TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
SyaifulAsparingga
14040061
YOGYAKARTA
2020
I
HALAMAN PERNYATAAN
Nim : 14040061
Menyatakan bahwa tugas akhir ini hasil karya pekerjaan saya sendiri. Tugas akhir
ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar sarjana di
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dalam naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
Syaiful Asparingga
II
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
III
PRAKATA
Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan tugas akhir dalam perkuliah ini dan saya
berterima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu sabar dan mendukung saya
serta senantiasa memanjatkan doa kepada tuhan yang maha esa untuk kelanacaran
anaknya dalam menempuh kehidupan di dunia.
Beberapa orang yang berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini saya berterima
kasih atas kesediannya yang ikhlas membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini dan
saya bersyukur berada di lingkaran mereka di antaranya :
1. Bapak R. Nur Akhmad Triwibowo, S.T., M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
ada dan bersedia untuk memberikan atau berbagi ilmu pengetahuan di bidangnya yang
sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Bapak Nurfi Ahmadi, S.T.,M.Eng selaku Dosen Pembimbing selalu mendukun dan
mengarahkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini
3. Teman-teman semua yang sudah memberikan kegembiran serta dukungan nya kepada
saya sehingga saya mendaptkan kelancaran dalam penyelesaian tugas akhir ini
Dan masih banyak lagi orang-orang yang berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini
semoga tuhan yang maha esa berkenan memberikan berkah terhadap kehidupan kita
semua (amin).
Akhir kata penulis menyadari kekurangan-kekurangan dalam penyusunan tugas akhir
ini, maka kritik dan saran sangat di harapkan sehingga dapat mengurangi kekukurangan-
kekurangan itu sendiri, semoga tugas akhi ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca.
Penyusun
Syaiful Asparingga
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................I
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................................II
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................III
PRAKATA.................................................................................................................IV
DAFTAR ISI .............................................................................................................V
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................VI
ABSTRAK.................................................................................................................VII
ABSTRACK..............................................................................................................VII
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian.....................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian...................................................................................4
1.5 Sistematika laporan..................................................................................4
V
3.1 Diagram alir penelitian ..........................................................................25
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................26
3.2.1 Alat ..............................................................................................26
3.2.2 Bahan ..........................................................................................26
3.3 Pelakasanaan penelitian
3.3.1 Langkah-langkah pengelasan ......................................................27
3.3.2 Pembuatan spesimen ...................................................................27
3.3.3 Pemanasan pasca pengelasan ......................................................29
3.4 Analisis data ...........................................................................................30
3.5 Waktu dan tempat penelitian ................................................................30
2.1...................................................................................................................Hasil
penelitian .................................................................................................31
4.1.1 Hasil pengujian tarik ..................................................................31
4.2.1 Hasil pengujian bending .............................................................32
4.3.1 Distorsi ........................................................................................33
BAB V PENUTUP
5.1................................................................................................................... Kesimpulan
..................................................................................................................37
5.2...................................................................................................................Saran 37
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................38
LAMPIRAN.....................................................................................................................39
VI
VII
DAFTAR GAMBAR
VIII
ABSTRAK
Pada proses pengelasan SMAW sering terjadi cacat hasil lasan yang di akibatkan oleh
tegangan sisa yang terdapat pada daerah sekitar lasan, cacat pada pengelasan menjadi
parameter penting karna dapat mempengaruhi kekuatan tarik dan kekuatan bending dari
bahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beda kekuatan tarik dan kekuatan
bending saat pengelasan SMAW dengan pemanasan ulang dan tanpa pemanasan ulang.
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengelasan SMAW dengan elektroda tipe
E7016 dengan diameter 2,5 mm dengan variasi waktu pemanasan 1 putaran 20 detik 2
putaran 40 detik dan 3 putaran 60 detik, Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah plat bodes dengan kandungan karbon kurang dari 0,3% yang termasuk dalam
golongan baja karbon rendah, dan pengujian mengunakan uji tarik dengan ASTM E8M,
dan uji bending menggunakan ASTM E190,dari penelitian yang telah di lakukan
pemanasan ulang dapat meningkatkan tegangan tarik, tegangan luluh walapun tidak
signifikan, dan mengurangi distori serta berpotensi menaikan kekuatan bending.
Kata kunci: las SMAW, pemanasan ulang, uji tarik, uji bending, distorsi
IX
X
`BAB I
PENDAHULUAN
1
daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada laju pendinginan yang
dialaminya (Snowman, 2004).
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari
logam tersebut, kita perlu benar benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat
logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian
terhadap sampel dari material
Salah satu sifat mekanis yang paling penting dalam pengelasan adalah Pengujian
tarik menggunakan mesin uji tarik.Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui sifat
mekanis dari suatu logam terhadap tarikan dari bahan yang akan di uji. Pengujian tarik
dapat diketahui beberapa sifat mekanik material yang sangat dibutuhkan dalam desain
rekayasa yaitu kekuatan (tegangan), keuletan ( elongasi ) dan modulus elastisitas
(Naharudin, 2015).
Pemanasan pasca pengelasan adalah bagian dari proses heat treatment yang
bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk setelah proses pengelasan
selesai. Material terutama carbon steel akan mengalami perubahan struktur dan grain
karena efek dari pemanasan dan pendinginan. Struktur yang tidak homogeny ini
menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut memiliki sifat yang
lebih keras namun kekuatanya lebih rendah.Untuk mengembalikan kembali kepada sifat
yang diinginkan terutama dalam kekuatan maka struktur yang berubah tadi dikembalikan
lagi ke struktur semula melalui pemanasan pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu pula. Tergantung dari jenis material dan ketebalan material. Pada penelitian ini
bahan yang biasa di gunakan dalam pembuatan lantai pada konstruksi bodi bus
Dengan keterangan di atas maka penulis hendak melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh pelakukan reheat pada pengelasan SMAW terhadap kualitas hasil
lasan plat bordes”
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, rumusan masalah yang menjadi objek penelitian yaitu
1. Bagaimana pengaruh reheat treatmen terhadap kekuatan tarik pada penegelasan
SMAW plat bordes.
2. Bagaimana pengaruh reheat treatment terhadap kekuatan bending pada pengelasan
SMAW plat bordes.
3. Bagaimana pengaruh variasi waktu reheat treatmen terhadap distorsi pada pengelasan
SMAW plat bordes.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu
1. Material yang di gunakan yaitu plat bordes
2. Elektroda yang di gunakan yaitu tipe E7016 dengan diameter 2,5 mm
3. Proses pengelasan adalah proses pengelasan SMAW
4. Ketebalan plat 3 mm
5. Posisi pengelasan mengunakan posisi horizontal
6. Arus yang di gunakan adalah 45-95 A
7. Proses reheating menggunakan Las Gas Oxy – Aciteline
8. Variasi waktu pemanasan yaitu 1 putaran 20 detik 2 putaran 40 detik 3 putaran 60
detik
9. Pengujian mengunakan uji tarik
10. Pengujian menggunakan uji bending
11. Pengujian distorsi
1.4 Tujuan penelitian
Berdasarkan batasan masalah yang tertera di atas penelitian ini bertujuan untuk
1. Untuk mengetahui bagaimana reheat treatmen dapat mempengaruhi kekuatatarik pada
sambungan plat bordes.
2. Untuk mengetahui bagamana reheat treatment dapat mempengaruhi kekuatan bending
plat bordes pada pengelasan SMAW.
3. Mengetahui pengaruh reheat treatmen terhadap distorsi sambungan pada pengelasan
SMAW plat bordes.
3
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat yang ingin di tuju oleh penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu
1. Setelah di lakukan penelitian di harapkan akan memberi informasi tentang pengaruh
reheat terhadap pengendalian distorsi pada pengelasan SMAW plat bordes
2. Setelah di lakukan penelitan di harapkan dapat memberikan informasi tentang beda
kekuatan bending yang di akibatkan reheat treatment pada pengelasan SMAW plat
bordes.
