MODUL
MATERI PELATIHAN INTI 5 (MPI. 5)
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
A. TENTANG MODUL INI ................................................................................................. 1
DESKRIPSI SINGKAT ............................................................................................. 1
TUJUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 1
MATERI POKOK ..................................................................................................... 2
B. KEGIATAN BELAJAR .................................................................................................. 3
MATERI POKOK 1:
Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan ...................................... 3
MATERI POKOK 2:
Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan .................................. 24
MATERI POKOK 3:
Pemberian Makan pada Kondisi Khusus ............................................................... 34
C. PENUGASAN............................................................................................................. 41
D. TES FORMATIF ......................................................................................................... 47
E. KUNCI JAWABAN ...................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 52
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
i
Mata Pelatihan Inti 5
DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membahas tentang intervensi dan rujukan dini penyimpangan tumbuh kembang
serta pemberian makan kondisi khusus pada balita dan anak prasekolah.
lntervensi dini penyimpangan tumbuh kembang adalah tindakan tertentu pada anak yang
mengalami penyimpangan tumbuh kembang dimana pertumbuhan dan perkembangannya
tidak sesuai untuk usianya. Intervensi dini dilakukan sebagai upaya koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak (kemampuan otak untuk berkembang karena
beradaptasi terhadap stimulus yang diberikan). Sifat plastisitas tersebut memungkinkan
keberhasilan intervensi dini jika segera dilakukan. Intervensi dini dilakukan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak kembali ke jalur normal dan atau penyimpangannya
tidak menjadi lebih berat. Salah satu bentuk intervensi pada penyimpangan pertumbuhan
adalah dengan pemberian makanan. Ada beberapa kondisi khusus yang memerlukan
intervensi pemberian makanan khusus antara lain situasi bencana, kondisi anak sakit, dll.
Pemberian makan kondisi khusus dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi
balita dan anak prasekolah. Untuk tindakan intervensi dini penyimpangan perkembangan
berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah.
Rujukan dini tumbuh kembang adalah suatu upaya merujuk/membawa anak ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi apabila ditemukan adanya masalah penyimpangan tumbuh
kembang atau tidak adanya perbaikan dari intervensi dini yang diberikan terhadap masalah
tumbuh kembang. Intervensi dan rujukan dini pertumbuhan dan perkembangan anak
merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila menemukan adanya kemungkinan
masalah penyimpangan tumbuh kembang anak di layanan kesehatan primer. Kegiatan
tersebut apabila dilakukan pada waktu dan cara yang tepat dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas beberapa masalah kesehatan anak di Indonesia.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan tumbuh kembang serta pemberian makan kondisi khusus pada balita dan
anak prasekolah.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
1
Mata Pelatihan Inti 5
MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelatihan ini meliputi:
1. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan
2. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan
3. Pemberian Makan pada Kondisi Khusus
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
2
Mata Pelatihan Inti 5
B. KEGIATAN BELAJAR
MATERI POKOK 1:
INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN
PENDAHULUAN
Masa depan suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas balita dan anak prasekolah
sebagai generasi penerus bangsa. Kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) merupakan salah satu upaya spesifik yang dilakukan untuk menjamin
kualitas generasi penerus bangsa tersebut. Sebelumnya telah dijelaskan mekanisme
kegiatan stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Namun hal tersebut, tentunya harus
ditindaklanjuti dengan intervensi dan rujukan dini. Dalam materi ini akan dibahas tentang,
intervensi dan rujukan dini penyimpangan pertumbuhan. Hal-hal apa saja yang dilakukan
untuk mengatasi penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan atau
penyimpangan tumbuh kembang yang terjadi secara bersamaan.
Sebagai upaya menjamin agar tidak terjadi penyimpangan tumbuh kembang, kegiatan
stimulasi dan deteksi dini saja tidak cukup, perlu dilanjutkan dengan intervensi dan rujukan
dini jika ditemukan adanya kemungkinan penyimpangan pertumbuhan anak agar dapat
memperbaiki luarannya. Beberapa masalah pertumbuhan pada anak merupakan suatu
kondisi yang reversibel, sehingga intervensi yang dilakukan dengan tepat dapat
memperbaiki gangguan yang muncul dan mencegah kemungkinan terjadinya komorbiditas
dan dampak jangka panjang yang bersifat irreversibel.
Fasilitas kesehatan di layanan primer memiliki keterbatasan dari sisi sumber daya manusia,
sarana dan prasarana dalam melakukan intervensi masalah pertumbuhan anak. Oleh
karena keterbatasan tersebut, jika ditemukan adanya kemungkinan masalah pertumbuhan
pada anak yang telah dilakukan intervensi dini tidak menunjukkan perbaikan perlu untuk
dilakuan rujukan dini. Rujukan dini dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi dalam hal ini adalah klinik tumbuh kembang level 1
untuk mendapatkan tatalaksana yang adekuat.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
3
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
4
Mata Pelatihan Inti 5
Intervensi:
• Anak ini wajib ditindak lanjuti dengan intervensi pencegahan dan
tatalaksana gizi lebih pada balita dan anak prasekolah dengan
melakukan asuhan gizi anak
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
b. Anak usia 0-24 bulan dengan pertumbuhan tidak baik dilihat dari garis
pertumbuhan yang memotong salah satu z-score dan atau garis pertumbuhan
mendatar.
Intervensi:
• Lakukan kemungkinan tanda bahaya (red flag) atau penyakit penyerta
• Lakukan asuhan gizi anak
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
c. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar weight
increment (kenaikan berat badan di bawah persentil 5) berisiko mengalami
gagal tumbuh atau at risk of failure to thrive.
Intervensi:
• Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui proses
asuhan gizi anak dan dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya
penyakit penyerta (red flags) atau dirujuk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
d. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan panjang badan kurang dari standar
length increment (pertambahan panjang badan di bawah persentil 5)
berisiko mengalami perlambatan pertumbuhan linear.
Intervensi:
• Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui proses
asuhan gizi pada anak dan dilakukan pemeriksaan untuk kemungkinan
adanya penyakit penyerta atau dirujuk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
5
Mata Pelatihan Inti 5
f. Anak usia 0 – 59 bulan dengan status berisiko gizi lebih (possible risk of
overweight) berdasarkan grafik pertumbuhan BB/PB atau BB/TB didapatkan
z-score +1 SD sampai +2 SD.
Intervensi:
• Konfirmasi status gizi menggunakan indeks IMT menurut usia, untuk
menegakan diagnosis obesitas, mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
melakukan konseling gizi sesuai kemungkinan penyebab
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari
intervensi dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya
kondisi medis yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan
hormonal, dll) maka rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
g. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi kurang (wasted) berdasarkan grafik
pertumbuhan BB/PB atau BB/TB didapatkan z-score -3 SD sampai -2 SD.
Intervensi:
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, melakukan konseling gizi sesuai
kemungkinan penyebab
• Mendapatkan intervensi berupa pencegahan gizi buruk
• Evaluasi setelah 2 (dua) minggu, apabila tidak ada perbaikan dari intervensi
dini yang dilakukan atau ditemukan adanya penyulit (adanya kondisi medis
yang memerlukan tatalaksana lebih lanjut, gangguan hormonal, dll) maka rujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
6
Mata Pelatihan Inti 5
i. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
11,5 – 12,4 cm.
Intervensi:
• Tentukan penyebab utama anak gizi kurang
• Konseling gizi sesuai penyebab
j. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
<11,5 cm.
Intervensi:
• Tatalaksana sesuai dengan pedoman tatalaksana gizi buruk
Nah, sekarang anda telah mengetahui tentang penyimpangan pertumbuhan yang sering
terjadi pada anak dan intervensi dini yang harus dilakukan oleh petugas. Bagaimana
langkah petugas melakukan intervensi dini yang perlu dilakukan. Salah satu intervensi
dini penyimpangan pertumbuhan adalah asuhan gizi anak. Apa yang dimaksut dengan
asuhan gizi anak, yuk mari kita pelajari.
b. Penentuan kebutuhan
1) Gizi baik atau gizi kurang: Kebutuhan Energi Anak berdasarkan Berat Badan
Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual (usia- tinggi).
1-3 100
4-6 90
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
7
Mata Pelatihan Inti 5
2) Gizi buruk
• Tatalaksana gizi buruk menurut pedoman pencegahan dan tatalaksana gizi
buruk Kementerian Kesehatan dan guideline WHO
• Pemberian terapi nutrisi gizi buruk rawat inap sesuai dengan fase perawatan
dalam 10 langkah tatalaksana balita gizi buruk (fase stabilisasi, transisi,
rehabilitasi dan tindak lanjut)
3) Overweight
Target pemberian kalori berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut
umur tinggi (height age).
3. Menghitung Kebutuhan Energi Anak berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan
Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual (Usia – Tinggi)
Intervensi dini dilakukan dengan pendekatan pelayanan perorangan/individu melalui
asuhan gizi. Pada asuhan gizi anak dilakukan perhitungan kebutuhan energi
berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI) dan Usia menurut Tinggi/Panjang Badan Aktual.
Berikut cara/langkah perhitungannya:
a. Langkah 1: Menghitung Berat Badan Ideal (BBI)
• Gunakan Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB atau BB/PB) menurut kelompok Usia
• Tentukan BBI berdasarkan TB/PB aktual (BBI ada pada nilai median)
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
8
Mata Pelatihan Inti 5
1-3 100
4-6 90
Contoh:
a. Tinggi badan seorang anak perempuan usia 4 tahun adalah 86,6 cm. Maka BB
Ideal sebagai berikut:
9
Mata Pelatihan Inti 5
b. Tinggi badan anak perempuan usia 4 tahun adalah 86,6 cm. Maka usia tinggi
adalah
Tabel 6.4 Tabel TB/U anak perempuan usia 24-60 bulan
• Cari TB Aktual dalam median tabel TB/U atau PB/U selanjutnya lihat kolom
usia. Usia tersebut adalah usia - tinggi
• Maka usia tingginya adalah setara dengan anak 25 bulan
d. Jika sudah diperoleh kebutuhan anak menurut usia tinggi, maka selanjutnya
lakukan perhitungan kebutuhan zat gizi sebagai berikut
• Karbohidrat = 55 – 65%
= 60% x 1190 kkal
= 714 kkal : 4 kkal
= 178,5 gram
• Protein = 10 – 15%
= 15% x 1190 kkal
= 178,5 kkal : 4 kkal
= 44,6 gram
• Lemak = (Batita: 30 – 35%, karena usia – tingginya 25 bulan)
= 35% x 1190 kkal
= 416,5 kkal : 9 kkal
= 46,3 gram
e. Selanjutnya dari hasil perhitungan kebutuhan zat gizi diterjemahkan dalam bentuk
menu sehari untuk balita. Penjelasan atau pemberian informasi kepada
ibu/pengasuh tentang pemenuhan kebutuhan gizi anak dilakuan dengan
menggunakan satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) untuk memudahkan
ibu/pengasuh memahami praktik pemberian makan yang direkomendasikan
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
10
Mata Pelatihan Inti 5
4. Contoh Kasus
Kevin adalah bayi laki-laki berusia 3 bulan yang dibawa Ibu Marni ke Puskesmas
untuk imunisasi DPT-HIB-Polio ke-1. Bulan lalu, Kevin tidak di imunisasi karena
sedang demam tinggi. Selama 3 bulan ini, Kevin mendapatkan ASI. Namun ibu
merasa ASI nya tidak cukup sehingga memberikan pisang yang dihaluskan kepada
Kevin. Kevin datang ke Puskesmas dengan keluhan diare berulang.
Berat lahir 3000 gram dan Panjang lahir 50 cm. Berat badan umur 1 bulan 3800 gram
dan Panjang badan 53 cm. Berat badan saat ini adalah 4500 gram dan Panjang
badan 58 cm.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
11
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
12
Mata Pelatihan Inti 5
Status pertumbuhan Kevin pada saat lahir berada dibawah median selanjutnya pada usia
1 bulan berat badan naik , pada bulan berikutnya tidak ditimbang dan saat ini berat badan
Kevin pada usia 3 bulan semakin menjauhi median dan hampir memotong garis z score -
3SD, hal ini menunjukkan bahwa tren pertumbuhan Kevin ada risiko gangguan
pertumbuhan, untuk memastikan dapat dinilai dengan weight increment
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
13
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
14
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
15
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
16
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
17
Mata Pelatihan Inti 5
18
Mata Pelatihan Inti 5
Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan jaringannya perlu memastikan status gizi dan
status pertumbuhan seorang anak sesuai dengan ketentuan yang ada untuk
menentukan intervensi yang perlu dilakukan. Apabila dijumpai kondisi sebagai berikut
perlu dilakukan rujukan dini penyimpangan pertumbuhan:
1. Semua penyimpangan pertumbuhan yang sudah dilakukan intervensi dini di Fasilitas
Kesehatan Primer selama 2 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan atau
ditemukan adanya penyulit
Intervensi: Rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
2. Anak dengan garis pertumbuhan meningkat atau menurun tajam (bukan merupakan
catch up menuju median)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
3. Anak usia 0-59 bulan dengan status gizi buruk (severely wasted) dengan komplikasi
berdasarkan grafik pertumbuhan BB/PB atau BB/TB atau usia 60-72 bulan
berdasarkan grafik IMT/U didapatkan z-score <-3SD
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
19
Mata Pelatihan Inti 5
4. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi obesitas (hasil pengukuran berdasarkan
grafik IMT/U didapatkan z-score >+3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
5. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi tinggi (hasil pengukuran berdasarkan grafik
PB/U atau TB/U didapatkan z-score >+3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
6. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi pendek (hasil pengukuran berdasarkan
grafik PB/U atau TB/U didapatkan hasil pengukuran z-score -3 SD sampai dengan -
2 SD)
Intervensi:
• Usia < 2 tahun: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
• Usia ≥ 2 tahun
- Konfirmasi parameter status gizi lainnya (BB/U dan BB/PB atau BB/TB, lakukan
MTBS, SDIDTK dengan Buku KIA dan KPSP
- Jika terdapat masalah (indikator antropomteri tidak sesuai, masalah
perkembangan, infeksi tidak ada perubahan setelah dilakukan penatalaksanaan
gizi standar, kecurigaan masalah hormonal maka segera rujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi
7. Anak usia 0 – 72 bulan dengan status gizi sangat pendek (hasil pengukuran
berdasarkan grafik PB/U atau TB/U didapatkan hasil pengukuran < - 3 SD)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
8. Anak usia 6 – 59 bulan dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas < 11,5 cm (gizi
buruk)
• Lakukan pemeriksaan adanya kemungkinan red flag atau penyakit penyerta
• Lakukan asuhan gizi anak dan konseling pemberian makanan sesuai rekomendasi
• Evaluasi setelah 1 minggu, apabila tetap atau tidak ada perbaikan segera rujuk ke
Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
10. Anak dengan hasil pengukuran z-score lingkar kepala < - 2 SD (mikrosefali)
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
20
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
21
Mata Pelatihan Inti 5
Rujukan dini penyimpangan pertumbuhan anak pada kasus yang sering kita jumpai di
praktik lapangan sebagai berikut:
1. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U diantara minus dua standar deviasi sampai
dengan kurang dari satu standar deviasi (<-2 SD atau >+1 SD) maka perlu
dikonfirmasi
oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
a. Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau
BB/TB
b. Penilaian tren IMT/U pada anak dengan BB/U >+1 SD (anak >7-8 bulan)
2. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U diantara minus dua standar deviasi sampai
dengan kurang dari sama dengan satu standar deviasi (-2 SD ≤ BB/U ≤ +1 SD)
termasuk anak yang normal, namun perlu dilihat tren pertumbuhannya
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (naik) maka anak dapat kembali ke
Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya
b. Bila anak tidak ditimbang bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti garis
pertumbuhan (tidak naik) maka anak perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan
yang berkompeten untuk dilakukan:
• Penilaian kenaikan berat badan dibandingkan dengan standar weight
increment (khusus untuk anak berumur 0-24 bulan)
• Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, atau
BB/TB
3. Anak dengan kriteria PB/U atau TB/U berada di antara -2 SD sampai dengan +3 SD
(<+3 SD atau >-2 SD) termasuk anak dengan kategori tinggi badan normal, namun
perlu dilihat tren pertumbuhannya
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (naik) maka anak datang kembali ke
Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya
b. Bila anak tidak diukur bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti garis
pertumbuhan (tidak naik) maka anak perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan
yang berkompeten untuk dilakukan:
• Penilaian kenaikan panjang atau tinggi badan dibandingkan dengan standar
length atau height increment (khusus untuk anak berumur 0-24 bulan)
• Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, atau
BB/TB
4. Anak dengan kriteria Z-score PB/U atau TB/U di bawah minus dua standar deviasi
atau di atas tiga standar deviasi (<-2 SD atau >+3 SD) perlu dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan penilaian status gizi
berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, IMT/U dan weight
increment (0-24 bulan), length increment (0-24 bulan), dan tren IMT
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
22
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
23
Mata Pelatihan Inti 5
MATERI POKOK 2:
INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN
PENDAHULUAN
Penyimpangan perkembangan anak dapat terjadi pada berbagai aspek perkembangan,
yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosial kemandirian. Perlu
dilakukan intervensi dini terhadap penyimpangan perkembangan yang ada agar dapat
mengerjar perkembangan anak sesuai usia dan atau tidak terjadi perburukan atas
penyimpangan perkembangan yang terjadi.
