Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pengembangan lembar kerja siswa berbasis model kooperatif tipe STAD
berbantuan ICT (Geogebra) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa pada penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan
(Research & Development/ R&D) dengan model pengembangan 4-D dari
Thiagarajan dan Semmel. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk yang
memenuhi kriteria valid dan efektif. Untuk menghasilkan tujuan tersebut, terlebih
dahulu dilakukan penelitian pengembangan menggunakan model 4-D dari
Thiagarajan dan Semmel yang telah diuraikan sebelumnya pada BAB III yaitu
define (pendefenisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan
disseminate (penyebaran), namun peneliti hanya sampai pada tahap develop
(pengembangan) karena keterbatasan waktu dan biaya. Hasil penelitian yang
diperoleh dari setiap tahapan pengembangan adalah sebagai berikut :
4.1.1 Tahap Define (Pendefenisian)
a. Analisis Awal Akhir
Tahap analisis ini peneliti melakukan observasi dikelas XI MIA 2 SMA
Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat sekaligus berdiskusi dengan salah
satu guru matematika yaitu ibu Anita Sihite, S.Pd. Hal ini untuk mengetahui
permasalahan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dari proses observasi dan
diskusi tersebut didapatkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa,
diantaranya banyak siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif, timbul rasa
bosan, malas, dan kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini terjadi dikarenakan
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pola pembelajaran biasa dan
belum mencoba membuat pembelajaran yang interaktif dalam proses interaksi
kelas untuk mengkontruksi pemikiran siswa.
Bahan ajar yang digunakan oleh guru masih tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa. Guru hanya menggunakan bahan ajar berupa buku yang

50
51

disediakan sekolah sebagai satu-satunya sumber belajar, selanjutnya dalam


kegiatan pembelajaran guru banyak menuliskan penjelasan di papan tulis terkait
materi yang akan diajarkan. LKS yang digunakan juga masih memuat soal-soal
biasa terkait contoh soal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menjadi
penyebab perkembangan kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih
rendah.
Hasil informasi yang sudah didapatkan diatas, peneliti memilih salah satu
perangkat pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi
secara singkat dan jelas yaitu dengan mengembangkakn LKS berbasis model
kooperatif tipe STAD berbantuan ICT untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa. Dengan LKS ini guru tidak lagi menjelaskan materi dari
awal sampai akhir, dan siswa juga akan dilibatkan langsung dalam proses
pembelajaran.
b. Analisis Siswa
Analisis siswa ini dilakukan untuk menelaah karakteristik siswa yang
meliputi latar belakang kemampuan pengetahuan, tingkat perkembangan kognitif
siswa, serta lingkungan siswa. Dilihat dari latar belakang siswa berasal dari suku
dan agama yang berbeda dengan tingkatan sosial ekonomi yang beragam.
Dilihat dari latar belakang kemampuan pengetahuan siswa kelas XI MIA 2
SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat, siswa memiliki kemampuan
pengetahuan matematika masih tergolong rendah, dimana siswa masih merasa
kurang memahami pelajaran matematika yang disebabkan pembelajaran masih
berpusat pada guru. Disamping itu, dalam proses pembelajaran siswa juga jarang
dilatih dalam kemampuan memecahkan masalah. Siswa belum pernah mengikuti
pembelajran dengan model kooperatif pada saat pelajaran matematika, dan
pengaturan siswa untuk belajar secara kelompok dalam kelas hampir tidak pernah
dilakukan. Hal ini juga didukung dengan pengalaman peneliti ketika
melaksanakan PPL disekolah tersebut.
Jika dikaitkan dengan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, maka
siswa kelas MIA 2 SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat rata-rata
berusia 16-17 tahun dan berada dalam tahap perkembangan operasional formal
52

atau mereka sudah mampu untuk berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir “kemungkinan”. Jika ditinjau dari gaya belajar, siswa cenderung
menggunakan visual. Dalam pembelajaran, siswa dihadapkan dengan
permasalahan yang ada pada keadaan disekitar siswa. Oleh karena itu, diharapkan
pembelajaran matematika kooperatif dapat membantu proses berpikir kritis
matematis siswa.
Dari lingkungan siswa di sekolah, siswa kelas MIA 2 SMA Swasta
Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat terdiri dari berbagai suku, namun bahasa
yang digunakan saat disekolah tetap memakai bahasa Indonesia. Pada saat dikelas,
kurangnya fasilitas yang mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis. Seperti, guru kurang memakai alat peraga atau media
pembelajaran dalam proses pembelajaran, dan kurangnya benda-benda
kontekstual yang ada disekitar siswa, sehingga siswa terbatas dalam menggali
atau mengeksplor pengetahuannya. Dari penjelasan diatas, hasil analisis siswa ini
digunakan sebagai dasar dalam menyusun LKS yang akan dikembangkan.
c. Analisis Konsep
Analisis konsep ini berkaitan dengan materi yang akan digunakan dan
dipelajari siswa didalam LKS yang akan dikembangkan. Rincian analisis konsep
untuk materi transformasi refleksi merujuk pada Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Hasil analisis konsep transformasi geometri, membentuk
peta konsep sebagai berikut:

