Anda di halaman 1dari 10

SURAT YASIN AYAT 13 -44 BERPERAN DALAM DAKWAH

1.KISAH PENGHUNI SUATU DAERAH

Surat Yasin Ayat 13-14 dan Kisah tentang Tiga Utusan yang Diingkari Ashab al-

Qaryah Miftah Surat Yasin Ayat 13-14 menjadi peringatan kepada orang-orang yang

ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ashab al-Qaryah yang

mengingkari risalah Nabi Isa as Surat Yasin Ayat 13 -14 menjadi peringatan kepada

orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana Ashab al-

Qaryah yang mengingkari risalah Nabi Isa as dan akhirnya dibinasakan oleh Allah

SWT. Baca juga: Surat Yasin Ayat 11-12: Jangan Mudah Mengatakan Kafir meski

kepada Orang Kafir Allah SWT berfirman: ٓ ‫س ْلنَا‬ َ ‫ب ْالقَ ْر ٌَ ِۘ ِة اِ ْذ َج ۤا َءهَا ْال ُم ْر‬
َ ‫سلُ ْو َۚنَ اِ ْذ ا َ ْر‬ ْ َ ‫َواض ِْربْ لَ ُه ْم َّمث َ اًل ا‬
َ ٰ‫صح‬

َ‫سلُ ْون‬ ٍ ‫ اِلَ ٌْ ِه ُم اثْنٌَ ِْن فَ َكذَّب ُْو ُه َما فَ َع َّز ْزنَا ِبثَا ِل‬Dan buatlah suatu perumpamaan bagi
َ ‫ث فَقَالُ ْٓوا اِنَّا ٓ اِلَ ٌْ ُك ْم ُّم ْر‬

mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada

mereka;(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka

mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka

ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus

kepadamu.” (QS Yasin : 13-14) Tafsir Kemenag memberikan informasi bahwa ayat

tersebut merupakan perintah kepada Nabi Muhammad SAW supaya menceritakan

kisah Ashab al-Qaryah, agar menjadi peringatan bagi orang-orang yang mengingkari

risalahnya. Terutama bagi orang kafir Makkah pada waktu itu. Mengenai Ashab al-

Qaryah ini, para mufassir berbeda pendapat. Laman Tafsir Al-Qur'an menjelaskan

mufassir klasik, semisal al-Suyuti, Ibnu Katsir , dan Nawawi a-Bantani , sepakat bahwa

yang dimaksud Ashab al-Qaryah adalah Antokiah, sebuah kota di bawah kekuasaan

Romawi. Prof Dr Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menyebutnya dengan

Antiokhiah, sebuah kota lama di hulu sungai al-Ashy. Saat ini termasuk dalam wilayah
Suriah. Menariknya Quraish Shihab memiliki analisis berbeda dengan mufassir-

mufassir di atas. Quraish mengatakan bahwa Antiokhiah ini tidak mempunyai rekam

jejak buruk terkait dengan pembinasaan penghuninya. Baik di masa Nabi Isa as

maupun sebelumnya. Sedangkan kisah Ashab al-Qaryah tersebut bercerita tentang

pembinasaan suatu kaum akibat pembangkangannya. Lebih lanjut ia mengatakan

bahwa penduduk Antoikhiah dikenal sebagai penduduk pertama yang menerima risalah

Nabi Isa as. Baca juga: Surat Yasin Ayat 9-10: Kerabat Nabi Saja Ada yang Kafir

Sampai Mati Beda Tafsir Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, pengisahan

tentang “Ashab al-Qaryah” dalam tafsir surat Yasin ayat 13-14 ini merupakan

peringatan kepada orang-orang yang ingkar kepada risalah Nabi Muhammad SAW

tentang bagaimana Ashab al-Qaryah tersebut juga mengingkari risalah Nabi Isa as dan

akhirnya dibinasakan oleh Allah SWT. Tentunya kejadian ini diharapkan tidak terulang

kembali dengan cara mengambil hikmah atas kisah tersebut. Terkait dengan siapakah

utusan yang diperintahkan untuk berdakwah kepada Ashab al-Qaryah, para mufassir

juga berbeda pendapat. Ibn Katsir mengatakan ketiganya bernama Sadiq, Saqduq, dan

Syalum. Al-Shawi mengatakan Sadiq, Masduq, dan Syam’un. Sedangkan al-Bantani

mengatakan Yuhana, Paulus, dan Syam’um. Setiap mufassir mempunya

argumentasinya tersendiri dalam menentukan nama-nama tersebut. Laman Tafsir Al-

Quran menyatakan untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang riwayat mengenai

perbedaan-perbedaan tersebut, bisa merujuk pada kitab al-Dur al-Masur fi al-Tafsir bi

al-Ma’tsur karya Jalaluddin al-Suyuti. Namun yang terpenting adalah bagaimana fakta

ketiga utusan Nabi Isa as tersebut diingkari oleh “Ashab al-Qaryah”. Dikisahkan bahwa

tiga utusan tersebut tidak datang secara bersamaan. Dua utusan lebih dahulu
mendatangi “Ashab al-Qaryah”. Mereka mendakwahkan risalah Nabi Isa as kepada

penduduk wilayah tersebut. Menurut al-Shawi kedua utusan ini juga memiliki

kemampuan menyembuhkan segala penyakit dan salah satu cara dakwah yang dipakai

mereka adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang

berhasil disembuhkan adalah kelumpuhan yang diderita salah seorang dari Ashab al-

Qaryah. Namun tetap saja mereka semua ingkar terhadap kedua utusan tersebut. Al-

Shawi mengisahkan bahwa dakwah keduanya berakhir tragis, yakni mereka berdua

berakhir di tiang disalib. Lalu Allah datangkan lagi seorang utusan untuk mengukuhkan

kebenaran yang disampaikan dua orang sebelumnya. Namun hasilnya sama saja,

mereka tetap mengingkarinya.

2.BERPERAN MESKI TANPA JABATAN

.
Sebelum membahas mengenai tafsir Yasin ayat 13-27, ada baiknya jika kita menelaah
sepintas mengenai sebab turunnya Yasin, hal ini berfungsi sebagai tambahan wawasan bagi
semua.

Imam al-Suyuti dalam Kitabnya yang berjudul Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-
Nuzul menyebutkan sebuah riwayat yang beliau ambil dari Imam Abu Nu`aim al-Asbahani,
bahwa Ibnu Abbas berkata,"Suatu ketika Rasulullah SAW membaca surat al-Sajadah
dengan suara yang keras, hingga orang-orang yang berasal dari suku Quraisy merasa kesal
dan berdiri menuju Rasulullah SAW untuk menghentikannya. Dengan tiba-tiba, tangan-
tangan mereka sendiri bergerak dan mencekik leher mereka, hingga mereka tidak bisa
berbicara dan tidak bisa lagi melihat. Maka mereka segera datang kepada Nabi SAW dalam
keadaan seperti itu dan berkata,"Allah sangat keras melindungi dan menyayangimu ya
Muhammad." Maka Nabi SAW berdoa kepada Allah SWT, dan mereka kembali seperti
keadaan semula. Maka kemudian Allah SWT menurunkan Yasin ayat 1-10, meskipun
mereka tidak juga beriman seorang pun dengan kejadian tersebut.

