Anda di halaman 1dari 5

Ilmu al-Qur'an

Ilmu al-Qur'an atau 'Ulumul Qur'an adalah pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur'an.


Sebagian pokok-pokok pembahasan ilmu al-Qur'an dapat ditinjau dari segi turunnya ayat, urut-urutan ayat,
pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i'jaz, nasikh dan mansukh, atau bantahan
terhadap hal yang menyebabkan keraguan terhadap al-Qur'an.[1] Menurut az-Zaqrani, Ilmu al-Qur'an terdiri dari
ilmu :

1. Auqat wa Mawathin an-Nuzul


ilmu Al-Qur'an yang mempelajari waktu dan tempat turunnya ayat Al-Qur'an. Auqat wa Mawathin an-Nuzul
berasal dari dua kata, yaitu Auqat yang artinya "waktu-waktu" dan Mawathin artinya "tempat-tempat". Dalam
pembahasannya, bidang ilmu dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya: tertib masa turun ayat, tertib tempat
turun ayat, tertib mahdu' yang dibicarakan ayat yang diturunkan, tertib orang yang
dihadapi nabi Muhammad saat ayat diturunkan.

2. Asbabun-nuzul,
Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau
sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan
para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu.
Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah
diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat
dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2]
Al-Quran bukantah merupakan sebuah "buku" dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan,
tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW- scjauh situasi-situasi menuntutnya.
Al-Quran pun sangat menyadari konyataan ini sebagai suatu yang akan menimbuikan keusilan di kalangan
pembantahnya (QS. Al-Furqan [251: 32). Seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Quran secara
total dalam sekali waktu secara sekaligus adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena pada kenyataannya
AlQuran diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan yang timbul.[3]
Sebagian tugas untuk memahami pesan dari Al-Quran sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam
konteks latar belakangnya. Latar befakang yang paling dekat adaiah kegiatan dan perjuangan Nabi yang
berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan Atourano Terhadap perjuangan Nabi Yang secara
keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu memahaminya dalam konteks perspektif melieu Arab
pada masa awal penyebaran Islam, karena aktivitas Nabi berada di dalamnya. Oleh karena itu, adat-istiadat,
lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsaArab pada umumnya menjadi esensial diketahui daiam rangka
memahami konteks aktivitas Nabi. Secara khusus, situasi Mekah pra Islam perlu dipahami terlebih dahulu
secara mendalam. Tanpa memahami masalah ini, pesan Al-Quran sebagai suatu kebutuhan tidak akan dapat
dipahami. Orang akan salah menangkap pesan-pesan Al-Quran secara utuh, jika hanya memahami bahasanya
saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Al-Quran harus dicerna dalam konteks
perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan
dengan Al-Quran menekankan pentingnya asbab annuzul (alasan pewahyuan)

3. Tawarikh an-Nuzul,

Tawarikh an-Nuzul adalah ilmu Al-Qur'an yang menjelaskan masa dan tertib turunnya ayat al-Qur'an satu


demi satu dari awal hingga akhir. Yang termasuk dalam Tawarikh an-Nuzul adalah ayat yang diturunkan
pertama hingga terakhir, ayat yang diturunkan berulang-ulang, ayat yang diturunkan sekaligus atau terpisah,
ayat yang pernah diturunkan kepada nabi sebelum Muhammad, dan ayat yang belum pernah diturunkan
sebelumnya. Pada umumnya, ilmu ini digunakan para penafsir al-Qur'an untuk mengetahui marhalah-
marhalah dakwah Islam secara rinci. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui asas Tasyri'iyah. Dan yang paling
penting adalah untuk menolak argumen orang-orang atau kelompok tertentu yang ingin
menggoyahkan iman umat Muslim terhadap al-Qur'an.
4. Adabi Tilawat al-Qur'an,

Adabi Tilawat al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tata cara dan aturan seseorang dalam
membaca Al-Qur'an dari segi kondisi lahir maupun batin

5. Tajwid al-Qur'an,

tajwīd) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan,
[1]
 tajwid berasal dari kata jawwada (‫تجوي==دا‬-‫يج==وّ د‬-‫ )ج==وّ د‬dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam
kitab suci Al-Qur'an maupun bukan.

6. Fawatih as-Suwar,

Fawatih as-Suwar adalah ilmu Al-Qur'an yang membicarakan kalimat-kalimat pembuka suatu surah. Ilmu ini


cenderung mempelajari arti dan tafsir kalimat-kalimat tersebut

7. Qira'at al-Qur'an,

Ilmu Qira'at atau Maharat Qiraah adalah keterampilan dalam membaca yang disajikan dalam materi
pembelajaran, dengan cara dibacakan terlebih dahulu oleh seorang guru, kemudian diikuti oleh para murid.
Setelah belajar Maharat Qiraah, ditargetkan para murid dapat membaca, menerjemahkan, dan memahami teks
yang berbahasa arab.

8. Rasm al-Qur'an,

Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul
Qur’an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk
membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf Al-Imam ini karena pada
zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki
sosio-kultur berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab
murni termasuk di dalamnya lahjah dan cara bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari
daerah lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya oral arab akan menyebabkan banyak
perbedaan dalam membaca Al-Qur’an.

9. Gharib al-Qur'an,

Gharib al-Qur'an ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam Al-
Qur'an yang tidak biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.

10. I'rab al-Qur'an,

I'rab al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas kedudukan setiap kata dalam susunan kalimat (ta'bir),
untuk mengetahui arti dan makna suatu ayat

11. Bada'i al-Qur'an,

Bada'i al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas keindahan bahasa dalam susunan Al-Qur'an baik


mengenai sastra, keistimewaan, uslub, dan susunan kalimat-kalimatnya

12. Ma'rifatil Muhkam wa al-Mutasyabih


Ma'rifatil Muhkam wa al-Mutasyabih adalah ilmu Al-Qur'an yang menyatakan ayat-ayat mana yang
dipandang muhkam atau mutasyabih.

13. Naskh wa al-Mansukh


Naskh ( ‫ ) نسخ‬adalah kata dalam bahasa Arab yang biasanya diterjemahkan sebagai "pembatalan".
Dalam penafsiran hukum Islam (atau tafsir), naskh adalah teori yang dikembangkan untuk
menyelesaikan putusan-putusan wahyu Islam yang tampaknya kontradiktif dengan menggantikan atau
membatalkan wahyu sebelumnya. Dalam bentuk naskh[1] dan "klasik"[2][3] yang diakui secara luas,
peraturan/hukum Islam (hukum) dibatalkan demi yang lain, tetapi teks yang menjadi dasar hukum tidak
dihilangkan
Beberapa contoh peraturan Islam berdasarkan naskh termasuk larangan konsumsi alkohol secara
bertahap (semula alkohol tidak dilarang tetapi umat Islam diberi tahu bahwa yang buruk melebihi
kebaikan dalam minum), dan perubahan arah (kiblat) yang harus dihadapi ketika shalat shalat (awalnya
Muslim menghadap ke Yerusalem, tetapi diubah menjadi menghadap ke Kabah di Mekah).[4]Teks atau
putusan yang telah dicabut disebut mansukh; sebuah teks atau putusan yang membatalkan dikenal
sebagai nasikh.

14. Tanasubi Ayat al-Qur'an,

Tanasubi Ayat al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas penyesuaian atau hubungan antara satu
ayat Al-Qur'an dengan ayat lain, baik yang ada di depannya atau dibelakangnya. Ilmu ini bersifat itjihad,
bukan tauqif.

15. Wujh wa an-Nazha'ir,

Wujh wa an-Nazha'ir adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas kata-kata dalam Al-Qur'an yang memiliki


banyak arti dan makna yang dimaksud dalam suatu ayat. Wujh adalah lafal yang digunakan untuk beberapa
makna, sedangkan an-Nazha'ir adalah lafal-lafal yang berhampiran maknanya.

16. Amsal al-Qur'an,

Amsal al-Qur'an adalah cek 1 2 3 cek 1 2 3 ilmu Al-Qur'an yang membahas perumpamaan-perumpamaan yang


terdapat dalam Al-Qur'an dengan mensyarah ayat-ayat perumpamaan yang ada di dalamnya.

17. Jidal al-Qur'an,

Jidal al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang bantahan Al-Qur'an terhadap orang yang


mengingkari seruan dan keterangan-keterangannya

18. Qasas al-Qur'an,

Qasas al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang kisah-kisah umat-umat dan nabi-nabi


terdahulu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa Al-Qur'an diturunkan. Faedah ilmu ini diantaranya:
menjelaskan dasar-dasar dakwah yang disampaikan para nabi, sebagai penguat hati seorang muslim, dan
menarik perhatian pendengarnya

19. Aqsam al-Qur'an,

As-Suyuthi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sumpah adalah penetapan dan penguatan berita.
[2]
 Definisi ini sangat umum sehingga yang semisal firman Allah:  َ‫[ َوهللاُ يَ ْشهَ ُد ِإنَّ ْال ُمنَ=افِقِينَ لَكَ=ا ِذبُون‬Qur'an Al-Munafiqun:1] juga
termasuk sumpah, meskipun alat penekanan berita yang digunakan bukanlah alat sumpah, melainkan kata
kerja ‫ش==هد‬ syahida (“bersaksi”). Sumpah dan persaksian adalah dua alat bukti yang bisa digunakan untuk
memutuskan secara hukum dan Al-Qur'an menggunakan keduanya untuk menguatkan argumentasi.

20. I'jaz al-Qur'an,

I'jaz al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai kekuatan dari susunan lafal dan
kandungan Al-Qur'an, hingga dapat mengalahkan ahli-ahli bahasa Arab dan ahli-ahli lain.

21. Tafsir al-Qur'an

Tafsir Al-Qur'an (bahasa Arab: ‫ )تفسير القرآن‬adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan
tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar
artinya. Kebutuhan umat Islam terhadap tafsir Al-Qur'an, sehingga makna-maknanya dapat dipahami secara
penuh dan menyeluruh, merupakan hal yang mendasar dalam rangka melaksanakan perintah Allah (Tuhan
dalam Islam) sesuai yang dikehendaki-Nya.[1]
Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga
berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur'an dan isinya. Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini
disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an (ilmu-ilmu Al-Qur'an). Terdapat tiga
bentuk penafsiran yaitu Tafsîr bil ma’tsûr, at-tafsîr bir ra’yi, dan tafsir isyari, dengan empat metode, yaitu ijmâli,
tahlîli, muqârin dan maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh,
teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.

Ciri-Ciri Surat Makkiyah dan Karakteristiknya


ciri-ciri surat Makkiyah selengkapnya:

 Terdapat lafadz kalla di sebagian besar atau seluruh ayatnya.


 Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayatnya.
 Diawali huruf tahajji, seperti: qaf, nun, dan ha mim.
 Memuat kisah Adam dan iblis (kecuali surat Al-Baqarah).
 Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
 Di dalamnya terdapat seruan kepada semua manusia (wahai semua manusia).
 Isi suratnya berupa seruan dengan kalimat "Anak Adam".
 Isinya memberi penekanan pada masalah akidah.
 Ayatnya pendek-pendek.

Sementara karakteristik umum yang terdapat pada surat Makkiyah menurut buku Perspektif Baru Ilmu Alquran
karya Dawud al-‘Attar, antara lain:
Peringatan terhadap prinsip-prinsip akidah, seperti iman kepada Allah, hari Akhir, gambaran tentang hari
pembalasan, penghuni surga dan neraka.

 Ajakan untuk berpegang pada akhlak luhur dan berbuat baik.


 Secara umum suratnya berisi ayat yang pendek-pendek.
 Bantahan terhadap kaum musyrikin serta penegasan tentang batilnya akidah mereka.
 Banyaknya menggunakan ya ayyuha al-nas dan jarang menggunakan ungkapan ya al-ladzina amanuu.
 Banyak kisah para nabi dan pengikutnya.
 Kurang lebih lafadz kalla disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam suratnya.
 Setiap surat yang di buka dengan huruf-huruf yang singkat, seperti: alif lam mim, alif lam ra, hamim,
dan lain-lainnya.

Ciri-Ciri Surat Madaniyah dan Karakteristiknya


Kembali mengutip buku Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an oleh Moch Tolchah, berikut ciri-ciri surat
Madaniyah:

 Terdapat kalimat "orang-orang yang beriman" pada ayat-ayatnya.


 Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad di dalamnya.
 Ayatnya banyak menyebut kalimat “orang-orang munafik" (kecuali surat Al-Ankabut).
 Membuat bantahan terhadap ahli Alkitab (Yahudi dan Nasrani).
 Memuat hukum syara', seperti: ibadah, mu'amalah, al-ahwal dan al-syakhshiyah.
 Ayatnya panjang-panjang.

ADVERTISEMENT
Menurut Dawud al-‘Attar dalam buku Perspektif Baru Ilmu Alquran, karakteristik yang umumnya terdapat pada
Madaniyah menurut, antara lain:

 Banyak menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti had, faraidh, hak-hak, undang-undang politik,
ekonomi, dam masalah ke-negaraan.
 Suratnya berisi ayat-ayat yang panjang.
 Berbicara mengenai kedudukan dan ancaman bagi orang-orang munafik.
 Banyak menyebutkan tentang jihad serta pemberian ijin berperang dan hukum-hukumnya.
 Penentangan terhadap ahli alkitab dan seruan terhadap mereka untuk menghilangkan sikap berlebih-
lebihan dalam agama mereka.
 Ayatnya banyak menggunakan ungkapan ya al-ladzina amanuu dan jarang menggunakan kalimat ya
ayyuha al-nas.

Anda mungkin juga menyukai