Sumber : Buku Matematika Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017


Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Transformasi Refleksi
53

d. Analisis Tugas
Kompetensi Dasar
3.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matriks transformasi
geometri.
Indikator
3.6.1 Menemukan sifat-sifat refleksi berdasarkan pengamatan pada masalah
kontekstual dan pengamatan objek pada bidang koordinat.
3.6.2 Menggunakan konsep transformasi refleksi dengan kaitannya dengan
konsep matriks dalam menemukan koordinat titik setelah
ditransformasi.
3.6.3 Menemukan matriks transformasi refleksi dengan pengamatan terhadap
titik-titik dan bayangannya.
3.6.4 Menggunakan konsep transformasi refleksi dengan kaitannya dengan
konsep matriks dalam menemukan fungsi setelah ditransformasi.
e. Perumusan Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menemukan sifat-sifat refleksi berdasarkan pengamatan
pada masalah kontekstual dan pengamatan objek pada bidang
koordinat.
2. Siswa mampu menemukan matriks transformasi refleksi dengan
pengamatan terhadap titik-titik dan bayangan.
3. Siswa mampu menggunakan konsep transformasi refleksi dengan
kaitannya dengan konsep matriks dalam menemukan koordinat titik
setelah ditransformasi.
4. Siswa mampu menggunakan konsep transformasi refleksi dengan
kaitannya dengan konsep matriks dalam menemukan fungsi setelah
ditransformasi.
4.1.2 Tahap Design (Perancangan)
a. Penyusunan Tes
Tes berpikir kritis disusun berdasarkan kisi-kisi soal. Butir tes disusun
sesuai materi transformasi refleksi. Tes ini disajikan pada setiap awal dan akhir uji
coba, sebelum dan setelah perlakuan dengan perangkat pembelajaran berbasis
54

model kooperatif tipe STAD. Tes ini berbentuk soal uraian berstrukstur yang
terdiri dari 4 butir soal. Tiap butir tes dinilai berdasarkan acuan penskoran
berpikir kritis. Dalam menyusun tes kemampuan berpikir kritis dilakukan
kegiatan, yaitu: (1) membuat kisi-kisi tes; (2) merancang masalah sesuai indikator
kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mengacu pada indikator yang ingin
dicapai; (3) membuat alternatif penyelesaian/kunci jawaban tes; dan (4) membuat
pedoman/rubrik penskoran. Secara rinci kegiatan diatas dapat dilihat pada
lampiran penelitian.
b. Pemilihan Media
Hasil pemilihan media diseusaikan dengan hasil analisis tugas, analisis
konsep serta karakteristik siswa dan sarana yang tersedia di sekolah. Media
pembelajaranyang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika pada
materi transformasi refleksi meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan tes. Beberapa alat bantu yang diperlukan
meliputi papan tulis, spidol, penghapus, buku tulis, pulpen, laptop dan infokus.
c. Pemilihan Format
Format dalam pengembangan LKS adalah dengan memperhatikan syarat-
syarat dan struktur dalam penyusunan LKS. LKS yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah LKS yang berstruktur dan saling berkesinambungan antar
sub-bab. LKS juga dirancang berdasarkan defenisi, model, level kesulitan soal,
dan langkah-langkah dalam model kooperatif tipe STAD. Sehingga siswa akan
menemukan konsep dari setiap sub-bab dengan membuat langkah-langkah dalam
menyelesaikan berpikir kritis di LKS.
d. Perancangan Awal
Kegiatan utama dan hasil akhir kegiatan perancangan adalah penulisan
perangkat pembelajaran. Pada hasil ini dihasilkan rancangan awal rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap
dua kali pertemuan, tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa terdiri dari tes
awal (pretest) dan tes akhir (postest), pedoman penskoran dan alternatif
penyelesaian. Semua hasil pada hasil perancangan ini disebut prototype 1. Adapun
rancangan awal yang disebutkan di atas diuraikan sebagai berikut:
55