3. Setelah di lakukan penelitian di harapkan memberikan informasi tentang beda
kekuatan tarik yang di akibatkan oleh proses reheat pada pengelasan SMAW plat
bordes sehingga dapat menjadikan acuan dalam melakukan proses pengelasan
sehingga mendapatkan kualitas sambungan yang maksimal
1.6 Sistematika laporan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.6 latar belakang
1.7 Latar belakang
1.8 Rumusan masalah
1.9 Tujuan penelitian
1.10 Manfaat penelitian
1.11 Sistematika laporan
4
4.1 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
dampak dari tegangan sisa ini material akan menjadi lebih keras akan tetapi kekuatan
tarikberkurang. Ini tentu sifat yang tidak diharapkan. Oleh sebab itu, material harus
dikembalikan ke sifat semula dengan cara pemanasan dengan tempo waktu (holding time)
tertentu,
1. Meningkatkat ductility.
2. Menurunkan hardness level.
3. Mengurangi distorsi pengelasan.
4. meningkatkan kekuatan tarik.
5. Meningkatkan ketahanan terhadap stress corrosion cracking
8
2.2.4 Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Mengingat penelitian ini menggunakan proses pengelasan SMAW, maka teori
tentang pengelasan SMAW berikut perlu diuraikan lebih lanjut. Shielded Metal Arc
Welding merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik yang
membentuk busur arus dan elektroda berselaput. Proses pengelasan terjadi karena adanya
hambatan arus listrik yang mencair diantara elektroda dan bahan las yang menimbulkan
panas mencapai 3000 °C, sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas
mencair (Sukaini, dkk, 2013).
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari
logam.Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan kompisi dari
bahan fluks yang digunakan.Bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda
selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang
terkumpul ditempat sambungan dan bekerja sebagai pengalang oksidasi.
Untuk dapat mengelas diperlukan beberapa peralatan seperti mesin las, kabel
elektroda dan pemegang elektroda, kabel logam induk dan pemegang logam induk dan
elektroda. Peralatan lain yang juga diperlukan adalah topeng las (welding mask), sarung
tangan dan jas pelindung (Sonawan, 2004). Berikut adalah skema dari proses SMAW
lengkap dengan bagian-bagiannya (Wiryosumarto, 2000):
Las SMAW terdiri dari beberapa bagian peralatan yang disusun atau dirangkai
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai suatu unit alat untuk pengelasan. Satu
unit las SMAW terdiri dari [Bintoro, 1999]:
9
a. Mesin pembangkit tenaga listrik/mesin las
Mesin las terdiri dari dua macam yaitu: mesin las arus bolak balik (mesin
las AC) dan mesin las arus searah (mesin las DC). Pada mesin las AC Terdapat
transformator atau trafo yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan, kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo
step-down, yaitu trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan. Sedangkan
pada mesin las DC terdapat receifer atau penyearah arus yang berfungsi untuk
mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC)
b. Kabel las
.Kabel las digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik ke
elektroda dan massa. Arus yang besar harus dapat dialirkan melalui kabel tanpa
banyak mengalami hambatan, sehingga perlu dipilih kabel yang sesuai dengan
arus yang dialirkan.
c. Elektroda
Berdasarkan selaput pelindungnya, elektroda dibedakan menjadi dua
macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput. Elektroda berselaput
terdiri dari bagian inti yang berfungsi sebagai filler metal dan zat pelindung atau
fluks yang berfungsi untuk melindungi cairan las, busur listrik, dan benda kerja
yang dilas dari udara luar.Udara luar mengandung oksigen yang dapat
mengakibatkan terjadinya oksidasi, sehingga dapat mempengaruhi sifat mekanis
dari logam yangdilas.Memungkinkan dilakukannya posisi pengelasan
yangberbeda-beda.Memberikan sifat-sifat khusus pada hasil pengelasan dengan
cara menambah zat-zat tertentu pada selaput elektroda dan lainsebagainya.
d. Pemegang elektroda
Pemegang elektroda berfungsi sebagai penjepit/pemegang ujung elektroda
yang tidak berselaput, dan juga berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari kabel
ke elektroda.
e. Tang penghubung kabel massa
Tang penghubung kabel massa berfungsi untuk menghubungkan kabel
massa dengan benda kerja yang akan dilas.
10
f. Alat bantu
Alat bantu sifatnya tidak mutlak harus ada. Fungsinya adalah sebagai
pembantu untuk mempermudah dalam pengelasan. Alat bantu yang umum
digunakan contohnya: palu terak, tang untuk memegang benda kerja yang masih
panas, sikat kawat, topeng las, dan sebagainya.
11
a) Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan
logam cair yang mencegah oksigen dan nitrogen dari udara menasuki logam
gas.
b) Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
c) Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemen-
elemen tertentu dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las
mempunyai sifat-sifat mekanis yang memuaskan.
d) Menyediakan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan
pendingainan logam las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat
pendinginan.
Fluks biasanya terdiri dari bahan-bahan tertentu.Bahan-bahan yang digunakan
dapat digolongkan dalam bahan pemantapan busur, pembuat terak, penghasil gas,
deoksidator, unsur paduan dan bahan pengikat. Bahan-bahan tersebut antara lain
oksidasi-oksidasi logam, karbonat, silikat, flourida, zat organik, baja paduan dan serbuk
besi (Wiryosumarto, 2000).
MenurutDaryanto (2012:61) elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk
las busur listrik menurut klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan
tanda E XXXX yang artinya sebagai berikut:
12
untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.Selaput elektroda jenis E 6027, E
7014.E 7018.E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi
pengelasan.
Besar kecilnya ampere las terutama tergantung pada besarnya diameter elektroda
dan tipe elektroda. Terkadang juga terpengaruh oleh jenis bahan yang dilas dan oleh
posisi atau arah pengelasan. Biasanya, tiap pabrik pembuat elektroda mencantumkan
table variable penggunaan arus las yang disarankan pada bagian luar kemasan elektroda.
Namun secara umum ampere las dapat mengacu pada ketentuan berikut :
DIAMETER ELEKTRODA BESAR ARUS
1/16 Inch 1,5 mm 20 – 40 Ampere
5/64 Inch 2,0 mm 30 – 60 Ampere
3/32 Inch 2,5 mm 40 – 80 Ampere
1/8Inch 3,2 mm 70 – 120 Ampere
5/32 Inch 4,0 mm 120 – 170 Ampere
3/16 Inch 4,8 mm 140 – 240 Ampere
1/14 Inch 6,4 mm 200 – 350 Ampere
Gambar 2.2. Diameter elektroda
13
Gambar 2.3 Layer Run
14
Karena itu baja karbon dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya bila kadar karbon
naik, kekuatan dan kekerasan bertambah tinggi tetapi perpanjangan menurun.
(Wiryosumarto, 2004).
a) Baja KarbonRendah
Baja karbon rendah memiliki kandungan karbon dibawah 0,3%. Baja karbon rendah
sering disebut dengan baja ringan (mild steel) atau baja perkakas. Jenis baja yang
umum dan banyak digunakan adalah jenis cold roll steel dengan kandungan
karbon 0,08% – 0,30% yang biasa digunakan untuk body kendaraan.
b) Baja KarbonSedang
Baja karbon sedang merupakan baja yang memiliki kandungan karbon 0,30% -
0,60%. Baja karbon sedang mempunyai kekuatan yang lebih dari baja karbon
rendah dan mempunyai kualitas perlakuan panas yang tinggi. Baja karbon sedang
bisa dilas dengan las busur listrik elektroda terlindung dan proses pengelasan
yang lain. Untuk hasil yang terbaik maka dilakukan pemanasan mula sebelum
pengelasan dan normalizing setelah pengelasan.
c) Baja KarbonTinggi
Baja karbon tinggi memiliki kandungan karbon paling tinggi jika dibandingkan
dengan baja karbon yang lain yakni 0,60% - 1,7%. Kebanyakan baja karbon
tinggi sukar untuk dilas jika dibandingkan dengan baja karbon rendah dan sedang.
2.2.9 Daerah las-lasan
Daerah las-lasan terdiri dari tiga bagian yaitu: daerah logam las, daerah pengaruh
panas atau HAZ dan logam induk yang tak terpengaruhi panas (Sonawan, 2004) :
15
b. Daerah Pengaruh Panas atau Heat Affected Zone (HAZ)
Daerah pengaruh panas atau Heat Affected Zone (HAZ) adalah logam
dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan
mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga daerah ini
yang paling kritis dari sambungan las.
c. Daerah Logam Las
Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan
mencair dan kemudian membeku.Komposisi logam las terdiri dari komponen
logam induk dan bahan tambah elektroda. Karena logam las dalam proses
pengelasan ini mencair kemudian membeku, maka kemungkinan besar terjadi
pemisahan komponen yang menyebabkan terjadinya struktur yang tidak
homogen, ketidak homogennya struktur akan menimbukan struktur ferit dan
bainit atas yang menurunkan ketangguhan logam las.Struktur mikro di logam las
dicirikan dengan adanya struktur berbutir panjang (columnar grains). Struktur ini
berawal dari logam induk dan tumbuh kearah tengah daerah logam las (Abson,
1986).
Struktur mikro logam las biasanya kombinasi dari struktur mikro dibawah ini :
a. Grain Boundary Ferrite atau Batas Butir Ferit yang terbentuk pertama kali pada
transformasi austenit-ferit biasanya terbentuk sepanjang batas austenit pada suhu
1000-650°C.
b. Widmanstatten Ferrite yaitu struktur mikro yang terbentuk pada suhu 750-650°C
di sepanjang batas butir austenit, ukurannya besar dan pertumbuhannya cepat
sehingga memenuhi permukaan butirnya.
c. Acicular Ferrite, berbentuk intragranular dengan ukuran yang kecil dan
mempunyai orientasi arah yang acak. Biasanya struktur mikro ini terbentuk
sekitar suhu 650°C dan mempunyai ketangguhan paling tinggi dibandingkan
struktur mikro yang lain.
d. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenite dan terbentuk pada
suhu 400-500°C. Bainit mempunyai ketangguhan paling tinggi dibandingkan
ferit, tetapi lebih rendah dibanding martensit.
16
e. Martensit akan terbentuk jika proses pengelasan dengan pendingin sangat cepat,
struktur ini mempunyai sifat sangat keras dan getas sehingga ketangguhan rendah.
17
terjadinya perubahan pada garis lebur menuju ke garis sumbu las; (b) pemisahan
gelombang, yaitu: terputusnya gelombang manik las; (c) pemisahan mikro, yaitu:
terjadinya perubahan komponen dalam satu pilar atau bagian dari satu pilar.
4. Macam-macam Kampuh Sambungan Las
Pada rancang bangun suatu konstruksi ada berbagai macam bentuk kampuh
sambungan las. Dalam uraian ini dibedakan menjadi tigakomponen kampuh sambungan
las yakni: kampuh lurus, kampuh sudut dan kampuh T.
2.2.11 Pengujian Tarik
Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji. Pengujian
tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk mengetahui apakah kekuatan las
mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi dari kelompok raw
materials.Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui
berapa nilai kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu sambungan las.
Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan memberikan
gaya tarik berlawanan pada salah satu ujung benda.
Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
(deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji adalah proses
pergeseran butiran logam yang mengakibatkan gaya elektromagnetik setiap atom logam
hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum.
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan bertambah
besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami
benda uji tarik dan dihasilkan kurva tegangan-regangan.
18
Tegangan tarik dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang mula benda
uji (Supardi, 1996):
F
σ = ..................................................................................(2.1)
A
Dimana: σ =¿ Tegangan tarik (kgf/mm²)
F=¿ Beban maksimal (kgf)
A=¿ Luas penampang mula (mm²)
Regangan (presentase pertambahan panjang) yang diperoleh membagi
perpanjangan ukur (∆ L ) dengan panjang ukur mula-mula benda uji (Supardi, 1996) :
∆L L−Lo
ε= X 100 %= X 100 % ......................................(2.2)
Lo Lo
Dimana: ε =¿ Regangan (%)
L=¿ Panjang akhir (mm)
Lo=¿ Panjang awal (mm)
Hubungan antara Tegangan dan Regangan yaitu Modulus Elastisitas (E), adapun
hubungan tersebut dapat dirumuskan (Supardi, 1996) :
σ
E= ..................................................................................(2.3)
ε
Tegangan luluh dapat diperoleh dengan membagi beban luluh dengan luas
penampang (Supardi, 1996) :
Fy
σ y= ...............................................................................(2.4)
A
Dimana: σ y =¿ Tegangan Luluh (kgf/mm²)
F y =¿ Beban Maksimal Luluh (kgf)
A=¿ Luas penampang mula (mm²)
19
baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi
mandrel
Untuk mengetahui kekuatan bending suatu material dapat dilakukan dengan
pengujian bending terhadap material tersebut.Kekuatan bending atau kekuatan lengkung
adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa
mengalami deformasi yang besar atau kegagalan.
Pada pengujian bending, bagian atas spesimen akan mengalami tekanan dan
spesimen bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Hal ini menyebabkan deformasi
lengkungan akibat penekanan, pada material spesimen pelat tabung tidak akan
mengalami patahan namun terjadipembebanan yang bisa menyebabkan keretakan baik
pada daerah sambungan lasan atau antara pelat dan sambungan las.
3 PL
S= 2 ...................................................(2.5)
2bh
Dimana:
S = Tekanan Bending (MPa)
P = Beban(N)
L = Panjang span(mm)
b = Lebar spesimen (mm)
20
h = Tebal spesimen(mm)
2.2.13 Distorsi
Pengertian Distorsi
Distorsi adalah terjadinya perubahan bentuk atau penyimpangan bentuk oleh
panas, termasuk akibat proses pengelasan. Terjadinya pemuaian benda kerja
mengakibatkan melengkung atau tertarik bagian-bagian sekitar benda kerja las. Hal ini
karena semua logam akan mengalami pengembangan jika terkena panas, terjadi
penyusutan jika mengalami pendinginan. Menurut Kou (2005) [4], karena adanya
penyusutan dan pembekuan dari logam las selama proses pengelasan , benda kerja akan
mempunyaikecenderungan untuk menyimpang yang menyebabkan terjadinya distorsi.
(Pramono Sidi, (2011) Metrik Polban,)
21
Gambar 2.10 penyimpangan sudut
1. Undercut
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada dibagian permukaan atau akar,
bentuk cacat seperti ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk.
Jenis cacat ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik fillet, but, lap, corner
danedge joint.
Gambar 2.11.Undercut
22
2. Porosity (Porositas)
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang serupa lubang-lubang kecil
pada logam las, dapat berada pada permukaan maupun didalamnya.Porositas ini
mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
3. Slag Inclusion
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil
lasan. Cacat ini berupa slag (fluks yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering
terjadi pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan).
4. Incomplete Penetration
23
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada
daerah root atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah
root tidak tembus atau reinforcemen pada akar las berbentuk cekung.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengelasan SMAW
Pemanasan
ulang plat
Tanpa bordes
20 detik ( 220o C
pemanasan
40 detik (233o C
60 detik (241o C
Pengujian Spesimen
Analisa dan
Kesimpulan
Selesai
25
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Mesin las SMAW
Menyambung baja plat bordes
2. Alatlas Gas Oxy- Acyteline
Untuk memanaskan benda pasca pengelasan
3. Kaca Mata Las/ Topeng
Kaca mata las berfungsi untuk melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa
sinar ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat serta melindungi kulit
muka dari percikan api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan elektroda pada
las listrik.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi untuk menjaga jari-jari tangan saat memegang penjepit
elektroda atau peralatan
5. Jangka Sorong
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur benda kerja yang akan dibuat spesimen
uji.
6. Busur derjat digital
Busur derjat berfungsi sebagai pengukur nilai distorsi
7. Mesin Gerinda
Mesin gerinda berfungsi untuk memotong dan meratakan / menghaluskan benda
kerja.
8. Alat Uji Tarik
Pengujian tarik di lakukan di laboratorium STTA
9. Alat uji bending
Pengujian bending dilakukan di Laboratorium STTA
3.2.2. Bahan
1. Bahan yang digunakan adalah plat bordes
2. Elektroda yang digunakan adalah jenis E7016.
26
3.3. Pelaksanaan penelitian
27
Gambar 3.2. ASTM uji bending
20mm
bending.
28
e. Lalu klik start pada komputer yang sudah terhubung pada mesin uji
bending.
29
Gambar 3.4. Arah putaran pemanasan
30
BAB IV
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari material baja
plat bores sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil pengujian tarik pada umumnya
adalah parameter kekuatan (kekuatan tarik dan kekuatan luluh) dan parameter keuletan.
30
25
Nilai tegangan 20
tarik ( kgf/mm2 )
15
10
0
Tanpa pemanasan 20 detik 40 detik 60 detik
durasi waktu pemanasan
31
35
30.43 31.04 31.18
30.03
30
25
20
Nilai tegangan
luluh ( kgf/mm2) 15
10
0
tanpa pemanasan 20 detik 40 detik 60 detik
Durasi waktu pemanasan
Dapat di lihat dari dua grafik di atas bahwa melakukan pemanasan ulang dapat
meningkatkan tegangan tarik pada variasi waktu pemanasan 40 detik menjadi 37,91
kgf/mm2 dan variasi waktu pemanasan 60 detik menjadi 37, 88 kgf/mm2 serta
menaikan tegangan luluh menjadi 31.04 kgf/mm2 pada variasi waktu pemanasan20
detik dan pada 40 naik menjadi 31.18 kgf/mm2 meskipun niai kenaikannya tidak
signifikan, hasil tersebut di dapat karna putusnya spesimen bukan pada lasan.
32
800 753.2
719.7
688.6
700 654.6
600
500
Nilai kekuatan 400
bending dalam
(MPa)
300
200
100
0
Tanpa pemanasn 20 detik 40 detik 60 detik
Rentang waktu pemanasan
Dari diagram di atas di ketahui bahwa nilai kekuatan bending dari hasil lasan yang
tidak di lakukan pemanasan sebesar 742,4 MPa sedangkan menaikan waktu
pemanasan hingga 60 detik dapat menaikan kekuatan bending menjadi 753,2 MPa
nilai di peroleh dapat di katakana belum maksiman ini di karnakan spesimen yang di
uji belum patah, meskipun naiknya tidak siginfikan ini menandakan bahwa
pemanasan ulang berpotensi dapat menaikan kekuatan bending
4.1.3 Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk paska pengelasan terlihat jelas pada pengelasan tanpa
perlakuan panas ulang, dapat di lihat dari hasil pemansan ulang dapat mengurangi
distorsi yang di hasilkan
33
Gambar 4.4 Hasil lasan tanpa pemanasan
Dapat di lihat dari gambar di atas bahwa tanpa pemanasan ulang mengahsilkan
distorsi yang cukup besar yaitu sebesar 4 o
Dapat di lihat dari gambar di atas menjelaskan bahwa tidak ada perubahan sudut
distorsi yang di akibatkan oleh pemansan ulang dengan variasi waktu pemansan 20
detik ini di karnakan pemanasan belum merata pada benda kerja
34
Gambar 4.8 sudut distorsi dengan waktu pemansan 40 detik
Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa dengan melakukan pemanasan selama 40
detik dapat mengurangi distorsi meskipun tidak signifikan.
35
4.5
4 4
4
3.5
3
3
2.5
Nilai distorsi 2
dalam derjat 2
1.5
0.5
0
Tanpa pemanasan 20 detik 40 detik 60 detik
durasi waktu pemanasan
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut
5.2 Saran
1. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik dan mencegah terjadinya cacat dan
kegagalan kekuatan las, perlu diperhatikan tata cara dan prosedur pengelasan yang baik
dalam susatu pengelasan.
2. Bila dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah lama waktu pemanasan untuk
mengetahui nilai maksimal kekuatan bending dan perubahan struktur mikro
37
DAFTAR PUSTAKA
Alip, M., 1989, Teori dan Praktik Las, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwis, 2017, Pengaruh Posisi Pengelasan Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Plat
Baja Kontruksi. Universitas Bung Hatta, Padang.
Cahyoko, A, D., 2017, Pengaruh Posisi Pengelasan Vertical Up Dan Vertical Down Pada
Material SA-36 Terhadap Kekuatan Tarik. UMM. Malang.
Duniawan, A., 2015,Pengaruh Gerak Elektroda dan Posisi Pengelasan Terhadap Uji Kekerasan
dari Hasil Las Baja SSC 41. Jurnal Teknologi. Volume 8 No 2.
Irwanto, A., R., 2016, Perbandingan Variasi Gerakan Elektroda Pada Proses SMAW Terhadap
Struktur Mikro dan Kekuatan Bending Baja Karbon Rendah. UNNES, Semarang.
Irzal, M., F., S., 2018, Pengaruh Posisi Pengelasan Dan Jenis Elektoda E 7016 Dan E 7018
Terhadap Kekuatan Tarik Hasil Las Baja Karbon Rendah TRS 400. Univeristas
Negeri Padang, Padang.
Khan, M.I., 2007, Welding Science and Technology, New Age, New Delhi.
Kisworo, Djoko., dkk., 1996, Pengaruh Parameter Proses Pengelasan Terhadap Karakteristik
Hasil Las Dengan Resistance Welding Machine. PEBN-BATAN, Jakarta.
Muzakki ., 2016, “pengaruhpengaruh PWHT (Post Weld Heat Treatment)hasil las MIG (Metal
Inert Gas) terhadap kekuatan tarik pada bahan stainless stee 304.
Nurbasari ., 2014, “pengaruh parameter PWHT terhadap sifat mekanik lasan dissimilar metal
AISI 1045 dan AISI 305”.
Pranawan, D., Suwito, D., 2016, Pengaruh Teknik Pengelasan Alur Spiral, Zig-zag dan Lurus
pada Arus 85 A Terhadap Kekuatan Tarik Baja ST 41. JTM. Volume 04 Nomor 02
Tahun 2016, 29-32.
38
Santhiarsa, I., G., N., N., 2008, Pengaruh Posisi Pengelasan Dan Gerakan Elektroda Terhadap
Kekerasan Hasil Las Baja JIS SSC 41, UNIVERSITAS UDAYANA, Bali.
Santoso, J., 2006, Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan Las
SMAW dengan Elektroda E7018.UNNES, Semarang.
Saputro. , 2015 “pengaruh temberatur post weld heat treatment (PWHT) pada pengelasan
SMAW terhadap kekuatan tarik, dan struktur mikro pada baja karbon rendah ”.
JurnalTeknikMesin
Sonawan, H., Suratman, R., 2004,Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam, Alfa Beta,
Bandung.
Sukaini, 2013,Teknik Las SMAW, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Qomari, Ahmad., Nurul., dkk., 2015, Pengaruh Pola Gerakan Dan Posisi Pengelasan Terhadap
Kekerasan Hasil Las Pada Baja ST60.UNM, Malang.
39
LAMPIRAN
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63