Makalah Tanzil
Makalah Tanzil
Oleh :
TANZIRULLAH
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah singkat ini. Shalawat dan Salam penulis
limpahkan kepada rasulullah SAW. Yang telah membawa risalah suci kepada
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca
Akhirnya kepada Allah Jualah penulis berserah diri, semoga makalah ini
bermanfaat kepada semua pihak yang membacanya dan semoga kita dapat meraih
Penulis
Tanzilrullah
i
DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR....................................................................................... i
.
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN 1
......................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN 5
........................................................................................
A. Pengertian Demografi ................................................................................. 5
A. Kesimpulan......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Adioetomo, Sri Moertiningsih. (2005). Bonus Demografi: Hubungan Antara Pertumbuhan
Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: BKKBN
kriminal lainnya. Jika Indonesia gagal menggarap dan menyiapkan generasi emas
2045, tingkat kriminalitas dan kekacauan akan meningkat karena pelaku dari kriminal
tersebut biasanya penduduk usia produktif. Meningkatkan kesadaran itu dimulai
dengan menjelaskan kesempatan dan tantangan Indonesia menuju usia emasnya di
tahun 2045 kepada Generasi Emas Indonesia (Y dan Z) melalui platform
www.Indonesia2045.org Kesempatan dan tantangan tersebut sebagai berikut:
Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2035. Tidak berhenti
disana, kabar baik datang dari PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksikan
Indonesia di tahun 2050
akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar nomor empat di dunia
setelah, Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Penelitian lembaga asing tersebut, serasa
jodohnya dengan momentum seratus tahun Indonesia merdeka tahun 2045 atau
yang sering disebut sebagai Generasi Emas Indonesia. Artinya, lima tahun
setelah Indonesia merayakan 100 tahun usia kemerdekaannya, Indonesia akan
menjadi negara keempat ekonomi terbesar di dunia.
Tidak salah rasanya, jika Presiden Joko Widodo segera menyikapi hal tersebut dengan
merumuskan tiga strategi dalam mewujudkan Generasi Emas Indonesia. Satu
diantaranya adalah pembangunan sumber daya manusia Pembangunan manusia
yang dimaksud ialah penyiapan generasi emas Indonesia Lalu, siapa saja generasi
emas itu ? Yakni, anak-anak Indonesia yang lahir di tahun 1995 hingga 2014 atau yang
disebut dengan generasi Z. Jika dihitung rata-rata usia generasi Z saat tahun 2045,
maka usianya rerata 40, 5 tahun, usia dimana estafet kepemimpinan bangsa ini dipegang
di segala bidang. Selain itu juga, Indonesia menjadi negara peringkat pertama dunia dalam
bidang kerelaan generasi muda dalam berkarya, (International Youth Foundation, 2017).
Hal tersebut juga merupakan potensi karena tanpa kesadaran generasi muda akan
perannya, mustahil pemerintah dapat mewujudkan Indonesia Emas.
Betapa banyak pun generasi emas yang dimiliki Indonesia dengan kercerdasan
dan keahlian khusus yang beraneka ragam sangat sulit untuk mencapai visi Indonesia
Emas 2045 tanpa sinergitas.Ditambah lagi, saat bersamaan kompleksitas masalah pada
dunia umumnya dan Indonesia khususnya perlu penanganan yang bersinergi.
Hal ini juga berdasarkan penelitian World Economic Forum tahun 2016 bahwa
kolaborasi adalah kompetensi utama abad ke-21. Artinya, generasi emas harus
bersinergi dalam menghadapi abad ke-21, abad dimana Indonesia Emas akan terjadi.
Seperti yang dilakukan The Founding Fathers Indonesia pada masa awal pergerakan
nasional. Bahwa, mereka menyadari diperlukannya persatuan dan kesatuan bangsa
untuk melawan penjajah, semangat dan identitas mereka adalah nasionalisme
Indonesia. Mereka adalah golongan terpelajar yang tercerahkan, menjadikan
perbedaan yang ada sebagai kekuatan yang hebat dan mereka berhasil. Jika visi
mereka mencapai kemerdekaan di tahun 1945, maka visi generasi saat ini adalah
mengisi kemerdekaan menuju Indonesia Emas 2045.
Sinergitas bukan hanya untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Tetapi,
juga untuk menemukan berbagai solusi atas kompleksitas masalah yang akan dihadapi
dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya. Kompleksitas masalah tersebut
diantaranya, perubahan iklim, laju penduduk, meningkatnya populisme, kesenjangan
sosial, hunian-perumahan, kecerdasan buatan, krisis pangan dan air serta isu-isu
kontemporer lainnya.
Jika dihitung dari tahun 2018 maka kita masih ada waktu 27 tahun untuk
mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.Waktu yang relatif cukup panjang untuk
mendapatkan solusi dalam mengatasi kompleksitas masalah tersebut.
Selain tantangan sinergitas generasi emas Indonesia, ketidakdewasaan berpolitik
telah menjadi penghambat pembangunan nasional, khususnya sejak pemilihan umum
2014. Baik dalam pemilihan legislatif maupun eksekutif (kepalada negara/kepala
daerah). Fenomena Unfriend dan debat di media sosial sudah lazim kita perhatikan
sejak pemilihan umum 2014 bahkan hingga saat ini, lebih parah lagi munculnya ujaran
kebencian dan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, saat ini
perbedaan pandangan politik menjadi suatu hal yang haram hukumnya.Tidak adanya
penghargaan terhadap kebebasan berpendapat, berserikat dan bersikap menjadi
indikasi munculnya masyarakat yang primitif.Generasi emas memainkan peranan
penting untuk mengatasi ini, karena dominasi kuntitatif dan intelektualitasnya.
B. Rumusan Masalah
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti LK II
HmI Cabang Meulaboh dan Untuk Mengetahui Bagaimana sebenar nya Strategi Dan
Taktik Kader Hmi Gapai Generasi Emas Dimasa Bonus Demografi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demografi
3https://www.gramedia.com/literasi/demografi/
mengendalikan diri, disiplin, kerja keras, ulet, bertanggung jawab, jujur, membela
kebenaran dan kepatutan, sopan dan santun, taat terhadap peraturan,
demokratis, sikap kebersamaan, musyawarah, gotong royong, toleran,
tertib, damai, anti kekerasan, hemat, dan konsisten, cerdas secara intelektual,
emosional, dan spiritual.
Investasi sumberdaya manusia berbeda dengan investasi sektor fisik karena
pada sektor fisik, rentang waktu antara investasi dengan tingkat balikan dapat
terukur dalam jangka pendek. Investasi pendidikan lebih berjangka panjang, tingkat
balikan tidak bisa dinikmati dalam ukuran waktu 1-2 tahun; melainkan belasan atau
puluhan tahun. Karena sifatnya berjangka panjang, maka investasi pendidikan
memiliki tentang waktu yang panjang pula. Pendidikan bermutu akan dapat
diwujudkan apabila upaya pendidikan dapat membantu individu sebagai
generasi emas yang sedang tumbuh dan berkembang secara dinamis dan aktif
dalam pembentukan diri menjadi insan Indonesia yang berkarakter, cerdas
dan kompetitif, serta produktif.
Bagian kedua adalah pengertian generasi emas dalam arti penjabaran
kata EMAS yaitu Energik, Multitalenta, Aktif, dan Spiritual. Dengan demikian
membangun generasi Emas Indonesia 2045 adalah sebuah produk generasi baru
yang Energik, Multritalenta, Aktif, dan Spiritual; yakni generasi yang
cerdas, siap bersaing di era modern, globalisasi dan penuh kompetitif.
Energik artinya penuh energi atau bersemangat. Dengan bersemangat akan
melahirkan rasa optimis dan memiliki kekuatan yang mengarahkan
aktivitas hidupnya. Generasi emas adalah generasi yang selalu menunjukkan sehat
dan bugar, siap lahir dan batin untuk melakukan aktivitas dan tugasnya dengan
4
baik.
4
KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia
isyarat penuh makna bahwa sesungguhnya generasi muda adalah potensi dasar yang
keberadaannya harus dimanfaakan dengan baik dan maksimal. Penilaian tentang
generasi muda di atas tentu tidaklah berlebihan dan bukan tanpa alasan yang kuat.
Faktanya, sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dimulai dengan adanya kesadaran kolekif kaum muda dan semangat
nasionalisme yang kuat dengan ditandai lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20
Mei 1908 dan ikrar kebangsaan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Pada generasi tersebut, kaum muda adalah penggerak perubahan dan ujung tombak
perjuangan yang menghantarkan bangsa ini ke gerbang pintu kemerdekaan. Dari
beberapa fakta sejarah yang telah terjadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kaum
muda adalah penggerak sekaligus aktor utama perubahan zaman. Hukum alam bahwa
kaum muda adalah penggerak perubahan zaman berlaku sampai saat ini. Dan kita,
sebagai generasi muda yang hidup pada saat ini harus menyadari akan hal itu. Ibn
Khaldûn, seorang filsuf muslim ahli sejarah menyatakan bahwa gerak sejarah
peradaban suatu bangsa selalu terulang melalui tiga tahapan generasi, ia menyebutnya
dengan istilah teori siklus.
Pertama, generasi pembangun, yang dengan segala kesederhanaan dan solidaritas
tinggi, generasi ini berjuang untuk meletakkan pondasi dasar peradaban bangsanya
sendiri. Kedua, generasi penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara
ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan. Dan ketiga, generasi yang tidak lagi
memiliki hubungan emosional dengan bangsa dan negaranya. Mereka dapat
melakukan apa saja yang mereka sukai tanpa mempedulikan nasib bangsa dan
negaranya. Mengacu pada tiga siklus sejarah di atas, lantas kemudian di manakah
posisi generasi muda kita berada saat ini? Apakah sedang berada dalam generasi
pembangun, generasi penikmat, dan/atau generasi yang acuh atas keberlangsungan
bangsa dan negaranya sendiri. Sebagai suatu bangsa yang besar secara kuantitas, rasa-
rasanya merupakan suatu hal yang sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut,
mengingat banyak sekali variabel yang harus ditarik dan dianalisa untuk sampai pada
satu kesimpulan yang benar.
Namun demikian, satu fakta yang tidak bisa kita bantah saat ini bahwa bangsa
kita sedang dianugrahi oleh Tuhan yang Maha Esa sumber daya manusia yang sangat
luar biasa, yaitu melimpahnya jumlah penduduk produktif pada ahun 2020 –usia
angkatan kerja antara 15-64 tahun— mencapai 60 persen atau sekitar 160-180 juta
jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Angka generasi produkif tersebut diprediksi akan
meningkat seiring dengan berkurangnya angka usia non-produktif –usia 14 tahun ke
bawah dan 65 tahun ke atas— antara tahun 2020-2030 yaitu sebesar 30 persen dari
total keseluruhan masyarakat Indonesia.
Generasi produktif dalam beberapa tahun mendatang sungguh berada pada
jumlah yang sangat besar sekali, kita menyebut fenomena tersebut dengan istilah
―bonus demografi‖. Bonus Demografi: Pisau Bermata Dua Luapan generasi emas usia
produktif (working age) dalam beberapa tahun ke depan –yang kita sebut dengan
istilah bonus demografi— merupakan modal utama bagi pembangunan nasional.
Secara potensial, kita akan memiliki sumber daya manusia produkif dalam
skala jumlah yang sangat banyak ketimbang dengan jumlah usia non-produktif. Prof.
Dr. Haryono Suyono (Gemari, 2009) menyatakan bahwa bonus demografi merupakan
suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi
pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedang proporsi
usia muda dan usia lanjut sudah semakin kecil. Oleh karena itu, bonus demografi
dapat menjadi anugerah bagi bangsa Indonesia, dengan syarat pemerintah harus
menyiapkan generasi muda dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Kualitas sumber daya manusia tersebut dapat diperoleh tentu melalui pendidikan,
pelatihan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi. Sebaliknya, jika
fenomena bonus demografi tersebut tidak dibarengi dengan berbagai macam
persiapan yang matang –termasuk menyediakan generasi muda dan sumber daya
manusia yang berkualitas— tentu hal tersebut akan menjadi suatu bencana yang
sangat dahsyat, yaitu hadirnya angka pengangguran yang sangat tinggi dan tentu akan
menjadi beban serius bagi negara Indonesia.
Menurut penelitian dan hasil analisa Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa bonus demografi bisa menjadi
bencana demografi ketika penduduk usia produkif tersebut tidak memiliki pendidikan
yang memadai dan tidak memperoleh keterampilan yang cukup. Ketika hal ini terjadi,
maka penduduk usia produkif akan menjadi pengangguran dan akan ada
konsekuensinya. Konsekuensi yang dimaksud dapat berupa:
1. Penurunan pendapatan per kapita masyarakat;
2. Penurunan pendapatan negara;
3. Lemahnya daya saing masyarakat;
4. Beban psikologis masyarakat yang berujung pada peningkatan angka
kriminalitas; dan
5. Munculnya masalah-masalah sosial lainnya.
Jelas bahwa hal tersebut merupakan dampak serius dari ketidaksiapan kita
dalam menyambut bonus demografi. Jika demikian, luapan generasi emas usia
produkif tak lagi menjadi berkah yang bermanfaat, melainkan musibah tersendiri
bagi bangsa ini. Dari itu, kita harus menyadari bahwa sesungguhnya bonus
demografi itu bagaikan pisau bermata dua, kepada kita ia menawarkan makna
ganda; satu sisi menjadi anugerah yang bermanfaat, sisi lainnya dapat menjadi
musibah bencana yang menimbulkan kemadharatan. Kita –baik masyarakat maupun
pemerintah— harus pandai-pandai mengelola dan memanajemen bonus demografi
tersebut dengan baik dan sebijak mungkin, mengingat limpahan generasi emas usia
produkif tersebut sebentar lagi akan segera menghampiri bangsa kita ini.
Strategi HMI Sambut Bonus Demografi Salah satu jalan untuk menghadapi
gelombang bonus demografi tersebut adalah dengan mempersiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) –khususnya generasi muda— yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang berkualitas tersebut dapat diperoleh melalui jalan pendidikan,
pelatihan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Hal tersebut, di samping menjadi kewajiban pemerintah, juga menjadi tugas
kita bersama sebagai bagian dari warga negara, tak terkecuali Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Implemetasi tujuan HMI perlu dijabarkan secara praktis dalam upaya
menghadapi tantangan bonus demografi tersebut.
Kualitas insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam harus
diterjemahkan secara nyata dalam setiap langkah gerak perjuangan individu kader.
Jika hal tersebut dapat terealisasi secara maksimal, maka sudah dapat dipastikan kita
siap menghadapi hari esok dengan jiwa optimis.
Ada beberapa point yang saya tawarkan sebagai solusi untuk menghadapi
tantangan bonus demografi ini. Pertama, bahwa setiap kader harus menjadi individu
yang kreatif dan inovatif yang memiliki soft skill yang memadai demi menumbuhkan
daya saing yang tinggi. Kedua, penguasaan terhadap teknologi dan keterampilan
dalam berbahasa juga merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
kader. Ketiga, menumbuhkan semangat jiwa berwirausaha (entrepreneurship) demi
mewujudkan kemandirian dalam aspek ekonomi. Keempat, menumbuhkan jiwa
profesionalisme demi melahirkan pribadi-pribadi yang kompetitif untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik sesuai dengan keahlian di bidangnya
masing-masing. Dan kelima, yang tidak kalah pentinnya adalah integritas.
Mengingat persaingan ke depan semakin bebas dan ketat, setiap pribadi individu
harus memiliki integritas yang kuat dalam menghadapi tantangan arus zaman ini.
Kejujuran, komitmen yang kuat terhadap kebenaran dan kebaikan sangat dibutuhkan
terlebih bahwa bonus demografi tersebut harus disambut dengan kesiapan iman,
ilmu, dan amal yang sinkron dan konsisten. Kemudian secara teknis kelembagaan,
HMI sedang berupaya untuk meningkatkan perbaikan system pendidikan
dan pelatihan yang ada di internal organisasi demi melahirkan anggota- angota yang
berkualitas dan berintegritas, serta berkoordinasi dengan semua lembaga kekaryaan
demi mencetak anggota-anggota yang profesional dan ahli di bidangnya.
Perbaikan sistem pendidikan formal di HMI tersebut, mulai dari Laihan
Kader tingkat I (LK I), Latihan Kader tingkat II (LK II), Latihan Kader tingkat III
(LK III), Latihan Khusus Kohati (LKK), Senior Crouse (SC), dan berbagai latihan
formal yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kekaryaan yang terintegrias dalam
himpunan ini.
Saya masih berkeyakinan bahwa, kualitas kader yang baik dilahirkan
dari suatu sistem pendidikan yang baik pula. Maka dari itu, secara perlahan kami
sedang meningkatkan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan formal yang ada
dalam himpunan tercinta ini. Di samping itu, dalam rangka mempersiapkan sumber
daya manusia dan generasi muda yang berkualias dan unggul, kami juga
mengupayakan untuk merevitalisasi lembaga-lembaga kekaryaan yang terintegral
dalam himpunan ini, seperti Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI),
Lembaga Seni Mahasiswa Islama (LSMI), Lembaga Pers Mahasiswa Islam
(LAPMI), Lembaga Kajian dan Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI),
Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI), Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam
(LDMI), Lembaga Teknik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Ekonomi
Mahasiswa Islam (LEMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), dan
yang terbaru adalah Lembaga
Parawisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI).
5
Hal tersebut merupakan potensi yang sungguh luar biasa yang dimiliki oleh
HMI dalam upaya mencetak dan melahirkan kader-kader berkualitas, unggul,
profesional dan berintegritas. Tiada keraguan sedikit pun dalam benak saya jika
potensi tersebut dapat kita maksimalkan, maka sudah dapat dipastikan kita siap
untuk menghadapai arus gelombang bonus demografi dan siap menyambut
masa depan yang cerah.
Selanjunya, tentu kita juga harus selalu mengingatkan pemerintah untuk
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro kepada masyarakat luas serta dalam
rangka menyambut bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah
berkewajiban untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kopeuw, Pilipus M. (2015). Mimpi Memiliki Generasi Emas Sentani. Jakarta: tp.
https://www.qureta.com/post/hmi-dan-tantangan-generasi-muda-indonesia
Tujuan Mengikuti LK II :
B. PENDIDIKAN FORMAL
SD/MI/Sederajat : Tahun : s.d.
SLTP/MTs/Sederajat : Tahun : s.d.
SLTA/MA/Sederajat : Tahun : s.d.
Perguruan Tinggi
S-1/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.
S-2/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.
S-3/Fak/Jurusan : Tahun : s.d.
D. TRAINING/DIKLAT
1. Training Formal HMI
Jenjang Training Pelaksana Tahun
MAPERCA
LK-I (Basic Training)
2. Training Non Formal HMI
Jenis Training Pelaksana Tahun
E. KEAHLIAN/SKILL/BAKAT
1. Seni :
2. Olah Raga :
3. Agama :
4. Lainnya :
F. PRESTASI/PENGHARGAAN
1.
2.
3.
4.
5.
G. KESEHATAN
(Penyakit yang sering diderita)
1.
2.
3.
Dengan ini mendaftarkan diri sebagai calon peserta Latihan Kader II (Intermeadite
Training) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Meulaboh dan
bersedia mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pengurus Cabang, Panitia
Pelaksana, BPL dan/atau Pengelola Latihan Kader II (Intermeadite Training) HMI Cabang
Meulaboh.
Demikian formulir pendaftaran ini saya buat dengan sebenarnya, jika kemudian
ditemukan ketidaksesuaian data-data tersebut di atas dan/atau saya melanggar pernyataan
yang telah saya perbuat, saya bersedia didiskualifikasi dari arena training atau siap
menerima konsekuensi lainnya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
..........................,
....../....../2022
TERTANDA
(..................................)
Keterangan: