2. Asbabun-nuzul,
Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau
sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan
para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu.
Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah
diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat
dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2]
Al-Quran bukantah merupakan sebuah "buku" dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan,
tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW- scjauh situasi-situasi menuntutnya.
Al-Quran pun sangat menyadari konyataan ini sebagai suatu yang akan menimbuikan keusilan di kalangan
pembantahnya (QS. Al-Furqan [251: 32). Seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Quran secara
total dalam sekali waktu secara sekaligus adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena pada kenyataannya
AlQuran diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan yang timbul.[3]
Sebagian tugas untuk memahami pesan dari Al-Quran sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam
konteks latar belakangnya. Latar befakang yang paling dekat adaiah kegiatan dan perjuangan Nabi yang
berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan Atourano Terhadap perjuangan Nabi Yang secara
keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu memahaminya dalam konteks perspektif melieu Arab
pada masa awal penyebaran Islam, karena aktivitas Nabi berada di dalamnya. Oleh karena itu, adat-istiadat,
lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsaArab pada umumnya menjadi esensial diketahui daiam rangka
memahami konteks aktivitas Nabi. Secara khusus, situasi Mekah pra Islam perlu dipahami terlebih dahulu
secara mendalam. Tanpa memahami masalah ini, pesan Al-Quran sebagai suatu kebutuhan tidak akan dapat
dipahami. Orang akan salah menangkap pesan-pesan Al-Quran secara utuh, jika hanya memahami bahasanya
saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Al-Quran harus dicerna dalam konteks
perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan
dengan Al-Quran menekankan pentingnya asbab annuzul (alasan pewahyuan)
3. Tawarikh an-Nuzul,
Adabi Tilawat al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tata cara dan aturan seseorang dalam
membaca Al-Qur'an dari segi kondisi lahir maupun batin
5. Tajwid al-Qur'an,
tajwīd) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan,
[1]
tajwid berasal dari kata jawwada (تجوي==دا-يج==وّ د- )ج==وّ دdalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam
kitab suci Al-Qur'an maupun bukan.
6. Fawatih as-Suwar,
7. Qira'at al-Qur'an,
Ilmu Qira'at atau Maharat Qiraah adalah keterampilan dalam membaca yang disajikan dalam materi
pembelajaran, dengan cara dibacakan terlebih dahulu oleh seorang guru, kemudian diikuti oleh para murid.
Setelah belajar Maharat Qiraah, ditargetkan para murid dapat membaca, menerjemahkan, dan memahami teks
yang berbahasa arab.
8. Rasm al-Qur'an,
Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul
Qur’an dikenal juga dengan sebutan Rasm Al-Utsmani, Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk
membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf Al-Imam ini karena pada
zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki
sosio-kultur berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab
murni termasuk di dalamnya lahjah dan cara bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari
daerah lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya oral arab akan menyebabkan banyak
perbedaan dalam membaca Al-Qur’an.
9. Gharib al-Qur'an,
Gharib al-Qur'an ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam Al-
Qur'an yang tidak biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
I'rab al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas kedudukan setiap kata dalam susunan kalimat (ta'bir),
untuk mengetahui arti dan makna suatu ayat
Tanasubi Ayat al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas penyesuaian atau hubungan antara satu
ayat Al-Qur'an dengan ayat lain, baik yang ada di depannya atau dibelakangnya. Ilmu ini bersifat itjihad,
bukan tauqif.
As-Suyuthi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sumpah adalah penetapan dan penguatan berita.
[2]
Definisi ini sangat umum sehingga yang semisal firman Allah: َ[ َوهللاُ يَ ْشهَ ُد ِإنَّ ْال ُمنَ=افِقِينَ لَكَ=ا ِذبُونQur'an Al-Munafiqun:1] juga
termasuk sumpah, meskipun alat penekanan berita yang digunakan bukanlah alat sumpah, melainkan kata
kerja ش==هد syahida (“bersaksi”). Sumpah dan persaksian adalah dua alat bukti yang bisa digunakan untuk
memutuskan secara hukum dan Al-Qur'an menggunakan keduanya untuk menguatkan argumentasi.
I'jaz al-Qur'an adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai kekuatan dari susunan lafal dan
kandungan Al-Qur'an, hingga dapat mengalahkan ahli-ahli bahasa Arab dan ahli-ahli lain.
Tafsir Al-Qur'an (bahasa Arab: )تفسير القرآنadalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan
tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar
artinya. Kebutuhan umat Islam terhadap tafsir Al-Qur'an, sehingga makna-maknanya dapat dipahami secara
penuh dan menyeluruh, merupakan hal yang mendasar dalam rangka melaksanakan perintah Allah (Tuhan
dalam Islam) sesuai yang dikehendaki-Nya.[1]
Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga
berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur'an dan isinya. Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini
disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an (ilmu-ilmu Al-Qur'an). Terdapat tiga
bentuk penafsiran yaitu Tafsîr bil ma’tsûr, at-tafsîr bir ra’yi, dan tafsir isyari, dengan empat metode, yaitu ijmâli,
tahlîli, muqârin dan maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh,
teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.
Sementara karakteristik umum yang terdapat pada surat Makkiyah menurut buku Perspektif Baru Ilmu Alquran
karya Dawud al-‘Attar, antara lain:
Peringatan terhadap prinsip-prinsip akidah, seperti iman kepada Allah, hari Akhir, gambaran tentang hari
pembalasan, penghuni surga dan neraka.
ADVERTISEMENT
Menurut Dawud al-‘Attar dalam buku Perspektif Baru Ilmu Alquran, karakteristik yang umumnya terdapat pada
Madaniyah menurut, antara lain:
Banyak menjelaskan tentang hukum-hukum, seperti had, faraidh, hak-hak, undang-undang politik,
ekonomi, dam masalah ke-negaraan.
Suratnya berisi ayat-ayat yang panjang.
Berbicara mengenai kedudukan dan ancaman bagi orang-orang munafik.
Banyak menyebutkan tentang jihad serta pemberian ijin berperang dan hukum-hukumnya.
Penentangan terhadap ahli alkitab dan seruan terhadap mereka untuk menghilangkan sikap berlebih-
lebihan dalam agama mereka.
Ayatnya banyak menggunakan ungkapan ya al-ladzina amanuu dan jarang menggunakan kalimat ya
ayyuha al-nas.