Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“MEWUJUDKAN GENERASI EMAS 2045 MELALUI PENDIDIKAN”


(TEMA K)
Disusun:
Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)

Oleh :
Selby Pernandes

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG PAGARALAM
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan rahmat, taufiq,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi dan Rasul, Sang Revolusioner
sejati, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman
kebodohan menuju kehidupan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Suatu rahmat yang besar dari Allah SWT yang selanjutnya penulis syukuri sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MEWUJUDKAN GENERASI

EMAS 2045 MELALUI PENDIDIKAN ” ini untuk memenuhi syarat mengikuti


Intermediate Training (LK II) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jambi.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran, koreksi, dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan dari kawan-kawan.
Meskipun makalah ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti Intermediate
Training (LK II), semoga makalah ini bermanfaat sebagai penambah wawasan kita tentang
peran kita sebagai kader HMI dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai
Allah SWT.

Pagar Alam, 8 Maret 2022


Penulis

Selby pernandes

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
Bab I – Pendahuluan................................................................................................................3
Bab II – Tren Global 2045.......................................................................................................5
Bab III – Visi Indonesia 2045............................................................................................... 11
Bab IV – Arah Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan.................................................13
Bab V – Strategi Pencapaian................................................................................................. 23
Bab VI – Penutup.................................................................................................................. 29
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 30

2|
BAB I PENDAHULUAN

Dalam rangka menyiapkan bangkitnya generasi emas Indonesia tahun 2045, kader HMI
diperlukan membantu dan harus sadar terkhusus-nya dalam pembangunan pendidikan dalam
perspektif masa depan, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berkualitas,maju,mandiri,dan modern, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Karena hal tersebut berkesinambungan dengan tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu
sendiri, dalam membangun pendidikan HMI akan memberikan kontribusi besar pada
pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks demikian,
pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas,yaitu dimensi
sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Cita-cita dan impian ini-pun harus kita wujudkan agar Indonesia untuk tahun 2045
mendatang bisa lebih berdaulat, maju, adil dan makmur. Untuk itu harus didukung dengan
empat pilar yang menopangnya, yakni 1) pembangunan SDM dan penguasaan Iptek, 2)
perkembangan ekenomi berkelanjutan, 3) pemerataan pembangunan, dan 4) ketahanan
nasional dan tatakelola pemerintahan. Untuk itu, dalam pembangunan yang berkelanjutan,
Indonesia telah ikut menyepakati Document Sustainable Development Goals (SDGs) dengan
salah satu fokus pada tujuan secara global peningkatan kualitas pendidikan. Implementasi
kesepakatan tersebut telah dikeluarkan Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, antara lain dengan menetapkan
tujuan global pendidikan yakni “Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua”

Dari peraturan di atas kita kita sebagai kader HMI sudah diberi sedikit jalan untuk membantu
masyarakat terkhusus-nya pemuda/pemudi di Indonesia, memperjuangkan pendidikan agar
mereka bisa meningkatkan atau memperoleh pendidikan yang berkualitas dan itu adalah
dasar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Kemajuan
besar bisa dibuat setelah peningkatan akses pendidikan di semua tingkatan, terutama jika
meningkatnya angka partisipasi di sekolah bagi perempuan dan anak perempuan. Dan jika hal
ini berhasil Keterampilan keaksaraan dasar bisa meningkat pesat, namun upaya lebih berani
dibutuhkan untuk membuat langkah yang lebih besar untuk mencapai tujuan pendidikan
universal. Tentu untuk Organisasi HMI ini adalah tamparan keras jika hanya diam tanpa
membantu, disini jugalah tempat kader HMI untuk mengimplementasikan/mewujudkan
tujuan HMI yang selama ini mungkin sedikit melenceng dari jalurnya. Dunia telah mencapai
kesetaraan dalam pendidikan dasar antara anak perempuan dan anak laki-laki, namun
beberapa negara telah mencapai target di semua tingkat pendidikan.

Salah satu persoalan yang menghambat kemajuan pendidikan di dunia internasional secara
global adalah belum sinkronnya grand design atau blue print perencanaan jangka panjang
atas pembangunan pendidikan yang bersifat strategis dan visioner mengikuti perkembangan
global. Akibatnya,

3
pembangunan pendidikan nasional berjalan tanpa roh dan panduan yang lebih visioner, serta
cenderung pragmatis dan berorientasi jangka pendek.

Pentingnya peta jalan ini diharapkan kualitas pendidikan nasional memiliki visi yang jauh ke
depan agar dapat menyamai negara-negara lain yang lebih maju. Peta Jalan Generasi Emas
2045 adalah dokumen rencana yang memuat kebijakan strategis tahapan-tahapan dalam
pencapaian kualitas pendidikan tahun 2016 (base line) hingga tahun 2045 yang sesuai
dengan sasaran pembangunan nasional.

Dalam menyongsong Generasi Emas 2045, bonus demografi harus disikapi dengan baik.
Pembangunan manusia Indonesia harus ditopang dengan kebijakan pengendalian populasi
penduduk yang memadai, yang bertujuan untuk memelihara keseimbangan antara
pertumbuhan dan penyebaran penduduk. Selain pengendalian pertumbuhan penduduk,
pemerataan sebaran penduduk harus dilakukan agar tidak terpusat di sentra-sentra
pembangunan ekonomi tertentu. Angka urbanisasi harus dapat ditekan. Kebijakan populasi
penduduk harus dilaksanakan seiring dengan kebijakan pemerataan pembangunan ekonomi
dan desentralisasi.

Dalam mengelola bonus demografi, faktor pendidikan sangat menentukan. Pendidikan


memang bukanlah persoalan yang mudah, bila ditanam sekarang maka baru dapat dirasakan
hasilnya pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Maka dari itu, bangsa Indonesia harus
bersinergi untuk mewujudkan generasi emas 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka).
Persoalan-persoalan dapat dipecahkan bersama-sama dengan berkolaborasi, karenanya
pendidikan yang bermutu harus terus diupayakan oleh semua pihak. Guru adalah kunci,
mereka adalah mutiaranya agent of change, pelaku perubahan agar menghasilkan manusia
Indonesia yang religius, cerdas, produktif, andal dan komprehensif melalui layanan
pembelajaran yang prima terhadap peserta didiknya, sehingga terwujud generasi emas tahun
2045

4|
BAB II TREN GLOBAL 2045

Pada tahun 2045, perekonomian dunia diperkirakan tidak lagi bergantung pada pergerakan
ekonomi Amerika Serikat (AS). Namun diperkirakan pusat ekonomi akan bergerak ke Asia,
seperti China, India, Korea Selatan, dan Jepang. Hal ini karena kawasan Asia terbantu oleh
bonus/dividen demografi. Ketercapaian megatren dunia 2045 akan ditandai oleh oleh
beberapa faktor penentu antara lain demografi dunia, urbanisasi global, perdagangan
internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber daya alam,
perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan perubahan geoekonomi.

Dari sepuluh megatren yang mempengaruhi dunia, terdapat


lima megatren yang paling mempengaruhi dunia.
Pertama, megatrend demografi, ditandai dengan semakin
tingginya migrasi antar negara (borderless society), dan
peningkatan proporsi penduduk usia lanjut. Dalam 30 tahun
ke depan, pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan
melambat. Hal ini membawa konsekuensi pada
penyesuaian sektor produksi untuk menjawab kebutuhan
hidup masyarakat dengan life span yang semakin panjang.

Pergeseran demografi ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di


beberapa kawasan dunia, sedangkan di kawasan lain terjadi penurunan jumlah penduduk.
Dalam kondisi seperti ini, sebagian negara akan mempunyai penduduk usia tua dengan
masalah khusus, sementara negara lain memiliki jumlah penduduk usia muda yang menuntut
penciptaan peluang kerja yang sangat besar. Penduduk usia muda dan populasi yang terus
tumbuh menuntut pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, serta lapangan
kerja. Di negara yang ekonominya sudah maju, kelompok tenaga kerja yang sudah mulai
lanjut usianya perlu belajar keterampilan baru. Tenaga kerja perlu dididik dan dilatih kembali
secara periodik agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Kedua, megatrend urbanisasi. Pada 2045, PBB


memperkirakan sekitar 69,1 persen penduduk dunia akan
tinggal di perkotaan dibanding pada tahun 2010 yang hanya
sebesar 49,9% dengan 95 persen pertambahannya terjadi di
emerging economies. Konsekuensinya, peranan perkotaan
dalam pembangunan semakin penting, sebagai ruang bagi
berkembangnya eksternalitas positif dari aglomerasi industri
dan tenaga kerja terlatih.
5|
Akibat urbanisasi yang cepat, pada tahun 2045 penduduk kota akan mencapai 72%, dan
sebagian besar pertumbuhan penduduk kota itu akan terjadi di Asia dan Afrika. Pertumbuhan
penduduk kota akan menuntut terciptanya investasi yang besar untuk menciptakan
infrastruktur yang baik dan tepat agar dapat mengakomodasi pertumbuhan penduduk.

Di tahun 60-an jumlah anakanak


rata-rata dari setiap
perempuan berkurang setengahnya.
Ini adalah dampak
perkembangan dan
program keluarga berencana yang
berhasil. Akibat perkiraan bahwa
jumlah anak dari setiap perempuan di
negara-negara paling miskin di dunia
akan terus berkurang, pakar
demografi dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperhitungkan jumlah penduduk dunia
akan menjadi 10 milyar tahun 2100 mendatang. Namun demikian, jika jumlah rata-rata
kelahiran dari setiap perempuan meningkat setengahnya saja, di akhir abad ini akan hidup 16
milyar orang di bumi. Itu adalah perhitungan tertinggi, yang dipandang realistis oleh para
pakar PBB. Perhitungan terrendah, yaitu setengah lebih sedikit dari jumlah anak ratarata
setiap perempuan, penduduk bumi hanya akan berjumlah 6 milyar. Jadi bahkan lebih sedikit
dari jumlah saat ini.

PBB memperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 8,5 miliar pada 2030. Tambahan
penduduk paling banyak berasal dari negara-negara berkembang. Jumlah penduduk akan
meningkat lagi menjadi 9,7 miliar pada 2050, dan 11 miliar pada 2100. India diperkirakan
melampaui Tiongkok sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, pada tujuh tahun
mendatang. Sementara Nigeria diperkirakan melampaui Amerika Serikat yang kini berada di
posisi ketiga negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan PBB
tersebut, selama periode 2015 – 2050, setenagh dari pertumbuhan penduduk dunia akan
terkonsentrasi pada sembilan negara yakni India, Nigeria, Pakistan, Republik Demokratik
Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Indonesia, dan Uganda.

6|
Indonesia berpeluang masuk ke 5 negara di dunia dengan ekonomi terbesar pada tahun 2045
mendatang. Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta orang degan
angka Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 29 ribu dolar AS per tahun. Dengan
kondisi ini, Indonesia mempunyai peluang untuk dapat menikmati ‘bonus demografi’, yaitu
percepatan pertumbuhan ekonomi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai
dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja
kepada penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta
karena meningkatnya suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas
sumber daya manusia (human capital). Di Indonesia, rasio ketergantungan telah menurun dan
melewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012 dan mencapai titik terendah sebesar 46,9
persen antara tahun 2028 dan 2031. Indonesia mempunyai potensi untuk memanfaatkan
bonus demografi baik secara nasional maupun regional. Penduduk usia produktif Indonesia
sendiri menyumbang sekitar 38 persen dari total penduduk usia produktif di ASEAN.
Tingginya jumlah dan proporsi penduduk usia kerja Indonesia selain meningkatkan angkatan
kerja dalam negeri juga membuka peluang untuk mengisi kebutuhan tenaga bagi negara-
negara yang proporsi penduduk usia kerjanya menurun seperti Singapura, Korea, Jepang dan
Australia.

Bonus demografi yang dialami Indonesia juga disertai dengan dinamika kependudukan lain
yang juga berdampak luas, yaitu: (1) meningkatnya jumlah penduduk; (2) penuaan penduduk
(population ageing) yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia; (3)
urbanisasi yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk perkotaan; dan (4) migrasi
yang ditandai dengan meningkatnya perpindahan penduduk antardaerah.

7|
Ketiga, megatren perdagangan internasional. Kawasan Asia Pasifik diyakini tetap mampu
menjadi poros perdagangan dan investasi dunia. Namun dengan adanya Trump effects
diperkirakan akan mendorong keseimbangan baru, termasuk dalam konsep peningkatan
global production network. Antisipasi industri nasional terhadap dampak dari perubahan ini
dapat diupayakan melalui penguatan kerja sama internasional serta perdagangan dan investasi
dalam kawasan.

Dalam pasar tenaga kerja yang terus tumbuh dan berkembang, terutama di negara yang
ekonominya baru berkembang, permintaan dan penawaran tenaga kerja seringkali tidak
seimbang. Kekuatan ekonomi di negara barat akan diimbangi oleh kekuatan ekonomi secara
global. Hal ini mengakibatkan munculnya persaingan baru sebagai dampak dari masalah
geografis dan sumber daya alam, sehingga mendorong munculnya profil pelaku ekonomi
yang berbeda dengan profil pelaku ekonomi sebelumnya.