Setelah dilakukan intervensi dini perlu dilakukan evaluasi hasil intervensi dengan
pemeriksaan kembali menggunakan intrumen penilaian perkembangan yang sesuai untuk
menentukan apakah intervensi yang dilakukan berhasil atau tidak serta apakah ada kondisi
penyulit lainnya. Jika setelah dilakukan intervensi dini tidak ada perbaikan atau ditemukan
penyulit/komplikasi lain maka perlu segera dilakukan rujukan dini. Beberapa masalah
penyimpangan perkembangan memerlukan rujukan segera tanpa perlu dilakukan
intervensi dini di tingkat fasilitas kesehatan primer.
URAIAN MATERI
Anda pasti pernah mengetahui mengenai Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan?
Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan bertujuan untuk mengurangi gejala sisa
seminimal mungkin dari penyimpangan perkembangan anak yang terjadi. Pelajarilah
materi berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
24
Mata Pelatihan Inti 5
c. Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan nilai
total < 18 tetapi pemeriksa merasa ragu dengan hasil pemeriksaan
diinterpretasikan sebagai “meragukan”
Intervensi:
• Konseling kepada ibu/pengasuh terkait intervensi dini masalah perilaku emosi
dengan prinsip Help Empathy Language Loyalty Permission Patnership and
Plan (HELP)
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
25
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
26
Mata Pelatihan Inti 5
Uraian Intervensi dini penyimpangan perkembangan motorik kasar, motorik halus serta
bicara dan Bahasa yang dapat digunakan sebagai acuan ketika melakukan kegiatan
SDIDTK dapat dilihat pada Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tahun 2022 Halaman
171 – 195
Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang rujukan dini penyimpangan perkembangan,
Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!
Penyimpangan perkembangan yang sudah mendapatkan intervensi dini di fasilitas layanan
primer tetapi hasil evaluasi tidak menunjukkan adanya perbaikan atau ditemukan adanya
penyulit, maka perlu dilakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi. Beberapa
penyimpangan perkembangan yang dapat dideteksi oleh tenaga Kesehatan di Puskesmas
perlu langsung dilakukan rujukan ke fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi agar segera
mendapatkan tatalaksana yang adekuat untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi,
menurunkan risiko terjadi komplikasi dan mencegah gangguan yang bersifat permanen.
Berikut ini adalah alur rujukan penyimpangan perkembangan sesuai dengan buku
pedoman pelaksanaan SDIDTK 2022
27
Mata Pelatihan Inti 5
Tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya yang telah melakukan deteksi dini
penyimpangan perkembangan serta melakukan intervensi dini (bila diperlukan), perlu juga
memahami alur rujukan penyimpangan perkembangan tercantum pada Bagan Alur
Rujukan Penyimpangan Perkembangan.
Apabila dijumpai kondisi sebagai berikut perlu dilakukan rujukan dini penyimpangan
perkembangan segera:
1. Semua gangguan perkembangan yang sudah dilakukan intervensi dini di faskes primer
selama 2 – 4 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan atau ditemukan adanya penyulit
Intervensi: Rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
2. Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan jawaban Ya ≤6,
diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
3. Anak 0 – 72 bulan dengan hasil Tes Daya Dengar (TDD) didapatkan jawaban Tidak ≥
1, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
4. Anak 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan pupil didapatkan tes reflek merah
abnormal, pupil tampak putih dengan pemeriksaan dengan kamera/blitz kamera yang
diinterpretasikan sebagai curiga kelainan pupil putih pada anak
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
5. Anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan Tes Daya Lihat tidak dapat
menjawab dengan benar arah kaki E 3 kali berturut-turut atau menjawab benar kurang
dari 4 dari 5 kali kesempatan dengan pemeriksaan dengan kartu tumbling “E”,
diinterpretasikan sebagai daya lihat anak kurang
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
7. Pada anak usia 16 – 30 bulan dengan hasil pemeriksaan MCHAT-R didapatkan skor 3
– 20 diinterpretasikan sebagai risiko sedang sampai tinggi gangguan spektrum autism
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
8. Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan skor ≥ 13
diinterpretasikan sebagai kemungkinan GPPH
Intervensi: Rujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi
Materi rujukan dini penyimpangan perkembangan sudah anda pelajari. Selanjutnya akan
membahas tentang pengisian Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Selamat belajar!
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
28
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
29
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
30
Mata Pelatihan Inti 5
31
Mata Pelatihan Inti 5
• Nomor 7: Tulis tujuan rujukan, alasan dirujuk, serta lingkari huruf (a) jika ada surat
rujukan atau huruf (b) jika tidak ada surat rujukan
8. Pemeriksa:
• Ditulis nama dan paraf petugas pemeriksa
32
Mata Pelatihan Inti 5
Anda sudah mempelajari cara pengisian formulir DDTK. Ayo selalu isi formulir DDTK pada
setiap anak yang dilakukan deteksi tumbuh kembang.
2. Rujukan dini pada kasus penyimpangan perkembangan harus segera dilakukan pada:
• Semua penyimpangan perkembangan yang sudah dilakukan intervensi dini di
fasilitas kesehatan primer selama 2 – 4 minggu dan tidak menunjukkan perbaikan
atau ditemukan adanya penyulit
• Anak usia 3 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KPSP didapatkan jawaban Ya
≤6, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
• Anak 0 – 72 bulan dengan hasil Tes Daya Dengar (TDD) didapatkan jawaban Tidak
≤ 1, diinterpretasikan sebagai kemungkinan penyimpangan
• Anak 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan pupil didapatkan tes reflek merah
abnormal, pupil tampak putih dengan pemeriksaan dengan kamera/blitz kamera
• Anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan Tes Daya Lihat tidak dapat
menjawab dengan benar arah kaki E 3 x berturut-turut atau menjawab benar kurang
dari 4 dari 5 kali kesempatan dengan pemeriksaan dengan kartu tumbling “E”.
Diinterpretasikan sebagai gangguan penglihatan
• Pada anak usia 0 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan KMPE jawaban Ya ≥ 2
diinterpretasikan sebagai kemungkinan gangguan perilaku emosi pada anak
• Pada anak usia 16 – 30 bulan dengan hasil pemeriksaan MCHAT-R didapatkan
skor 3 – 20 diinterpretasikan sebagai risiko sedang sampai tinggi gangguan
spektrum autism
• Pada anak usia 36 – 72 bulan dengan hasil pemeriksaan ACTRS didapatkan skor
≥ 13 diinterpretasikan sebagai kemungkinan GPPH
3. Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) adalah catatan hasil pemeriksaan
atau skrining tumbuh kembang yang dilakukan pada anak balita dan para sekolah
yang berisi informasi tentang identitas anak, hasil pemeriksaan deteksi dini tumbuh
kembang, kesimpulan dan tindakan intervensi yang diberikan dan diisi oleh tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan DDTK.
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPI 5 Intervensi dan rujukan dini penyimpangan tumbuh
kembang. Jika Anda belum sepenuhnya memahami materi, silakan pelajari Kembali modul
dari awal ya!
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
33
Mata Pelatihan Inti 5
MATERI POKOK 3:
PEMBERIAN MAKAN PADA KONDISI KHUSUS
PENDAHULUAN
Masa tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah merupakan masa yang penting.
Pada masa ini dibutuhkan pemberian makan yang tepat termasuk pada kondisi-kondisi
khusus. Kondisi tersebut adalah pada saat anak sakit, masa pemulihan dan pada situasi
bencana. Pada kondisi-kondisi ini anak mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan
asupan gizi yang sesuai. Untuk itu diperlukan pemberian makan yang tepat sehingga anak
tetap terjaga tumbuh kembangnya. Tumbuh kembang anak perlu didukung dengan
pelayanan kesehatan yang baik termasuk menjaga dari pelanggaran terhadap kode
pemasaran produk pengganti ASI.
URAIAN MATERI
Apakah Anda pernah mengetahui pemberian makan pada kondisi khusus? Pemberian
makan pada kondisi khusus merupakan pemberian makan kondisi-kondisi tertentu yaitu
kondisi sakit, pemulihan dan saat bencana. Mari kita menuju materi berikut dengan tetap
semangat.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
34
Mata Pelatihan Inti 5
Anak yang sakit (diare, ISPA, cacar, demam) biasanya tidak ingin makan, tapi ia perlu
lebih banyak tenaga untuk melawan penyakitnya. Tenaga tersebut didapatkan dari
makanan yang ia makan. Jika anak tidak mau makan atau tidak menyusu selama sakit,
ia butuh lebih banyak waktu untuk sembuh. Anak akan menderita penyakit dalam jangka
lama dan gizi buruk yang dapat menyebabkan kecacatan fisik atau intelektual. Anak
butuh lebih banyak waktu untuk sembuh, atau kondisi anak semakin memburuk; bahkan
ia bisa meninggal. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mendorong anak yang sakit
untuk terus menyusu atau minum dan makan selama sakit, dan makan lebih banyak
selama masa penyembuhan untuk pemulihan.
Praktik pemberian makan bayi dan anak pada anak sakit dan masa pemulihan
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
35
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
36
Mata Pelatihan Inti 5
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
37
Mata Pelatihan Inti 5
Kondisi bencana seringkali tidak tersedia dapur makanan untuk balita dan anak
prasekolah termasuk aksesnya. Anak-anak dapat mengalami kekurangan makanan
yang berdampak pada kurangnya kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit
infeksi dan dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian. Penting untuk
memperhatikan penangan gizi pada anak dengan mendirikan dapur khusus anak untuk
dapat memastikan terpenuhinya kecukupan makanan dan gizinya. Pemberian makan
disesuaikan dengan kebutuhan gizi sehingga stasus gizi anak dapat dipertahankan.
Selain itu penting bagi anak untuk mendapatkan makanan tambahan dan suplemen gizi
seperti pemberian zinc sebagai salah satu upaya perlindungan bagi balita terhadap
penyakit infeksi.
Ketersediaan air bersih juga terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terdampat termasuk balita dan anak prasekolah. Penyediaan sarana dan akses air
bersih di pengungsian merupakan salah satu hal penting untuk menunjang kesehatan
anak. Air bersih digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, buang air besar
maupun kecil, kebutuhan penyiapan makanan di dapur dan minuman.
Hal lain yang terjadi pada kondisi bencana adalah kurangnya pelayanan kesehatan
maupun akses ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan kurang
terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan anak dan penanganan ketika anak sakit.
Pengadaan pelayanan kesehatan bagi balita dan anak prasekolah dapat disesuaikan
dengan tempat pengungsian. Pelayanan yang diberikan dapat berfokus pada
pemantauan tumbuh kembang atau SDIDTK, layanan untuk anak sakit dan pengaturan
rujukan anak sakit jika diperlukan.
Jadi, pada kondisi bencana penting untuk mendukung praktik-praktik yang mendukung
tumbuh kembang dan pemberian makan sebagai upaya mempertahankan status gizi
anak. Dukungan-dukungan yang penting diberikan yaitu:
- Dukungan psikososial untuk ibu.
- Penyediaan ruangan khusus untuk menyusui.
- Konseling menyusui dan pemberian makan pada anak.
- Meminimalisir donasi produk pengganti ASI yang tidak terkontrol.
- Tersedianya dapur untuk anak yang dapat memenuhi kebuthan gizi.
- Dukungan ketersediaan air bersih.
- Penyediaan pelayanan kesehatan untuk tumbuh kembang atau SDIDTK, anak sakit
dan rujukan.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
38
Mata Pelatihan Inti 5
Semua ini tidak boleh diiklankan. Singkatnya, menurut Kode Internasional ini, semua
produk yang mencoba mengantikan ASI tidak boleh diiklankan. Kode juga melarang
berbagai jenis pemasaran lain yang mencoba menggantikan ASI seperti penjualan
dengan harga khusus, diskon, pameran, pemberian sampel, pemberian susu formula
gratis ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan klinik.
Di Indonesia, beberapa kebijakan Kode telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Selain itu telah terdapat Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 15 Tahun 2014 yang memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan
dan fasilitas kesehatan yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
39
Mata Pelatihan Inti 5
3. Kode Pemasaran produk pengganti ASI merupakan aaturan global yang bertujuan
untuk menunjang pemberian makan bayi dan anak yang aman dan bergizi serta
melindungi ibu-ibu menyusui dari perilaku pemasaran produk makanan/minuman yang
agresif dan dapat mengganggu kepercayaan diri ibu. Penting bagi tenaga kesehatan
dan pelayanan kesehatan untuk dapat mengikuti Kode sehingga dapat mendukung
praktik-praktik pemberian makan pada bayi dan anak.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
40
Mata Pelatihan Inti 5
C. PENUGASAN
Tujuan:
Peserta mampu menjelaskan Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator meminta peserta membuka latihan kasus Intervensi dan Rujukan Dini
Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Fasilitator meminta peserta menyiapkan alat bantu untuk mengerjakan latihan kasus
4. Fasilitator meminta masing-masing peserta untuk mengerjakan latihan kasus tersebut
5. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan jawaban dari latihan kasus
6. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikannya bersama
7. Fasilitator merangkum kembali dengan melibatkan peserta
Alat Bantu:
1. Pedoman SDIDTK
2. Buku Bagan SDIDTK
3. Formulir DDTK
4. GPA
5. Tabel Increment
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
41
Mata Pelatihan Inti 5
LATIHAN KASUS 1
Bapak Ali dan Ibu Rina membawa anak perempuannya yang bernama Fina yang lahir pada
5 Mei 2020 pada Puskesmas Kliwon pada 11 Januari 2021. Puskesmas Kliwon terletan di
Kecamatan Mawar, Kota Melati Provinsi Kamboja. Kunjungan ke Puskesmas Kliwon
dilakukan atas saran dari kader di Posyandu Aster
Dari hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa Fina lahir dengan berat badan 3,3 kg. Hasil
pemeriksaan pada 11 Januari 2021 di Puskesmas Kliwon sebagai berikut: berat badan Fina
7,3 kg, panjang badan 67,5 cm dan LK 43,5 cm
a. Trend pertumbuhan
Pertumbuhan tidak baik, PB/U: -2 < Z < 0 (panjang badan normal), BB/PB: -1 < Z <
0 (gizi baik), LK/U : 0 < Z < 1 (lingkar kepala normal)
b. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan dengan weight increment diketahui
bahwa anak Fina mengalami perlambatan pertumbuhan linear (<p5)
c. Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil:
Ceklis Perkembangan di Buku KIA
Hasil: jawaban tidak = 2
Pemeriksaan dengan KPSP
Hasil: Meragukan
Pemeriksaan Tes Daya Dengar: Normal
Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan ditemukan adanya bayangan putih
Instruksi:
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
42
Mata Pelatihan Inti 5
LATIHAN KASUS 2
Anak Anton anak dari Bapak Kasman dan Ibu Rani, lahir pada 10 September 2018 dengan
berat badan lahir 3250 gram, Panjang badan 49 cm, dan lingkar kepala 34,5 cm. Pada
tanggal 13 Desember 2021 datang ke Puskesmas Batu, Kecamatan Melati, Provinsi Putih.
Berikut adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak Anton yang dilakukan
pada 13 Desember 2021 yaitu Berat Badan 14,6 kg dan Tinggi Badan 97,8 cm, LK 50 cm.
Instruksi:
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
43
Mata Pelatihan Inti 5
Lampiran MPI.5.IHB 3b
Panduan Latihan Kasus
Pemberian Makan Pada Balita Dan Anak Prasekolah Di Kondisi Bencana (45 menit)
Tujuan:
Peserta mampu menerapkan cara pemberian makan bayi dan anak di kondisi khusus
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok
2. Fasilitator meminta peserta mengerjakan latihan kasus
3. Fasilitator meminta perwakilan peserta untuk menampilkan hasil berdasarkan latihan
kasus.
4. Fasilitator membahas hasil kerja peserta dan menyimpulkan.
Alat bantu:
Modul
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
44
Mata Pelatihan Inti 5
LATIHAN KASUS 1
Ibu Ani memiliki anak bernama Ayu dengan usia 7 bulan. Berat badan bulan ini 7 kg dan
bulan lalu adalah 7,5 kg. Ayu masih menyusu dan sudah mendapatkan MP ASI yang
dibuat sendiri oleh ibu. Saat ini Ayu terlihat lemas dan pilek sehingga sulit makan.
a. Bagaimana kondisi Ayu?
b. Apa saran yang dapat disampaikan kepada ibu supaya Ayu lekas sehat kembali?
LATIHAN KASUS 2
Ibu Ratih tinggal bersama kedua anaknya. Anak pertama berusia 20 bulan dan anak
kedua berusia 3 bulan. Ibu Ayu masih menyusui anak keduanya secara eksklusif.
Keluarga ibu Ratih mengalami dampak dari bencana banjir bandang di tempat tinggalnya
sehingga saat ini tinggal di pengungsian. Banyak terdapat donasi susu formula di
pengungsian dan ibu Ratih tertarik untuk memberikan susu formula dan mengurangi
menyusuinya karena kuatir ASInya tidak baik pada kondisi bencana.
a. Bagaimana pendapat anda mengenai kondisi ibu Ratih?
b. Apa saran yang dapat disampaikan kepada ibu Ratih?
LATIHAN KASUS 3
Ibu Dina tingga bersama dengan adik dan kedua anaknya. Anak pertama berusia 5 tahun
6 bulan (66 bulan) dan anak kedua berusia 3 tahun. Keluarga ibu Dina tinggal di
pengungsian karena terdampak oleh bencana gempa dan tsunami beberapa waktu lalu.
Ibu Dina sudah tinggal di tempat pengungsian selama 1 minggu. Banyak sumbangan
berdatangan namun belum ada pengaturan yang baik di lokasi pengungsian. Dapur umum
menyediakan makanan seadanya sesuai dengan sumbangan yang ada. Kedua anak ibu
Dina terkadang makan hanya nasi dan sedikit lauk. Dua hari ini anak kedua ibu Dina mulai
mengalami pilek. Sanitasi dan air bersih telah tersedia. Pusat pelayanan kesehatan
terdekat lokasi pengungsian terdampak oleh bencana sehingga tidak terdapat layanan
kesehatan. Ibu Dina tampak kebingunan apalagi melihat kedua anaknya yang tampak
sedih dan ketakutan.
a. Bagamana pendapat anda mengenai kondisi ibu Dina dan keluarganya?
b. Apa saja yang dibutuhkan oleh kedua anak ibu Dina?
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
45
Mata Pelatihan Inti 5
Tujuan:
Peserta mampu melakukan intervensi dan rujukan dini tumbuh kembang Balita dan Anak
Prasekolah di Fasilitas Kesehatan.
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi kelompok yang beranggotakan 3-5 peserta
2. Fasilitator menyiapkan alat bantu dan perlengkapan untuk melakukan simulasi
3. Fasilitator meminta seluruh peserta dalam kelompoknya untuk berpasangan. Fasilitator
menjelaskan bahwa peserta yang akan berperan menjadi ibu akan memerankan sesuai
skenario sedangkan peserta yang akan berperan menjadi tenaga kesehatan akan
melakukan semua instruksi/langkah-langkah simulasi. Peserta secara bergantian
memerankan ibu dan tenaga kesehatan.
4. Peserta lain menjadi pengamat dan mengamati proses simulasi.
5. Fasilitator mengajak seluruh peserta dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hasil
simulasi yang dilakukan
6. Fasilitator menekankan hal-hal penting apa yang perlu dilakukan oleh tenaga
kesehatan saat melakukan intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh kembang
dan hal-hal apa saja yang perlu disampaikan/diajarkan kepada ibu
7. Fasilitator mempersilahkan peserta mengajukan pertanyaan dan mendiskusikannya
bersama
8. Fasilitator meminta peserta untuk membuat rangkuman
Alat Bantu:
1. Pedoman SDIDTK
2. Buku Bagan SDIDTK
3. Formulir DDT
4. GPS
5. Tabel Increment
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
46
Mata Pelatihan Inti 5
SKENARIO 1
Ibu Faya dan Pak Toto membawa anak laki-lakinya Bernama Rayhan ke Puskesmas
Tanjung Kecamatan Karya Kota Indah. Anak Rayhan lahir pada 26 November 2019 dengan
berat badan lahir 3,4 kg, panjang badan 50,1 cm, dan lingkar kepala 34,5 cm. Berikut
adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang anak Rayhan yang dilakukan pada
27 Maret 2021. Berat Badan 10, 5 kg, PB 80 cm.
Instruksi
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
47
Mata Pelatihan Inti 5
SKENARIO 2
Seorang ibu bernama Ida dan suaminya yang bernama Pak Adam, membawa anak laki-
lakinya yang Bernama Tedy ke Puskesmas Sidomuncul, Kecamatan Luwansa, Provinsi
Grand Melia. Anak Tedy lahir pada tanggal 25 Agustus 2020 dengan berat badan lahir 3200
gram, Panjang badan 49,5 cm, dan lingkar kepala 33,2 cm. Berat badan saat ini 10,2 kg,
tinggi badan 88 cm dan lingkar kepala 48,2 cm
Berikut adalah rangkuman hasil pemeriksaan tumbuh kembang yang sudah dilakukan pada
tanggal 28 September 2022. Hasil interpretasi pemantauan pertumbuhan, sejak 3 bulan
terakhir grafik pertumbuhan berat badan dan Panjang badan menurut usia mulai mendatar.
● Hasil Penilaian status gizi didapatkan hasil
BB/U : -3<Z<-2 (Berat badan kurang)
PB/U : -2<Z<-1 (Tinggi badan normal)
BB/PB : -3<Z<-2 (Gizi kurang)
LK/U : 0<Z<1 (Lingkar kepala normal)
• Hasil pemeriksaan perkembangan sesuai Pedoman SDIDTK didapatkan hasil
ceklis perkembangan di buku KIA
Hasil jawaban tidak = 1
Pemeriksaan dengan KPSP
Hasil: meragukan
Pemeriksaan tes Daya Dengar : Kemungkinan penyimpangan pendengaran
Pemeriksaan Pupil Putih: mata kanan dan kiri normal, tidak ditemukan adanya
bayangan putih
Instruksi
a. Sapa ibu dengan ramah
b. Lakukan intervensi sesuai dengan hasil pemantauan pertumbuhan
c. Lakukan intervensi sesuai dengan hasil pemeriksaan perkembangan
d. Jelaskan pada ibu tentang intervensi yang dilakukan
e. Lakukan pengisian Formulir DDTK
f. Berikan salam dan motivasi pada ibu
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
48
Mata Pelatihan Inti 5
D. TES FORMATIF
1. Hasil pengukuran Z-score lingkar kepala di bawah ini perlu dirujuk apabila hasilnya
sebagai berikut …..
a. < -1 SD
b. > -1 SD
c. < - 2 SD
d. > +1 SD
e. > + 1,5 SD
2. Prinsip intervensi dini pada penyimpangan perkembangan anak antara lain …..
a. Intervensi dini penyimpangan perkembangan harus menunggu diagnosis
etiologi ditegakkan
b. Intervensi dini penyimpangan perkembangan tidak harus menunggu diagnosis
etiologi ditegakkan
c. Intervensi dini Tidak bersifat spesifik untuk setiap individu berdasarkan tahapan
perkembangan yang belum tercapai dan atau masalah yang muncul. Intervensi dini
harus dilakukan secara intensif dan tepat. Petugas memberikan contoh bentuk
intervensi dini yang dilakukan oleh orang tua. Bila diperlukan orang tua atau
keluarga didampingi ketika melakukan intervensi pada anaknya
d. Intervensi dini Tidak mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi
e. Evaluasi hasil intervensi dini dilakukan dalam waktu 6 minggu atau selambat-
lambatnya 8 minggu. Jika tahapan perkembangan sesuai usia belum tercapai atau
masih ada masalah yang muncul, maka harus dilakukan rujukan
4. Dani berusia 20 bulan sedang mengalami sakit. Selera makan Dani berkurang sehingga
hanya sedikit makanan yang dikonsumsiinya. Saran yang berkaitan dengan pemberian
makan pada Dani yang dapat tenaga kesehatan berikan kepada ibu Dani adalah
sebagai berikut:
a. Mengikuti selera makan Dani karena sedang sakit, setelah sembuh baru dapat
ditingkatkan makannya.
b. ASI dapat diganti dengan produk pengganti ASI yang dapat membantu
kesembuhan Dani dari sakitnya.
c. Tekstur makan diturunkan menjadi encer supaya Dani lebih mudah dan mau
makan.
d. Menawarkan makan dengan porsi kecil namun lebih sering dan dapat mencari
menu makanan kesukaan Dani yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.
e. Kebutuhan cairan yang diberikan sesuai kemauan Dani.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
49
Mata Pelatihan Inti 5
5. Pada kondisi bencana, dukungan penting yang perlu tenaga kesehatan berikan untuk
menjaga tumbuh kembang anak balita dan anak prasekolah adalah:
a. Pemberian baju bagus dan mahal.
b. Pemberian donasi susu formula pada bayi yang mendapatkan ASI.
c. Penyediaan pelayanan kesehatan untuk tumbuh kembang atau SDIDTK, anak sakit
dan rujukan termasuk konseling tumbuh kembang dan pemberian makan.
d. Pemberian donasi botol susu, dot dan empeng kepada semua bayi.
e. Dukungan pendirian shelter pengungsian.
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
50
Mata Pelatihan Inti 5
E. KUNCI JAWABAN
1. c
2. c
3. b
4. d
5. c
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
51
Mata Pelatihan Inti 5
DAFTAR PUSTAKA
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
52
Mata Pelatihan Inti 5
TIM PENYUSUN
Penasehat:
Direktur Gizi dan KIA
Penanggungjawab:
Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah
Penyusun:
Bragmandita, Dewi Astuti, Dian Anggoro, Esti Pangastuti, Ira Nola Lingga, Wayan
Suwastini, Rina Rostarina, Maya Rayyan
Kontributor:
Ana Amalia, Ario Baskoro, Cornelia, Dedi Setiawan, Desi Agustini, Dyah Sari Utami, Dyah
Yuniar, Eko Prihastono, Ine Indrati Sigit, Lismartina, Rivani Noor, Rina Rostarina, Sri
Sukotjo, Shoffy N, Tiara Karmila Mahardikni, Widyawati
Editor:
Dewi Astuti dan Desi Agustini
Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Jakarta, 2022
Modul Pelatihan SDIDTK dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah
53