Selanjutnya, mari bersama menelaah uraian tafsir Yasin ayat 13-27 berikut:
‫س ْلنَا‬
َ ‫) ِإ ْذ أ َ ْر‬35( َ‫سلُون‬َ ‫اب ْالقَ ْرٌَ ِة ِإ ْذ َجا َءهَا ْال ُم ْر‬ َ ‫ص َح‬ ْ َ ‫َواض ِْربْ لَ ُه ْم َمث َ اًل أ‬
)36( َ‫سلُون‬ ٍ ‫ِإلَ ٌْ ِه ُم اثْنٌَ ِْن فَ َكذَّبُو ُه َما فَعَ َّز ْزنَا بِثَا ِل‬
َ ‫ث فَقَالُوا ِإنَّا ِإلَ ٌْ ُك ْم ُم ْر‬
"Dan sampaikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan (kisah ibrah) mengenai
penduduk suatu daerah, ketika datang kepada mereka orang-orang yang diutus."
Ibnu Jarir dalam Tafsir al-Thabari menyebutkan sebuah riwayat yang bersumber dari
Qatadah, bahwa yang dimaksud dalam cerita ini adalah Nabi Isa a.s, ketika beliau mengutus
dua orang muridnya dari kaum hawariyin ke Antokiah, yaitu sebuah kota di Romawi/Rum.
Penduduk daerah tersebut tidak memprcayai kedua utusan tersebut, hingga Nabi Isa a.s
pun mengirim utusan yang ketiga untuk menguatkan keduanya.

Isyarat Haraki dalam ayat ini:


 Dalam menyampaikan materi-materi dakwah, lebih efektif dengan menggunakan
amtsal/perumpamaan, sehingga lebih mudah difahami oleh objek dakwah, metode inilah
yang banyak digunakan dalam Al-Qur'an.

 Pentingnya Ma'rifah al-Maidan (keluasan pengamatan dan pengetahuan lapangan) bagi


seorang qiyadah dakwah yang mencakup berbagai daerah, tidak hanya daerah yang
terdekat dan mudah terjangkau, tetapi juga daerah-daerah jauh dari jangkauan, jika
dimungkinkan adanya peluang bagi perkembangan dakwah, ditinjau dari segi kestrategisan
daerahnya.

 Pengamatan perkembangan dakwah di setiap daerah oleh qiyadah; Dengan mengetahui


kondisi detail perkembangan dakwah di sebuah daerah, memungkinkan seorang qiyadah
dakwah untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Inilah yang dilakukan oleh Nabi
Isa a.s dengan mengirim utusan dakwahnya yang ketiga.

 Kesatuan hati dan kesolidan gerak para aktivis yang diamanakan bertugas dalam satu
wilayah dakwah; Isyarat inilah yang dimaksud dalam pernyataan ketiga utusan di atas
dengan menyatakan secara bersama-sama bahwa mereka adalah utusan dakwah.

َّ ‫قَالُوا َما أ َ ْنت ُ ْم ِإ ََّل بَشَر ِمثْلُنَا َو َما أ َ ْنزَ َل‬


‫الر ْح َم ُن ِم ْن َش ًْءٍ ِإ ْن أ َ ْنت ُ ْم ِإ ََّل‬
ُ ‫) َو َما َعلَ ٌْنَا ِإ ََّل ْالبَ ًَل‬38( َ‫سلُون‬
‫غ‬ َ ‫) قَالُوا َربُّنَا ٌَ ْعلَ ُم ِإنَّا ِإلَ ٌْ ُك ْم لَ ُم ْر‬37( َ‫ت َ ْك ِذبُون‬
)39(‫ٌن‬ُ ‫ْال ُم ِب‬
"Mereka (penduduk daerah tersebut) berkata,"Tidaklah kalian (terlihat di mata kami)
melainkan hanya sebagai manusia biasa, dan (sepengetahuan kami) Allah SWT tidak
menurunkan sesuatupun, tidaklah kalian (menurut pandangan kami) kecuali hanyalah
orang-orang yang berdusta. Mereka (para utusan tersebut) mengatakan sesungguhnya
Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar adalah utusan dakwah yang diutus
kepada kamu sekalian. Dan tidaklah ada kewajiban atas kami kecuali hanya menyampaikan
(mengerjakan)"
Ibnu Jarir melanjutkan penjelasan beliau mengenai respon penduduk daerah tersebut
setelah datangnya utusan ketiga, dan juga setelah mereka bertiga mengatakan bahwa
mereka adalah utusan dakwah yang sengaja didatangkan ke daerah tersebut, penduduk
daerah tersebut hanya berkata,"Tidaklah kalian wahai orang-orang yang mengaku sebagai
utusan dakwah, melainkan hanya sebagai manusia biasa seperti kami. Jika seandainya
kalian adalah utusan yang diamanahkan untuk berdakwah kepada kami, maka seharusnya
yang datang bukanlah manusia seperti kalian, akan tetapi seorang malaikat."

