Surat Yasin Ayat 13-14 dan Kisah tentang Tiga Utusan yang Diingkari Ashab al-
Qaryah Miftah Surat Yasin Ayat 13-14 menjadi peringatan kepada orang-orang yang
ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ashab al-Qaryah yang
mengingkari risalah Nabi Isa as Surat Yasin Ayat 13 -14 menjadi peringatan kepada
orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ashab al-
Qaryah yang mengingkari risalah Nabi Isa as dan akhirnya dibinasakan oleh Allah
SWT. Baca juga: Surat Yasin Ayat 11-12: Jangan Mudah Mengatakan Kafir meski
kepada Orang Kafir Allah SWT berfirman: ٓ س ْلنَا َ ب ْالقَ ْر ٌَ ِۘ ِة اِ ْذ َج ۤا َءهَا ْال ُم ْر
َ سلُ ْو َۚنَ اِ ْذ ا َ ْر ْ َ َواض ِْربْ لَ ُه ْم َّمث َ اًل ا
َ ٰصح
َسلُ ْون ٍ اِلَ ٌْ ِه ُم اثْنٌَ ِْن فَ َكذَّب ُْو ُه َما فَ َع َّز ْزنَا ِبثَا ِلDan buatlah suatu perumpamaan bagi
َ ث فَقَالُ ْٓوا اِنَّا ٓ اِلَ ٌْ ُك ْم ُّم ْر
mereka;(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka
mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka
ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus
kepadamu.” (QS Yasin : 13-14) Tafsir Kemenag memberikan informasi bahwa ayat
kisah Ashab al-Qaryah, agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang mengingkari
risalahnya. Terutama bagi orang kafir Makkah pada waktu itu. Mengenai Ashab al-
Qaryah ini, para mufassir berbeda pendapat. Laman Tafsir Al-Qur'an menjelaskan
mufassir klasik, semisal al-Suyuti, Ibnu Katsir , dan Nawawi a-Bantani , sepakat bahwa
yang dimaksud Ashab al-Qaryah adalah Antokiah, sebuah kota di bawah kekuasaan
Antiokhiah, sebuah kota lama di hulu sungai al-Ashy. Saat ini termasuk dalam wilayah
Suriah. Menariknya Quraish Shihab memiliki analisis berbeda dengan mufassir-
mufassir di atas. Quraish mengatakan bahwa Antiokhiah ini tidak mempunyai rekam
jejak buruk terkait dengan pembinasaan penghuninya. Baik di masa Nabi Isa as
bahwa penduduk Antoikhiah dikenal sebagai penduduk pertama yang menerima risalah
Nabi Isa as. Baca juga: Surat Yasin Ayat 9-10: Kerabat Nabi Saja Ada yang Kafir
Sampai Mati Beda Tafsir Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pengisahan
tentang “Ashab al-Qaryah” dalam tafsir surat Yasin ayat 13-14 ini merupakan
peringatan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW
tentang bagaimana Ashab al-Qaryah tersebut juga mengingkari risalah Nabi Isa as dan
akhirnya dibinasakan oleh Allah SWT. Tentunya kejadian ini diharapkan tidak terulang
kembali dengan cara mengambil hikmah atas kisah tersebut. Terkait dengan siapakah
utusan yang diperintahkan untuk berdakwah kepada Ashab al-Qaryah, para mufassir
juga berbeda pendapat. Ibn Katsir mengatakan ketiganya bernama Sadiq, Saqduq, dan
al-Ma’tsur karya Jalaluddin al-Suyuti. Namun yang terpenting adalah bagaimana fakta
ketiga utusan Nabi Isa as tersebut diingkari oleh “Ashab al-Qaryah”. Dikisahkan bahwa
tiga utusan tersebut tidak datang secara bersamaan. Dua utusan lebih dahulu
mendatangi “Ashab al-Qaryah”. Mereka mendakwahkan risalah Nabi Isa as kepada
penduduk wilayah tersebut. Menurut al-Shawi kedua utusan ini juga memiliki
kemampuan menyembuhkan segala penyakit dan salah satu cara dakwah yang dipakai
mereka adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang
berhasil disembuhkan adalah kelumpuhan yang diderita salah seorang dari Ashab al-
Qaryah. Namun tetap saja mereka semua ingkar terhadap kedua utusan tersebut. Al-
Shawi mengisahkan bahwa dakwah keduanya berakhir tragis, yakni mereka berdua
berakhir di tiang disalib. Lalu Allah datangkan lagi seorang utusan untuk mengukuhkan
kebenaran yang disampaikan dua orang sebelumnya. Namun hasilnya sama saja,
.
Sebelum membahas mengenai tafsir Yasin ayat 13-27, ada baiknya jika kita menelaah
sepintas mengenai sebab turunnya Yasin, hal ini berfungsi sebagai tambahan wawasan bagi
semua.
Imam al-Suyuti dalam Kitabnya yang berjudul Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-
Nuzul menyebutkan sebuah riwayat yang beliau ambil dari Imam Abu Nu`aim al-Asbahani,
bahwa Ibnu Abbas berkata,"Suatu ketika Rasulullah SAW membaca surat al-Sajadah
dengan suara yang keras, hingga orang-orang yang berasal dari suku Quraisy merasa kesal
dan berdiri menuju Rasulullah SAW untuk menghentikannya. Dengan tiba-tiba, tangan-
tangan mereka sendiri bergerak dan mencekik leher mereka, hingga mereka tidak bisa
berbicara dan tidak bisa lagi melihat. Maka mereka segera datang kepada Nabi SAW dalam
keadaan seperti itu dan berkata,"Allah sangat keras melindungi dan menyayangimu ya
Muhammad." Maka Nabi SAW berdoa kepada Allah SWT, dan mereka kembali seperti
keadaan semula. Maka kemudian Allah SWT menurunkan Yasin ayat 1-10, meskipun
mereka tidak juga beriman seorang pun dengan kejadian tersebut.
Selanjutnya, mari bersama menelaah uraian tafsir Yasin ayat 13-27 berikut:
س ْلنَا
َ ) ِإ ْذ أ َ ْر35( َسلُونَ اب ْالقَ ْرٌَ ِة ِإ ْذ َجا َءهَا ْال ُم ْر َ ص َح ْ َ َواض ِْربْ لَ ُه ْم َمث َ اًل أ
)36( َسلُون ٍ ِإلَ ٌْ ِه ُم اثْنٌَ ِْن فَ َكذَّبُو ُه َما فَعَ َّز ْزنَا بِثَا ِل
َ ث فَقَالُوا ِإنَّا ِإلَ ٌْ ُك ْم ُم ْر
"Dan sampaikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan (kisah ibrah) mengenai
penduduk suatu daerah, ketika datang kepada mereka orang-orang yang diutus."
Ibnu Jarir dalam Tafsir al-Thabari menyebutkan sebuah riwayat yang bersumber dari
Qatadah, bahwa yang dimaksud dalam cerita ini adalah Nabi Isa a.s, ketika beliau mengutus
dua orang muridnya dari kaum hawariyin ke Antokiah, yaitu sebuah kota di Romawi/Rum.
Penduduk daerah tersebut tidak memprcayai kedua utusan tersebut, hingga Nabi Isa a.s
pun mengirim utusan yang ketiga untuk menguatkan keduanya.
Kesatuan hati dan kesolidan gerak para aktivis yang diamanakan bertugas dalam satu
wilayah dakwah; Isyarat inilah yang dimaksud dalam pernyataan ketiga utusan di atas
dengan menyatakan secara bersama-sama bahwa mereka adalah utusan dakwah.
Salah satu alasan yang menjadikan objek dakwah menolak dakwah adalah status social
dainya. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan status social antara dai yang
ditugaskan dengan objek dakwah yang akan didakwahinya. Seorang pengusaha yang besar
dan sukses sebaiknya didakwahi oleh pengusaha yang sama besar dan suksesnya, seorang
yang berkedudukan didakwahi oleh orang yang berkedudukan pula. Meskipun peluang
untuk ditolaknya dakwah tetaplah ada, sebagaimana kisah di atas. Namun, bukan berarti
ketidaksamaan dalam status social kemudian menjadi alasan untuk berdiam diri dari
mendakwahi orang-orang yang status sosialnya lebih tinggi. Hal ini dilakukan jika
seandainya sudah diusahakan terlebih dahulu, dan yang dihasilkan hanyalah penolakan
demi penolakan, sebagaimana kisah di atas.
Sering ditemukan dalam dakwah ini orang-orang yang tidak juga terbuka hatinya untuk
menerima kebenaran dakwah, meskipun sudah dilakukan berbagai cara untuk mengajak
dan memahamkannya. Tidak perlu terlalu jauh, kadang-kadang yang menjadi seperti ini
justru adalah salah satu anggota keluarga seorang dai itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini,
seorang dai haruslah ingat kembali bahwa misi utama yang di embankan kepadanya
hanyalah ikhtiar dan terus berikhtiar, adapun urusan hidayah, maka itu adalah hak Allah
SWT yang menentukannya.
َّ طٌ َّْرنَا بِ ُك ْم لَئِ ْن لَ ْم ت َ ْنت َ ُهوا لَن َْر ُج َمنَّ ُك ْم َولٌََ َم
سنَّ ُك ْم ِمنَّا َع َذاب َ َ قَالُوا ِإنَّا ت
)3;( َس ِرفُون ْ طائِ ُر ُك ْم َمعَ ُك ْم أَئِ ْن ذُ ِ ّك ْرت ُ ْم بَ ْل أ َ ْنت ُ ْم قَ ْوم ُم
َ ) قَالُوا3:(أ َ ِلٌم
"Mereka (penduduk daerah tersebut) berkata, sesungguhnya kami telah ditimpa kesialan
dengan (datangnya) kalian, jika kalian tidak berhenti (dari mendakwahi kami), maka kami
akan merajam kalian, dan akan menimpakan kepada kalian makar (siksa) yang pedih (keji).
Mereka (para utusan tersebut) berkata, sesungguhnya kesialan (malapetaka) yang
menimpa kalian adalah karena ulah tangan kalian sendiri, apakah kalian sudah memahami
bahwa kesialan kalian adalah karena ulah kalian sendiri? Akan tetapi kalian bahkan sudah
termasuk kaum yang sangat berlebihan (dalam maksiat kepada Allah)."
Tsaqofah:
Dalam qiraat yang lain, kata yang digaris bawahi di atas ( )أَئِ ْن ذُ ِ ّك ْرت ُ ْمdibaca dengan
()أٌَْنَ ذُ ِك ْرت ُ ْم, meskipun dengan tidak menimbulkan perubahan makna yang signifikan.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengucapan huruf Kaf. Karena bagi sebagian suku
Arab, penyebutan huruf tasydid sesudah dhammah merupakan suatu hal yang sulit karena
sangat jarang digunakan dalam bahasa keseharian mereka.
صى ْال َمدٌِنَ ِة َر ُجل ٌَ ْسعَى قَا َل ٌَا قَ ْو ِم ات َّ ِبعُوا َ َو َجا َء ِم ْن أ َ ْق
َ ْال ُم ْر
ُ ) ات َّ ِبعُوا َم ْن ََل ٌَ ْسأَلُ ُك ْم أَ ْج ارا َو ُه ْم42( َس ِلٌن
)43( َم ْهت َ ُدون
"Dan datanglah dari sudut kota, seorang laki-laki yang bergegas (terburu-buru), ia
berkata,"Wahai kaumku! Ikutilah oleh kalian orang-orang yang diutus ini. Ikutilah oleh
kalian orang-orang yang tidak meminta balasan apapun dari kalian ini, karena mereka
adalah orang-orang yang sudah mendapat petunjuk."
Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa laki-laki tersebut bernama Habib bin Murri.
Sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Wahb bin Munabbih al-Yamani menyebutkan
dari Ibnu Abas, bahwa ia adalah seorang penduduk Antokiah yang berprofesi sebagai al-
jarir (ana belum menemukan terjemah sebenarnya kata ini, hanya saja dalam kamus al-
Munawwir dituliskan maknanya adalah kendali dan tali kekang). Ana menduga mungkin
maksudnya adalah seorang yang bekerja sebagai gembala hewan ternak, atau sejenisnya.
Beliau adalah seorang yang berbadan kurus yang bertempat tinggal di salah satu
sudut kota, ia berjalan dengan cepat menuju kumpulan kaum tersebut. Beliau adalah
seorang yang sangat suka bersedekah. Jika sore hari telah tiba, maka beliau segera
mengumpulkan dan menghitung penghasilannya pada hari tersebut dan membaginya
menjadi dua bagian, sebagiannya unutk keperluan beliau, dan sebagiannya lagi untuk
disedekahkan….subhanallah sekali..
Satu hal yang menarik dari beliau yaitu dengan kondisi tubuhnya yang kurus,
kesibukan dan kelelahan beliau mencari nafkah di siang hari, dan juga kondisi tubuhnya
yang sudah sangat lemah, tidak membuat beliau lalai dan lemah dalam melaksanakan
ketaatan kepada Allah.
Isyarat Haraki dalam ayat ini:
Seorang kader dakwah sejati haruslah memiliki perhatian dan kontribusi nyata untuk
mendukung agenda dan kerja dakwah yang dilaksanakan di sekitar daerah tempat
tinggalnya.
Kondisi tubuh, kelelahan dan keletihan yang dialami di siang hari untuk mencari nafkah,
bukanlah alasan untuk menurunkan standar amal yaumi yang sudah ditetapkan dan
menjadi kebiasaan seorang dai.
Tsaqofah:
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai orang yang mengeluarkan perkataan
pada ayat terakhir di atas, yaitu,"Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kalian, maka
dengarkanlah aku."
Sebagian ulama berpendapat bahwa perkataan ini adalah perkataan yang diucapkan
oleh Habib bin al-Murri. Sebagian yang lain berpendapat bahwa perkataan ini adalah
perkataan yang disampaikan oleh para utusan sebelumnya.
Setelah menyampaikan perkataan tersebut, maka Habib al-Murri pun dibunuh oleh
kaumnya sendiri, hingga ia syahid.
Tsaqofah:
Para ahli tafsir berselisih mengenai cara kaumnya membunuhnya, sebagian
mengatakan bahwa ia dirajam (dilempari) batu oleh kaumnya hingga ia meninggal. Namun
satu hal yang sangat mengharukan, selama menahan rasa sakit akibat dilempari kaumnya
tersebut, ia hanya terus menerus mengucapkan doa,"Wahai Tuhanku, berilah petunjuk
kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah
petunjuk kepada kaumku!” beliau tetap mengucapkan doa tersebut hingga meninggal.
Ulama tafsir yang lain berpendapat bahwa kaumnya menjatuhkannya ke tanah secara
bersama-sama, lalu kemudian menginjak-injak tubuh kurus beliau hingga meninggal.
Pentingnya mensyiarkan ketauhidan, hal ini tercermin dalam pernyataan Habib bin al-Murri
di atas,"Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kalian, maka dengarkanlah aku."
Ketika sebuah agenda dan program dakwah mengalami kegagalan ataupun ketidaksuksesan
pada sebuah wilayah, maka yang paling merasa bersalah adalah kader-kader dakwah yang
ada pada daerah tersebut. Inilah isyarat yang disampaikan dalam ilustrasi cerita di atas,
yaitu beralihnya persoalan dari tiga orang kader dakwah utusan kepada Habib bin al-
Murri, sebagai kader dakwah yang ada pada daerah tersebut.
Inilah akhir dari cerita ini, yang inti akhirnya adalah akhir yang baik (husnul
khatimah) bagi orang-orang yang meninggal dan syahid di jalan dakwah ini. Pada akhir
cerita ini, seolah-olah Allah ingin menyingkap rahasia alam kubur kepada setiap aktivis
dakwah, bahwa seperti inilah kenikmatan yang diberikan kepada setiap mujahid di kubur
mereka. Semoga Allah SWT menjadikan kita satu di antara mujahid yang meninggal karena
syahid di jalan-Nya….amien.
Wallahu A`lam
3.MOTIVASI UNTUK BERPERAN DALAM DAKWAH
Yakin dengan hari akhir.
6 hikmah meyakini hari akhir
1. . Tidak meniru pola hidup orang yang tidak beriman
2. Selalu beramal saleh meningkatkan takwa
3. Terus berperilaku baik dan benar
4. Bersedia berjihad di jalan Allah
5. Tidak bakhil atau kikir dalam berinfak
6. Selalu bersabar.
ayat 33-35 berisi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di muka bumi. Setelah
beberapa ayat sebelumnya mengajak manusia memperhatikan sejarah kaum
yang mendustakan rasul, ayat ini kemudian mengajaknya memperhatikan tanda-
tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta.