Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN BANK SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DAN

PROSES PEMBERDAYAANNYA DI DESA JAPURAKIDUL


KECAMATAN ASTANAJAPURA KABUPATEN CIREBON

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang, isu mengenai lingkungan makin gencar


diperbincangkan oleh banyak negara di dunia ini. Mulai dari isu pencemaran
dan kerusakan lingkungan di muka bumi hingga isu yang masih tenar saat ini
yakni global warming. Isu tersebut kemungkinan besar akan memicu
perubahan suhu permukaan bumi dan menjadi masalah besar bagi setiap
negara. Cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai negara sangat jelas dirasakan,
fenomena tersebut terjadi bukanlah tanpa sebab, melainkan karena kerusakan
lingkungan di bumi semakin parah.

Kerusakan lingkungan telah menarik perhatian serius bagi beberapa


negara sejak 1970-an, lebih tepatnya ketika diselenggarakannya konferensi
PBB mengenai lingkungan hidup. Lalu didirikannya badan PBB yang
mengurus masalah lingkungan yaitu United Nation Enviromental Programme
(UNEP). Perlu diketahui juga bahwa pada konferensi tersebut perwakilan
Indonesia juga ikut serta, yang sebelumnya telah mengadakan seminar tentang
lingkungan hidup untuk pertama kalinya di Indonesia pada 15-18 Mei 1997.1

Di Indonesia, persoalan sampah kini menjadi masalah bagi setiap


daerah dan merupakan salah satu penyebab lingkungan hidup makin tercemar.
Sampah yang kian meningkat kini menjadi permasalahan nasional. Masalah
persampahan sangat terkait dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Pada tahun 2017 jumlah
penduduk Indonesia sudah mencapai 261,89 juta jiwa, menigkat dibanding
tahun 2000 yang sebesar 206,26 juta jiwa. Meningkatnya pertumbuhan
penduduk akan berimbas pada bertambahnya volume, beragamnya jenis, dan
karakteristik sampah dan limbah.2

1
Hardati, Puji, Pendidikan Konservasi, (Semarang: Magnum Pustaka Utama, 2015) Hlm. 21

2
Badan Pusat Statistik “Statistik Lingkungan Hidup” 2018

1
2

Jumlah sampah terus meningkat di setiap tahunnya. Menurut KLHK


dan Kementrian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbulan sampah di
Indonesia mencapai 65,2 juta ton pertahun. Sedangkan dari limbah B3, sisa
industry yang di kelola tahun 2017 sebesar 60,31 juta ton, jadi secara
akumulasi dari tahun 2015 hanya mencapai kurang dari 40 persen dari target
pengelolaan limbah B3 sebesar 755, 6 juta ton di 2019. Penghasil terbanyak
jumlah limbah B3 adalah pertambangan, energi dan mineral.3

Beberapa kabupaten di Indonesia permasalahan paling besar yang di


hadapi adalah tentang penanganan sampah, salah satunya di Kabupaten
Cirebon. Menurut data status lingkungan hidup daerah kabupaten Cirebon
tahun 2014, pada tahun 2012 rata-rata volume timbulan sampah per hari di
kabupaten Cirebon sebanyak 1.664,68m3/hari. Sedangkan yang baru terlayani
atau tertampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 483m3/hari.

Menurut Status Lingkungan hidup daerah (SLHD) kabupaten Cirebon


tahun 2014, rata-rata sampah yang terangkat oleh pihak Cipta Karya dan Tata Ruang
(DCKTR) kabupaten Cirebon setiap harinya mencapai ± 2.000m3/hari, sedangkan
sampah yang dihasilkan penduduk kabupaten Cirebon ± 2.500m 3/hari. sisa sampah
yang tidak terangkut ke TPA sebayak 500m 3/hari yang berasal dari wilayah
pembuangan sampah yang menimbun seperti di belakang rumah, membakar, dan
membuangnya sembarangan di sungai. Jika hal ini terus berlanjut maka akan
menimbulkan kerusakan yang terjadi pada bumi. Seperti tercantum dalam surat Ar-
Rum ayat 41 sebagai berikut:

‫اس لِ يُ ِذ َيق ُه ْم‬


ِ َّ‫ت أَيْ ِد ي الن‬
ْ َ‫اد يِف الْ َب ِّر َو الْ بَ ْح ِر مِب َ ا َك َس ب‬
ُ ‫ظَ َه َر الْ َف َس‬

َ ُ‫ض الَّ ِذ ي َع ِم لُ وا لَ َع لَّ ُه ْم َي ْر ِج ع‬


‫ون‬ َ ‫َب ْع‬

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar-
Rum : 41)
3
ibid
3

Pada ayat ini, menerangkan bahwa penyebab utama semua kerusakan


yang terjadi di muka bumi dengan berbagai bentuknya adalah perbuatan buruk
dan maksiat yang dilakukan manusia. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
maksiat adalah inti kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama
kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi. Kerusakan bumi salah
satunya yaitu akibat sampah yang menumpuk di muka bumi ini.

Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi menjadi salah satu penyebab


volume sampah semakin naik, dari sampah yang dihasilkan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti pencemaran lingkungan, banjir,
timbulnya penyakit dan lain sebagainya. Bencana banjir sempat menimpa
kabupaten Cirebon khusunya di wilayah bagian timur. Tepatnya pada Maret
2018, bencana banjir terbesar yang dialami oleh kabupaten Cirebon sampai
menenggelamkan kurang lebih 7 kecamatan. Dari bencana tersebut
mengharuskan ribuan warga untuk mengungsi. Tidak hanya ketika banjir saja
yang menjadi masalah, namun setelah banjir pun menimbulkan masalah baru
yakni sampah yang berserakan dimana-mana.

Salah satu desa yang berlangganan terkena banjir ketika hujan berada di
kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon, yakni desa Japurakidul. Namun,
Di desa tersebut beberapa pemudanya sudah sadar akan pentingnya menjaga
dan melestarikan lingkungan, para pemuda tersebut akhirnya membuat sebuah
komunitas yang bernama Berlin (Bersih Lingkungan), komunitas tersebut
fokus pada kegiatan menjaga kebersihan dan pelestarian lingkungan.

Komunitas Berlin terbentuk sejak tahun 2017 tepatnya di bulan Juni,


awal mula adanya komunitas ini adalah perkumpulan pemuda pemudi Ikatan
Remaja Masjid (IRMAS) yang ada di 3 desa di kecamatan Astanajapura yakni
desa Japurakidul, desa Japurabakti, dan desa Astanajapura, serta satu desa yang
ada di kecamatan Pangenan yakni desa Japuralor. Dari perkumpulan IRMAS
tersebut dibuatlah sebuah gerakan yang bernama bersih lingkungan. Gerakan
tersebut berjalan lama dan lambat laun ada yang mengusulkan untuk
menjadikan gerakan tersebut sebagai komunitas yakni Berlin (Bersih
Lingkungan). Pada saat Deklarasi di bulan Juni, anggota Berlin mengadakan
4

berbagai lomba menggambar dan mewarnai tingkat Sekolah Dasar atau


sederajat, tujuan lomba tersebut untuk mengasah kreativitas anak serta
mengenalkan komunitas Berlin.

Inisiatif membuat Berlin berawal karena keresahan melihat sampah


pasar yang berserakan di wilayah tersebut atau biasa disebut pasar Japura.
Tidak hanya di pasar, tumpukan sampah juga terlihat di beberapa titik di
wilayah Japura. Tentunya sangat mengganggu pemandangan dan menimbulkan
bau yang tidak sedap. Selain itu, terdapat aliran sungai di Japura dan terkadang
masyarakat membuang sampah secara sembarangan di sungai. Jenis sampah
yang dibuang secara sembarangan sangatlah beragam, namun yang
mendominasi adalah sampah rumah tangga.

Sampah atau limbah rumah tangga kebanyakan berasal dari hasil


penggunaan barang-barang buatan industi. Barang-barang itu terbuat dari
bahan plastik, logam, kaca, dan sebagainya. Sampah-sampah tersebut tidak
dapat terurai dengan mudah di alam. Plastik memerlukan ratusan tahun di
dalam tanah untuk terurai. Barang tersebut sebenarnya dapat didaur ulang atau
di manfaatkan kembali bahkan banyak orang-orang yang bekerja
mengumpulkan barang-barang tersebut untuk di jual kembali.4

Menyadari bahwa masalah sampah rumah tangga tidak bisa


diselesaikan hanya oleh pemerintah, masyarakat sudah saatnya berperan aktif
dalam menanganinya. Pengelolaan sampah rumah tangga sebaiknya dimulai
dari sumbernya yaitu di rumah tangga. Setiap rumah tangga hendaknya
mengelola sampahnya, baik secara individu maupun kelompok dalam
lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Kita harus mulai membiasakan diri mengurangi pembelian barang-


barang yang akan menjadi sampah (reduce), menggunakan kembali benda yang
masih dapat dimanfaatkan (reuse) dan mendaur ulang sampah menjadi barang
yang bernilai ekonomis (recycle), yang dikenal dengan 3R. Konsep 3R sudah
4
Aksara Dian, Polusi Tanah, Bandung, Puri Pustaka : 2008. Hlm. 25

Widieana, Dona, Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus Kelurahan. 2017
Jurnal pada Universitas Diponegoro, Semarang, Hlm. 2
5

banyak diterapkan di berbagai daerah, termasuk juga diterapkan oleh


komunitas Berlin. Pertama kali menerapkan konsep tersebut dimulai dari
program yang dilaksanakan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah kelas 5. Program
tersebut dimulai dengan adanya sosialisasi bahaya sampah dan pentingnya
menjaga lingkungan, karena pengetahuan tersebut sudah sepatutnya di
tanamkan sejak dini. Kemudian setelah itu langsung pada praktek
pengoperasian bank sampah.