Isyarat Haraki dalam ayat ini:


 Penentangan terhadap dai adalah sunnatullah dalam dakwah.

 Salah satu alasan yang menjadikan objek dakwah menolak dakwah adalah status social
dainya. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan status social antara dai yang
ditugaskan dengan objek dakwah yang akan didakwahinya. Seorang pengusaha yang besar
dan sukses sebaiknya didakwahi oleh pengusaha yang sama besar dan suksesnya, seorang
yang berkedudukan didakwahi oleh orang yang berkedudukan pula. Meskipun peluang
untuk ditolaknya dakwah tetaplah ada, sebagaimana kisah di atas. Namun, bukan berarti
ketidaksamaan dalam status social kemudian menjadi alasan untuk berdiam diri dari
mendakwahi orang-orang yang status sosialnya lebih tinggi. Hal ini dilakukan jika
seandainya sudah diusahakan terlebih dahulu, dan yang dihasilkan hanyalah penolakan
demi penolakan, sebagaimana kisah di atas.

 Keashlian dakwah (meminjam bahasa Ust.Rahmat Abdullah-Semoga Allah merahmati


beliau-) haruslah menjadi sebuah hal yang tertanam kokoh di hati seorang dai, yang
dengannya lahir sebuah kesadaran dan komitmen untuk berkontribusi dalam barisan
dakwah ini, tanpa menunggu dan membutuhkan legalisasi-legalisasi keduniaan yang lain,
selain dari legalisasi yang telah disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang
mendorong seorang dai untuk berkata,"Sesungguhnya cukuplah Tuhan kami yang
mengetahui, bahwa kami benar-benar orang-orang yang diamanahi untuk menyampaikan
dakwah ini kepada kalian."

 Huruf ta'qid (Huruf Penguat/untuk penekanan makna) dalam kata"Lamursalun" yang


berarti "Benar-benar orang yang diutus",menyiratkan makna tentang keyakinan yang
kokoh dan mengakar dalam hati seorang dai mengenai hakikat dakwahnya. Ia memahami
hakikat dakwahnya bukan sebagai tuntutan wajihah atau pun permintaan hizbnya, tetapi ia
menyadari sesadar-sadarnya bahwa yang meminta dan menuntutnya adalah Allah dan
Rasul-Nya.

 Sering ditemukan dalam dakwah ini orang-orang yang tidak juga terbuka hatinya untuk
menerima kebenaran dakwah, meskipun sudah dilakukan berbagai cara untuk mengajak
dan memahamkannya. Tidak perlu terlalu jauh, kadang-kadang yang menjadi seperti ini
justru adalah salah satu anggota keluarga seorang dai itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini,
seorang dai haruslah ingat kembali bahwa misi utama yang di embankan kepadanya
hanyalah ikhtiar dan terus berikhtiar, adapun urusan hidayah, maka itu adalah hak Allah
SWT yang menentukannya.

َّ ‫طٌ َّْرنَا بِ ُك ْم لَئِ ْن لَ ْم ت َ ْنت َ ُهوا لَن َْر ُج َمنَّ ُك ْم َولٌََ َم‬
‫سنَّ ُك ْم ِمنَّا َع َذاب‬ َ َ ‫قَالُوا ِإنَّا ت‬
)3;( َ‫س ِرفُون‬ ْ ‫طائِ ُر ُك ْم َمعَ ُك ْم أَئِ ْن ذُ ِ ّك ْرت ُ ْم بَ ْل أ َ ْنت ُ ْم قَ ْوم ُم‬
َ ‫) قَالُوا‬3:(‫أ َ ِلٌم‬
"Mereka (penduduk daerah tersebut) berkata, sesungguhnya kami telah ditimpa kesialan
dengan (datangnya) kalian, jika kalian tidak berhenti (dari mendakwahi kami), maka kami
akan merajam kalian, dan akan menimpakan kepada kalian makar (siksa) yang pedih (keji).
Mereka (para utusan tersebut) berkata, sesungguhnya kesialan (malapetaka) yang
menimpa kalian adalah karena ulah tangan kalian sendiri, apakah kalian sudah memahami
bahwa kesialan kalian adalah karena ulah kalian sendiri? Akan tetapi kalian bahkan sudah
termasuk kaum yang sangat berlebihan (dalam maksiat kepada Allah)."

Tsaqofah:
Dalam qiraat yang lain, kata yang digaris bawahi di atas ( ‫ )أَئِ ْن ذُ ِ ّك ْرت ُ ْم‬dibaca dengan
(‫)أٌَْنَ ذُ ِك ْرت ُ ْم‬, meskipun dengan tidak menimbulkan perubahan makna yang signifikan.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengucapan huruf Kaf. Karena bagi sebagian suku
Arab, penyebutan huruf tasydid sesudah dhammah merupakan suatu hal yang sulit karena
sangat jarang digunakan dalam bahasa keseharian mereka.

Isyarat Haraki dalam ayat ini:


 Pentingnya menumbuhkan dan menjaga sikap al-Syaja`ah(keberanian) dalam diri seorang
dai. Dengan adanya syaja'ahdalam dirinya, seorang dai tidak akan mudah mundur, apalagi
lari dari medan dakwah dan jihad, hanya karena berhadapan dengan ancaman fisik dan
psikis yang disampaikan oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap dakwahnya.
 Pentingnya melatih rasionalitas dan memadukannya dengan kemampuan retorika yang
memadai bagi seorang dai, agar setiap argument dan hujjah yang disampaikannya mampu
ditangkap dengan jelas oleh objek dakwahnya.

 Perpaduan antara asy-Syaja'ah (keberanian) dengan kemampuan rasionalisasi yang disudah


didukung oleh kemampuan retorika yang memadai, membuat para utusan dakwah dalam
ilustrasi ayat di atas, mampu menyangga dan mematahkan setiap tuduhan yang
disampaikan terhadap dakwah yang mereka bawa.

‫صى ْال َمدٌِنَ ِة َر ُجل ٌَ ْسعَى قَا َل ٌَا قَ ْو ِم ات َّ ِبعُوا‬ َ ‫َو َجا َء ِم ْن أ َ ْق‬
َ ‫ْال ُم ْر‬
ُ ‫) ات َّ ِبعُوا َم ْن ََل ٌَ ْسأَلُ ُك ْم أَ ْج ارا َو ُه ْم‬42( َ‫س ِلٌن‬
)43( َ‫م ْهت َ ُدون‬

"Dan datanglah dari sudut kota, seorang laki-laki yang bergegas (terburu-buru), ia
berkata,"Wahai kaumku! Ikutilah oleh kalian orang-orang yang diutus ini. Ikutilah oleh
kalian orang-orang yang tidak meminta balasan apapun dari kalian ini, karena mereka
adalah orang-orang yang sudah mendapat petunjuk."
Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa laki-laki tersebut bernama Habib bin Murri.
Sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Wahb bin Munabbih al-Yamani menyebutkan
dari Ibnu Abas, bahwa ia adalah seorang penduduk Antokiah yang berprofesi sebagai al-
jarir (ana belum menemukan terjemah sebenarnya kata ini, hanya saja dalam kamus al-
Munawwir dituliskan maknanya adalah kendali dan tali kekang). Ana menduga mungkin
maksudnya adalah seorang yang bekerja sebagai gembala hewan ternak, atau sejenisnya.
Beliau adalah seorang yang berbadan kurus yang bertempat tinggal di salah satu
sudut kota, ia berjalan dengan cepat menuju kumpulan kaum tersebut. Beliau adalah
seorang yang sangat suka bersedekah. Jika sore hari telah tiba, maka beliau segera
mengumpulkan dan menghitung penghasilannya pada hari tersebut dan membaginya
menjadi dua bagian, sebagiannya unutk keperluan beliau, dan sebagiannya lagi untuk
disedekahkan….subhanallah sekali..
Satu hal yang menarik dari beliau yaitu dengan kondisi tubuhnya yang kurus,
kesibukan dan kelelahan beliau mencari nafkah di siang hari, dan juga kondisi tubuhnya
yang sudah sangat lemah, tidak membuat beliau lalai dan lemah dalam melaksanakan
ketaatan kepada Allah.
Isyarat Haraki dalam ayat ini:
 Seorang kader dakwah sejati haruslah memiliki perhatian dan kontribusi nyata untuk
mendukung agenda dan kerja dakwah yang dilaksanakan di sekitar daerah tempat
tinggalnya.
 Kondisi tubuh, kelelahan dan keletihan yang dialami di siang hari untuk mencari nafkah,
bukanlah alasan untuk menurunkan standar amal yaumi yang sudah ditetapkan dan
menjadi kebiasaan seorang dai.

 Pentingnya Tarbiyah iqtisadiyah (manajemen keuangan rumah tangga) untuk menopang


keberjalanan program-program dakwah. Sebagaimana Ust.Rahmat Abdullah –semoga Allah
merahmati beliau- katakan bahwa "Brankas kita dalam dakwah ini adalah kantong kita
sendiri."

‫) أَأَت َّ ِخذُ ِم ْن دُونِ ِه آ ِل َهةا‬44( َ‫ط َرنًِ َو ِإلَ ٌْ ِه ت ُ ْر َجعُون‬


َ َ‫ف‬ ‫ً ََل أ َ ْعبُ ُد الَّذِي‬ َ ‫َو َما ِل‬
‫ش ٌْئاا َو ََل‬ َ ‫شفَا َعت ُ ُه ْم‬ َ ًّ‫ض ٍ ّر ََل ت ُ ْغ ِن َع ِن‬ ُ ‫ِب‬ ‫الر ْح َم ُن‬
َّ ‫ِإ ْن ٌُ ِر ْد ِن‬
‫) ِإنًِّ آ َم ْنتُ بِ َربِّ ُك ْم‬46( ‫ٌن‬ ٍ ِ‫ض ًَل ٍل ُمب‬ َ ً‫لَ ِف‬ ‫) ِإنًِّ ِإذاا‬45( ‫ون‬ ِ ُ‫ٌُ ْن ِقذ‬
)47( ‫ون‬ ِ ُ‫فَا ْس َمع‬
"Dan ada apakah denganku, jika aku tidak menyembah Dzat yang telah menciptakanku,
sedang kepadanya kita semua dikembalikan. Apakah aku akan mengambil tuhan-tuhan
selain-Nya, sedangkan jika al-Rahmanmenimpakan malapetaka kepadaku, maka mereka
(tuhan-tuhan tersebut) tidak akan dapat memberikan syafa'at (pertolongan) kepadaku dan
tidak pula dapat menyelamatkanku. Sesungguhnya jika aku melakukan yang demikian,
maka aku telah berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku beriman kepada
Tuhan kalian, maka dengarkanlah aku."

Tsaqofah:
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai orang yang mengeluarkan perkataan
pada ayat terakhir di atas, yaitu,"Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kalian, maka
dengarkanlah aku."
Sebagian ulama berpendapat bahwa perkataan ini adalah perkataan yang diucapkan
oleh Habib bin al-Murri. Sebagian yang lain berpendapat bahwa perkataan ini adalah
perkataan yang disampaikan oleh para utusan sebelumnya.
Setelah menyampaikan perkataan tersebut, maka Habib al-Murri pun dibunuh oleh
kaumnya sendiri, hingga ia syahid.

Tsaqofah:
Para ahli tafsir berselisih mengenai cara kaumnya membunuhnya, sebagian
mengatakan bahwa ia dirajam (dilempari) batu oleh kaumnya hingga ia meninggal. Namun
satu hal yang sangat mengharukan, selama menahan rasa sakit akibat dilempari kaumnya
tersebut, ia hanya terus menerus mengucapkan doa,"Wahai Tuhanku, berilah petunjuk
kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah petunjuk kepada kaumku, wahai Tuhanku, berilah
petunjuk kepada kaumku!” beliau tetap mengucapkan doa tersebut hingga meninggal.

Ulama tafsir yang lain berpendapat bahwa kaumnya menjatuhkannya ke tanah secara
bersama-sama, lalu kemudian menginjak-injak tubuh kurus beliau hingga meninggal.

Isyarat Haraki dalam ayat ini:


 Pentingnya kekokohan pemahaman ketauhidan dan implementasinya bagi seorang dai.

 Pentingnya mensyiarkan ketauhidan, hal ini tercermin dalam pernyataan Habib bin al-Murri
di atas,"Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan kalian, maka dengarkanlah aku."

 Pentingnya penguasaan rasionalisasi ketauhidan dan konsekuensinya dalam kehidupan


seorang dai.

 Ketika sebuah agenda dan program dakwah mengalami kegagalan ataupun ketidaksuksesan
pada sebuah wilayah, maka yang paling merasa bersalah adalah kader-kader dakwah yang
ada pada daerah tersebut. Inilah isyarat yang disampaikan dalam ilustrasi cerita di atas,
yaitu beralihnya persoalan dari tiga orang kader dakwah utusan kepada Habib bin al-
Murri, sebagai kader dakwah yang ada pada daerah tersebut.

َ ٌَ‫ِقٌ َل ا ْد ُخ ِل ْال َجنَّةَ قَا َل ٌَا ل‬


ًّ‫) ِب َما َغ َف َر ِلً َر ِب‬48( َ‫ْت قَ ْو ِمً ٌَ ْعلَ ُمون‬
)49( َ‫ر ِمٌن‬َ ‫َو َجعَلَنًِ ِمنَ ْال ُم ْك‬
"Dikatakan kepadanya (ketika telah meninggal), masuklah engkau ke dalam surga. Ia
berkata,"Wahai sekiranya kaumku bisa mengetahui hal ini. Yaitu penyebab Tuhanku
mengampuniku, dan menjadikanku di antara orang-orang yang dimuliakan."

Inilah akhir dari cerita ini, yang inti akhirnya adalah akhir yang baik (husnul
khatimah) bagi orang-orang yang meninggal dan syahid di jalan dakwah ini. Pada akhir
cerita ini, seolah-olah Allah ingin menyingkap rahasia alam kubur kepada setiap aktivis
dakwah, bahwa seperti inilah kenikmatan yang diberikan kepada setiap mujahid di kubur
mereka. Semoga Allah SWT menjadikan kita satu di antara mujahid yang meninggal karena
syahid di jalan-Nya….amien.

Wallahu A`lam
3.MOTIVASI UNTUK BERPERAN DALAM DAKWAH
 Yakin dengan hari akhir.
6 hikmah meyakini hari akhir
1. . Tidak meniru pola hidup orang yang tidak beriman
2. Selalu beramal saleh meningkatkan takwa
3. Terus berperilaku baik dan benar
4. Bersedia berjihad di jalan Allah
5. Tidak bakhil atau kikir dalam berinfak
6. Selalu bersabar.

 Yakin dengan tanda –tanda kekuasaaan Allah .

ayat 33-35 berisi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di muka bumi. Setelah
beberapa ayat sebelumnya mengajak manusia memperhatikan sejarah kaum
yang mendustakan rasul, ayat ini kemudian mengajaknya memperhatikan tanda-
tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai