Disusun Oleh :
Elba Regetta Romanova (1895114016)
Sedangkan kalimat I’jazul Qur’an itu sendiri merupakan bentuk idhafah,menurut Imam
Zarqani “I’jazul Qur’an secara bahasa berarti di tetapkannya Al Qur’an itu melemahkan bagi
yang akan menandinginya. Adapun pengertian mu’jizat menurut theology (mutakallimin) adalah
munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di dunia (khariqun adah)
untuk menunjukkan kebenaran kenabian (nubuwwah) para ulama.
2.Pendapat Ulama Mengenai I’jazul Qur’an
Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah al-Qur’an itu
merupakan makhluk atau bukan. Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat mengenai mukjizat
al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara lain:
1. Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat bahwa
kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah bahwa Allah
memalingkan orang-orang arab yang menentang al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka
mampu untuk menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
2. Satu golongan ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan balaghahnya
yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah pendapat ahli
bahasa.
3. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah karena
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam
perkataan orang arab pada umumnya.
4. Golongan yang lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang yang
tidak ada seorang pun yang tahu.
5. Satu golongan berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia mengandung
berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.
2. Sebagian ulama berpendapat, sebagian kecil atau sebagian besar al-Qur’an, tanpa satu surah
penuh, juga merupakan mukjizat, berdasarkan firman Allah:
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an…” (at-Tuur: 34)
3. Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah lengkap
sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau beberapa ayat.
Memang, al-Qur’an telah mengajukan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis
dengan al-Qur’an; dengan keseluruhannya [al-Israa’: 88], dengan sepuluh surah (Huud: 13),
dengan satu surah (Yunus: 38), dan dengan suatu pembicaraan seperti al-Qur’an (at-Thuur: 34)
Namun demikian, kita tidak berpendapat, kemukjizatan itu hanya terdapat pada kadar tertentu,
sebab kita dapat menemukannya pula pada bunyi huruf-hurufnya dan alunan kata-katanya,
sebagaimana kita mendapatkannya pada ayat-ayat dan surah-surahnya. Al-Qur’an adalah
Kalamullah. Ini saja sudah cukup.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mukjizat itu, maka jika seorang penyelidik
yang obyektif dan mencari kebenaran memperhatikan al-Qur’an dari aspek manapun yang ia
sukai, segi uslubnya, segi ilmu pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannya di dalam
dunia dan wajah sejarah yang diubahnya atau semua segi tersebut, tentu kemukjizatan itu ia
dapatkan dengan jelas dan terang.
Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan oleh
orang-orang Arab, gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan
terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, namun
kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik, namun tetap mudah dipahami
tanpa mengurangi sedikitpun kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan
aspek gaya bahasa yang digunakan oleh Al-Quran.
Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling
memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan
untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan
ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
Dengan menggunakan penafsiran yang bersifat fleksibel dan penyampaiannya secara deskriptif
membuat Al-Qur’an dikenal sebagai pengobat kegundahan.
Kendati Al-Qur’an, hadis qudsi dan hadis nabawi sama sama keluar dari mulut nabi, namun
uslub atau susunan bahasanya jauh berbeda. Gaya bahasa Al-Qur’an lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah dan
mengandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia. Dalam Al-
Qur’an banyak mengandung ayat berupa tasybih(penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang
mempesona dan bahkan jauh lebih indah dari apa yang dibuat oleh penyair dan sastrawan.
Tujuan utama Al-Qur’an al-Karim adalah untuk memandu dan memimpin tingkah laku
manusia. Karena itu, dakwah dan panduan Al-Qur’an muncul dalam berbagai bentuk dan cara.
Apabila kita meneliti tujuan dan metode Al-Qur’an dalam perbincangannya kita dapati banyak
ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta termasuk langit, bumi dan diri
manusia. Al-Quran memuat berbagai aspek ilmu pengetahuan yang merupakan penopang
kehidupan manusia di muka bumi ini, baik itu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
ibadah, hukum-hukum maupun ilmu pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan alam,
seperti bidang ilmu alam, matematika, astronomi dan banyak lainnya. Kemudian juga dijelaskan
oleh firman Allah;
“Dan Dialah yang telah menciptakkan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
beredar pada garis edarnya.” (Q.S. Al-Anbiyaa’: 33)
Al-Qur’an al-Karim mengandungi segala sistem yang diperlukan oleh manusia dalam
kehidupan mereka. Al-Qur’an juga menjelaskan pokok-pokok akidah, norma,-norma keutamaan,
sopan satun, undang-undang ekonomi politik, sosial kemasyarakatan, serta hukum-hukum
ibadah. Dengan itu, manusia akan memperolehi ketenangan, kedamaian dan keselesaan hidup di
dunia. Tentang akidah, Al-Qur’an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi,
yaitu beriman kepada Allah Yang Maha Agung dan menyatakan adanya nabi dan rasulnya.
Sedangkan dalam bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan mengenai perdata, pidana
politik dan ekonomi serta hubungan internasional, Al-Qur’an juga telah menetapkan dasar-dasar
yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai maupun perang.
Aspek ini berkaitan dengan janji pasti dari Allah. Seseorang tidak akan pernah tahu mengenai
apa yang terjadi di masa yang akan datang kecuali terdapat keterangan melalui wahyu Allah. Hal
tersebut sebagaimana yang Allah firmankan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk memenangkan
agama Islam dan menjadikannya di atas semua agama. sebagaimana Allah berfirman,
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya di atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai.” (Q.S. Al-Taubah: 33)
Dan telah dijelaskan pula dalam surat Yunus ayat 92: “ Maka pada hari ini Kami selamatkanlah
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda tanda kekuasaan Kami”. Tidak
seorangpun mengetahui hal tersebut karena terjadi sekitar 1.200 tahun S.M. Berita berita gaib
tersebut terdapat pada wahyu Allah, yakni Turat, Injil dan Al-Qur’an. Banyak yang dibuat takjub
oleh mukjizat dikarenakan akal manusia tidak smapai kepada hal hal tersebut.
Al-Quran sebagai kalamullah memiliki keserasian di dalam setiap kandungannya, baik yang
lahir maupun bathin, tanpa ada sedikitpun pertentangan di dalamnya. Allah SWT berfirman,
“Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Seandainya Al-Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka akan mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya,” (Q.S. Al-Nisa:
82).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Al-Quran memiliki kefasihan, yang
membuatnya unik dan istimewa. Yang dimaksud dengan kefasihan tersebut adalah Allah
menyebutkan dua perkara, dua larangan, dan dua kabar gembira dalam satu ayat. Sehingga
membuatnya serasi satu sama lain, saling menopang, saling mengisi, sehingga terdapat
keseimbangan makna.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting
dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-
Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak
ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an
walau satu ayat sekalipun. Bahkan seorang pakar pujangga sastra, ahli dalam seni bahasa Arab,
dan kita yang mengimani Al-Qur’an tidak boleh mengingkari kemurnian yang terkandung
didalamnya.
Al-Qur'an merupakan Mukjizat terbesar yang Allah turunkan sebagai pedoman hidup
umatnya. Kita tahu bahwa setiap Nabi yang diutus oleh Allah selalu dibekali mukjizat untuk
meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh nabi.
Aspek-aspek kemukjizatan Alquran yang dipandang sangat penting meliputi: (1) as-Sharfah, (2)
Keindahan bahasa, (3) Ketelitian Redaksi, dan (4) Kandungan isinya.
Jika seseorang peneliti objektif mencari kebenaran Al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai,
ia akan temukan kemu’jizatan itu dengan jelas dan terang melalui tiga macam kadar
kemukjizatan yaitu kemukjizatan bahasa, kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan
tasyri’(penetepan hokum).
DAFTAR PUSTAKA
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadis (7): Kemukjizatan Sastra dan Bahasa Al-Quran)
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/12/11/perspektif-ulama-mengenai-ijaz-al-quran-
dan-macam-macamnya/
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-ijazul-quran.html
https://alquranmulia.wordpress.com/2016/03/09/kadar-kemukjizatan-al-quran/