Kegiatan bank sampah disini merupakan konsep pengumpulan sampah


kering dan dipilah serta memiliki menejemen layaknya perbankan tapi yang di
tabung bukan uang melainkan sampah. Siswa-siswi disekolah tersebut akan
diberi buku tabungan yang dibuat oleh komunitas Berlin, buku tersebut untuk
mencatat banyaknya sampah yang ditabung. Setiap satu Minggu sekali
komunitas Berlin akan mengambil sampah yang sudah di kumpulkan oleh para
siswa, tentunya sampah yang di kumpulkan merupakan sampah kering.

Pemilahan sampah jika dikategorikan akan menjadi 3 bagian : (1)


Sampah basah: sampah yang mudah terurai dan membusuk, antara lain sisa
makanan, sayuran, buah-buahan, sampah kebun dan sampah dapur; (2) Sampah
kering: sampah yang tidak bisa membusuk dan terurai secara alamiah, antara
lain kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kaca, kaleng, dan lain-lain; (3)
Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun): sampah beracun dan reaktif yang
sangat membahayakan kesehatan dan kehidupan organisme, antara lain baterai,
cat, pestisida, sampah rumah sakit, dan lain-lain.

Proses pemilahan sampah disampaikan oleh komunitas Berlin kepada


anak-anak dengan cara-cara yang menarik dan tidak bikin jenuh seperti dengan
bernyanyi dan sebagainya, tempat sampah yang disediakanpun ada 3 macam
tergantung jenisnya dan tempat sampah tersebut diwarnai dengan warna yang
mencolok agar menarik anak-anak untuk membuang sampah.

Melihat antusias anak-anak yang tinggi dalam proses menjaga


lingkungan melalui bank sampah, kini mulai merambat mengajak masyarakat
umum untuk ikutan program bank sampah, sosialisasi dilakukan secara rutin di
6

setiap dusun yang ada di desa Japurakidul untuk mengajak bergabung dalam
kegiatan ini. Respon yang di dapat pun sangat baik, walaupun masih ada
beberapa yang menolak dan kini yang sudah bergabung lebih dari 100 orang
nasabah bank sampah yang tiap Minggunya ada proses pengangkutan sampah
di setiap dusun.

Dari adanya bank sampah, secara perlahan menjadi salah satu solusi
pengelolaan sampah yang tepat untuk mewujudkan kemandirian dalam
menegakkan budaya membuang sampah pada tempatnya. Penglolaan sampah
yang tidak efektif mengakibatkan masalah sampah menyusahkan kehidupan
masyarakat, namun dengan adanya pengelolaan sampah melalui bank sampah,
seperti di desa Japurakidul, permasalahan sampah sedikit demi sedikit dapat
diatasi, disamping itu masyarakat juga terbantu dari segi ekonomi karena
mendapat pemasukan tambahan dari penjualan sampah.

Berdasarkan observasi di desa Japurakidul didapatkan bahwa bank


sampah merupakan kegiatan yang efektif untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pelestarian lingkungan dan memberi pengetahuan kepada
masyarakat untuk menjaga kebersihan. Dari hasil observasi tersebut, penulis
tertarik untuk menelitinya dan akan di tuangkan dalam skripsi yang berjudul
“PENGELOLAAN BANK SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DAN
PROSES PEMBERDAYAANNYA DI DESA JAPURAKIDUL
KECAMATAN ASTANAJAPURA KABUPATEN CIREBON”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sistem pengelolaan sampah di bank sampah desa Japurakidul?


2. Bagaimana peran bank sampah dalam pelestarian lingkungan di desa
Japurakidul ?
7

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas


proposal sebagai syarat sebelum melakukan skripsi pada jenjang
pendidikan strata satu (S1) program studi Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah.

2. Bagi Akademik

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti


selanjutnya dan sebagai perbendaharaan perpustakaan untuk kepentingan
ilmiah selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat bisa


menerapkan sistem pengelolaan sampah di lingkungannya dan menjadi
pedoman untuk menjaga kebersihan lingkungan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari Proposal skripsi ini adalah unuk mengidentifikasi


dan menggambarkan bagaimana :

1. Untuk mengetahui cara pengelolaan sampah di desa Japurakidul.


2. Untuk mengetahui peran dari bank sampah dalam proses pelestarian
lingkungan di desa japurakidul.

E. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengkaji


beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya untuk
mempelajari beberapa teori atau pernyataan dari para ahli yang berhubungan
dengan skripsi ini.
8

Skripsi Peran Bank Sampah Dalam Pemberdayaan Masyarakat


(Studi Kasus Bank Sampah Jati Asri Di Jati Kulon Kecamatan Jati-Kudus)
oleh Hasyim Asy’ari 2017. Pada skripsi ini dijelaskan bahwa peran bank
sampah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat masih rendah karena
dalam tiga bulan, pendapatan yang di hasilkan sebanyak Rp.63.786,-. Skripsi
pada UIN WALISONGO Semarang ini lebih memfokuskan pada peningkatan
ekonomi masyarakat, namun setelah di teliti tingkat ekonomi hasil dari
penjualan sampah masih rendah. Akan tetapi, sampah yang berada di daerah
tersebut mulai berkurang.5

Jurnal Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus


Kelurahan Banyumanik Kecamatan Banyumanik Kota Semarang oleh Dhona
Widieana, 2015. Hasil dari jurnal tersebut akan merencanakan sistem
pengelolaan sampah terpadu untuk memperbaiki kondisi pengelolaan sampah
di kelurahan Banyumanik. Perencanaan mengacu pada aspek teknik
operasional, aspek kelembagaan serta aspek peran serta masyarakat dan
dimulai dari evaluasi pengelolaan sampah. Observasi, wawancara, kuesioner,
dokumentasi dan FGD (Forum Group Discussion) digunakan untuk
mengumpulkan data. Sampel responden untuk kuesioner ditentukan
menggunakan teknik probably sampling. Sedangkan sampel timbulan dan
komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode
Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan Komposisi Sampah
Perkotaan. Hasil pengambilan sampel timbulan didapatkan nilai timbulan
sampah yang dihasilkan di kelurahan Banyumanik adalah sebesar 2,222
liter/orang/hari atau 0,226 kg/orang/hari yang didominasi sampah sisa
makanan, dan diikuti oleh sampah kertas kemudian sampah plastik di urutan
kedua dan ketiga.6

5
Asyari, Hasyim. 2017. Peran Bank Sampah Dalam Pemberdayaan Masyaraka (Studi Kasus Bank
Sampah Jati Asri Di Jati Kulon Kecamatan Jati-Kudus). Diterbitkan di Universitas Islam Negeri
Walisongo. Semarang. Hlm. 8

6
Widieana, Dona, Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus Kelurahan.
2015 Jurnal pada Universitas Diponegoro, Semarang, Hlm. 2
9

Jurnal yang berjudul Pengaruh Program Bank Sampah Terhadap


Tingkat Pendapatan Keluarga Nasabah Bank Sampah Lavender (BSL) Di
Desa Mlajah Bangkalan ditulis oleh Ruski, M.Pd tahun 2014. Penelitian pada
tulisan ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh program bank sampah terhadap tingkat
pendapatan keluarga nasabah Bank Sampah Lavender (BSL) di Desa Mlajah
Kabupaten Bangkalan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
kuesioner, observasi, dokumentasi dan wawancara. Dengan metode tersebut
menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pengaruh program bank sampah (X)
terhadap pendapatan keluarga nasabah (Y) menunjukkan nilai positif. Dengan
kata lain jika program bank sampah (X) meningkat 1 satuan maka akan
menyebabkan kenaikan nilai pendapatan keluarga nasabah (Y) sebesar 0,527
per satuannya.7

Dari ketiga hasil penelitian diatas, terdapat sedikit persamaan mengenai


pembahasan dengan tulisan peneliti. Yang paling terlihat adalah sama-sama
mencoba berupaya untuk melestarikan lingkungan hidup di lingkungan
masyarakat. Namun yang membedakan dengan penelitian yang ditulis peneliti
terdapat pada tujuan yang ingin dicapai, tulisan dari peneliti lebih
memfokuskan pada proses penyadaran perilaku masyarakat dalam menjaga
lingkungan, masyarkat disini dari berbagai tingkatan mulai anak-anak sampai
orang dewasa. Selain itu, peran komunitas yang dijalankan oleh anak-anak
muda akan menjadi pembeda dengan proses pengelolaan bank sampah
ditempat lain.

F. Kerangka Teori
1. Perubahan Sosial
a. Pengertian Perubahan Sosial

7
Ruski. 2014. Jurnal Pengaruh Program Bank Sampah Terhadap
Tingkat Pendapatan Keluarga Nasabah Bank Sampah Lavender (BSL) Di Desa Mlajah
Bangkalan. Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan PGRI Bangkalan. Bangkalan. Hlm. 3
10

Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat bisa


merupakan sebuah tanda kemajuan atau sebaliknya yakni
kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang biasa mengalami
perubahan adalah mengenai norma sosial, nilai sosial, pola-pola
perilakuan, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, kekuasaan,
tanggung jawab, kepemimpinan, stratifikasi sosial dan lain
sebagainya. Dalam masyarakat berkembang ataupun yang maju
ketika mengalami perubahan sosial dan kebudayaan akan berkaitan
erat dengan pertumbuhan ekonomi. Selo Soemardjan dan Soelam
Soemardi berpendapat bahwa perubahan-perubahan diluar bidang
ekonomi tidak dapat dihindarkan oleh karena setiap perubahan
dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula
perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan
lainnya, oleh karena antara lembaga-lembaga kemasyarakatan
tersebut selalu ada proses saling mempengaruhi secara timbal
balik.8

Gillin dan Giilin, mengatakan bahwa perubahan sosial


adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang
disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk ideology maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat tersebut.9

Bruce J Cohen. perubahan sosial adalah perubahan struktur


sosial dan perubahan pla organisasi sosial. Misalnya perubahan
dalam satu segi dari kehidupan sosial menunjukkan peubahan
karena terjadi perubahan dalam struktur sosial dan organisasi
sosial. Yang merupakan syarat utama dalam perubahan itu adalah

8
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), Hlm. 150

9
Ibid, Hlm. 151
11

sistem sosial dalam pergaulan hidup yang menyangkut nilai-nilai


sosial dan budaya masyarakat.10

Setiap manusia memiliki kepentingan yang tak terbatas,


perubahan sosial merupakan suatu hal yang wajar terjadi dan akan
berlangsung secara terus menerus. Namun, tidak semua perubahan
sosial mengarah pada perubahan yang positif sehingga persoalan
ini penting untuk dibicarakan. Dalam kaitannya dengan
pembangunan, maka suatu pembangunan hanya bisa dicapai
melaui proses perubahan sosial.

Berbicara mengenai perubahan sosial maka tidak dapat


dipisahkan dengan perubahan budaya. Peruabahan sosial dan
perubahan budaya dapat dipisahkan ketika dalam teori, namun
dalam kehidupan nyata, keduanya tidak bisa terpisahkan.
Kebudayaan dihasilkan oleh masyarakat, dan tidak ada masyarakat
yang tidak berkebudayaan. Budaya ada karena adanya masyarakat.
Pada umumnya perubahan budaya lebih ditekankan pada
perubahan sistem nilai, sedangkan perubahan sosial pada sistem
kelembagaan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat.11

b. Penyebab Adanya Perubahan Sosial

Perubahan-perubahan sosial terjadi karena anggota


masyarakat pada waktu tertentu tidak merasa puas lagi terhadap
keadaan kehidupannya yang lama. Norma-norma dan lembaga-
lembaga sosial atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak
memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Suatu
penyebab seringkali diartikan sebagai sesuatu yang ‘diperlukan’
dan ‘cukup mampu’ untuk menimbulkan akibat yang bisa
diprakirakan. Kata ‘diperlukan’ mengandung pengertian bahwa
kita tidak akan pernah menemukan suatu akibat tanpa adanya

10
Ibid, Hlm 163-164

11
Basrowi, PENGANTAR SOSIOLOGI, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), Hlm. 154
12

penyebab, dan ‘cukup mampu’ bermakna bahwa gejala itu sendiri


selalu menimbulkan akibat. Berlandaskan kedua batasan tersebut
tidak banyak penyebab yang telah ditentukan secara pasti dalam
ilmu pengetahuan sosial.

Untuk memahami faktor-faktor dalam perubahan sosial,


Paul B. Horton dan Chester L. Hunt telah merumuskan 7 faktor
dalam memahami perubahan sosial :

1. Lingkungan Fisik

Walaupun jarang terjadi perubahan sosial pada lingkungan


fisik, namun jika perubahan seperti itu benar-benar terjadi, maka
pengaruhnya akan besar. Perubahan pada faktor ini terjadi begitu
lamban, sehingga banyak diantaranya tidak diperhatikan, sehingga
sangat berpengaruh terhadap kebudayaan. Salah satu penyebab
pada faktor ini adalah karena kelalaian manusia, sangatlah cepat
terjadi perubahan lingkungan fisik akibat kelalaian manusia dan
akan mengubah kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Pengrusakan lingkungan setidak-tidaknya telah menjadi faktor
penunjang dalam proses keruntuhan kebanyakan peradaban besar,
seperti pada proses penggundulan hutan, seringkali mengakibatkan
terjadinya erosi tanah dan mengurangi curah hujan.

2. Perubahan Penduduk

Perubahan penduduk merupakan faktor penyebab


timbulnya perubahan sosial dan budaya. Bilamana suatu daerah
baru telah dipadati penduduk, maka kadar kerah-tamahan pun akan
menurun, kelompok sekunder akan bertambah jumlahnya, struktur
kelembagaan akan menjadi lebiih rumit, dan masih banyak lagi
perubahan yang akan terjadi. Masyarakat yang status
kependudukannya stabil mungkin akan mampu menolak
perubahan, tetapi masyarakat yang jumlah penduduknya meningkat
cepat tentu saja harus melakukan migrasi, mengembangkan
13

produktivisas, atau menderita kelaparan. Migrasi mendorong


perubahan selanjutnya karena migrasi memungkinkan suatu
kelompok manusia memasuki lingkungan baru, mengharuskan
kelompok manusia tersebut melakukan kontak sosial baru, serta
mengharuskan kelompok tersebut menghadapi tantangan baru

3. Isolasi dan Kontak

Struktur Sosial Kebanyakan unsur budaya masuk melalui


difusi, maka masyarakat yang terdekat hubungannya dengan
masyarakat lain cenderung akan mengalami perubahan tercepat
pula. Namun sebaliknya, daerah yang terisolasi merupakan pusat
kestabilan, konservatisme, dan penolakan terhadap perubahan.
Hampir semua suku yang sangat primitive juga merupakan suku-
suku yang amat terisolasi, misalkan suku Polar Eskimo dan suku
Aranda di Australia Tengah. Bahkan di kalangan yang berbudaya
pun isolasi akan menyebabkan adanya kestabilan budaya.

4. Struktur Sosial

Struktur masyarakat mempengaruhi kadar perubahan


masyarakat secara halus dan pengaruhnya tidak dapat dilihat secara
langsung. masyarakat berstruktur ketat yang peran, tugas, hak-hak
istimewa, dan kewajiban anggotanya ditentukan dan dibatasi secara
tegas, lebih kecil kemungkinannya untuk berubah daripada
masyarakat verstruktur longgar yang peran, tugas, garis batas
otoritas, hak-hak istimewa, dan kewajiban anggotanya lebih
tergantung pada kreativitas individu. seperti halnya pada struktur
masyarakat Amerika yang sangat menunjang perubahan sosial.
Individualisme, ketidakketatan stratifikasi sosial, status yang
diperjuangkan yang relatif banyak jumlahnya, semua itu akan
menunjang perubahan sosial yang cepat.

5. Sikap dan Nilai-Nilai


14

Suatu masyarakat yang berubah secara cepat memiliki


sikap yang berbeda terhadap perubahan. Sikap itu merupakan
penyebab dan juga akibat dari perubahan yang sudah berlangsung.
Masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan
sosial. Para anggota masyarakat bersikap skeptic dan kritis
terhadap beberapa bagian dari kebudayaan tradisional tradisional
mereka dan selalu berupaya melakukan eksperimen-eksperimen
baru. Sikap seperti itu sangat merangsang saran dan penerimaan
perubahan di kalangan anggota masyarakat. Berbagai kelompok
yang ada dalam suatu wilayahb atau masyarakat mungkin saja
memiliki sikap penerimaan terhadap perubahan yang berbeda.
Setiap masyarakat yang berubah selalu saja memiliki orang-orang
liberal dan orang-orang konservatif.

6. Kebutuhan yang Dianggap Perlu

Kadar dan arah perubahan suatu masyarakat banyak


dipengaruhi oleh kebutuhan yang dianggap perlu oleh para anggota
masyarakat. ‘Kebutuhan’ bersifat subjektif, Kebutuhan akan
dianggap nyata jika orang merasa bahwa kebutuhan itu memang
nyata. Di banyak bagian dunia yang terbelakang dan kekurangan
pangan, orang bukan saja memiliki kebutuhan objektif akan
tambahan pangan, tetapi juga memerlukan berbagai jenis pangan,
terutama sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Perubahan di bidang
pertanian yang menghasilkan tambahan pangan lebih mudah
diterima daripada yang menghasilkan berbagai jenis pangan,
karena orang menganggap tidak perlu.

Jika orang belum merasa butuh, maka orang akan tetap


menolak perubahan, hanya kebutuhan yang dianggap perlu oleh
masyarakat yang memegang peran meentukan. Beberapa
penemuan praktis tinggal terabaikan hingga saat masyarakat
membutuhkan kegunaan penemuan tersebut, seperti pada
penemuan ban angin yang dipatenkan oleh Thomson pada tahun
15

1845, tetapi tidak mendapat perhatian hingga saat kepopuleran


sepeda menimbulkan kesadaran akan betapa pentingnya ban angin
tersebut, dan pada tahun 1888 Dunlop menemukan kembali ban
angin yang sampi saat ini menjadi salah satu kebutuhan.

7. Dasar Budaya

Maksud dari dasar budaya adalah penggabungan


pengetahuan dan teknik yang dapat digunakan oleh seorang
penemu. Seiring dengan pertumbuhan dasar budaya, semakin
banyak invensi dan penemuan yang dapat tercipta. Tanpa adanya
dasar budaya yang memberikan sejumlah invensi dan penemuan
terdahulu yang memadai, suatu invensi baru tidak mungkin lahir
dengan sempurna. Meskipun pada akhir abad kelimabelas
Leonardo da Vinci telah banyak mmbuat sketsa mesin yang secara
teoritis dan praktis dapat diciptakan, namun teknologi pada
zamannya belum mampu menunjang penciptaan mensin-mesin
tersebut. Gambar rancangan bom udara, pompa hdirolik, unit
pendingin, helicopter, senjata mesin dan masih banyak lagi yang
lainnya dibuat oleh Leonardo da Vinci, sangatlah jelas dan dapat
diciptakan, tetapi dasar budaya pada abad kelimabelas belum
dilengkapi dengan logam terbaik, bahan bakar, minyak pelumas
dan keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengalihkan ide-
ide briliannya ke dalam kenyataan praktis. Jadi, sudah merupakan
sifat dasar ilmu pengetahuan dan teknologi bahwa apapun yang
mampu kita ciptakan, dapat pula diciptakan oleh orang maju.

2. Lingkungan Hidup
a. Paradigma Lingkungan Hidup

Paradigma adalah pandangan dasar yang dianut oleh para


ahli pada waktu tertentu, yang diakui kebenarannya, dan didukung
oleh sebagian besar komunitas, serta berpengaruh terhadap
16

perkembangan ilmu dan kehidupan. Sejalan dengan perkembangan


kebutuhan manusia dan ilmu, juga berkembang semakin pesat
dalam melihat dan mengkaji hubungan manusia dengan alam.

Pemeliharaan lingkungan sejatinya bukan hanya untuk


kepentingan manusia itu sendiri yang juga menggantungkan kepada
mahluk lain, tetapi juga memelihara seluruh mahluk Tuhan ini
karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa ketergantungan. Al-
Qur’an juga mengisyaratkan bahwa manusia adalah bagian dari
alam tersebut seperti pada ayat pertama yang diturunkan pada Nabi
Muhammad SAW.

Surat Al-‘Alaq ayat : 1-3

(3) َ‫) ا ْقرَ ْأ ِباسْ ِم رَ بِّكَ الَّذِي َخلَق‬1( ‫) َخلَقَ اإل ْنسَ انَ مِنْ عَ لَ ٍق‬2(  ‫األكرَ ُم‬
ْ َ‫ا ْقرَ ْأ َورَ بُّك‬

Nabi Muhammad SAW pada saat itu diperintahkan oleh


Allah agar membaca dengan mengatasnamakan Allah, Tuhanmu
yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal
darah menggantungkan dirinya pada satu sama lain. Bila terjadi
gangguan luar biasa terhadap salah satunya, maka mahluk yang
berada dalam lingkungan hidup tersebut akan ikut terganggu pula.12

Ketika melihat perubahan hubungan antara manusia dengan


alam, maka ada empat paradigma yang bisa dikaji.
Antroposentrisme, merupakan suatu etika yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam
Antroposentrisme, etika, nilai, dan prinsip moral hanya berlaku
bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia
mempunyai nilai paling tingi dan paling penting diantara mahluk
hidup lainnya.

12
Kementrian Agama RI, Pelestarian LIngkungan Hidup, (Jakarta: SInergi Pustaka Indonesia,
2012), Hlm. 09-10
17

Biosentrisme, merupalkan suatu paradigma yang


memandang bahwa setiap kehidupan dan mahluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga
pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral.
Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral,
setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia ataupun
bukan, sama-sama mempunyai nilai moral. Oleh karena itu,
kehidupan mahluk hidup apapun pantas untuk dipertimbangkan
secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral,
bahkanlepas dari perhitungan untung dan rugi bagi kepentingan
manusia.

Ekosentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih jauh


jangkauannya. Pada paradigma ini, justru memusatkan etika pada
seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup atau yang tidak
hidup. Secara ekologis, mahluk hidup dan benda-benda abiotis
lainnya saling terkait satu sama lain. Jadi, kewajiban dan tanggung
jawab moral tidak hanya dibatasi pada mahluk hidup. Kewajiban
dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua
realitas ekologis.

Ekofeminisme, pada paradigma ini menawarkan cara


pandang etika yang didasarkanpada nilai-nilai sayang, hubungan
yang harmonis, cinta, tanggung jawab, dan saling percaya. Hal ini
karena ekofeminisme mengasumsikan bahwa manusia berada dan
menjadi dirinya dalam relasi intersubyektif. Etika pada paradigma
ini, berangkat dari asumsi mengenai kehidupan, dimana kerjasama
mnggantikan konflik, relasi menggantikan konfrontasi, kepedulian
dan kasih sayang kepada yang lain menggantikan hak dan
kewajiban, saling percaya menggantikan saling curiga, saling
melengkapi dan mendukung menggantikan otonomi dan kebebasan
sebagai yang ideal dalam moralitas.

b. Dasar Lingkungan Hidup


18

Kata ekologi bekonotasi dengan kata lingkungan. Menurut


Martopo dan Gunawan, istilah ekologi pertama kali diperkenalkan
oleh Ernest Haeckel, seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1969.
Ekologi berasal dari kata Oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu. Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Dalam
bidang kajian, ekologi dibagi menjadi autekologi dan sinekologi.
Autekologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme
yang berinteraksi dengan lingkungannya dan ditekankan pada
aspek siklus hidup, adaptasi terhadap lingkungan, sifat parasite atau
non parasite dan lain sebagainya. Adapun sinelogi adalah ekologi
yang mempelajari berbagai kelompok organisme sebagai suatu
kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu.

Sistem ekologi (ekosistem) merupakan hubungan timbal


balik antara unsure-unsur hayati dan unsur-unsur nonhayati. Dalam
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa ekosistem
adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan
utuh-menyeluruh yang saling memengaruhi dalam bentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

c. Pentingnya Pelestarian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup sangatlah penting bagi keberlangsungan


hidup manusia, Tidak terbayang jika lingkungan disekitar rusak.
Tentu kelangsungan hidup manusia akan terganggu. Manusia
sebagai penghuni muka bumi ini harus memperlakukan lingkungan
hidup dengan baik, harus dapat menghargai lingkungan, menjaga,
dan melestarikan lingkungan hidup.

Pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk


memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tamping
lingkungan hidup. Semua ekosistem harus dijaga agar tercapai
19

daya dukung lingkungan hidup, yakni kemampuan lingkungan


hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, mahluk hidup
lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Jika daya dukung
terpenuhi, maka daya tampung lingkungan hidup akan tercapai
pula, karena ada kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap
zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan
kedalamnya.

Penjelasan lingkungan hidup yang terdapat pada Undang-


Undang No. 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang memengaruhi alam, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
Perlindungan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peniliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni
suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti menekankan sifat
realitas yang terbangun secara sosial serta hubungan erat antara
peneliti dan subyek yang diteliti serta penelitian kualitati dilakukan
pada kondisi alamiah.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan pada penelitian dengan cara pendekatan penelitian
desktiktif kualitatif dengan maksud penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, serta kejadian yang terjadi
20

saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada


aktual sebagaimana adanya saat penelitian serta berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi usta perhatian
tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian diperoleh
langsung sumbernya pada saat wawancara secara mendalam
dengan masyarakat sekitar di daerah Desa Japurakidul,
informan yang terkait dalam penelitian yakni : masyarakat,
pengelola bank sampah, dan aparat pemerintahan desa. Serta
mendokumentasikan yang terkait dengan penelitian. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah diperoleh dalam
bentuk apapun yang siap pakai, dikumpulkan dan diproses oleh
pihak lain. Biasanya dalam bentuk publikasi, seperti buku-
buku, penelitian skripsi, jurnal dan sebagainya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualititaif
merupakan suatu tindakan memperhatikan seseorang,
fenomena dan permasalahan. Alat bantu dalam melakukan
21

observasi yakni menggunakan panca indra seperti :


mendengarkan, merasakan, penciuman, dan penglihatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan mencari bahan (keterangan,
pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang
diperlukan. Wawancara diadakan untuk mengungkapkan latar
belakang, motif-motif yang ada di sekitar masalah yang
diobservasi. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang
lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara
kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada
dalam obyek. Oleh karena itu, Dalam penelitian ini, penulis
secara langsung melakukan wawancara kepada masyarakat,
pengelola bank sampah dan aparat pemerintah desa
japurakidul.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sudah lama digunakan dalam sebuah
penelitian sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menganalisa, menafsirkan, bahkan bisa juga untuk
meramalkan setiap bahan tertulis ataupun film. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan hasil dokumentasi
berupa tulisan, rekaman suara hasil wawancara dengan
responden, serta foto yang berguna dalam penelitian ini
5. Analisi Data
Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan
berlangsung selama pengumpulan data dilapangan, dan dilakukan
secara terus menerus. Analisis data yang dilakukan meliputi
mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik kesimpulan
dan melaksanakan verifikasi :
a. Reduksi data merupakan suatu kegiatan penelitian dalam
mengelola data. dalam hal ini mengihtiarkan hasil
pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-
milahkannya kedalam suatu konsep tertentu atau tema tertentu.
22

dalam mereduksi data penulis memfokuskan data agar menjadi


inforamsi yang bermakna.
b. Display data merupakan rangkaian sumber data Setelah data
tereduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.
Dalam penelitian kualitatif display data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman
menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative teks”
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. 13 Dengan
mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdarkan
apa yang sudah difahami.
c. Penyajian/kesimpulan merupakan langkah ke tiga dalam
penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, namun mungkin juga
tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif bersifat sementara serta akan berkembang setelah
penelitian turun di lapangan.

H. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan. Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah
yang berupa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan signifikasi penelitian.
Bab II : Kerangka teori. Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang
sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau
kerangka yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung : Penerbit Alfabeta, 2015), hal 341-345


23

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap


relevan oleh peneliti.
Bab III : Metode penelitian. Pada bab ini akan diuraikan metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu tentanglangkah-
langkah atau cara yang dipakai dalam penelitian yang memuat
tentang pendekatan masalah, sumber data, populasi dan sampel,
metode pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.
Bab IV : Hasil dan pembahasan. Dalam pembahasan ini dikemukakan hasil
penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang dibahas
yang akan diuraikan mengenai kondisi Desa, profil komunitas
Berlin.
Bab V : Kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian
dan saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan kepada
pihak-pihak yang terkait dengan penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi Aksara.


Jakarta

Aksara, Dian. 2008. Polusi Tanah. Puri Pustaka. Bandung


24

Asyari, Hasyim. 2017. Peran Bank Sampah Dalam Pemberdayaan Masyarakat


(Studi Kasus Bank Sampah Jati Asri Di Jati Kulon Kecamatan Jati-
Kudus). Diterbitkan di Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Ghalia Indonesia. Bogor

Hardati, Puji. 2015 Pendidikan Konservasi. Magnum Pustaka Utama. Semarang

Kementrian Agama RI. 2012. Pelestarian Lingkungan Hidup. Sinergi Pustaka


Indonesia. Jakarta

Ruski. 2014. Jurnal Pengaruh Program Bank Sampah Terhadap


Tingkat Pendapatan Keluarga Nasabah Bank Sampah Lavender (BSL) Di
Desa Mlajah Bangkalan. Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan PGRI Bangkalan.
Bangkalan

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Widieana, Dhona. 2017. Jurnal Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah


Terpadu Studi Kasus Kelurahan Banyumanik Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai