Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan masyarakat akan berhasil dengan baik apabila warga

masyarakat suatu negara turut berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembangunan

dengan mendayagunakan potensi-potensi yang dimiliki baik potensi fisik maupun

non fisik. Potensi dalam diri masyarakat sangatlah penting untuk diaktualisasikan

dan dikembangkan karena masyarakat merupakan subjek pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki individu dan masyarakat serta mewujudkan kemandirian masyarakat

sehingga memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam

pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan

kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1

Lingkungan pemukiman yang sehat sangat diperlukan untuk mencapai

kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan datang.

Dari aspek persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan

dapat dicapai bila sampah dapat dikelola dengan baik sehingga bersih dari

lingkungan pemukiman dimana manusia beraktivitas di dalamnya. 2 Penanganan


1
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, Tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, h. 1-10.
2
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor:21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengolahan Persampahan, (Jakarta: 2006), h. 3.
1
2

sampah adalah persoalan global yang dihadapi oleh masyarakat masa kini.

Masyarakat di perkotaan maupun di pedesaan hidup setiap harinya selalu

menghasilkan sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam.3

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, perubahan gaya hidup dan

pola konsumsi masyarakat, juga timbul banyak masalah yang sampai saat ini

belum bisa diselesaikan. Salah satu masalah tersebut adalah masalah lingkungan

hidup yang tercemar, terutama disebabkan oleh timbunan sampah sebagai akibat

produksi sampah masyarakat yang semakin meningkat dari tahun ke-tahun.

Hal ini juga diakibatkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat terhadap

berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha

penunjang pertumbuhan ekonomi sehingga memberi kontribusi yang besar

terhadap peningkatan kualitas ataupun kuantitas sampah yang dihasilkan.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt. mengingatkan umat manusia agar

menjaga lingkungan, seperti dalam firman-Nya:

َ ‫اد ِفي ٱلۡبَ ِ ّر َوٱلۡبَح ِۡر ِب َما ك ََسبَتۡ َأيۡ ِدي ٱلن ّ َِاس ِليُ ِذي َق ُهم بَع َۡض ٱل َّ ِذي‬
ْ ‫ع ِمل ُوا‬ ُ ‫َظ َه َر ٱ ۡل َف َس‬
َ ‫ل ََعل َّ ُهمۡ يَرۡجِ ُع‬
‫ون‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Al-Rum [30]:41).
Ayat di atas menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan dapat terjadi akibat

perilaku manusia sendiri. Jika manusia berbuat kerusakan di Bumi,

bahkan sampai sekarang sebagian manusia masih saja melakukan hal yang dapat
3
Tim Penulis PS, Penanganan dan Pengolahan Sampah, Jakarta: Penebar Swadaya,
2011, hal. 6.
3

terjadi kerusakan seperti membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu,

apabila terjadi kerusakan lingkungan manusia harus bertanggung jawab atas

kerusakan itu.

Banyaknya sampah di suatu wilayah diakibatkan oleh pengelolaan sampah

yang tidak tepat. Masyarakat secara umum menganggap bahwa sampah adalah

benda yang sudah tidak dapat digunakan lagi sehingga semua jenis benda yang

sudah dipakai akan dibuang ke sembarang tempat dan akan membuat timbunan

sampah semakin banyak.

Seperti yang dijelaskan dalam hadis dari Abu Malik Al Asy’ari

Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

ِ ‫﴾اَلنَّظَافَةٌ ِمنَ ا ِﻻ ْي َم‬


‫﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍحمد‬٠‫ان‬
Artinya: “Kesucian adalah sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)4

Isi kandungan hadits tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan

sebagian dari iman. Artinya seorang muslim telah memiliki iman yang sempurna

jika dalam kehidupannya ia selalu menjaga diri, tempat tinggal dan lingkungannya

dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah (jasmani) maupun

batiniyah (rohani).

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah

beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam


4
HR. Ahmad, Bab Fadhl Al Wudhu, No. 223. Ahmad No.21834. Ibnu Abi Syaibah, Al
Mushannaf, No. 3. Ad Darimi No.653, http://alfahmu.id/hadits-kebersihan-sebagian-daripada-
iman/ (10 November 2019).
4

pengelolaan sampah yaitu paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan

yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan

pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah,

dunia usaha maupun masyarakat luas yang melaksanakan kegiatan timbunan

sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang dikenal

dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas,

efisien dan terprogram.5

Namun kegiatan 3R masih menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya

kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu solusi untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu melalui pengembangan bank sampah yang merupakan

kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah

sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah

secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA

(Tempah Pembuangan Akhir). Pembangunan bank sampah ini harus menjadi

momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai

memilah, mendaur ulang, dan memanfaatkan sampah, karena sampah mempunyai

nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah berwawasan lingkungan

menjadi budaya baru Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK) bahwa jumlah peningkatan timbunan sampah di Indonesia mencapai

175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun. Dilihat dari komposisinya,

5
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2016, hal. 14.
5

jenis sampah yang paling dominan adalah organik (sisa makanan dan sisa

tumbuhan) sebesar 50%, plastiksebesar 15 %, dan kertas sebesar 10% kemudian

sisa sampah lainnya adalah logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain. Sementara dari

sisi sumbernya, yang paling dominan berasal dari rumah tangga (48%), pasar

tradisional (24%), dan kawasan komersial (9%). Sisanya dari fasilitas publik,

sekolah, kantor, jalan dan sebagainya.6

Berdasarkan hasil studi 2008 yang dilakukan Kementerian Lingkungan

Hidup di beberapa kota, pola pengelolaan sampah di Indonesia seperti diangkut

dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%),

dibakar (5%), dibuang ke sungai (3%), dan sisanya tidak terkelola (7%).

Komposisi sampah khusus plastik menunjukkan trend meningkat dalam 10 tahun

terakhir, dari 11% di tahun 2005 menjadi 15% di tahun 2015.

Penumpukan jumlah sampah tersebut yang saat ini menjadi permasalahan

banyak kota besar di Indonesia. Hal ini karena meningkatnya jumlah produksi

sampah, baik karena hasil aktivitas industri maupun hasil aktivitas rumah tangga

tidak diiringi dengan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pengelolaan

sampah di TPS selama ini baru sebatas pengurangi volume sampah baik

pemilahan yang dilakukan oleh pemulung ataupun proses pembusukan secara

alami untuk menghasilkan pupuk kompos. Akan tetapi cara ini cenderung

menimbulkan dampak negatif bukan hanya untuk kesehatan tapi juga menganggu

kelestarian fungsi lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan lingkungan.

6
Timbulan Sampah Nasional Capai 64 juta ton per Tahun, Bisnis.com.
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190221/99/891611/timbulan-sampah-
nasional-capai-64-juta-ton-per-tahun (10 November 2019).
6

Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan pengelolaan

sampah yang berbasis masyarakat. Bentuk penanganan sampah berbasis

masyarakat melalui pendirian bank sampah. Bank sampah adalah tempat

pemilihan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau digunakan

kembali yang memiliki nilai ekonomi.7 Pembangunan bank sampah merupakan

momentum awal membina kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sampah

karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik serta harus dapat merubah

perilaku masyarakat dalam memilah-milah sampah organik dan anorganik.

Bank sampah yang berada di Desa Sunggumanai Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa yang berdiri sejak tahun 2016 merupakan program desa dengan

memberdayakan masyarakat sekitar. Jumlah anggota yang telah terdaftar

sebanyak 100 warga. Melalui bank sampah, masyarakat akan berperan sebagai

nasabah dan akan mendapatkan buku tabungan bank sampah. Pada bank sampah,

masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai

jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis buku tabungan. Pada buku tabungan

mereka tertera nilai rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang

bisa di tarik dalam bentuk rupiah (uang).

Bank sampah bekerja sama dengan pengepul barang-barang plastik,

kardus, dan lain-lain, untuk bisa merupiahkan tabungan sampah dari masyarakat.

Juga dengan pengolah pupuk organik untuk menyalurkan sampah organik yang

ditabungkan. Dengan program bank sampah diharapkan dapat menanamkan pola

7
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah, diakses pada
tanggal 17 Januari 2017, dari http://jdih.menlh.go.id-pdf-ind-IND-PUU-7-2012-Permen LH 13 th
2012 bank sampah.
7

pikir dalam diri masyarakat untuk lingkungan, serta mendorong masyarakat Desa

Sunggumanai untuk memanfaatkan sampah-sampah mereka agar dapat

memberikan nilai ekonomis.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Peran Bank Sampah dalam Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (Studi pada Bank Sampah di Desa Sunggumanai Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok masalah adalah

bagaimana peran bank sampah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, dari

pokok masalah tersebut yang menjadi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Bank Sampah Desa Sunggumanai dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat?

2. Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Desa Sunggumanai bagi

masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran Bank Sampah Desa Sunggumanai dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat.


8

2. Untuk mengetahui dampak kehadiran Bank Sampah Desa Sunggumanai bagi

masyarakat.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dalam pengelolaan sampah dan pemberdayaan masyarakat yang berhubungan

dengan kontribusi bank sampah terhadap masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kepada lembaga

Bank Sampah untuk meningkatkan kontribusinya kepada masyarakat. Selain

itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi pengambil kebijakan di Desa

Sunggumanai agar mengubah kebiasaan masyarakat untuk mengelola sampah

rumah tangga sendiri dan memperhatikan kebersihan lingkungan, terutama

dalam penanganan sampah.

D. Kajian Pustaka

Penulis mengkaji hasil penelitian yang terkait dengan permasalahan yang

di angkat dalam penelitian ini. Berdasarkan penelusuran penulis menemukan

penelitian lain yang relevan dengan dengan penelitian ini antara lain:
9

1. Donna Asteria dan Heru Heruman, “Bank Sampah sebagai Alternatif Strategi

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya”. Fokus penelitian

Bank sampah yang berbasiskan partisipasi warga perempuan merupakan

modal sosial dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Adapun hasil

penelitian menunjukkan Bank Sampah Pucuk Resik (BSPR) di Kampung

Karangresik ini telah memberikan manfaat kepada warga, terutama manfaat

langsung dengan berkurangnya timbulan sampah di komunitas, lingkungan

menjadi lebih bersih dan asri, serta kemandirian warga secara ekonomi.

Khususnya bagi warga perempuan, pengetahuan dan keterampilan

mengelola sampah telah menstimulasi kreativitas dan inovasi kerajinan

daur ulang sampah.8

2. Siska Maya, dkk., “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah

Menjadi Nilai Ekonomis dan Pembentukan Bank Sampah di Kelurahan

Tanjung Barat”. Fokus penelitian untuk pengabdian masyarakat dalam

mensosialisasikan pengolahan sampah menjadi nilai ekonomis. Hasil dari

kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Tanjung Barat adalah warga

mengetahui manfaat kebersihan dan keindahan lingkungan jika dilakukan

pengelolahan sampah dengan baik, melalui sosialisasi manfaat bank sampah

warga masyarakat di Rt 011/02 Kelurahan /Desa Tanjung Barat mengetahui

proses pembentukan Bank Sampah dan mampu membentuk bank sampah,

8
Donna Asteria dan Heru Heruman, “Bank Sampah sebagai Alternatif Strategi
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya”, Vol. 23, No.1, Jurnal, (Universitas
Indonesia, 2015), h. 1-6.
dengan adanya pengelolaan sampah yang baik melalui pembentukan bank

sampah dapat membantu perekonomian masyrakat di daerah Tanjung Barat.9

3. Roza Linda, “Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Melalui Daur Ulang Sampah

Plastik (Studi Kasus Bank Sampah Berlian Kelurahan Tangkerang Labuai)”.

Fokus penelitian untuk melihat pola kerjasama dalam bank sampah, dan

bagaimana proses pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat melalui daur

ulang sampah plastik di Bank Sampah Berlian Kelurahan Tangkerang Labuai

dan juga untuk melihat apa saja dampak sosial dan dampak ekonomi terhadap

masyarakat atas keberadaan Bank Sampah Berlian. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang

sampah plastik di Bank Sampah Berlian berjalan cukup baik. Kegiatan daur

ulang sampah plastik di Bank Sampah Berlian telah memberikan manfaat

yang sangat banyak bagi masyarakat dan anggotanya antara lain manfaat

yang dirasakan oleh masyarakat selain manfaat sosial juga manfaat ekonomi.

Kegiatan ini juga memberikan ilmu dan pengetahuan bagi masyarakat tentang

bagaimana mengolah sampah dengan baik.10

4. Fika Fitriasari dan Dewi Nurjannah, “Analisis Pengaruh Bank Sampah

Malang (BSM) Terhadap Pendapatan Masyarakat Kota Malang”. Fokus

penelitian untuk mengetahui Pengaruh Bank Sampah Malang (BSM)

Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Gading Kasri Kecamatan


9
Siska Maya, dkk., “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Menjadi
Nilai Ekonomis dan Pembentukan Bank Sampah di Kelurahan Tanjung Barat”, Vol.1, Jurnal,
(Universitas Indrapastra PGRI, 2018), h. 1-5.
10
Roza Linda, “Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Melalui Daur Ulang Sampah Plastik
(Studi Kasus Bank Sampah Berlian Kelurahan Tangkerang Labuai)”, Vol. 1, Edisi 12: Jurnal Al-
Iqtishad, (UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2016), h. 1-19.
10
Klojen Malang. Berdasarkan analisis data, setelah adanya program bank

sampah ini, terjadi sedikit peningkatan terhadap pendapatan masyarakat di

Kelurahan Gading Kasri. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa

Tabungan Bank Sampah Malang tidak mempengaruhi Pendapatan

Masyarakat Kelurahan Gading Kasri, karena hasil uji F tidak signifikan. Hal

ini mengindikasikan bahwa tabungan BSM belum menjadi sumber

pendapatan utama Masyarakat Kelurahan Gading Kasri. Karena sebagian

besar masyarakat mempunyai sumber pendapatan utama tersendiri, dan

Tabungan Bank Sampah Malang hanya sebagai pendapatan sampingan.11

5. Ni Made Ratiabriani, “Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah:

Model Logit”. Fokus penelitian untuk menganalisis bagaimana partisiapsi

masyarakat dalam program bank sampah di Kota Denpasar dan untuk

menganalisis pengaruh variabel tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,

status pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga secara signifikan terhadap

peluang partisipasi masyarakat dalam program bank sampah di Kota

Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang

berpartisipasi aktif dalam program bank sampah di Kota Denpasar yaitu

sebesar 64,3 persen. Tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, status

pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap peluang partisipasi masyarakat dalam program bank sampah.12

11
Fika Fitriasari dan Dewi Nurjannah, “Analisis Pengaruh Bank Sampah Malang (BSM)
Terhadap Pendapatan Masyarakat Kota Malang”, Vol. 12 No. 1, Business Management Journal,
(Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 1-18.
12
Ni Made Ratiabriani, “Partisipasi Masyarakat dalam Program Bank Sampah: Model
Logit”, Vol. 9 No. 1, Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, (Universitas Udayana, 2016), h. 1-6.
11
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

penelitian adalah terletak pada analisis yang digunakan dan tempat dimana

peneliti melakukan penelitian di Desa Sunggumanai Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa. Untuk itu peneliti mencoba melihat tentang Peranan Bank

Sampah terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Studi Pengelolaan Bank

Sampah tersebut. Kemudian jika dikaitkan dengan penelitian terdahulu dengan

penelitian peneliti, maka sama-sama membahas tentang cara pengelolaan

Bank Sampah.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; sampah adalah barang atau

benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi seperti kotoran, daun dan kertas. 13

Sejalan dengan pengertian di atas, sampah menurut pasal 1 Undang- Undang

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-

hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 14 Sampah merupakan

bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah

penginapan, hotel, rumah makan, industri, puingan bahan bangunan dan besi-besi

tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas

manusia yang sudah terpakai.15

Menurut Azwar yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari

sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang

umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan

industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak

termasuk kedalamnya.16 Kodoatie mendefinisikan sampah adalah limbah atau

13
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.3-cet.4,
Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h. 990.
14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, pdf, h. 3.
15
Cecep Dani Sucipto, Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, (Yogyakarta:Gosyen
Publising, 2012), h.1.
16
Azrul azwar, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1990), h.6.
13
14

buangan yang bersifat padat atau setengah padat, yang merupakan hasil

sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun

tumbuh-tumbuhan.17

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah

adalah suatu benda sisa kegiatan sehari-hari manusia maupun proses alam yang

sudah tidak dipergunakan lagi dan dibuang.

2. Sumber Sampah

Bambang Wintoko mengemukakan bahwa sumber sampah digolongkan

kepada dua kelompok besar yakni:18

a. Sampah Domestik

Sampah domestik merupakan sampah yang sehari-harinya dihasilkan

akibat kegiatan manusia secara langsung, misalnya dari rumah tangga, pasar,

sekolah, pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit.

b. Sampah Non Domestik

Sampah non domestik yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh

manusia secara tidak langsung, seperti dari pabrik industri, pertanian,

peternakan, perikanan, kehutanan dan sebagainya.

Menurut Bambang Suwerda sumber sampah ada 5 yaitu sebagai berikut:19


17
Robert J Kodoatie, Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), h. 31.
18
Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah, (Yogyakarta: Pustaka
Baru Press, 2012), h. 3-5.
19
Bambang Suwerda, Bank Sampah (Kajian Teori dan Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka
Rihama, 2012), h. 9-11.
15

a. Sampah dari Rumah Tangga

Sampah dari rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan dari

kegiatan rumah tangga yang berupa sisa hasil pengolahan makanan, barang

bekas dari perlengkapan rumah tangga, kertas, gelas, kardus, kain, tas bekas,

sampah dari kebun dan halaman, batu baterai, dan lain-lain.

b. Sampah dari Pertanian

Sampah yang berasal dari kegiatan pertanian pada umumnya yang

berupa sampah yang mudah membusuk seperti rerumputan dan jerami.

c. Sampah Sisa Bangunan

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan berupa potongan

kayu, triplek, bambu, semen bekas, batu bata, pecahan keramik, potongan

besi, dan pecahan kaca.

d. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran

Kegiatan perdagangan menghasilkan jenis sampah yang beragam.

Sampah dari perdagangan banyak menghasilkan sampah yang mudah

membusuk seperti sisa makanan, dedaunan, dan menghasilkan sampah yang

tidak mudah membusuk seperti kertas, kardus, plastik, kaleng dan lain-lain.

Sedangkan kegiatan perkantoran menghasilkan sampah seperti kertas bekas,

alat tulis, toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia

dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain.

e. Sampah dari Industri


16

Kegiatan industri menghasilkan jenis sampah yang beragam tergantung

dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan keluaran produk

yang dihasilkan.

Berdasarkan dari dua pendapat yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa sumber sampah ada dua yaitu:

1. Sampah domestik merupakan hasil dari kegiatan sehari-hari manusia secara

langsung, terdiri dari sampah dari rumah tangga dan sampah dari

perdagangan dan perkantoran.

2. Sampah non domestik merupakan sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh

manusia secara tidak langsung, terdiri dari sampah sisa bangunan, sampah

dari pertanian, dan sampah dari industri.

3. Jenis-jenis Sampah

Sampah merupakan zat sisa dari kegiatan sehari-hari manusia sehingga

jenisnya beragam. Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin mengemukakan

berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibedakan menjadi

dua, yakni sampah organik dan anorganik. Sampah organik misalnya sisa

makanan, daun, sayur dan buah, sedangkan sampah anorganik misalnya logam,

barang pecah-belah, dan abu. Kemudian, berdasarkan bisa atau tidaknya dibakar

sampah dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar (kertas, plastik, daun kering,

dan kayu) dan sampah yang tidak mudah terbakar (kaleng, besi, barang pecah

belah, dan lain-lain). Sedangkan berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk


17

sampah digolongkan menjadi sampah yang mudah membusuk (sisa makanan,

potongan daging), dan yang sulit membusuk (plastik, karet gelang, kaleng).20

Jenis sampah berdasarkan zat pembentuknya dibedakan sebagai sampah

organik dan sampah anorganik. Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi

limbah benda padat (waste), limbah cair atau air bekas (sewage), dan kotoran

manusia (human waste).21

Berdasarkan ciri atau karakteristiknya, sampah dibedakan menjadi:

a. Garbage, adalah sampah hasil pengolahan makanan yang umumnya mudah

membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.

b. Rubbish, adalah sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik

yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik, dan lainnya maupun yang

sulit terbakar seperti kaleng bekas, pecahan kaca, gelas, dan lainnya.

c. Sampah industri (industrial wastes), yaitu sampah yang berasal dari aktivitas

industri atau hasil buangan pabrik.

d. Ashes (abu), adalah hasil sisa pembakaran dari bahan bahan yang mudah

terbakar seperti hasil pembakaran tumbuhan padi yang sudah dipanen pada

masyarakat petani, hasil pembakaran sampah tebu, termasuk abu rokok

dan sebagainya.

e. Sampah jalan (street sweeping), adalah sampah hasil pembersihan jalan yang

terdiri atas campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas,

plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

20
Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 275-276.
21
K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 67.
18

f. Sampah bangunan (contruction wastes), adalah sampah dari proses

pembangunan gedung; pembangunan rumah dapat berupa puing-puing bekas,

potongan kayu, besi, bambu, dan sebagainya.

g. Sampah bangkai binatang (death animal), adalah bangkai binatang yang mati

karena faktor alam, tertabrak kendaraan, atau karena sengaja dibuang

oleh orang.

h. Sampah bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai kendaraan

mobil, sepeda motor, sepeda ongkel, dan sebagainya.22

Berdasarkan berbagai macam jenis sampah yang telah dikemukakan

di atas, secara umum jenis sampah dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan. Sampah jenis ini secara keseluruhan dapat dengan mudah

terurai melalui proses alami. Pada umumnya sampah organik adalah sampah

yang bersumber dari rumah tangga dan pasar tradisional yang berupa kulit

buah dan sisa sayuran. Selain itu yang termasuk dalam sampah organik

diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui

seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Sampah jenis ini

umumnya berbahan plastik dan alumunium. Sebagian zat anorganik secara


22
Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 276.
19

keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, dan sebagian lainnya dapat

diuraikan oleh alam namun membutuhkan waktu yang sangat lama. Sampah

jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa botol, botol plastik, tas plastik,

dan kaleng.

c. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun

dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri

seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi.

4. Metode Pengelolaan Sampah

Di Negara Indonesia, pengelolaan sampah telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2008 dijelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Menurut Soekidjo Notoatmodjo

pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan

pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak

menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.23 Menurut Mulia

pengelolaan limbah padat (sampah) meliputi pengumpulan sampai dengan

pemusnahan atau pembuangannya.24

23
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat:Ilmu dan Seni, (Jakarta:Rineka Cipta,
2007), h. 191.
24
Ricki M Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 97.
20

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

sampah adalah kegiatan pengurangan, pengumpulan, pengangkutan, hingga

pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak

menjadi gangguan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

Diselenggarakannya pengelolaan sampah tidak terlepas dari sebuah tujuan.

Dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 Tahun 2008 pasal 4

dipaparkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber

daya. Maksudnya yaitu dengan adanya pengelolaan sampah diharapkan kualitas

lingkungan semakin meningkat dengan ditandai berkurangnya sanitasi air yang

tercemar sampah, polusi udara dan polusi tanah yang diakibatkan oleh sampah

yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat yang

ditandai dengan berkurangnya jumlah masyarakat yang sakit. Kemudian

pengelolaan sampah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sampah

yang sudah terpilah sesuai dengan jenisnya dapat dijual sehingga dapat dikatakan

bahwa pengelolaan sampah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya,

dalam hal ini yang dimaksud adalah sumber daya ekonomi.

Penyelenggaraan pengelolaan sampah kini harus dilakukan mulai dari

tingkat rumah tangga sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 81

Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga. Pengelolaan sampah ini terdiri atas pengurangan dan

penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud meliputi pembatasan

timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah


21

(Pasal 11 PP Nomor 81 Tahun 2012). Sedangkan penanganan sampah yang

dimaksud meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,

dan pemrosesan akhir sampah (Pasal 16 PP Nomor 81

Tahun 2012).25

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 pasal 2, sampah yang dikelola

berdasarkan undang-undang terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis

sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.26 Sampah rumah tangga merupakan

sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak

termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah

sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,

fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sampah spesifik

meliputi: sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang

mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat

bencana; puing bongkaran bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat

diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

Pengelolaan sampah dan pemusnahan sampah dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Mubarak dan Chayatin mengemukakan bahwa tahap

pengelolaan dan pemusnahan sampah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu

metode yang memuaskan dan metode yang tidak memuaskan. Metode yang

memuaskan meliputi sanitary landfill (ditanam), incineration (dibakar), dan

composting (dijadikan pupuk). Sedangkan metode yang tidak memuaskan

25
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, h. 5-8.
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, h. 4-5.
22

meliputi open dumping (pembuangan sampah secara terbuka), dumping in water

(pembuangan sampah ke dalam air), dan burning on premises/individual

incineration (pembakaran sampah yang dilakukan di rumah-rumah).27 Menurut

Manik, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ada banyak cara yang dapat

dilakukan untuk mengelola sampah, tetapi yang umum adalah dengan cara

pembakaran (incineration), penumpukan (dumping), penimbunan berlapis

(sanitary landfill), dan pengoposan (composting).28

Pengelolaan limbah padat (sampah) harus memperhatikan karakteristik

dan kandungan yang terdapat dalam limbah padat tersebut. Limbah padat yang

mengandung bahan organik dan tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya

(B3) dapat diproses secara biologi dengan dilakukan melalui proses aerobik

(composting) dan anaerobik (biogas) ataupun kombinasi antara keduanya untuk

mengurangi volume limbah padat dan untuk memperoleh produk yang berguna

seperti kompos dan biogas. Limbah padat organik yang berupa sisa makanan

dapat diolah menjadi makanan ternak (animal feeding). Selanjutnya, limbah padat

yang mengandung bahan anorganik tidak dapat membusuk. Bila memungkinkan

limbah padat ini sebaiknnya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali,

namun bila tidak memungkinkan limbah jenis ini dapat dibakar agar terurai

menjadi bentuk lain sehingga volumenya menjadi

lebih kecil.29

27
Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 279-280.
28
K.E.S Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 69.
29
Ricki M Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 97-100.
23

Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan di bank sampah adalah

penerapan dari konsep (zero waste) yakni pendekatan serta penerapan sistem

teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan

melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi sampah

sesedikit mungkin. Konsep ini juga merupakan konsep pengelolaan sampah yang

sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2008, yaitu pengolahan sampah melalui penerapan konsep 3R yaitu: Reduce,

Reuse, Recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang).30

a. Pendekatan reduce, adalah pendekatan dengan cara mengurangi penggunaan

bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan dan juga mengurangi belanja

barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan.

b. Pendekatan reuse, adalah pendekatan dengan cara memakai kembali barang

yang anda rasa sudah tidak perlu lagi, salah satunya adalah memberikan

barang-barang tersebut kepada yatim piatu atau kepada keluarga yang

membutuhkan.

c. Pendekatan recycle, adalah pendekatan dengan cara melakukan daur ulang

dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan cara ini, barang

yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi barang lain.

Ada delapan prinsip pengelolaan sampah berbasis masyarakat menurut

Yuwono yaitu; keterlibatan masyarakat, kejelasan batasan wilayah, strategi

pengelolaan sampah yang terpadu, pemanfaatan sampah yang optimal, fasilitas

30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, h. 13.
persampahan yang memadai, kelompok penggerak yang mumpuni, optimalkan

pendanaan sendiri, pola kemitraan yang menguntungkan.31

Program mengurangi atau menimalisir sampah dapat dimulai sejak

pengumpulan, pengangkutan dan sistem pembuangan sampah. Dengan demikian

program pengelolaan sampah ini dapat dilakukan disetiap tahapan sistem

pengelolaan sampah.32 Idealnya dengan pengurangan sampah ini sudah dapat

dimulai sejak awal dari sumbernya, yaitu sejak perwadahan sebagai bagian dari

subsistem terdepan. Hal ini berhubungan langsung dengan peran serta masyarakat

sebagai penghasil sampah itu sendiri. Kegiatan itu melibatkan kita semua, karena

kita semua penghasil sampah atau sumber sampah tersebut.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dan

penanganan sampah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode yang

memuaskan yang meliputi sanitary landfill (penimbunan berlapis), incineration

(dibakar), composting (dijadikan pupuk), dijadikan biogas serta dijadikan pakan

ternak dan metode yang tidak memuaskan yang meliputi open dumping

(pembuangan sampah secara terbuka), dumping in water (pembuangan sampah

ke dalam air), dan individual incineration (pembakaran sampah yang dilakukan

di rumah-rumah) serta pengolahan sampah melalui penerapan konsep 3R

yaitu Reduce, Reuse, Recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali,

Mendaur ulang).

31
Abdul Rozak, Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam
Pemberdayaan Perekonomian Nasabah Tahun 2014, hal: 3. Skripsi. Diakses pada tanggal 05
Desember 2019, dari http://repository.uinjkt.ac.id >dspace>bitstream, h. 25.
32
Cecep Dani Sucipto, Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, (Yokyakarta: Gosyen
Publising, 2012), h.16.
24
B. Konsep Bank Sampah

1. Pengertian Bank Sampah

Bank sampah adalah tempat pengelolaan sampah pemukiman yang

menerapkan sistem penyetoran sejumlah sampah ke badan yang dibentuk dan di

sepakati bersama masyarakat setempat untuk menampung sampah yang memiliki

nilai ekonomi ditabung sampai pada jumlah dan waktu tertentu untuk kemudian

ditukar dengan sejumlah uang.33 Bank sampah adalah tempat menabung sampah

yang telah terpilah menurut jenis sampah. Cara kerja bank sampah pada nasabah,

pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya. Apabila dalam bank

umum yang disetorkan nasabah adalah uang, akan tetapi dalam Bank Sampah

yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.34

Menurut Bambang Wintoko, bank sampah adalah suatu tempat dimana

terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller

bank sampah.35 Ruangan bank sampah dibagi dalam tiga ruang/loker

tempat menyimpan sampah yang ditabung, sebelum diambil oleh

pengepul/pihak ketiga.36

33
Cecep Dani Sucipto,Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, (Yokyakarta: Gosyen
Publising, 2012), h. 204.
34
Anih Sri Suryani. 2014. Peran Bank Sampah Dalam Efektifitas Pengelolaan Sampah
(Studi Kasus Bank Sampah Malang). Diakses pada tanggal 05 Desember 2019, dari
http://jurnal.dpr.go.id>article>view
35
Bambang Wintoko, Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah Keuntungan Ganda
Lingkungan Bersih dan Kemapanan Finansial, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Baru Pers, 2013),
h. 57-60.
36
Shopiyatul Muntazah, Pengelolaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat di Bank Sampah Bintang Manggrove Kelurahan Gunung Anya
Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya. Diakses pada tanggal 16 Juli 2017, dari
http://jurnal-lmahasiswa.unesa.ac.id>view
25
Dari beberapa definisi di atas, dapat diartikan Bank Sampah merupakan

suatu tempat pengelolaan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis dengan

pengelolaan yang kreatif. Bank Sampah juga mengadopsi managemen bank pada

umumnya selain bisa pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan

gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Bank Sampah bukan hanya

mengubah dari segi ekonomi akan tetapi mengubah pemikiran masyarakat akan

kepedulian dengan kekompakkan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan

sampah bersama, oleh karena dengan adanya rasa peduli dan menjaga akan ada

manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yaitu lingkungan bersih dan nyaman.

2. Tujuan Bank Sampah

Bank Sampah bertujuan memberikan manfaat bagi masyarakat berupa

pengetahuan, rasa memiliki dan pengalaman melalui kegiatan pengelolaan

sampah. Selain itu, dapat membantu memenuhi kebutuhan sandang maupun

pangan bagi warga yang kurang mampu. Oleh karena manfaat lain adanya

keterikatan kedekatan dalam kepedulian bersama dalam mengelola sampah.37

Kehadiran Bank Sampah juga menyadarkan masyarakat akan pentingnya

kebersihan, dan menjadikan sampah menjadi barang ekonomis serta menambah

penghasilan masyarakat. Hal ini tidak hanya untuk mengembangkan ekonomi

masyarakat akan tetapi juga membangun lingkungan yang bersih dan hijau untuk

menciptakan masyarakat yang sehat.

37
Muh. Saleh Jastam, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah
(StudiKasus di Bank Sampah Pelita Harapan, Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini,
Makassar), diakses pada tanggal 05 Desember 2019, dari http://journal.uin-
alaudin.ac.id>download.
26
C. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya, baik berupa

benda hidup atau mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia itu sendiri,

serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi sesama makhluk hidup

lainnya di alam tersebut.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan hidup pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,

termassuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.38

Dari pengertian di atas terlihat bahwa lingkungan hidup sangat berperan

dalam mengpengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lainnya. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya

merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia dilahirkan

sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya

dukung unsur-unsur lingkungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan,

dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya.

Kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada

didalamnya sering di istilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi

dan daya tenggang, yang dalam istilah asing disebut carying capatic. Lingkungan

38
Dr. M. Bahri Ghazali, M.A, Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.11, cet.1
27
tidak dapat mendukung jumlah kehidupan tanpa batas. Apabila daya dukung

lingkungan itu terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai kesulitan.39

Mengingat pengelolaan lingkungan tujuan akhirnya adalah untuk

kepentingan masyarakat itu sendiri, maka unsur masyarakatlah yang menjadi tolak

ukur dan menjadi peran atau tokoh yang harus mendapatkan perhatian utama

dalam setiap kebijakan dalam kebijaksanaan dalam pengelolaan lingkungan,

khususnya manusia itu sendiri.

Manusia merupakan salah satu unsur di dalam lingkungan hidup ini.

Secara biologis manusia tergolong homo sapiens. Ia merupakan makhluk hidup

yang paling canggih, namun demikian, ia tetap merupakan salah satu unsur alam.

Kecanggihan ini terjadi oleh manusia, karena ia dilengkapi dengan bentuk fisik,

fungsi tubuh serta karakteristik perkembangan tubuhnya yang berbeda dengan

hewan-hewan lainnya. Budayanya ini pula yang menyebabkan ia dapat mengubah

kualitas lingkungan hidupnya dengan segala konsekuensinya. Oleh karena pula

manusia dapat ditinjau dari segi fisik maupun dari segi budayanya.40

D. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut Undang-undang Republik Indonesia (RI) Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 Ayat 12 yang berbunyi: pemberdayaan

masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan

masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

39
Ricki M. Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. 1, h. 6.
40
Juli Oemirat slamet, Kesehatan Lingkungan, (Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009, cet.8, h. 21.)
28
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.41 Salah satu pemberdayaan

yang bisa saling terkait dengan bidang pemberdayaan yang lain adalah

pemberdayaan bidang lingkungan salah satu yang menarik adanya program bank

sampah, dimana masyarakatnya dituntut untuk bisa mengurangi volume sampah.

Permasalahan lingkungan hidup terkait masalah-masalah ekologi, menurut

Jim Ife dalam Community Development menyatakan bahwa permasalahan ekologi

terdapat dua aspek yang penting.42 Adapun aspek tersebut, antara lain: pertama,

suatu masyarakat berupaya memecahkan masalah spesifik dengan solusi yang

tepat. Kedua, mencari solusi dalam berbagai bidang kehidupan yang bisa saling

terkait. Apabila aspek tersebut dikaitkan dengan persoalan sampah, sehingga

menimbulkan bank sampah yang bisa bermanfaat untuk lingkungan dan juga

masyarakat.

Memperdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dalam

memahami pengelolaan sampah, dengan kata lain memberdayakan adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat.43

41
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, h. 4.
42
Alifiano Arif Muhammad, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah di Perum
Gumuk Indah, Kalurahan Sidoarum, Kecamatan Godean, Sleman, h.18.
43
Agnes Sunarningsih, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Aditya Media
bekerja sama dengan Jurusan Sosiatri Fisipol UGM, 2004), h. 21.
29
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan

mendorong masyarakat agar mampu menepatkan diri secara proporsional dan

menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk

mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.44

Menurut beberapa pakar yang terdapat dalam buku Edi Suharto,

mengemukakan defenisi pemberdayaan di lihat dari tujuan, proses, dan cara-cara

pemberdayaan. Menurut Ife dalam buku Edi Suharto: membangun rakyat dan

memberdayakan masyarakat, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan

kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.45 Menurut Shardlow

sebagaimana dikutip oleh sabirin melihat bahwa pengertian tentang pemberdayaan

pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.46

Berdasarkan beragam definisi di atas, dapat diartikan bahwa

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok rentan dan lemah dalam masyarakat, termasuk individu

yang mengalami masalah kemiskinan, sehingga mereka memiliki keberdayaan

didalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi

maupun sosial.47
44
M. Jakfar Puteh, dkk, Islam dan Pemberdayaan Masyarakat (Tinjauan Teoritik dan
Aflikatif), Yogyakarta: Parama Publishing, h. 5.
45
Edi Suharto, Membagun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
StrategisPembangunan Kesejahtraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 57.
46
Sabirin, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal, (Banda Aceh: Ar-Raniry
Pres, 2012), h. 20.
47
Iswandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahtraan
Sosial, (Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 60.
30
Adapun cara yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan yaitu dengan

memberikan dukungan berupa pemberian dukungan sumberdaya, kesempatan,

pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas

mereka, meningkatkan kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya, kemudian

berusaha untuk mengembangkan potensi yang diimiliki

mereka tersebut.

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu

dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan.

Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan

sosial. Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan

kemandirian dan proses pemberdayaan.48

Sebaiknya, orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga

mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri,

memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru.

Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak keterampilan

yang dimiliki seseorang, dan semakin baik pula kemampuan berpastisipasinya.

1. Tujuan Pemberdayaan

Harry Hikmat sebagaimana dikutip oleh Suprijal melihat bahwa tujuan

dari pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
48
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 03.
31
sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 49 Adapun

yang bersifat ekonomi, sosial maupun ekologi seperti memiliki kepercayaan diri,

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya.

Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama

pembangunan, ini terkait dengan teori sumber daya manusia yang memandang

mutu penduduk sebagai kunci utama pembangunan.50 Banyaknya penduduk bukan

beban suatu bangsa, bila mutunya tinggi, untuk itu pembangunan hakekat

manusiawi hendaknya menjadi arah pembangunan dan perbaikan mutu sumber

daya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewiraswastaan.

2. Indikator Pemberdayaan

49
Suprijal, Kontribusi Balai Latihan Kerja (BLK) Dalam Pemberdayaan Kentrampilan
Kerja Bagi Masyarakat Gampong Ruak Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan, Skripsi,
tidak diterbitkan. Banda aceh: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-raniry, 2017, hal.25.
50
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Retika
Adhitama, 2005), hal. 60.
32
33

Indikator menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah seseorang atau

sesuatu memberi petunjuk atau keterangan.51 Keberhasilan pemberdayaan

masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan

ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kemampuan kultural

dan politisi.52 Pemberdayaan tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai

tambah ekonomis tetapi juga nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Jadi

partisipasi masyarakat meningkatkan emansipasi masyarakat.53

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses

seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukkan pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu;

masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur

pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah

sebagai berikut:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

51
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet ke 4 (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 443.
52
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 63.
53
Agnes Sunarningsih, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, h. 25.
34

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya

permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi kelompok, serta

semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam

masyarakat.

3. Strategi Pemberdayaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, strategi adalah ilmu dan seni

menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan

kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.54 Strategi merupakan istilah yang

sering di identikkan dengan “taktik” secara konseptual strategi dapat dipahami

sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang

telah ditentukan. Person dkk didalam buku Edi Suharto: menyatakan bahwa

proses pemberdayaan pada umumnya dilakukan secara selektif. Dia mengatakan

bahwa tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan itu

satu lawan satu antara pekerja sosial dengan individu dalam setting pertolongan

perseorangan. pemberdayaan dapat dilakukan dengan mikro, mezzo dan makro.55

54
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.3-cet.4,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1092.
55
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Retika
Adhitama, 2005), h. 66.
35

a. Mikro adalah pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan dan konseling. Tujuan umumnya adalah membimbing dan

melatih klien dalam menjalani tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering

disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.

b. Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan

dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.

Pendidikan pelatihan dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kentrampilan dan

sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang

dimilikinya.

c. Makro, pendekatan ini disebut dengan strategi sistem besar (Large System

Strategi), sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, aksi sosial, pengoorganisasian

masyarakat, managemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan

ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompentensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

E. Kerangka Konseptual

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan

dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan


36

menerbitkan promes (surat sanggup bayar) atau yang dikenal sebagai banknote.56

Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.57

Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak digunakan

lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak berguna lagi.58

Sedangkan pengertian sampah menurut World Health Organization (WHO)

adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya.59 Adapun pengertian sampah menurut salah satu pakar, sampah adalah

sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak

disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan

sebaik-baiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan

tidak sampai terjadi.60

Bank Sampah merupakan suatu tempat yang digunakan untuk

mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan

sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari

sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan

56
Wikipedia, Pengertian Bank, artikel ini diakses pada 05 Desember 2019 pukul 11 :15
WITA, dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank
57
Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008, artikel diakses 05 Desember
2019 pukul 10:01 WITA dari www.bi.go.id
58
Belia dan Sukan, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, (Dewan Bahasa dan Pustaka
Brunei Kementrian Budaya, 2003).
59
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: EGC, 2006)
cet. ke-1, h. 24.
60
Kuncoro Sejati. Pengolahan Sampah Terpadu”, (Yogyakarta: Kanisius, 2009).
37

sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi

bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.61

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran berarti perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. 62

Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan, dan peran

dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama

penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam

dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup

subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter

yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan

lakon tertentu. Kedua, pengertian kontribusi menurut ilmu sosial. kontribusi

dalam ilmu sosial berarti fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki

jabatan tertentu. Atau juga kontribusi bisa diartikan sebagai serangkaian perilaku

yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik

secara formal maupun secara informal.

BANK SAMPAH

PERAN : Pemberdayaan DAMPAK :


Ekonomi
Meningkatkan Masyarakat Ekonomi
pendapatan masyarakat
61
Wikipedia, Bank Sampah, artikel ini di akses pada 05 Desember 2019 pukul 08:55 dari
nasabah Sosial bagi
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank Sampah.
Membuka62 masyarakat
Teti Suryati. Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah, (Jakarta Selatan: Agromedia
lapangan
Pustaka, 2009), h.16
pekerjaan
Mengurangi
kerusakan
lingkungan
38

Gambar 1. Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan studi

yang mengkaji peranan bank sampah dalam pemberdayaan ekonomi

masyarakat. Penelitian kualitatif ini ditujukan untuk memahami fenomena-

fenomena sosial dari sudut pandang partisipan atau dapat dikatakan untuk

meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument

kunci. Penelitian ini yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.63

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di dusun Japing, Desa Sunggumanai,

Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa. Adapun pengambilan lokasi

penelitian ini dikarenakan: Pertama, Bank sampah Desa Sunggumanai

merupakan tempat pengelolaan sampah yang relatif baru. Namun telah

menghasilkan lingkungan yang bersih dan mampu memberdayakan

masyarakat di sekitar. Kedua, saya tertarik dengan Desa Sunggumanai yang

63
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 4.
39
40

mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan membuka mata

pencaharian baru melalui Bank Sampah.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

deskriptif dan pendekatan sosial ekonomi. Pendekatan deskriptif yakni peneliti

lebih menekankan pada aspek dan makna tindakan secara menyeluruh dimana

suasana, waktu dan tempat yang berkaitan itu menjadi faktor penting yang harus

diperhatikan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

dapat menghasilkan data deskriptif berupa data dokumentasi, kepustakaan, kata-

kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Sugiyono yang mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah.64

Pendekatan sosial ekonomi merupakan studi tentang bagaimana cara orang

atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya atas barang dan jasa yang langka

dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Para sosiolog memiliki pendapat

bahwa kegiatan ekonomi selalu lekat dalam konteks sosial. Keterlekatan ekonomi

bukan hanya terbatas pada jaringan hubungan antar personal, ekonomi ditandai

dengan keterlekatan secara makro dan mikro. Granovetter menegaskan bahwa

64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Komunikatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hal.15.
41

keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui

jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi.65

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

dari lapangan. Dan data ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung

maupun hasil wawancara kepada informan berdasarkan pedoman wawancara

yang dibuat oleh peneliti. Dalam mendapatkan data primer, dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Sugiyono mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang

atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tersebut.66 Dengan wawancara,

maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

informan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam melakukan

wawancara, peneliti menyiapkan intsrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan mencatat apa yang dikemukakan oleh

informan, oleh karena itu jenis-jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti

termasuk kedalam jenis wawancara terstruktur.

65
Granovetter, “Economic Action and Social Structure: The Problem of Embeddedness”,
(American Journal of Sociology 91, 1985) (3): 481: 510.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Komunikatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 211.
42

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan yang khusus berupa pengumpulan,

pengolahan, penyimpanan, penemuan kembali dan penyebaran dokumen.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung data primer. Data

yang ditambahkan atau pelengkap yang bisa didapat melalui peninggalan

tertulis yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, dokumen,

dan tulisan yang dianggap peneliti berkenan dengan permasalahan yang

sedang diteliti.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen peneltian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengolah, dan menginterprestasikan informasi dari para responden

yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Pada penelitian ini, alat yang

digunakan berupa alat tulis, alat perekam (Handphone), daftar pertanyaan,

dan kamera.

E. Teknik Analisis Data


43

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah model

analisis interaktif dengan metode triangulasi yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman seperti yang dikutip dalam Sugiyono.67

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, mengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Di mana setelah peneliti memperoleh

data, harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang

benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dan menguasai

data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

3. Kesimpulan

Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang

muncul dari data yang di uji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya

sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Komunikatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hal. 405.

Anda mungkin juga menyukai