Anda di halaman 1dari 18

PELUANG DAN TANTANGAN BONUS DEMOGRAFI MENUJU

GENERASI EMAS 2045

Oleh :

TANZIRULLAH

Komisariat Fakultas Kesehatan Masyatrakat (FKM-UTU)

Di ajukan sebagai syarat untuk mengikuti Training ( LK II ) yang diselenggarakan oleh


Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Meulaboh

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI ) CABANG


MEULABOH

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia Nya

lah penulis dapat menyelesaikan makalah singkat ini. Shalawat dan Salam penulis

limpahkan kepada rasulullah SAW. Yang telah membawa risalah suci kepada

umat manusia melalui Al-Qur‘An dan sunahnya.

Makalah ini penulis selesaikan sebagai persyaratan mengikuti LK II dalam

makalah ini penulis ambil judul PELUANG DAN TANTANGAN BONUS

DEMOGRAFI MENUJU GENERASI EMAS 2045.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca

makalah ini guna menyempurnakan untuk selanjutnya.

Akhirnya kepada Allah Jualah penulis berserah diri, semoga makalah ini

bermanfaat kepada semua pihak yang membacanya dan semoga kita dapat meraih

sukses dimasa yang akan datang.

Penulis

Tanzilrullah

i
DAFTAR
ISI

KATAPENGANTAR....................................................................................... i
.
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN 1
......................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN 5
........................................................................................
A. Pengertian Demografi ................................................................................. 5

B. Pengertian Generasi Emas 2045.................................................................. 6

C. Peluang dan Ancaman ..................... ......................................................... 10

BAB III : PENUTUP


11

A. Kesimpulan......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam istilah ekonomi kependudukan, Indonesia pada tahun 2045 untuk


yang pertama kalinya berada pada kondisi yang disebut dengan jendela demografi
(window of demography), karena jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun melebihi
dari jumlah penduduk usia non-produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Tahun
2045 nanti jumlah penduduk usia 0-14 tahun (belum produktif) sebanyak 72.990.643
jiwa; sedangkan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas (tidak produktif) sebanyak
43.705.044 jiwa; sehingga total jumlah penduduk belum dan tidak produktif
116.695.687 jiwa. Karena jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) adalah
224.031.813 jiwa; maka angka ketergantungan (dependency ratio) sebesar 52,1% jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan angka ketergantungan tahun 1970 yang
mencapai 80,2%. (hasil analisis Sensus Penduduk 1970). Dalam kondisi seperti itu,
akan terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja potensial, yang menurut Warsito (2015)
merupakan keuntungan ekonomis yang disebabkan semakin besarnya tabungan dari
penduduk usia produktif sehingga memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, kondisi tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan manakala
negara tidak melakukan investasi sumberdaya manusia, bahkan bisa berubah menjadi
gelombang pengangguran massal yang akan menambah beban anggaran negara.
Adioetomo menambahkan bahwa efek negatif pasca bonus demografi adalah
meledaknya jumlah penduduk usia tua, sementara transisi usia muda menjadi usia
produktif belum sempurna yang menyebabkan pembengkakan jaminan sosial dan
pensiunan sehingga terjadi stagnasi dalam perekonomian nasional karena tabungan
dari usia produkif dialihkan sebagai dana talangan untuk membiayai jaminan sosial
1
dan pensiun.
Padahal hingga saat ini Indonesia masih didera berbagai masalah yang
belum terselesaikan dengan tuntas; misalnya: korupsi yang makin merajalela,
kemiskinan, kualitas pendidikan, dan permasalahan sosial seperti: konflik horizontal
antarmasyarakat, peredaran narkoba, terorisme, kekerasan sosial, dan berbagai
bentuk

1
Adioetomo, Sri Moertiningsih. (2005). Bonus Demografi: Hubungan Antara Pertumbuhan
Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: BKKBN
kriminal lainnya. Jika Indonesia gagal menggarap dan menyiapkan generasi emas

2045, tingkat kriminalitas dan kekacauan akan meningkat karena pelaku dari kriminal
tersebut biasanya penduduk usia produktif. Meningkatkan kesadaran itu dimulai
dengan menjelaskan kesempatan dan tantangan Indonesia menuju usia emasnya di
tahun 2045 kepada Generasi Emas Indonesia (Y dan Z) melalui platform
www.Indonesia2045.org Kesempatan dan tantangan tersebut sebagai berikut:
Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2035. Tidak berhenti
disana, kabar baik datang dari PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksikan
Indonesia di tahun 2050
akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar nomor empat di dunia
setelah, Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Penelitian lembaga asing tersebut, serasa
jodohnya dengan momentum seratus tahun Indonesia merdeka tahun 2045 atau
yang sering disebut sebagai Generasi Emas Indonesia. Artinya, lima tahun
setelah Indonesia merayakan 100 tahun usia kemerdekaannya, Indonesia akan
menjadi negara keempat ekonomi terbesar di dunia.
Tidak salah rasanya, jika Presiden Joko Widodo segera menyikapi hal tersebut dengan
merumuskan tiga strategi dalam mewujudkan Generasi Emas Indonesia. Satu
diantaranya adalah pembangunan sumber daya manusia Pembangunan manusia
yang dimaksud ialah penyiapan generasi emas Indonesia Lalu, siapa saja generasi
emas itu ? Yakni, anak-anak Indonesia yang lahir di tahun 1995 hingga 2014 atau yang
disebut dengan generasi Z. Jika dihitung rata-rata usia generasi Z saat tahun 2045,
maka usianya rerata 40, 5 tahun, usia dimana estafet kepemimpinan bangsa ini dipegang
di segala bidang. Selain itu juga, Indonesia menjadi negara peringkat pertama dunia dalam
bidang kerelaan generasi muda dalam berkarya, (International Youth Foundation, 2017).
Hal tersebut juga merupakan potensi karena tanpa kesadaran generasi muda akan
perannya, mustahil pemerintah dapat mewujudkan Indonesia Emas.
Betapa banyak pun generasi emas yang dimiliki Indonesia dengan kercerdasan
dan keahlian khusus yang beraneka ragam sangat sulit untuk mencapai visi Indonesia
Emas 2045 tanpa sinergitas.Ditambah lagi, saat bersamaan kompleksitas masalah pada
dunia umumnya dan Indonesia khususnya perlu penanganan yang bersinergi.
Hal ini juga berdasarkan penelitian World Economic Forum tahun 2016 bahwa
kolaborasi adalah kompetensi utama abad ke-21. Artinya, generasi emas harus
bersinergi dalam menghadapi abad ke-21, abad dimana Indonesia Emas akan terjadi.
Seperti yang dilakukan The Founding Fathers Indonesia pada masa awal pergerakan
nasional. Bahwa, mereka menyadari diperlukannya persatuan dan kesatuan bangsa
untuk melawan penjajah, semangat dan identitas mereka adalah nasionalisme
Indonesia. Mereka adalah golongan terpelajar yang tercerahkan, menjadikan
perbedaan yang ada sebagai kekuatan yang hebat dan mereka berhasil. Jika visi
mereka mencapai kemerdekaan di tahun 1945, maka visi generasi saat ini adalah
mengisi kemerdekaan menuju Indonesia Emas 2045.
Sinergitas bukan hanya untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Tetapi,
juga untuk menemukan berbagai solusi atas kompleksitas masalah yang akan dihadapi
dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya. Kompleksitas masalah tersebut
diantaranya, perubahan iklim, laju penduduk, meningkatnya populisme, kesenjangan
sosial, hunian-perumahan, kecerdasan buatan, krisis pangan dan air serta isu-isu
kontemporer lainnya.
Jika dihitung dari tahun 2018 maka kita masih ada waktu 27 tahun untuk
mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.Waktu yang relatif cukup panjang untuk
mendapatkan solusi dalam mengatasi kompleksitas masalah tersebut.
Selain tantangan sinergitas generasi emas Indonesia, ketidakdewasaan berpolitik
telah menjadi penghambat pembangunan nasional, khususnya sejak pemilihan umum
2014. Baik dalam pemilihan legislatif maupun eksekutif (kepalada negara/kepala
daerah). Fenomena Unfriend dan debat di media sosial sudah lazim kita perhatikan
sejak pemilihan umum 2014 bahkan hingga saat ini, lebih parah lagi munculnya ujaran
kebencian dan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, saat ini
perbedaan pandangan politik menjadi suatu hal yang haram hukumnya.Tidak adanya
penghargaan terhadap kebebasan berpendapat, berserikat dan bersikap menjadi
indikasi munculnya masyarakat yang primitif.Generasi emas memainkan peranan
penting untuk mengatasi ini, karena dominasi kuntitatif dan intelektualitasnya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang yang telah di uraikan maka


penulis meruskan masalah yaitu :
1. Bagaimana Kader Hmi menjawab Bonus Demografi‖?
2. Apakah yang harus dilakukan kader HmI dalam menyongsong Generasi Emas 2045?
3. Bagaimana ‗‘Strategi Dan Taktik Kader Hmi Gapai Generasi Emas Dimasa
Bonus Demografi‖.
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti LK II
HmI Cabang Meulaboh dan Untuk Mengetahui Bagaimana sebenar nya Strategi Dan
Taktik Kader Hmi Gapai Generasi Emas Dimasa Bonus Demografi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demografi

Demografi merupakan tulisan-tulisan mengenai rakyat atau kependudukan


manusia. Demografi juga dikenal sebagai ilmu kependudukan yaitu ilmu yang
mempelajari tentang dinamika kependudukan manusia. Demografi berasal dari
gabungan kata bahasa Yunani, yaitu demos memiliki arti rakyat atau penduduk,
sedangkan graphein memiliki arti tulisan atau catatan. Demografi mempelajari tentang
penduduk, yang paling utama adalah mempelajari tentang fertilitas atau kelahiran,
mortalitas atau kematian dan mobilitas.
Selain itu demografi juga mencakup seperti jumlah penduduk, ukuran, kematian
dan penuaan, persebaran geografis, komposisi penduduk, karakter geografis dan
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat berubah. Demografi juga fokus mengkaji
permasalahan kependudukan secara kuantitatif, seperti jumlah, struktur, komposisi, dan
ukuran kependudukan sehingga teknik-teknik perhitungan data kependudukan.
Demografi sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil dan kualitas perhitungan yang
baik.
Demografis juga menawarkan informasi mengenai wawasan berharga tentang
bagaimana populasi diorganisasikan, ukuran serta komposisinya. Selain itu demografis
juga dapat memainkan dalam ekonomi. Selain itu demografi juga dibangun pemerintah
untuk membagi sumber daya, menyusun daerah pemilihan, merencanakan inisiatif
kebijakan, dan lain sebagainya.
Johan Sussmilch dikenal sebagai bapak demografi Jerman. Johan Sussmilch
juga merupakan seorang pendeta Protestan Jerman, juga seorang ahli statistik dan
demografi. Johan Sussmilch berpendapat bahwa demografi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari hukum ilahi atau hukum Tuhan, dalam perubahan-perubahan yang terjadi
pada kehidupan manusia. Perubahan tersebut yang tampak dari kelahiran, kematian
serta pertumbuhannya (Johan Sussmilch, 1962).
Istilah demografi digunakan Achille Guillard pertama kali dalam sebuah
karangannya yang berjudul Elements de Statistique Humaine, ou Demographie
Comparee atau Elements of Human Statistics or Comparative Demography.

Achille Guillard pada tahun 1855 berpendapat bahwa demografi merupakan


ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang tidak dapat
diukur. Hal tersebut meliputi perubahan secara umum, sifat fisik manusia, peradaban,
3
intelektual serta kondisi moralnya.

B. Pengertian Generasi Emas


Istilah ―generasi emas menjadi ramai dibicarakan oleh banyak tokoh
dan pengamat setelah Mendikbud ---waktu itu--- M. Nuh dalam sambutan
peringatan Hardiknas 2012 dengan tema ―bangkitnya generasi emas Indonesia‖.
Untuk menyiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistematis
yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu mulai
tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan
peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal.
Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui
pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan.
Menurut Kopeuw (2015) ada dua pengertian tentang Generasi Emas. Pertama,
generasi emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia ketika
berusia 100 tahun merdeka, dan yang kedua adalah generasi emas dalam
penjabaran kata ―EMAS‖. Sebagai bangsa yang besar dengan modalitas yang
sangat luar biasa; baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya kultural,
maupun sumberdaya lainnya; sudah saatnya dikelola dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk sebesar- besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam
pembangunan bangsa, sehingga pemerintah bertekad memberikan perhatian yang
besar terhadap pembangunan pendidikan. Hanya melalui pendidikan, bangsa
Indonesia menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain; baik
dalam bidang sains, teknologi, maupun ekonomi. Pendidikan juga dimaknai
sebagai suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk
menjalankan kehidupan di masa depan melalui pembentukan dan pendewasaan
pengembangan kepribadian agar menjadi insan Indonesia yang berkarakter yakni
insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sabar, mampu

3https://www.gramedia.com/literasi/demografi/
mengendalikan diri, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung jawab, jujur, membela
kebenaran dan kepatutan, sopan dan santun, taat terhadap peraturan,
demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah, gotong royong, toleran,
tertib, damai, anti kekerasan, hemat, dan konsisten, cerdas secara intelektual,
emosional, dan spiritual.
Investasi sumberdaya manusia berbeda dengan investasi sektor fisik karena
pada sektor fisik, rentang waktu antara investasi dengan tingkat balikan dapat
terukur dalam jangka pendek. Investasi pendidikan lebih berjangka panjang, tingkat
balikan tidak bisa dinikmati dalam ukuran waktu 1-2 tahun; melainkan belasan atau
puluhan tahun. Karena sifatnya berjangka panjang, maka investasi pendidikan
memiliki tentang waktu yang panjang pula. Pendidikan bermutu akan dapat
diwujudkan apabila upaya pendidikan dapat membantu individu sebagai
generasi emas yang sedang tumbuh dan berkembang secara dinamis dan aktif
dalam pembentukan diri menjadi insan Indonesia yang berkarakter, cerdas
dan kompetitif, serta produktif.
Bagian kedua adalah pengertian generasi emas dalam arti penjabaran
kata EMAS yaitu Energik, Multitalenta, Aktif, dan Spiritual. Dengan demikian
membangun generasi Emas Indonesia 2045 adalah sebuah produk generasi baru
yang Energik, Multritalenta, Aktif, dan Spiritual; yakni generasi yang
cerdas, siap bersaing di era modern, globalisasi dan penuh kompetitif.
Energik artinya penuh energi atau bersemangat. Dengan bersemangat akan
melahirkan rasa optimis dan memiliki kekuatan yang mengarahkan
aktivitas hidupnya. Generasi emas adalah generasi yang selalu menunjukkan sehat
dan bugar, siap lahir dan batin untuk melakukan aktivitas dan tugasnya dengan
4
baik.

C. Kader HmI dalam menyongsong Generasi Emas 2045

Generasi muda merupakan aset utama bangsa dalam mewujudkan cita-cita


kemerdekaan. Mereka adalah tulang punggung utama dalam menopang projek
pembangunan nasional. Tak heran jika dulu, salah satu faunding fathers bangsa
Indonesia, Ir. Soekarno berteriak lantang bahwa bangsa ini hanya
membutuhkan
sepuluh orang pemuda untuk sekedar mengguncangkan dunia. Tentu itu
adalah

4
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia
isyarat penuh makna bahwa sesungguhnya generasi muda adalah potensi dasar yang
keberadaannya harus dimanfaakan dengan baik dan maksimal. Penilaian tentang
generasi muda di atas tentu tidaklah berlebihan dan bukan tanpa alasan yang kuat.
Faktanya, sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dimulai dengan adanya kesadaran kolekif kaum muda dan semangat
nasionalisme yang kuat dengan ditandai lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20
Mei 1908 dan ikrar kebangsaan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Pada generasi tersebut, kaum muda adalah penggerak perubahan dan ujung tombak
perjuangan yang menghantarkan bangsa ini ke gerbang pintu kemerdekaan. Dari
beberapa fakta sejarah yang telah terjadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kaum
muda adalah penggerak sekaligus aktor utama perubahan zaman. Hukum alam bahwa
kaum muda adalah penggerak perubahan zaman berlaku sampai saat ini. Dan kita,
sebagai generasi muda yang hidup pada saat ini harus menyadari akan hal itu. Ibn
Khaldûn, seorang filsuf muslim ahli sejarah menyatakan bahwa gerak sejarah
peradaban suatu bangsa selalu terulang melalui tiga tahapan generasi, ia menyebutnya
dengan istilah teori siklus.
Pertama, generasi pembangun, yang dengan segala kesederhanaan dan solidaritas
tinggi, generasi ini berjuang untuk meletakkan pondasi dasar peradaban bangsanya
sendiri. Kedua, generasi penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara
ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan. Dan ketiga, generasi yang tidak lagi
memiliki hubungan emosional dengan bangsa dan negaranya. Mereka dapat
melakukan apa saja yang mereka sukai tanpa mempedulikan nasib bangsa dan
negaranya. Mengacu pada tiga siklus sejarah di atas, lantas kemudian di manakah
posisi generasi muda kita berada saat ini? Apakah sedang berada dalam generasi
pembangun, generasi penikmat, dan/atau generasi yang acuh atas keberlangsungan
bangsa dan negaranya sendiri. Sebagai suatu bangsa yang besar secara kuantitas, rasa-
rasanya merupakan suatu hal yang sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut,
mengingat banyak sekali variabel yang harus ditarik dan dianalisa untuk sampai pada
satu kesimpulan yang benar.
Namun demikian, satu fakta yang tidak bisa kita bantah saat ini bahwa bangsa
kita sedang dianugrahi oleh Tuhan yang Maha Esa sumber daya manusia yang sangat
luar biasa, yaitu melimpahnya jumlah penduduk produktif pada ahun 2020 –usia
angkatan kerja antara 15-64 tahun— mencapai 60 persen atau sekitar 160-180 juta
jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Angka generasi produkif tersebut diprediksi akan
meningkat seiring dengan berkurangnya angka usia non-produktif –usia 14 tahun ke
bawah dan 65 tahun ke atas— antara tahun 2020-2030 yaitu sebesar 30 persen dari
total keseluruhan masyarakat Indonesia.
Generasi produktif dalam beberapa tahun mendatang sungguh berada pada
jumlah yang sangat besar sekali, kita menyebut fenomena tersebut dengan istilah
―bonus demografi‖. Bonus Demografi: Pisau Bermata Dua Luapan generasi emas usia
produktif (working age) dalam beberapa tahun ke depan –yang kita sebut dengan
istilah bonus demografi— merupakan modal utama bagi pembangunan nasional.
Secara potensial, kita akan memiliki sumber daya manusia produkif dalam
skala jumlah yang sangat banyak ketimbang dengan jumlah usia non-produktif. Prof.
Dr. Haryono Suyono (Gemari, 2009) menyatakan bahwa bonus demografi merupakan
suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi
pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi
usia muda dan usia lanjut sudah semakin kecil. Oleh karena itu, bonus demografi
dapat menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia, dengan syarat pemerintah harus
menyiapkan generasi muda dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Kualitas sumber daya manusia tersebut dapat diperoleh tentu melalui pendidikan,
pelatihan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi. Sebaliknya, jika
fenomena bonus demografi tersebut tidak dibarengi dengan berbagai macam
persiapan yang matang –termasuk menyediakan generasi muda dan sumber daya
manusia yang berkualitas— tentu hal tersebut akan menjadi suatu bencana yang
sangat dahsyat, yaitu hadirnya angka pengangguran yang sangat tinggi dan tentu akan
menjadi beban serius bagi negara Indonesia.
Menurut penelitian dan hasil analisa Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa bonus demografi bisa menjadi
bencana demografi ketika penduduk usia produkif tersebut tidak memiliki pendidikan
yang memadai dan tidak memperoleh keterampilan yang cukup. Ketika hal ini terjadi,
maka penduduk usia produkif akan menjadi pengangguran dan akan ada
konsekuensinya. Konsekuensi yang dimaksud dapat berupa:
1. Penurunan pendapatan per kapita masyarakat;
2. Penurunan pendapatan negara;
3. Lemahnya daya saing masyarakat;
4. Beban psikologis masyarakat yang berujung pada peningkatan angka
kriminalitas; dan
5. Munculnya masalah-masalah sosial lainnya.
Jelas bahwa hal tersebut merupakan dampak serius dari ketidaksiapan kita
dalam menyambut bonus demografi. Jika demikian, luapan generasi emas usia
produkif tak lagi menjadi berkah yang bermanfaat, melainkan musibah tersendiri
bagi bangsa ini. Dari itu, kita harus menyadari bahwa sesungguhnya bonus
demografi itu bagaikan pisau bermata dua, kepada kita ia menawarkan makna
ganda; satu sisi menjadi anugerah yang bermanfaat, sisi lainnya dapat menjadi
musibah bencana yang menimbulkan kemadharatan. Kita –baik masyarakat maupun
pemerintah— harus pandai-pandai mengelola dan memanajemen bonus demografi
tersebut dengan baik dan sebijak mungkin, mengingat limpahan generasi emas usia
produkif tersebut sebentar lagi akan segera menghampiri bangsa kita ini.
Strategi HMI Sambut Bonus Demografi Salah satu jalan untuk menghadapi
gelombang bonus demografi tersebut adalah dengan mempersiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) –khususnya generasi muda— yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut dapat diperoleh melalui jalan pendidikan,
pelatihan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Hal tersebut, di samping menjadi kewajiban pemerintah, juga menjadi tugas
kita bersama sebagai bagian dari warga negara, tak terkecuali Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Implemetasi tujuan HMI perlu dijabarkan secara praktis dalam upaya
menghadapi tantangan bonus demografi tersebut.
Kualitas insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam harus
diterjemahkan secara nyata dalam setiap langkah gerak perjuangan individu kader.
Jika hal tersebut dapat terealisasi secara maksimal, maka sudah dapat dipastikan kita
siap menghadapi hari esok dengan jiwa optimis.
Ada beberapa point yang saya tawarkan sebagai solusi untuk menghadapi
tantangan bonus demografi ini. Pertama, bahwa setiap kader harus menjadi individu
yang kreatif dan inovatif yang memiliki soft skill yang memadai demi menumbuhkan
daya saing yang tinggi. Kedua, penguasaan terhadap teknologi dan keterampilan
dalam berbahasa juga merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
kader. Ketiga, menumbuhkan semangat jiwa berwirausaha (entrepreneurship) demi
mewujudkan kemandirian dalam aspek ekonomi. Keempat, menumbuhkan jiwa
profesionalisme demi melahirkan pribadi-pribadi yang kompetitif untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik sesuai dengan keahlian di bidangnya
masing-masing. Dan kelima, yang tidak kalah pentinnya adalah integritas.

Mengingat persaingan ke depan semakin bebas dan ketat, setiap pribadi individu
harus memiliki integritas yang kuat dalam menghadapi tantangan arus zaman ini.
Kejujuran, komitmen yang kuat terhadap kebenaran dan kebaikan sangat dibutuhkan
terlebih bahwa bonus demografi tersebut harus disambut dengan kesiapan iman,
ilmu, dan amal yang sinkron dan konsisten. Kemudian secara teknis kelembagaan,
HMI sedang berupaya untuk meningkatkan perbaikan system pendidikan
dan pelatihan yang ada di internal organisasi demi melahirkan anggota- angota yang
berkualitas dan berintegritas, serta berkoordinasi dengan semua lembaga kekaryaan
demi mencetak anggota-anggota yang profesional dan ahli di bidangnya.
Perbaikan sistem pendidikan formal di HMI tersebut, mulai dari Laihan
Kader tingkat I (LK I), Latihan Kader tingkat II (LK II), Latihan Kader tingkat III
(LK III), Latihan Khusus Kohati (LKK), Senior Crouse (SC), dan berbagai latihan
formal yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kekaryaan yang terintegrias dalam
himpunan ini.
Saya masih berkeyakinan bahwa, kualitas kader yang baik dilahirkan
dari suatu sistem pendidikan yang baik pula. Maka dari itu, secara perlahan kami
sedang meningkatkan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan formal yang ada
dalam himpunan tercinta ini. Di samping itu, dalam rangka mempersiapkan sumber
daya manusia dan generasi muda yang berkualias dan unggul, kami juga
mengupayakan untuk merevitalisasi lembaga-lembaga kekaryaan yang terintegral
dalam himpunan ini, seperti Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI),
Lembaga Seni Mahasiswa Islama (LSMI), Lembaga Pers Mahasiswa Islam
(LAPMI), Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI),
Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI), Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam
(LDMI), Lembaga Teknik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Ekonomi
Mahasiswa Islam (LEMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), dan
yang terbaru adalah Lembaga
Parawisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI).
5

Hal tersebut merupakan potensi yang sungguh luar biasa yang dimiliki oleh
HMI dalam upaya mencetak dan melahirkan kader-kader berkualitas, unggul,
profesional dan berintegritas. Tiada keraguan sedikit pun dalam benak saya jika
potensi tersebut dapat kita maksimalkan, maka sudah dapat dipastikan kita siap
untuk menghadapai arus gelombang bonus demografi dan siap menyambut
masa depan yang cerah.
Selanjunya, tentu kita juga harus selalu mengingatkan pemerintah untuk
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro kepada masyarakat luas serta dalam
rangka menyambut bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah
berkewajiban untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan judul makalah di atas dapat disimpulkan bahwasanya ‘Strategi


Dan Taktik Kader Hmi Gapai Generasi Emas Dimasa Bonus Demografi‘ pada
penjelasan di atas, Generasi Emas Indonesia 2045 masih 23 tahun lagi. Saat itu,
sebagian dari kita khususnya yang saat ini berusia separuh baya mungkin sudah
tiada. Namun sesungguhnya Generasi Emas Indonesia 2045 sudah di depan
mata kita sekarang. Anak-anak yang berusia balita hingga yang remaja berada
di sekitar kita. Ada yang sedang asyik bermain, ada yang sedang belajar; ada
pula yang sedang ngamen di perempatan jalan raya; ada yang menenggak
minuman keras, narkoba, atau terlibat dalam tindak kriminal lainnya.
Merekalah yang akan memimpin bangsa ini tahun 2045 kelak.
.
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih. (2005). Bonus Demografi: Hubungan Antara


Pertumbuhan Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: BKKBN

Hasunungan HN dan Kurniawan Y, (2018). Meningkatkan Kesadaran Generasi


Emas Indonesia Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 Melalui Inovasi Digital
Platform www.indonesia2045.org

Kopeuw, Pilipus M. (2015). Mimpi Memiliki Generasi Emas Sentani. Jakarta: tp.
https://www.qureta.com/post/hmi-dan-tantangan-generasi-muda-indonesia

Manullang, Belferik. (2013). ―Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi


Emas 2045‖, Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, No. 1, Pebruari 2013. pp. 1-14.

Prasetyo, Z. K. (2014). ―Generasi Emas 2045 Sebagai Pondasi


Mewujudkan Siklus Peradaban Bangsa Melalui Implementasi Kurikulum 2013
di Sekolah Dasar‖, Makalah Seminar Nasional Kurikulum 2013. Pontianak, 16 April
2014
FORMULIR PENDAFTARAN

Saya yang bertanda tangan dengan biodata di bawah ini:


A. DATA DIRI
Nama Lengkap :
Nama Panggilan :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
3X4
Anak ke : dari Bersaudara
Alamat Lengkap :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi
Nomor Kontak : Telepon : HP/WA/Telegram :
Email :

Tujuan Mengikuti LK II :
B. PENDIDIKAN FORMAL
SD/MI/Sederajat : Tahun : s.d.
SLTP/MTs/Sederajat : Tahun : s.d.
SLTA/MA/Sederajat : Tahun : s.d.
Perguruan Tinggi
S-1/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.
S-2/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.
S-3/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.

C. PENDIDIKAN NON FORMAL


1. Tahun :
2. Tahun :
3. Tahun :

D. TRAINING/DIKLAT
1. Training Formal HMI
Jenjang Training Pelaksana Tahun

MAPERCA
LK-I (Basic Training)
2. Training Non Formal HMI
Jenis Training Pelaksana Tahun
E. KEAHLIAN/SKILL/BAKAT

1. Seni :
2. Olah Raga :
3. Agama :
4. Lainnya :

F. PRESTASI/PENGHARGAAN

1.
2.
3.
4.
5.

G. KESEHATAN
(Penyakit yang sering diderita)
1.
2.
3.

Dengan ini mendaftarkan diri sebagai calon peserta Latihan Kader II (Intermeadite
Training) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Meulaboh dan
bersedia mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pengurus Cabang, Panitia
Pelaksana, BPL dan/atau Pengelola Latihan Kader II (Intermeadite Training) HMI Cabang
Meulaboh.

Demikian formulir pendaftaran ini saya buat dengan sebenarnya, jika kemudian
ditemukan ketidaksesuaian data-data tersebut di atas dan/atau saya melanggar pernyataan
yang telah saya perbuat, saya bersedia didiskualifikasi dari arena training atau siap
menerima konsekuensi lainnya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

..........................,
....../....../2022
TERTANDA

(..................................)

Keterangan:

*) coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai