Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ETNOBIOLOGI

PERTEMUAN KE-10

Nama : Amanda Willem


NIM : A24190006

Macam dan Fungsi Pekarangan Tradisional Berbagai Etnis di Indonesia


Pekarangan atau home garden merupakan taman yang memiliki ciri khas bangsa
Indonesia. Pekarangan adalah sebidang lahan di sekitar rumah dengan batas kepemilikan yang
jelas. Selain elemen tanaman, di pekarangan juga sering dijumpai hewan ternak, kolam ikan,
satwa liar, dan struktur bangunan lainnya termasuk kegiatan manusia dan elemen manusianya
sendiri. Selain itu, pekarangan juga memiliki beberapa fungsi atau tujuan, seperti fungsi
produksi, fungsi sosial budaya, fungsi keindahan, fungsi pengendali iklim mikro, fungsi
konservasi tanah dan air serta sumber plasma nuftah (Mugnisjah dkk, 2009).
Berikut contoh pengelolaan pekarangan etnis Jawa:
(Sumber : Pujowati 2016)

Menurut Ginting dalam Affandi (2002), pekarangan adalah suatu sistem usaha tani
tradisional yang merupakan perpaduan yang harmonis antara tanaman tahunan dengan tanaman
pangan di sekitar rumah. Keragaman tanaman yang ada di pekarangan lebih dipengaruhi oleh
pola aktivitas penanaman yang tinggi mengingat mayoritas penduduk Etnis Jawa merupakan
warga transmigran yang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai petani. Tingginya motivasi
dan pengetahuan petani mengenai budidaya pertanian menjadi modal utama di dalam pemilihan
jenis tanaman dan intensifikasi lahan pertanian. Selain itu, masyarakat Jawa dikenal dengan
budaya giat bekerja, sehingga lahan pekarangannya dapat dikelola dengan baik.
Kubota et al., (2009) mencatat bahwa kebun dan pekarangan rumah di desa Selajambe
Jawa Barat setidaknya mengandung 169 tanaman berguna. Di Desa Rajegwesi yang merupakan
desa pesisir selatan di Kabupaten Banyuwangi, Pamungkas et al., (2013) menyatakan bahwa
kebun dan pekarangan rumah adalah habitat potensial bagi konservasi rempah-rempah.
Penelitian Pamungkas et al., (2013) sebelumnya mengidentifikasi keberadaan rempah-rempah di
kebun masyarakat pesisir Banyuwangi di Rajegwesi. Kebunkebun dan pekarangan rumah kaya
akan rempah-rempah dari kelompok tumbuhan penghasil rimpang, antara lain Jahe, Kencur,
Pandan, Piper dan lainnya. Beberapa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat bagi vanili.
Pada kebun-kebun di dataran tinggi Tengger, seringkali dijumpai tanaman Adas yang tumbuh
liar dan tidak dibudidayakan. Sampai sejauh ini, tidak ada indikasi Adas menjadi salah satu
komoditas bernilai ekonomi tinggi di desa-desa Tengger.
Kelompok-kelompok rumah adat di Bali memiliki lebih dari 30 jenis tumbuhan
dihalamannya, dan sebagain besar ditanaman untuk keperluan upacara adat. Jarang sekali
tanaman-tanaman di pekarangan tersebut diperjual belikan. Masyarakat Kayan Menyarang di
Kalimantan Timur juga diketahui memiliki motif yang berbeda dengan masyarakat Bali.
Masyarakat Kayang Mentarang memanfaatkan kebun dan pekarangan rumahnya sebagai tempat
konservasi jenis-jenis sayuran dan buah guna menunjang kehidupan sehari-hari. Namun
demikian, jika hasil dari kebun sangat berlebih, dan terutama untuk menghindari pembusukan,
maka ada kalanya hasil berlebih tersebut dijual.
Jenis-jenis pohon yang mencolok di pedesaan Jawa dan Bali adalah beringin.
Kepercayaan masyarakat Jawa dan Bali mengganggap bahwa pohon ini adalah kediaman- roh-
roh, dan ada pantangan tegas untuk tidak mengganggunya. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap
tempat-tempat tradisional dan 47 mempunyai nilai spiritual mempunyai pohon beringin. Pohon
lain, yang seringkali disebut-sebut dalam sastra Jawa dan Bali adalah Nagasari dan Kepuh.
Penggambaran Kepuh dalam gunungan wayang kulit Jawa adalah cermin apresiasi masyarakat
Jawa terhadap pohon Kepuh. Jenis-jenis semak dan perdu pekarangan rumah antara lain adalah
Acalypha, Jahe merah, Kembang merak, Bunga pagoda, Hanjuang, Kembang sepatu, Bugenvil
dan perdu berbunga lainnya. Jenis-jenis tersebut banyak berfungsi sebagai komponen ornamental
dalam lingkungan peruamahan.
Berbagai etnis di Indonesia sangat beragam dan tidak bisa dijelaskan satu-persatu.
Macam-macam serta fungsi pekarangan tradisional memiliki kekhasan masing-masing etnis dan
berbagai cara pula pemanfaatan pekarangan yang dimiliki. Pemanfaatan tersebut dapat
tergantung luas lahan yang dimiliki hingga potensi apa yang dapat dikembangkan di daerahnya
masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2002. Home Garden: Sebagai Salah Satu Sistem Agroforestri Lokal. 2002 digitized by
USU digital library.
Kubota N., H.Y. Hadikusumah, O.S. Abdoellah, & N. Sugiyama. (2009). Change in the
utilization of cultivated plants in homegardens in West Java for twenty years (2) Changes
in the ultilization of cultivated plants in homegardens. In Hayashi (eds). Sustainable
Agriculture in Rural Indonesia, Gajah Mada University Press.
Mugnisjah Q.W., Nurfaida dan Pujowati, P. 2009. Prosiding Penelitian-Penelitian Agroforestri
Di Indonesia. Evaluasi Pekarangan sebagai Sistem Agroforestri dan Permakultura.
Bandar Lampung. hlm 189-206.
Pamungkas, R.N., S. Indriyani, & L. Hakim. (2013). The Etnobotany of Homegardens Along
Rural Corridors as a Basis for Ecotourism Planing: a Case Study of Rajegwesi Village,
Banyuwangi, Indonesia. J. Bio. Env. Sci. 3(9), 60-69.
Pujowati P. 2016. Karakteristik pekarangan etnis Jawa untuk mendukung ketahanan pangan
masyarakat di DAS Karang Mumus Kalimantan Timur. Ziraa’ah. 41(1):137-144. ISSN
2355-3545.

Anda mungkin juga menyukai