Keempat, megatrend kemunculan kelas menengah di emerging market economies (EMEs) di


kawasan Asia dan Amerika Latin. Secara ekonomi, kelas menengah akan menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya pendapatan per kapita akan mendorong
pengeluaran serta meningkatkan tabungan dan investasi. Khusus Indonesia, penduduk yang
tergolong consuming class pada 2015 adalah sebanyak 45 juta, dan akan terus meningkat
sehingga pada 2045 mencapai 258 juta orang atau 80 persen dari penduduk Indonesia. Untuk
itu, kemampuan menguasai pasar domestik sangat penting, dengan melihat industri apa yang
diperlukan untuk 258 juta consuming class Indonesia.

8|
Kelima, megatren dalam persaingan sumber daya alam (SDA) dan geostrategis. Persaingan
memperebutkan SDA ke depan akan tetap tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk
dunia, meningkatnya kegiatan ekonomi,
serta perubahan gaya hidup. Kondisi ini
membawa konsekuensi bahwa
pengembangan industri nasional
diarahkan untuk menjaga dan mengelola
SDA dengan inovasi dan teknologi.

9|
Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya penduduk
usia muda dan produktif. Bonus demografi itu harus segera dioptimalkan dengan investasi
lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

Menurut proyeksi penduduk tahun


2035 berbasis sensus
2010 diketahui masa maksimum
bonus demografi ini terjadi pada
2028, 2029, 2030 dan 2031. Selama
itu, prosentase penduduk usia muda
dan produktif mencapai 46.7 persen.
Melihat dari proyeksi ini, Indonesia
memiliki peluang hingga 2030, jadi
selama 16
tahun mendatang, Indonesia harus
investasi habis-habisan di SDM.

Investasi SDM itu memang butuh dana besar namun lebih cepat return-nya. Misalnya saja,
Indonesia berpotensi menaikan GDP sekitar 1 persen dengan growth ekonomi mencapai 7
persen. Skenario MP3I pada 2025 pertumbuhannya 7 persen. Ini artinya, sangat mungkin
pertumbuhannya diatas 7 persen, yakni 10 persen bila investasi dilakukan.

Untuk memanfaatkan bonus demografi maka anak-anak harus dibentuk kualitasnya sejak
sekarang. Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa dan termasuk dalam usia produktif.
Untuk itu, mulai saat ini, generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing
meraih kesempatan kerja, dan bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Artinya
mulai sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual secara optimal.

Keenam, megatren revolusi industri yang ke depan akan memasukan fase Industry 4.0. Pada
fase ini, internet of things atau otomatisasi dan penerapan teknologi yang bertumpu pada
internet dan pertukaran data (big data) akan menjadi tren manufaktur yang memungkinkan
adanya proses yang lebih efisien dalam proses manufaktur (smart factory) dan pengelolaan
value chain.

BAB III VISI INDONESIA 2045

10 |
Presiden Joko Widodo menuliskan tujuh butir impiannya untuk Indonesia pada 2085. Impian
itu ditulis langsung dalam secarik kertas saat Presiden Jokowi mengunjungi Merauke, Papua,
30 Desember 2015. Ketujuh impian Indonesia di tahun 2085 yaitu:

1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di


dunia.
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan
menjunjung tinggi nilai-nilai etika.
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia.
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi.
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik.
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

Namun demikian, ketujuh impian Indonesia tersebut harus selalu berdasarkan butir-butir sila
dalam Pancasila agar visi Indonesia tercapai, yakni berdaulat, maju, adil dan makmur.

Untuk mecapai impian Indonesia tersebut, pencapaian visi Indonesia 2045 didukung oleh 4
pilar utama, yaitu: 1) pembangunan SDM dan penguasaan Iptek, 2) perkembangan ekenomi
berkelanjutan, 3) pemerataan pembangunan, dan 4) ketahanan nasional dan tatakelola
pemerintahan.

Pada pilar pertama,


pembangunan SDM dan
penguasaan iptek, di tahun 2030
hingga 2035 nanti,
Indonesia akan mendapatkan
bonus demografi di mana
Indonesia akan lebih banyak
ditopang oleh 52 persen penduduk
dengan usia produktif.
Inilah yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lainnya.
Jika pembangunan SDM bisa dikerjakan, itu akan jadi sebuah kekuatan besar bangsa
Indonesia. Tetapi jika gagal melaksanakan pembangunan SDM, ini akan menjadi beban
negara yang sangat besar. Oleh sebab itu, pembangunan SDM menjadi kunci dalam rangka
menghantarkan bangsa Indonesia kepada Indonesia emas di 2045.

Pada Pilar kedua, perkembangan ekonomi berkelanjutan, saat ini pertumbuhan ekonomi
mencapai 6.2%, diharapkan pada dekade antara 2035-2045 bisa naik dua digit hingga 10%.
Hal ini akan tercapai bila ada kebijakan pengelolaan ekonomi yang tidak terlalu konservatif

11 |
disamping pembangunan ekonomi yang lebih agresif. Diantaranya dengan membangun
infrastruktur yang mendorong pembangunan ekonomi yang lebih maju.

Pada pilar ketiga, pemerataan adalah perspektif yang diorientasikan untuk mengatasi segala
bentuk kesenjangan. Karenanya, pembangunan harus mengembangkan mekanisme dan
strategi yang menjamin pemerataan antarwilayah, antardaerah, antarsektor, antarkota dan
desa, maupun antarpusat dan daerah. Aktivitas ekonomi dan sumber daya pembangunan
harus disebar merata di wilayah Jawa dan luar Jawa, di kawasan timur dan barat Indonesia, di
daerah yang kaya maupun miskin sumber daya, di sektor produktif maupun tidak, di desa dari
Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga Rote.

Pada pilar ke empat, stabilitas adalah perspektif pembangunan nasional yang berorientasi
pada terciptanya sistem politik nasional yang efektif, demokratis, stabil, berlandaskan hukum
dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Sukses stabilitas juga berarti kokohnya
persatuan dan kesatuan bangsa, tegaknya kedaulatan negara dan integrasi nasional,
terwujudnya pertahanan dan keamanan nasional sebagai landasan yang kokoh bagi
peningkatan kesanggupan negara dalam melindungi segenap bangsa.

BAB IV
ARAH PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Arah Kebijakan

Arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan Indonesia mengacu pada dokumen Sustainable
Development Goals (SDGs) yang disepakati pada tanggal 21 Mei 2015 oleh para utusan dari
160 negara melalui the World Education Forum 2015 yang diorganisasi oleh UNESCO
bersama UNICEF, the World Bank, UNFPA, UNDP, UN Women dan UNHCR, yang
diselenggarakan di Incheon, Republic of Korea, 19 – 22 Mei 2015.
12 |
Periode SDGs tahun 2016-2030 merupakan program yang kegiatanya meneruskan agenda-
agenda sekaligus menindaklanjutin program yang belum selesai. Dalam kesepakatan SDGs
tersebut telah ditetapkan tujuan ke empat tentang kualitas pendidikan, yaitu:

1. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak laki-laki semua
terlayani, dan adil oleh pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas dan
mengarah pada hasil belajar yang efektif dan relevan.
2. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak laki-laki memiliki
akses ke pendidikan anak usia dini yang berkualitas sebagai pra pendidikan dasar, sehingga
mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar.
3. Tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki untuk
pendidikan yang terjangkau dan berkualitas pada pendidkan teknik, kejuruan dan pendidikan
tinggi.
4. Tahun 2030, secara substansial meningkatkan jumlah remaja dan orang dewasa yang
memiliki keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan teknik dan kejuruan, untuk
mendukung pekerjaan, pekerjaan yang lebih layak dan berwirausaha.
5. Tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan menjamin akses yang
sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, termasuk penyandang cacat,
masyarakat adat dan anak-anak dalam situasi rentan.
6. Tahun 2030 , memastikan bahwa semua pemuda dan sebagian besar orang dewasa, baik laki-
laki dan perempuan, memiliki kecakapan dalam membaca dan berhitung.
7. Tahun 2030, memastikan bahwa semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan, termasuk
antara lain, melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, sikap dan perilaku, hak
asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya damai dan non-kekerasan,
kewarganegaraan global dan apresiasi keanekaragaman budaya dan kontribusi budaya untuk
membangun pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan fasilitas pendidikan bagi anak,
penyandang cacat dan sensitif gender dan memberikan aman, tanpa kekerasan, inklusif dan
lingkungan belajar yang efektif bagi semua.
8. Tahun 2030, secara substansial memperluas secara global jumlah beasiswa bagi negara-
negara berkembang, khususnya di pulau-pulau kecil dan negara-negara Afrika, untuk
pendaftaran ke pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan, dan teknologi informasi dan
komunikasi, keteknikan dan program ilmiah, ke negara maju dan negara berkembang lainnya.
9. Tahun 2030, secara substansial meningkatkan pasokan guru yang berkualitas, termasuk
melalui kerjasama internasional untuk pelatihan guru di negara-negara berkembang, terutama
negara terbelakang dan di pulau-pulau kecil.

Sejak tahun 2000, telah ada kemajuan besar dalam pencapaian target pendidikan dasar
universal. Angka partisipasi total dalam daerah berkembang mencapai 91 persen pada tahun
2015, dan jumlah seluruh dunia dari anak-anak keluar dari sekolah telah menurun hampir
setengah. Ada juga telah terjadi peningkatan dramatis dalam tingkat melek huruf, dan lebih
banyak anak perempuan di sekolah daripada sebelumnya. Ini semua adalah keberhasilan yang
luar biasa. Kemajuan juga menghadapi tantangan berat di daerah berkembang karena tingkat
13 |
kemiskinan yang tinggi, konflik bersenjata dan keadaan darurat lainnya. Di Asia Barat dan
Afrika Utara, konflik bersenjata berlangsung telah melihat peningkatan proporsi anakanak
keluar dari sekolah. Ini adalah tren yang mengkhawatirkan.

Sementara Afrika membuat kemajuan terbesar dalam pendaftaran sekolah dasar di antara
semua daerah berkembang – dari 52 persen pada tahun 1990, hingga 78 persen pada 2012 –
kesenjangan besar masih tetap. Anak-anak dari rumah tangga termiskin empat kali lebih
mungkin untuk keluar dari sekolah dibandingkan rumah tangga kaya. Kesenjangan antara
daerah pedesaan dan perkotaan juga tetap tinggi. Mencapai pendidikan inklusif dan
berkualitas untuk semua menegaskan kembali keyakinan bahwa pendidikan merupakan salah
satu kendaraan yang paling kuat dan terbukti untuk pembangunan berkelanjutan. Gol ini
memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak laki-laki menyelesaikan sekolah dasar
dan menengah gratis pada 2030. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan akses yang sama
terhadap pelatihan kejuruan yang terjangkau, dan untuk menghilangkan gender dan kekayaan
kesenjangan dengan tujuan untuk mencapai akses universal untuk pendidikan yang
berkualitas tinggi. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu dari 17 Sasaran Global
yang membentuk 2030 Agenda Pembangunan Berkelanjutan. Pendekatan terpadu sangat
penting untuk kemajuan seluruh beberapa tujuan.

Memperoleh pendidikan yang berkualitas adalah dasar untuk meningkatkan kehidupan


masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Kemajuan besar telah dibuat terhadap
peningkatan akses pendidikan di semua tingkatan dan meningkatkan angka partisipasi di
sekolah terutama bagi perempuan dan anak perempuan. Keterampilan keaksaraan dasar telah
meningkat pesat , namun upaya lebih berani dibutuhkan untuk membuat langkah yang lebih
besar untuk mencapai tujuan pendidikan universal. Misalnya, dunia telah mencapai
kesetaraan dalam pendidikan dasar antara anak perempuan dan anak laki-laki , namun
beberapa negara telah mencapai target yang di semua tingkat pendidikan

Adapun yang termasuk dalam fakta dan angka Quality Education yaitu:

1) Pendaftaran pendidikan dasar di negara-negara berkembang telah mencapai 91 persen, tetapi


57 juta anak-anak tetap sekolah;
2) Lebih dari separuh anak-anak yang belum bersekolah hidup di sub – Sahara Afrika;
3) Diperkirakan 50 persen dari anak putus sekolah usia sekolah dasar hidup di daerah yang
terkena dampak konflik;
4) Sekitar 103 juta pemuda di seluruh dunia tidak memiliki keterampilan keaksaraan dasar, dan
lebih dari 60 persen dari mereka adalah perempuan.

Menindaklanjuti hasil kesepakatan SDGs, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden


No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
dengan menetapkan tujuan global pendidikan yakni “Menjamin kualitas pendidikan yang
inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua”.
Untuk mencapai tujuan global tersebut telah ditetapkan sasaran global dan sasaran nasional
RPJMN sebagai berikut.

14 |
1. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki- laki menyelesaikan
pendidikan dasar dan menengah tanpa dipungut biaya, setara, dan berkualitas, yang mengarah
pada capaian pembelajaran yang relevan dan efektif, dengan penetapan sasaran nasional
RPJM:
a. Meningkatnya persentase SD/MI berakreditasi minimal B pada tahun 2019
menjadi 84,2% (2015:68,7%).
b. Meningkatnya persentase MP/MTs berakreditasi inimal B pada tahun 2019
menjadi 81% (2015:62,5%).
c. Meningkatnya persentase SMA/MA berakreditasi minimal B pada tahun 2019
menjadi 84,6% (2015:73,5%).
d. Meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun 2019
menjadi 114,09% (2015: 108%).
e. Meningkatnya APK SMP/MTs/sederajat pada tahun 2019 menjadi 106,94%
(2015: 100,7%).
f. Meningkatnya APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2019 menjadi 91,63%
(2015: 76,4%).
g. Meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun pada tahun
2019 menjadi 8,8 tahun (2015: 8,25 tahun).

2. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki- laki memiliki akses
terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan, pendidikan pra-sekolah
dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar, dengan
penetapan sasaran nasional RPJMN sebagai berikut:
- Meningkatnya APK anak yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada
tahun 2019 menjadi 77,2% (2015: 70,06%).

3. Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki, terhadap
pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan
berkualitas, dengan penetapan sasaran nasional RPJMN sebagai berikut:
a. Meningkatnya APK SMA/ SMK/ MA/ sederajat pada tahun 2019 menjadi 91,63
% (2015: 76,4 %).
b. Meningkatnya APK Perguruan Tinggi (PT) pada tahun 2019 menjadi 36,73 %
(2015: 29,9%).

4. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan, dan menjamin akses
yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, bagi masyarakat rentan
termasuk penyandang cacat, masyarakat penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi rentan.
a. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki di SD/MI/paket A
yang setara gender pada tahun 2019.

15 |
b. Rasio APM perempuan/laki-laki di SMP/MTs/ Paket B yang setara gender pada
tahun 2019.
c. Rasio APK perempuan/laki-laki di SMA/SMK/MA yang setara gender pada
tahun 2019.
d. Rasio APK perempuan/laki-laki pada PT dan PTA yang setara gender pada tahun
2019.

5. Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu,
baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi.
a. Meningkatnya rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun pada
tahun 2019 menjadi 96,1% (2015: 95,2%).
b. Meningkatnya persentase angka melek aksara penduduk usia dewasa usia 15-59
tahun pada tahun 2019

Untuk mewujudkan cita-cita Bangkitnya Generasi Emas 2045, arah kebijakan pendidikan
diprioritaskan pada pendidikan usia dini yang digencarkan sampai ke desa-desa, dan
pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas dan merata. Rehabilitasi gedung-gedung
sekolah yang sudah tak layak pakai dan pembangunan gedung-gedung sekolah secara
besarbesaran. Intervensi peningkatan angka partisipasi kasar (APK) untuk SMA dan atau
sederajat dengan tarjet sebesar 97% tahun 2020. Yang diperkirakan jika tanpa intervensi baru
akan mencapai 97% tahun 2040. Peningkatan APK perguruan tinggi dengan meningkatkan
akses, keterjangkauan dan ketesediaan. Kemudian dari berbagai program di atas diharapkan
akan terbentuknya output yang berupa generasi cerdas komperhensif, yaitu produktif,
inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya,
dan berperadaban unggul.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan dalam era Generasi Emas 2045,
ditetapkan sasaran pendidikan dalam tiga tahap:

Tahap pertama (2016-2025), pembangunan pendidikan difokuskan pada peningkatan


kapasitas satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan dalam memperluas layanan
dan meningkatkan modernisasi penyelenggaraan proses pembelajaran serta mendorong
penguatan layanan sehingga pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Tahap kedua (2026-2035), pembangunan pendidikan direncanakan sebagai tahap


mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan
pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif. Untuk mencapai tujuan pendidikan tahap kedua ini pemerintah
memprioritaskan Penguatan Pendidikan Karekter.

Tahap ketiga (2036-2045) pembangunan pendidikan diarahkan pada meningkatnya taraf


pendidikan rakyat Indonesia yang mampu menciptakan SDM unggul dan berdaya saing
internasional.

16 |
Sasaran terinci dengan mengacu pada sasaran RPJMN sebagai baseline yang tertuang dalam
Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan adalah sebagai berikut.

17 |
Pembangunan Pendidikan Berdasarkan SDGs

Dengan mengamati tujuan kualitas pendidikan secara global berdasarkan kesepakatan SDGs,
maka arah pembangunan pendidikan Indonesia dalam mencapai Generasi Emas 2045
dirumuskan sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan hingga 2030 berdasarkan arahan dari Forum
PBB.
Peningkatan pendidikan bagi masyarakat Indonesia akan memacu pencapaian terhadap
tujuan dan sasaran lainnya dalam SDGs, terutama untuk menangkal peningkatan angka
18 |
kemiskinan. Pendidikan di Indonesia merupakan bagian dalam amanah konstitusional
UU 1945. Untuk itu Kemendikbud akan melaksanakan pendidikan wajib belajar 12
tahun tanpa pungutan.
2. Pendidikan merupakan dasar untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas. Dalam
pendidikan memerlukan sistem pendidikan yang berkesinambungan, dari sektor pemerataan
akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Terlebih saat ini pendidikan di
Indonesia semenjak pemerintahan Jokowi-JK menerapkan birokrasi khusus di Kementerian
Pendidikan, yang mana sistem pendidikan dasar hingga menengah dipisah dengan pendidikan
perguruan tinggi. Saat ini telah dilakukan keefektifan kerja sehingga berdampak kepada
kualitas pendidikan.
3. Mekanisme sistem pendidikan di Indonesia justru menimbulkan kesenjangan dengan nilai-
nilai kreativitas. Berdasarkan realitas saat ini, menunjukkan orang Indonesia semakin
berpendidikan tinggi semakin independen. Banyak pengusaha di Indonesia berpendidikan
rendah semakin berani berusaha. Sebaliknya, semakin tinggi pendidikan ini semakin
independen. Pendidikan bertumpu kepada kreativitas kualitasnya semakin mudah untuk
meningkatkan industrialisasi. Maka dari itu nilai pendidikan dan kreativitas perlu ditanamkan
pada setiap institusi pendidikan baik dasar maupun perguruan tinggi. Sebab dengan
Masyrakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini akan mendorong industrialisasi yang semakin
kompetetif. Berdasarkan sebuah studi di AS, 47 persen, pada tahun 2030 jenis pekerjaan yang
ada hari ini akan hilang karena akan diganti oleh mesin. Maka akumulasi pendapatan manusia
tentu akan berubah.
4. Kelompok kecil maupun besar masyarakat kaya dengan pendidikan dan kreativitas tinggi
akan memiliki kesempatan yang lebih luas untuk sejahtera. Sementara kelompok masyarakat
yang tidak mendapat pendidikan dan tidak mendapat pendidikan yang berkualitas, terancam
dengan berbagai masalah social. Untuk melakukan perubahan social maka dibutuhkan
pendidikan. Karena pendidikan dapat menentukan social dalam bernegara, social dalam
pembangunan dan social dalam modernisasi.
5. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program pencapaian pendidikan dasar untuk
semua, pemerintah telah menyelenggarakan pendidikan dasar yang terjangkau dan
berkualitas, yang ditempuh antara lain melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
yang dilaksanakan sejak tahun 2005 dan cakupan pada tahun 2011 sebesar 42,1 juta orang.
Namun, Dilihat dari dunia pendidikan di Indonesia maka memiliki beberapa kendala yang
berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan,
jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya
akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi didaerah berujung kemasalah meningkatnya arus
urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik dari perkotaan. Keterbatasan akses
pendidikan di daerah menjadi pusat arus urbanisasi, yang menjadi problem saat ini yaitu di
pusat negara anggap saja Jakarta jumlahnya sudah proporsional, tapi diluar Jakarta khususnya
luar jawa tidak mempunyai akses pendidikan. Secara tidak sengaja, masyarakat Indonesia
didorong untuk melakukan urbanisasi pendidikan karena keterbatasa fasilitas di daerah.
Didunia Internasional kualitas pendidikan di Indonesia berada peringkat ke-64 dari 120
negara diseluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global
Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan
(Education Development Index, IDI) Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara
19 |
pada tahun 2011. Dalam laporan terbaru program pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia
menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan
angka 0,629. Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu
Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik berada
0,683.
6. Perspektif pembangunan social maka kualitas pendidikan SDGS di Indonesia menjamin
pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar
sepanjang hayat bagi manusia, diatur dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional. Dalam Nawacita (Program Pemerintah Indonesia) maka masuk kedalam
nawacita nomor 3 yaitu membangun Indonesia dari penggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dan dalam RPJM termaktup dalam Bab 6.3
membangun Indonesia dari penggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan, meletakkan dasardasar dimulainya desentralisasi asimetris,
memeratakan pembangunan antar wilayah terutama kawasan timur Indonesia dan
menanggulangi kemiskinan.
7. Tahun 2016 merupakan titik awal untuk mencapai target pendidikan berkualitas yang
dilaksanakan oleh Kemendikbud untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kemendikbud
sebagai institusi yang berwenang di bidang pendidikan, melaksanakan program Pra-SD atau
PAUD bagi seluruh anak laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses terhadap
perkembangan, perawatan dan pendidikan pra-SD (PAUD) yang bermutu untuk menjamin
kesiapan memasuki pendidikan dasar.
Sampai tahun 2016 tercatat 72,29 persen atau 58.174 desa diseluruh Indonesia telah
memiliki PAUD. Saat ini berdasarkan Dapodik PAUD 2016, jumlah PAUD diseluruh
Indonesia mencapai 190.225 sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
berupaya mewujudkan SDGs dengan memulai memberika Dana Alokasi Khusus
(DAK) BOP sebesar Rp. 600 ribu pertahun untuk 190.225. bantuan ini diprioritaskan
bagi peseta didik PAUD usia 4-6 tahun.
8. Untuk memastikan dilaksanakan SDGs dalam kerangka pembangunan Indonesia baik
ditingkat nasional maupun daerah maka diperlukan peran koalisi masyarakat sipil. Lembaga
social tersebut dapat mendesak pemerintah Indonesia untuk sesegara mungkin menyiapkan
berbagai hal baik dari sisi proses dan substansi. Pemerintah Indonesia harus proaktif dalam
upaya pencapaian SDGs, sebagai tindak lajut atas inisiatif proaktif Indonesia dalam proses
penyiapan agenda SDGS dan melaksanakan kesepakatan SGDs. Meskipun SDGs tidak
bersifat mengikat secara hukum (legally binding) namun SDGs merupakan hasil kesepakatan
pimpinan negara yang mengikat secara moral bagi tiap negara untuk bertanggung jawab dan
berkewajiban memastikan tujuan dan target yang ada di SDGs bisa dilaksanakan dan dicapai
pada tahun 2030. Indonesia memerlukan persiapan yang lebih matang terhadap upaya adopsi
SDGs, terutama rencana aksi yang dibutuhkan terkait tujuan prioritas dan strategis dalam
RKP dan Pagu Indikatif 2016/2017, payung hukum yang diperlukan, mobilisasi pembiayaan
jangka menengah yang dibutuhkan, kelembagaan permanen yag mencerminkan keterlibatan
dari semua kepentingan (inklusif) serta kerangka kerja pengawasan yang dibutuhkan
termasuk perbaikan metode dan system pendataan.

20 |
21 |
BAB V STRATEGI PENCAPAIAN
22 |
Strategi Pembangunan Pendidikan untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 dilaksanakan
berdasarkan tujuan-tujuan strategis pendidikan yang ditetapkan berdasarkan SDGs. Tujuan ke
4 SDGs adalah Menjamin Kualitas Pendidikan yang Adil dan Inklusif serta
Meningkatkan Kesempatan Belajar Seumur Hidup untuk Semua.

Untuk mencapai SDG’s 4 tentang pendidikan dan target pendidikan yang termasuk dalam
SDG’s lainnya, perlu memobilisasi upaya nasional, regional dan global yang bertujuan untuk:

1. Mencapai kemitraan yang efektif dan inklusif;


2. Memperbaiki kebijakan pendidikan dan cara bekerja sama
3. Memastikan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua
4. Memobilisasi sumber daya untuk pembiayaan pendidikan yang memadai
5. Memastikan pemantauan, tindak lanjut dan tinjauan terhadap semua target.

Setting pendekatan strategis direkomendasikan untuk mencapai tujuan dan agenda SDG4-
Education 2030 secara universal yang jauh lebih ambisius, serta untuk memantau kemajuan.
Dengan mengikuti pelajaran tentang Education for All dan MDGs, Indonesia harus
berinvestasi dan meningkatkan pendekatan inovatif, eviden dan pendekatan hemat biaya yang
memungkinkan semua anak memperoleh akses, berpartisipasi, belajar dan menyelesaikan
pendidikan yang berkualitas, dengan fokus khusus pada mereka yang paling sulit dijangkau
dalam semua konteks.

Startegi Peningkatan Akses

Peningkatan akses harus disertai dengan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan dan pembelajaran. Institusi dan program pendidikan harus memiliki
sumber daya yang memadai dan adil, dengan fasilitas yang aman, ramah lingkungan dan
mudah diakses; Jumlah guru dan pendidik berkualitas dengan menggunakan pendekatan
pedagogis yang berpusat pada peserta didik, aktif dan kolaboratif; Dan buku, materi
pembelajaran lainnya, sumber daya pendidikan terbuka dan teknologi yang tidak
diskriminatif, belajar kondusif, pelajar yang ramah, konteks spesifik, hemat biaya dan tersedia
untuk semua peserta didik - anak-anak, remaja dan orang dewasa.

Startegi Peningkatan Mutu

Kebijakan dan peraturan guru harus ada untuk memastikan bahwa guru dan pendidik diberi
wewenang, direkrut dan digaji secara memadai, terlatih, terlatih secara profesional,
termotivasi, dipekerjakan secara adil dan efisien di seluruh sistem pendidikan, dan didukung
dengan sumber daya yang baik, efisien dan efektif. Sistem pemerintahan. Sistem dan praktik
untuk penilaian pembelajaran berkualitas yang mencakup evaluasi masukan, lingkungan,
proses dan hasil harus dilembagakan atau diperbaiki. Hasil belajar yang relevan harus
didefinisikan dengan baik dalam domain kognitif dan nonkognitif,
23 |
Mempromosikan pembelajaran sepanjang hayat

Semua kelompok usia, termasuk orang dewasa, harus memiliki kesempatan untuk belajar dan
terus belajar. Mulai saat lahir, pembelajaran sepanjang hayat untuk semua orang, di semua
level dan di semua tingkat pendidikan, harus disematkan di sistem pendidikan melalui strategi
dan kebijakan institusional, program sumber daya yang memadai, dan kemitraan yang kuat di
tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Hal ini memerlukan penyediaan jalur
pembelajaran dan entry point yang beragam dan fleksibel serta titik masuk kembali pada
semua umur dan semua tingkat pendidikan, memperkuat hubungan antara struktur formal dan
non-formal, dan pengakuan, validasi dan akreditasi pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi yang diperoleh. Melalui pendidikan nonformal dan informal. Pembelajaran
seumur hidup juga mencakup pemerataan dan peningkatan akses terhadap pendidikan dan
pelatihan teknis dan kejuruan berkualitas dan riset dan pendidikan tinggi, dengan
memperhatikan jaminan kualitas yang relevan.

Sasaran SDG4-Pendidikan 2030 bersifat spesifik dan terukur, dan berkontribusi langsung
untuk mencapai tujuan secara menyeluruh. SDGs menguraikan tingkat ambisi global yang
harus mendorong negara-negara untuk mengupayakan kemajuan yang dipercepat. SDGs
berlaku untuk semua negara, dengan mempertimbangkan berbagai realitas, kapasitas dan
tingkat perkembangan nasional dan menghormati kebijakan nasional dan prioritas nasional.
Tindakan yang dipimpin negara akan mendorong perubahan, didukung oleh kemitraan
multipihak yang efektif dan efisen dari sisi anggaran.

Pemerintah diharapkan dapat menerjemahkan target global ke dalam target nasional yang
dapat dicapai berdasarkan prioritas pendidikan, strategi dan rencana pembangunan nasional,
cara sistem pendidikan mereka diatur, kapasitas kelembagaan dan ketersediaan sumber daya.
Ini memerlukan penetapan tolok ukur antara yang tepat (misalnya untuk tahun 2020 dan
2025) melalui proses inklusif, lengkap

Berdasarkan strategi universal dari SDGs tersebut, Kemendikbud menetapkan strategi


pencapaian sebagai berikut:

1. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun;


Setelah wajib belajar 6 tahun, dan 9 tahun, kini ada program wajib belajar 12 tahun
untuk mendukung penerapan Wajib Belajar (Wajar) 12 tahun. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan empat strategi dengan mengajak peran
serta pemerintah daerah.

Langkah pertama, mengajak peran serta pemerintah daerah dalam mewujudkan


pendirian sekolah menengah di setiap kecamatan yang belum memiliki SMA atau
SMK. ini akanmengajak kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah
daerah dalam penyedian lahan untuk pembangunan SMA atau SMK di kecamatan yang
masih belum memiliki fasilitas pendidikan menengah. “Untuk membangun gedung
baru SMA atau SMK masih membutuhkan lahan sekitar 12 juta meter persegi.

24 |
Langkah kedua, Kemendikbud menjadikan SMA atau SMK sebagai program
pendidikan wajib diambil bagi siswa dan siswi setelah lulus dari jenjang pendidikan
SMP.

Langkah ketiga. Pada strategi ini para siswa dan siswi diberikan pandangan bahwa
melanjutkan jenjang pendidikan akan menjadi pengalaman yang menarik. Sekolah akan
diminta mengadakan acara khusus merayakan kelulusan siswa.

Langkah keempat sebagai upaya mendukung para siswa dan siswi meneruskan
pendidikannya sampai tamat pendidikan 12 tahun, pemerintah memberikan bantuan
biaya operasional seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bagi anak-anak yang
berasal dari keluarga tidak mampu, pemerintah menyediakan Kartu Indonesia Pintar
(KIP). KIP ini bisa membantu siswa dan siswi dalam perjalanan mereka dari rumah
menuju sekolah, atau membantu kelengkapan siswa selama sekolah.
2. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan melalui
peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal.
Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan,
dilaksanakan melalui (a) penyediaan insentif bagi dunia usaha/dunia industri untuk
memberikan pelatihan bagi karyawannya, dan (b) penyediaan insentif bagi masyarakat
untuk mendirikan lembaga pelatihan berkualitas sesuai dengan kebutuhan sektor-sektor
strategis.

3. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan


Melakukan penguatan jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
melalui cara (a) pemantapan penerapan SPM untuk jenjang pendidikan dasar; (b)
peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten dan kota dan satuan pendidikan untuk
mempercepat pemenuhan SPM Pendidikan dasar; (c) penerapan SPM jenjang
pendidikan menengah sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan kualitas
pelayanan pendidikan antarsatuan pendidikan dan antardaerah; (d) pemenuhan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) secara bertahap jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah; dan (e) penguatan proses akreditasi untuk satuan pendidikan negeri dan
swasta.

4. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya, termasuk pendidikan karakter


Melaksanakan penataan kembali kurikulum dengan strategi berupa, (a) penguatan
kurikulum yang memberikan keterampilan abad ke-21; (b) diversifikasi kurikulum agar
siswa dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi, minat, kecerdasan
individu, dan keunggulan serta karakteristik lokal; (c) evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara ketat, komprehensif dan berkelanjutan; (d) penguatan kerja sama antara guru,
kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk mendukung efektivitas pembelajaran; (e)
peningkatan peranserta guru dan pemangku kepentingan lain untuk berpartisipasi aktif
dalam memberikan umpan balik pelaksanaan kurikulum termasuk hasil penilaian di
kelas; (f) pengembangan profesi berkelanjutan tentang praktek pembelajaran di kelas
untuk guru dan kepala sekolah; (g) penyediaan dukungan materi pelatihan secara daring
(online) untuk membangun jaringan pertukaran materi pembelajaran dan penilaian antar

25 |
guru; (h) peningkatan kompetensi kognitif siswa di bidang matematika, sains, dan
literasi, baik dalam penilaian berstandar nasional, misalnya ujian nasional maupun
penilaian berstandar internasional; (i) peningkatan kualitas pembelajaran matematika,
sains, dan literasi sebagai kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan siswa dalam
kehidupan keseharian untuk dapat berpartisipasi dalam bermasyarakat dengan
mempertimbangkan kesetaraan hasil belajar antarjenis kelamin. Peningkatan kualias
pembelajaran siswa sekolah dasar (hingga kelas 3 SD) pada daerah 3T dengan
kemampuan berbahasa Indonesia yang minim dilaksanakan dengan menggunakan
bahasa Ibu sebagai pengantar. pendidikan; (j) peningkatan kompetensi siswa sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya di bidang sains, olahraga dan seni serta sikap
(misalnya: kepemimpinan, toleransi, dan kewirausahaan); (k) penyiapan guru dan
tenaga kependidikan untuk mampu melaksanakan kurikulum secara baik; (l) penguatan
kurikulum tentang ketahanan diri seperti perilaku hidup bersih dan sehat, kepedulian
terhadap lingkungan, kesehatan reproduksi, pengetahuan gizi seimbang, dan pendidikan
jasmani dengan tetap mengedepankan norma yang dianut masyarakat Indonesia, serta
penguatan kurikulum tentang kewirausahaan; dan (m) peningkatan kompetensi kognitif
siswa bagi pelajaran budi pekerti untuk membina karakter dan memupuk kepribadian
siswa yang sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan etika sosial.

5. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel


Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif melalui upaya: (a)
peningkatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif diantaranya dengan
memperbaiki keandalan dan kesahihan sistem ujian nasional; (b) peningkatan mutu,
validitas, dan kredibilitas penilaian hasil belajar siswa; (c) pemantauan, pengendalian
dan peningkatan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan melalui pemanfaatan
hasil ujian nasional; (d) penguatan lembaga penilaian pendidikan yang independen dan
kredibel; (e) meninjau kembali peran, struktur, dan sumber daya pusat penilaian
pendidikan; (f) pengembangan sumber daya lembaga penilaian pendidikan di daerah;
(g) pemantauan capaian hasil belajar siswa sebagai informasi peningkatan kualitas
pembelajaran secara berkesinambungan; dan (h) penguatan mutu penilaian diagnostik
dan peningkatan kompetensi guru dalam memberikan penilaian formatif

6. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru


Meningkatkan pengelolaan, khususnya dalam penempatan guru dan tenaga
kependidikan, dilaksanakan melalui strategi: (a) pengembangan kapasitas pemerintah
kabupaten dan kota untuk mengelola perekrutan, penempatan dan peningkatan mutu
guru dan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien; (b) penegakan aturan dalam
pengangkatan guru berdasarkan kriteria mutu yang ketat dan kebutuhan aktual di
kabupaten dan kota; (c) peningkatan efisiensi pemanfaatan guru dan tenaga
kependidikan dengan memperbaiki rasio guru-murid dan memaksimalkan beban
mengajar; (d) penguatan kerja sama antara LPTK dan semua tingkat pemerintahan
untuk menjamin mutu dan distribusi guru dan tenaga kependidikan yang merata; dan
(e) pemberian jaminan hidup dan fasilitas yang memadai bagi guru dan tenaga
kependidikan yang ditugaskan di daerah khusus (3T) dalam upaya pengembangan
keilmuan serta promosi kepangkatan karier.
26 |
7. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
Peningkatan dan pemerataan akses pendidikan tinggi melalui strategi: Peningkatan daya
tampung dan pemerataan akses Perguruan Tinggi; Peningkatan efektivitas affirmative
policy; Penyediaan beasiswa khususnya untuk masyarakat miskin dan penyelenggaraan
pendidikan tinggi jarak jauh yang berkualitas; dan Penyediaan biaya operasional untuk
meningkatkan efektivitas penyelenggaraan Perguruan Tinggi.

8. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi


Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi melalui strategi : Peningkatan kualitas dosen
dan peneliti melalui program S2/S3; Peningkatan anggaran penelitian dan merancang
sistem insentif untuk mendukung kegiatan riset inovatif; Penambahan jumlah dan
penguatan asesor BAN PT; pembentukan LAM untuk program studi profesi; dan
pembentukan LPUK untuk pengujian kompetensi lulusan PT; Penjaminan mutu
penyelenggaraan program kependidikan melalui reformasi LPTK; dan
Peningkatan efektivitas proses akreditasi institusi dan program studi PT

9. Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi;


Meningkatkan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi melalui strategi:
Pengembangan prodi-prodi inovatif sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan
industri disertai peningkatan kompetensi lulusan berdasarkan bidang ilmu yang sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja; Peningkatan keahlian dan keterampilan lulusan
Perguruan Tinggi untuk memperpendek masa tunggu bekerja; Penguatan kerjasama
Perguruan Tinggi dengan dunia industri untuk litbang

10. Meningkatkan tata kelola kelembagaan perguruan tinggi.


Meningkatkan tata kelola kelembagaan pendidikan tinggi melalui: Penyusunan skema
pendanaan yang inovatif dengan mengembangkan kemitraan pemerintah, universitas,
dan industri; Pemantapan otonomi Perguruan Tinggi dengan memfasilitasi Perguruan
Tinggi menjadi PTNBH; Penguatan institusi Perguruan Tinggi dengan membangun
pusat keunggulan di bidang ilmu dan kajian tertentu sebagai perwujudan mission
differentiation; dan Penganggaran berdasarkan performance based budgeting agar
Perguruan Tinggi lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan program-program
akademik dan riset ilmiah

BAB VI PENUTUP

27 |
Peta Jalan Generasi Emas 2045 untuk sektor pendidikan ini akan menjadi acuan utama dalam
penyusunan grand design Kemendikbud dalam menyongsong Generasi Emas 2045, sehingga
akan lebih terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lebih
efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan
maupun dalam percepatan waktu realisasinya.

Kegiatan-kegiatan dengan output yang mendukung prioritas nasional tentu akan selalu
diutamakan, selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kemendikbud. Namun demikian, untuk hal-hal yang
bersifat mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala
urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya.

Disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan juga


dihasilkan berkat adanya dukungan sektor terkait lainnya dan masyarakat termasuk seluruh
stakeholders. Kerja keras dari seluruh jajaran Kemendikbud dan sinergisitas dengan semua
pihak yang terkait sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran,
program dan kegiatan Kemendikbud.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. Visi Indonesia 2045. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas,
Jakarta, 30 Mei 2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Menyiapkan Generasi emas 2045: Memori Akhir
Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2010 – 2014.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan 2015 – 2019.
Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.

28 |
UNESCO, 2015. Education 2030 Incheon Declaration: Towards inclusive and equitable quality education
and lifelong learning for all.

29 |

Anda mungkin juga menyukai