikan penangan gizi pada anak dengan mendirikan dapur khusus anak untuk
dapat memastikan terpenuhinya kecukupan makanan dan gizinya. Pemberian makan
disesuaikan dengan kebutuhan gizi sehingga stasus gizi anak dapat dipertahankan.
Selain itu penting bagi anak untuk mendapatkan makanan tambahan dan suplemen gizi
seperti pemberian zinc sebagai salah satu upaya perlindungan bagi balita terhadap
penyakit infeksi.

Ketersediaan air bersih juga terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terdampat termasuk balita dan anak prasekolah. Penyediaan sarana dan akses air
bersih di pengungsian merupakan salah satu hal penting untuk menunjang kesehatan
anak. Air bersih digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, buang air besar
maupun kecil, kebutuhan penyiapan makanan di dapur dan minuman.

Hal lain yang terjadi pada kondisi bencana adalah kurangnya pelayanan kesehatan
maupun akses ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan kurang
terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan anak dan penanganan ketika anak sakit.
Pengadaan pelayanan kesehatan bagi balita dan anak prasekolah dapat disesuaikan
dengan tempat pengungsian. Pelayanan yang diberikan dapat berfokus pada
pemantauan tumbuh kembang atau SDIDTK, layanan untuk anak sakit dan pengaturan
rujukan anak sakit jika diperlukan.

Jadi, pada kondisi bencana penting untuk mendukung praktik-praktik yang mendukung
tumbuh kembang dan pemberian makan sebagai upaya mempertahankan status gizi
anak. Dukungan-dukungan yang penting diberikan yaitu:
- Dukungan psikososial untuk ibu.
- Penyediaan ruangan khusus untuk menyusui.
- Konseling menyusui dan pemberian makan pada anak.
- Meminimalisir donasi produk pengganti ASI yang tidak terkontrol.
- Tersedianya dapur untuk anak yang dapat memenuhi kebuthan gizi.
- Dukungan ketersediaan air bersih.
- Penyediaan pelayanan kesehatan untuk tumbuh kembang atau SDIDTK, anak sakit
dan rujukan.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

38
Mata Pelatihan Inti 5

C. Kode Pemasaran Produk Pengganti ASI


Kode adalah aturan global yang mengatur standar minimal yang diadopsi oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1981 melalui sidang World Health Assembly
(WHA). Kode bertujuan menunjang pemberian makanan bayi dan anak yang aman dan
bergizi dan melindungi ibu-ibu menyusui dari perilaku pemasaran minuman/makanan
bayi yang agresif. Kode mengatur pemasaran susu formula, tidak melarang pemasaran
makanan bayi. Kode hanya membatasi cara-cara promosi tertentu yang menyesatkan
para ibu untuk mempercayai bahwa susu formula dan makanan tersebut sama baiknya
seperti ASI.

Kode meliputi pemasaran:


- Susu formula bayi (0-6 bulan)
- Susu formula lanjutan (6-24 bulan atau lebih)
- Minuman atau makanan lain yang diperdagangkan untuk bayi seperti sari buah,
bubur susu/sereal
- Botol susu dan dot

Semua ini tidak boleh diiklankan. Singkatnya, menurut Kode Internasional ini, semua
produk yang mencoba mengantikan ASI tidak boleh diiklankan. Kode juga melarang
berbagai jenis pemasaran lain yang mencoba menggantikan ASI seperti penjualan
dengan harga khusus, diskon, pameran, pemberian sampel, pemberian susu formula
gratis ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan klinik.

Di Indonesia, beberapa kebijakan Kode telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Selain itu telah terdapat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 15 Tahun 2014 yang memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan
dan fasilitas kesehatan yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Ringkasan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI:


• Dilarang mengiklankan susu formula dan produk lain kepada masyarakat.
• Dilarang memberikan sampel gratis kepada ibu-ibu.
• Dilarang promosi susu formula di sarana pelayanan kesehatan.
• Staf perusahaan tidak diperkenankan memberikan nasihat tentang susu formula
kepada ibu-ibu.
• Dilarang memberikan hadiah atau sampel kepada petugas kesehatan.
• Dilarang memuat gambar bayi atau sampel kepada petugas kesehatan.
• Informasi kepada petugas kesehatan harus faktual dan ilmiah.
• Informasi tentang susu formula, termasuk pada label, harus menjelaskan
keuntungan menyusui dan biaya serta bahaya pemberian susu buatan.
• Produk yang tidak cocok seperti susu kental manis, dilarang dipromosikan untuk
bayi.
• Penjelasan tentang penggunaan susu formula hanya diperbolehkan untuk
beberapa ibu yang betul-betul memberikannya.
• Semua produk harus bermutu baik dan mempertimbangkan semua unsur di suatu
negara termasuk iklim yang dapat memengaruhi daya tahan produk.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

39
Mata Pelatihan Inti 5

Contoh-contoh pelanggaran Kode:


- Pemberian hadiah atau sampel gratis produk dalam Kode kepada ibu
- Pemberian hadiah atau sampel gratis produk dalam Kode kepada petugas
kesehatan
- Promosi produk dalam Kode di fasilitas pelayanan kesehatan
- Sumbangan produk dalam Kode secara gratis atau bersubsidi kepada ibu, keluarga
dan atau fasilitas pelayanan kesehatan.

SEKARANG SAYA TAHU


1. Pada masa tumbuh kembang, anak terkadang mengalami sakit. Ketika sakit biasanya
anak hilang selera makannya atau makan dalam jumlah sedikit, padahal anak
membutuhkan energi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya dalam melawan
penyakit. Bila anak tidak mau makan, berat badan dan daya tahan tubuh semakin
menurun sehingga anak lebih lama sembuh atau anak dapat mengalami kekurangan
gizi. Akibat dari sakit yang lama dan gizi kurang, anak dapat semakin sakit kemudian
dapat menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Untuk itu, ketika sakit dan masa
pemulihan penting untuk dapat menjaga asupan makan anak dengan gizi yang baik
sehingga anak lekas sehat kembali dan dapat mempertahankan status gizinya.

2. Pada kondisi bencana, anak-anak merupakan kelompok rentan yang memerlukan


perhatian. Seringkali mereka kurang mendapatkan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan gizinya sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Pelayanan kesehatan
juga kurang didapatkan termasuk sarana dan akses air bersih. Pelayanan kesehatan
penting untuk diberikan kepada anak pada kondisi bencana sehingga anak-anak dapat
tetap terpantau tumbuh kembangnya dan mendapatkan layanan yang sesuai ketika
sakit serta rujukan bila diperlukan. Berbagai dukungan sangat diperlukan pada anak
pada kondisi bencana sehingga dapat terjaga asupan gizinya dan tumbuh kembang
tetap baik.

3. Kode Pemasaran produk pengganti ASI merupakan aaturan global yang bertujuan
untuk menunjang pemberian makan bayi dan anak yang aman dan bergizi serta
melindungi ibu-ibu menyusui dari perilaku pemasaran produk makanan/minuman yang
agresif dan dapat mengganggu kepercayaan diri ibu. Penting bagi tenaga kesehatan
dan pelayanan kesehatan untuk dapat mengikuti Kode sehingga dapat mendukung
praktik-praktik pemberian makan pada bayi dan anak.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

40
Mata Pelatihan Inti 5

C. PENUGASAN

Lampiran MPI 5. IHB 1 dan 2


Panduan Latihan Kasus
Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan (90
menit)

Tujuan:
Peserta mampu menjelaskan Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator meminta peserta membuka latihan kasus Intervensi dan Rujukan Dini
Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Fasilitator meminta peserta menyiapkan alat bantu untuk mengerjakan latihan kasus
4. Fasilitator meminta masing-masing peserta untuk mengerjakan latihan kasus tersebut
5. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan jawaban dari latihan kasus
6. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikannya bersama
7. Fasilitator merangkum kembali dengan melibatkan peserta

Alat Bantu:
1. Pedoman SDIDTK
2. Buku Bagan SDIDTK
3. Formulir DDTK
4. GPA
5. Tabel Increment

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

41
Mata Pelatihan Inti 5

LATIHAN KASUS 1

Bapak Ali dan Ibu Rina membawa anak perempuannya yang bernama Fina yang lahir pada
5 Mei 2020 pada Puskesmas Kliwon pada 11 Januari 2021. Puskesmas Kliwon terletan di
Kecamatan Mawar, Kota Melati Provinsi Kamboja. Kunjungan ke Puskesmas Kliwon
dilakukan atas saran dari kader di Posyandu Aster
Dari hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa Fina lahir dengan berat badan 3,3 kg. Hasil
pemeriksaan pada 11 Januari 2021 di Puskesmas Kliwon sebagai berikut: berat badan Fina
7,3 kg, panjang badan 67,5 cm dan LK 43,5 cm

a. Trend pertumbuhan
Pertumbuhan tidak baik, PB/U: -2 < Z < 0 (panjang badan normal), BB/PB: -1 < Z <
0 (gizi baik), LK/U : 0 < Z < 1 (lingkar kepala normal)
b. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan dengan weight increment diketahui
bahwa anak Fina mengalami perlambatan pertumbuhan linear (<p5)
c. Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil:
 Ceklis Perkembangan di Buku KIA
Hasil: jawaban tidak = 2
 Pemeriksaan dengan KPSP
Hasil: Meragukan
 Pemeriksaan Tes Daya Dengar: Normal
 Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan ditemukan adanya bayangan putih

Instruksi:

a. Lakukan intervensi sesuai hasil pemeriksaan diatas


b. Lakukan pengisian Formulir DDTK

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

42
Mata Pelatihan Inti 5

LATIHAN KASUS 2

Anak Anton anak dari Bapak Kasman dan Ibu Rani, lahir pada 10 September 2018 dengan
berat badan lahir 3250 gram, Panjang badan 49 cm, dan lingkar kepala 34,5 cm. Pada
tanggal 13 Desember 2021 datang ke Puskesmas Batu, Kecamatan Melati, Provinsi Putih.
Berikut adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak Anton yang dilakukan
pada 13 Desember 2021 yaitu Berat Badan 14,6 kg dan Tinggi Badan 97,8 cm, LK 50 cm.

a. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan dengan length increment dan weight


increment diketahui bahwa anak Anton memiliki pertumbuhan yang baik
b. Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil:
 Ceklis Perkembangan di Buku KIA
Hasil: jawaban tidak = 3
 Pemeriksaan dengan KPSP
Hasil: Meragukan pada aspek bicara dan bahasa
 Pemeriksaan Tes Daya Dengar: ada kemungkinan penyimpangan
pendengaran
 Pemeriksaan ACTRS
Hasil: skor 13 kemungkinan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH)
 Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan dan kiri normal, tidak ditemukan adanya
bayangan putih

Instruksi:

a. Lakukan intervensi sesuai hasil pemeriksaan diatas


b. Lakukan pengisian Formulir DDTK

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

43
Mata Pelatihan Inti 5

Lampiran MPI.5.IHB 3b
Panduan Latihan Kasus
Pemberian Makan Pada Balita Dan Anak Prasekolah Di Kondisi Bencana (45 menit)

Tujuan:
Peserta mampu menerapkan cara pemberian makan bayi dan anak di kondisi khusus

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan kasus
3. Fasilitator meminta perwakilan peserta untuk menampilkan hasil berdasarkan latihan
kasus.
4. Fasilitator membahas hasil kerja peserta dan menyimpulkan.

Alat bantu:
Modul

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

44
Mata Pelatihan Inti 5

LATIHAN KASUS 1

Ibu Ani memiliki anak bernama Ayu dengan usia 7 bulan. Berat badan bulan ini 7 kg dan
bulan lalu adalah 7,5 kg. Ayu masih menyusu dan sudah mendapatkan MP ASI yang
dibuat sendiri oleh ibu. Saat ini Ayu terlihat lemas dan pilek sehingga sulit makan.
a. Bagaimana kondisi Ayu?
b. Apa saran yang dapat disampaikan kepada ibu supaya Ayu lekas sehat kembali?

LATIHAN KASUS 2

Ibu Ratih tinggal bersama kedua anaknya. Anak pertama berusia 20 bulan dan anak
kedua berusia 3 bulan. Ibu Ayu masih menyusui anak keduanya secara eksklusif.
Keluarga ibu Ratih mengalami dampak dari bencana banjir bandang di tempat tinggalnya
sehingga saat ini tinggal di pengungsian. Banyak terdapat donasi susu formula di
pengungsian dan ibu Ratih tertarik untuk memberikan susu formula dan mengurangi
menyusuinya karena kuatir ASInya tidak baik pada kondisi bencana.
a. Bagaimana pendapat anda mengenai kondisi ibu Ratih?
b. Apa saran yang dapat disampaikan kepada ibu Ratih?

LATIHAN KASUS 3

Ibu Dina tingga bersama dengan adik dan kedua anaknya. Anak pertama berusia 5 tahun
6 bulan (66 bulan) dan anak kedua berusia 3 tahun. Keluarga ibu Dina tinggal di
pengungsian karena terdampak oleh bencana gempa dan tsunami beberapa waktu lalu.
Ibu Dina sudah tinggal di tempat pengungsian selama 1 minggu. Banyak sumbangan
berdatangan namun belum ada pengaturan yang baik di lokasi pengungsian. Dapur umum
menyediakan makanan seadanya sesuai dengan sumbangan yang ada. Kedua anak ibu
Dina terkadang makan hanya nasi dan sedikit lauk. Dua hari ini anak kedua ibu Dina mulai
mengalami pilek. Sanitasi dan air bersih telah tersedia. Pusat pelayanan kesehatan
terdekat lokasi pengungsian terdampak oleh bencana sehingga tidak terdapat layanan
kesehatan. Ibu Dina tampak kebingunan apalagi melihat kedua anaknya yang tampak
sedih dan ketakutan.
a. Bagamana pendapat anda mengenai kondisi ibu Dina dan keluarganya?
b. Apa saja yang dibutuhkan oleh kedua anak ibu Dina?

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

45
Mata Pelatihan Inti 5

Lampiran MPI 5. IHB 1 dan 2


Panduan Simulasi
Intervensi dan Rujukan Dini Tumbuh Kembang pada Balita dan Anak Prasekolah (90
menit)

Tujuan:
Peserta mampu melakukan intervensi dan rujukan dini tumbuh kembang Balita dan Anak
Prasekolah di Fasilitas Kesehatan.

Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang beranggotakan 3-5 peserta
2. Fasilitator menyiapkan alat bantu dan perlengkapan untuk melakukan simulasi
3. Fasilitator meminta seluruh peserta dalam kelompoknya untuk berpasangan. Fasilitator
menjelaskan bahwa peserta yang akan berperan menjadi ibu akan memerankan sesuai
skenario sedangkan peserta yang akan berperan menjadi tenaga kesehatan akan
melakukan semua instruksi/langkah-langkah simulasi. Peserta secara bergantian
memerankan ibu dan tenaga kesehatan.
4. Peserta lain menjadi pengamat dan mengamati proses simulasi.
5. Fasilitator mengajak seluruh peserta dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hasil
simulasi yang dilakukan
6. Fasilitator menekankan hal-hal penting apa yang perlu dilakukan oleh tenaga
kesehatan saat melakukan intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh kembang
dan hal-hal apa saja yang perlu disampaikan/diajarkan kepada ibu
7. Fasilitator mempersilahkan peserta mengajukan pertanyaan dan mendiskusikannya
bersama
8. Fasilitator meminta peserta untuk membuat rangkuman

Alat Bantu:
1. Pedoman SDIDTK
2. Buku Bagan SDIDTK
3. Formulir DDT
4. GPS
5. Tabel Increment

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

46
Mata Pelatihan Inti 5

SKENARIO 1

Ibu Faya dan Pak Toto membawa anak laki-lakinya Bernama Rayhan ke Puskesmas
Tanjung Kecamatan Karya Kota Indah. Anak Rayhan lahir pada 26 November 2019 dengan
berat badan lahir 3,4 kg, panjang badan 50,1 cm, dan lingkar kepala 34,5 cm. Berikut
adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak Rayhan yang dilakukan pada
27 Maret 2021. Berat Badan 10, 5 kg, PB 80 cm.

a. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan dengan length increment dan weight


increment (2 bulan) diktehui bahwa anak rayhan memiliki pertumbuhan yang baik
b. Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil
• ceklis perkembangan di buku KIA
Hasil jawaban tidak = 3
• Pemeriksaan dengan KPSP
Hasil: ada kemungkinan penyimpangan
• Pemeriksaan tes Daya Dengar : Normal
• Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan dan kiri normal, tidak ditemukan adanya
bayangan putih

Instruksi

a. Sapa ibu dengan ramah


b. Lakukan intervensi sesuai dengan hasil pemeriksaan
c. Jelaskan pada ibu tentang intervensi yang akan dilakukan
d. Lakukan pengisian Formulir DDTK
e. Berikan salam dan motivasi pada ibu

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

47
Mata Pelatihan Inti 5

SKENARIO 2

Seorang ibu bernama Ida dan suaminya yang bernama Pak Adam, membawa anak laki-
lakinya yang Bernama Tedy ke Puskesmas Sidomuncul, Kecamatan Luwansa, Provinsi
Grand Melia. Anak Tedy lahir pada tanggal 25 Agustus 2020 dengan berat badan lahir 3200
gram, Panjang badan 49,5 cm, dan lingkar kepala 33,2 cm. Berat badan saat ini 10,2 kg,
tinggi badan 88 cm dan lingkar kepala 48,2 cm
Berikut adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang yang sudah dilakukan pada
tanggal 28 September 2022. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan, sejak 3 bulan
terakhir grafik pertumbuhan berat badan dan Panjang badan menurut usia mulai mendatar.
● Hasil Penilaian status gizi didapatkan hasil
 BB/U : -3<Z<-2 (Berat badan kurang)
 PB/U : -2<Z<-1 (Tinggi badan normal)
 BB/PB : -3<Z<-2 (Gizi kurang)
 LK/U : 0<Z<1 (Lingkar kepala normal)
• Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil
 ceklis perkembangan di buku KIA
 Hasil jawaban tidak = 1
 Pemeriksaan dengan KPSP
 Hasil: meragukan
 Pemeriksaan tes Daya Dengar : Kemungkinan penyimpangan pendengaran
 Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan dan kiri normal, tidak ditemukan adanya
bayangan putih

Instruksi
a. Sapa ibu dengan ramah
b. Lakukan intervensi sesuai dengan hasil pemantauan pertumbuhan
c. Lakukan intervensi sesuai dengan hasil pemeriksaan perkembangan
d. Jelaskan pada ibu tentang intervensi yang dilakukan
e. Lakukan pengisian Formulir DDTK
f. Berikan salam dan motivasi pada ibu

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

48
Mata Pelatihan Inti 5

D. TES FORMATIF

1. Hasil pengukuran Z-score lingkar kepala di bawah ini perlu dirujuk apabila hasilnya
sebagai berikut …..
a. < -1 SD
b. > -1 SD
c. < - 2 SD
d. > +1 SD
e. > + 1,5 SD

2. Prinsip intervensi dini pada penyimpangan perkembangan anak antara lain …..
a. Intervensi dini penyimpangan perkembangan harus menunggu diagnosis
etiologi ditegakkan
b. Intervensi dini penyimpangan perkembangan tidak harus menunggu diagnosis
etiologi ditegakkan
c. Intervensi dini Tidak bersifat spesifik untuk setiap individu berdasarkan tahapan
perkembangan yang belum tercapai dan atau masalah yang muncul. Intervensi dini
harus dilakukan secara intensif dan tepat. Petugas memberikan contoh bentuk
intervensi dini yang dilakukan oleh orang tua. Bila diperlukan orang tua atau
keluarga didampingi ketika melakukan intervensi pada anaknya
d. Intervensi dini Tidak mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi
e. Evaluasi hasil intervensi dini dilakukan dalam waktu 6 minggu atau selambat-
lambatnya 8 minggu. Jika tahapan perkembangan sesuai usia belum tercapai atau
masih ada masalah yang muncul, maka harus dilakukan rujukan

3. Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan interpretasi


“meragukan”, didapatkan nilai KPSP dengan jawaban “ya” sejumlah …..
a. 9 – 10
b. 7 – 8
c. 5 – 6
d. 4 – 5
e. 2 – 3

4. Dani berusia 20 bulan sedang mengalami sakit. Selera makan Dani berkurang sehingga
hanya sedikit makanan yang dikonsumsiinya. Saran yang berkaitan dengan pemberian
makan pada Dani yang dapat tenaga kesehatan berikan kepada ibu Dani adalah
sebagai berikut:
a. Mengikuti selera makan Dani karena sedang sakit, setelah sembuh baru dapat
ditingkatkan makannya.
b. ASI dapat diganti dengan produk pengganti ASI yang dapat membantu
kesembuhan Dani dari sakitnya.
c. Tekstur makan diturunkan menjadi encer supaya Dani lebih mudah dan mau
makan.
d. Menawarkan makan dengan porsi kecil namun lebih sering dan dapat mencari
menu makanan kesukaan Dani yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.
e. Kebutuhan cairan yang diberikan sesuai kemauan Dani.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

49
Mata Pelatihan Inti 5

5. Pada kondisi bencana, dukungan penting yang perlu tenaga kesehatan berikan untuk
menjaga tumbuh kembang anak balita dan anak prasekolah adalah:
a. Pemberian baju bagus dan mahal.
b. Pemberian donasi susu formula pada bayi yang mendapatkan ASI.
c. Penyediaan pelayanan kesehatan untuk tumbuh kembang atau SDIDTK, anak sakit
dan rujukan termasuk konseling tumbuh kembang dan pemberian makan.
d. Pemberian donasi botol susu, dot dan empeng kepada semua bayi.
e. Dukungan pendirian shelter pengungsian.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

50
Mata Pelatihan Inti 5

E. KUNCI JAWABAN

1. c
2. c
3. b
4. d
5. c

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

51
Mata Pelatihan Inti 5

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku KIA. Kementerian Kesehatan. 2020.


2. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO. 2003.
3. Panduan Fasilitator Konseling Menyusui. Kementerian Kesehatan. Direktorat Bina
Gizi. 2014.
4. Modul Pemantauan Pertumbuhan. Kementerian Kesehatan. 2014.
5. Kode dalam Kartun. Kementerian PP, Kementerian Kesehatan, BK PP-ASI, IBFAN,
WHO/UNICEF/PATH, 2003. Pedoman PMBA. Kementerian Kesehatan. 2020.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 tentang Penggunaaan
Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat.
10. Pedoman Pelatihan Pelatih Konseling PMBA. 2020. Kementerian Kesehatan.
11. Pedoman Gizi Bencana. Kementerian Kesehatan. 2020.
12. Pedoman Pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Balita
pada Krisis Kesehatan. Kementerian Kesehatan. 2020.
13. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI
Eksklusif 6 bulan bagi Bayi di Indonesia.
14. The Community Infant and Young Children Counselling Package. 2013.
UNICEF/URCCH. New York.
15. Infant and Young Child Feeding Counseliling an Integrated Course. WHO. 2006.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

52
Mata Pelatihan Inti 5

TIM PENYUSUN

Penasehat:
Direktur Gizi dan KIA

Penanggungjawab:
Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah

Penyusun:
Bragmandita, Dewi Astuti, Dian Anggoro, Esti Pangastuti, Ira Nola Lingga, Wayan
Suwastini, Rina Rostarina, Maya Rayyan

Kontributor:
Ana Amalia, Ario Baskoro, Cornelia, Dedi Setiawan, Desi Agustini, Dyah Sari Utami, Dyah
Yuniar, Eko Prihastono, Ine Indrati Sigit, Lismartina, Rivani Noor, Rina Rostarina, Sri
Sukotjo, Shoffy N, Tiara Karmila Mahardikni, Widyawati

Editor:
Dewi Astuti dan Desi Agustini

Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Jakarta, 2022

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara
apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-
lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.

Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

53

Anda mungkin juga menyukai