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP dirancang sesuai dengan kurikulum 2013 berdasarkan
Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Isi RPP terdiri dari satuan pendidikan,
sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, pertemuan ke-, alokasi
waktu, kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran, media,
alat, sumber pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian
hasil belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdiri dari 2 set untuk 2
kali pertemuan. Kedua RPP tersebut secara garis besar dijabarkan sebagai berikut:
 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Alokasi waktu yang digunakan 2 x 40 menit pelajaran dengan topik
pengertian refleksi. Tujuan pembelajaran pada RPP I ini adalah:
a. Siswa mampu menemukan sifat-sifat refleksi berdasarkan pengamatan
pada masalah kontekstual dan pengamatan objek pada bidang koordinat.
b. Siswa mampu menggunakan konsep transformasi refleksi dengan
kaitannya dengan konsep matriks dalam menemukan koordinat titik
setelah ditransformasi.
 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Alokasi waktu yang digunakan 2 x 40 menit pelajaran dengan topik
pengertian refleksi. Tujuan pembelajaran pada RPP I ini adalah:
a. Siswa mampu menemukan matriks transformasi refleksi dengan
pengamatan terhadap titik-titik dan bayangan.
b. Siswa mampu menggunakan konsep transformasi refleksi dengan
kaitannya dengan konsep matriks dalam menemukan fungsi setelah
ditransformasi.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)


Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari LKS I dan LKS II untuk 2 kali
pertemuan. LKS yang dikembangkan sesuai dengan prinsip atau prosedur
pembelajaran model kooperatif tipe STAD. Pada LKS disediakan petunjuk
pengerjaan, tempat untuk menuliskan nama kelompok, anggota kelompok, serta
56

kolom untuk menjawab setiap pertanyaan. Berpikir kritis pada LKS akan
menggiring siswa untuk menemukan konsep. Untuk lebih jelasnya, maka
ditampilkan visual dari salah satu LKS yang digunakan siswa seperti terlihat pada
gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS)

3. Tes Kemampuan Berpikir Kritis


Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
berpikir kritis siswa yang terdiri dari tes awal dan tes akhir. Tes awal terdiri dari 4
butir soal cerita mengenai transformasi refleksi dan tes akhir terdiri dari 5 butir
soal cerita mengenai transformasi refleksi.

4.1.3 Tahap Develop (Pengembangan)


a. Hasil Validasi Ahli
Validasi dilakukan untuk memperbaiki hasil prototype I yang nantinya
produk yang sudah divalidasi bisa langsung diuji cobakan kepada siswa kelas XI
MIA 2 SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat. Validator terdiri dari 2
orang yang disarankan oleh dosen pembimbing peneliti diantaranya terdiri dari 1
dosen pendidikan matematika UNIVA Labuhanbatu dan 1 guru bidang studi
matematika SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat. Berikut dibawah
ini nama-nama validator:
57

Tabel 4.1 Nama-nama Validator


No Nama Keterangan
1 Endi Zunaedi Pasaribu, M.Pd Dosen Matematika Universitas Al-
NIDN : 0131108901 Washliyah Labuhanbatu
2 Anita Sihite, S.Pd Guru Matematika SMA Swasta Kemala
Bhayangkari 2 Rantauprapat

1. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Penilaian yang dilakukan validator meliputi aspek format, isi, dan bahasa
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hasil validasi ahli RPP berupa nilai
validasi, koreksi, kritik dan saran yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penyempurnaan pengembangan. Berikut ini tabel hasil validasi RPP dari
validator:
Tabel 4.2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rata- Rata-
Validator Rata-rata rata rata
Aspek Indikator tiap tiap Total
1 2 Indikator Aspek
1. Kejelasan pembagian materi 5 5 5,00 4,68
Forma 2. Sistem penomoran jelas 5 5 5,00 (Valid)
3. Pengaturan ruang/tata letak 5 4 4,50 4,87
t
4. Jenis dan ukuran huruf sesuai 5 5 5,00
Isi 1. Kebenaran isi/materi 5 4 4,50 4,55
2. Dikelompokkan dalam bagian- 4 5 4,50
bagian yang logis
3. Kesesuaian dengan standar 5 5 5,00
kompetensi kurikulum 2013
4. Pemilihan strategi, pendekatan, 4 4 4,00
metode dan sarana pembelajaran
dilakukan dengan tepat,
sehingga memungkinkan siswa
aktif belajar
5 5 5,00
5. Kegiatan guru dan kegiatan
siswa dirumuskan secara jelas
dan operasional, sehingga
mudah dilaksanakan oleh guru
dalam proses pembelajaran
dikelas 4 5 4,50
6. Kesesuaian dengan model
kooperatif tipe STAD 5 4 4,50
58

7. Kesesuaian urutan materi 4


8. Kesesuaian alokasi waktu yang 4,50
5
digunakan 4
4,50
9. Kelayakan sebagai perangkat 5
pembelajaran
1. Kebenaran tata bahasa 5 5 5,00
2. Kesederhanaan struktur kalimat 5 4 4,50
Bahasa 3. Kejelasan petunjuk dan arahan 5 5 5,00 4,62
4. Sifat komunikatif bahasa yang 4 4 4,00
digunakan

Berdasarkan hasil nilai rata-rata total yang diperoleh dari validasi RPP di
atas adalah 4,68 dan hasil validasi tersebut dinyatakan valid sesuai dengan kriteria
kevalidan pada bab III. Keimpulan bahwa RPP yang digunakan baik dan dapat
digunakan tanpa revisi.

2. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Berbasis Model


Kooperatif Tipe STAD
Penilaian yang dilakukan validator meliputi aspek format, bahasa dan isi,
Selanjutnya lembar kerja siswa ini divalidasi terlebih dahulu oleh validator
sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan LKS. Berikut ini tabel hasil
validasi LKS dari validator:

Tabel 4.3 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa


Rata- Rata-
Validator Rata-rata rata rata
Aspek Indikator tiap tiap Total
1 2 Indikator Aspek
1. Kejelasan pembagian materi 4 4 4,00 4,45
2. Memiliki daya tarik 5 5 5,00 (Valid)
3. Sistem penomoran jelas 5 5 5,00
Forma
4. Pengaturan ruang/tata letak 5 4 4,50 4,67
t
5. Jenis dan ukuran huruf sesuai 4 5 4,50
6. Kesesuaian antara fisik LKS 5 5 5,00
dengan siswa
Bahasa 1. Kebenaran tata bahasa 4 5 4,50 4,35
2. Kesesuaian kalimat dengan taraf 4 4 4,00
berpikir dan kemampuan
membaca serta usia siswa
5 4 4,50
59

3. Mendorong minat untuk bekerja 5 5 5,00


4. Kesederhanaan struktur kalimat 4 4 4,00
5. Kalimat soal tidak mengandung
arti ganda 4 4 4,00
6. Kejelasan petunjuk dan arahan 5 4 4,50
7. Sifat komunikatif bahasa yang
digunakan
1. Kebenaran isi/materi 4 4 4,00
2. Merupakan materi/tugas yang 4 4 4,00
esensial
3. Dikelompokkan dalam bagian- 5 5 5,00
bagian yang logis
4. Kesesuaian dengan model 4 4 4,00
kooperatif tipe STAD
Isi 4 5 4,50 4,35
5. Kesesuaian tugas dengan urutan
materi
6. Perannnya untuk mendorong 5 5 5,00
siswa menemukan
konsep/prosedur secara mandiri
4 4 4,00
7. Kelayakan sebagai perangkat
pembelajaran

Berdasarkan hasil nilai rata-rata total yang diperoleh dari validasi


LKS di atas adalah 4,45 dan hasil validasi tersebut dinyatakan valid sesuai dengan
kriteria kevalidan pada bab III. Keimpulan bahwa LKS yang digunakan baik dan
dapat digunakan tanpa revisi.

3. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Penilaian yang dilakukan validator untuk tes kemampuan berpikir kritis
matematis meliputi aspek isi, bahasa dan penulisan soal. Adapun hasil dari
validasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Validasi Isi Bahasa dan Penulisan Soal
Validator
Soal Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin 4 Poin 1 Poin 2 Poin 3
No 1 1 4 4 4 4 4 3 4
2 3 4 4 4 4 3 3
Rata-rata Tiap
3,5 4 4 4 4 3 3,5
Indikator
Rata-rata Tiap
3,88 3,5
Aspek
60

Rata-rata Total 3,7


Validasi Isi Bahasa dan Penulisan Soal
Validator
Soal Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin 4 Poin 1 Poin 2 Poin 3
No 2 1 4 4 4 3 4 4 4
2 4 3 4 4 4 4 3
Rata-rata Tiap
4 3,5 4 3,5 4 4 3,5
Indikator
Rata-rata Tiap
3,8 3,83
Aspek
Rata-rata Total 3,81
Validasi Isi Bahasa dan Penulisan Soal
Validator
Soal Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin 4 Poin 1 Poin 2 Poin 3
No 3 1 4 3 4 4 4 3 4
2 4 4 4 4 4 4 4
Rata-rata Tiap
4 3,5 4 4 4 3,5 4
Indikator
Rata-rata Tiap
3,88 3,83
Aspek
Rata-rata Total 3,85
Soal
Validasi Isi Bahasa dan Penulisan Soal
No 4 Validator
Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin 4 Poin 1 Poin 2 Poin 3
1 4 3 4 4 4 3 4
2 3 3 4 4 4 3 4
Rata-rata Tiap
3,5 3 4 4 4 3 4
Indikator
Rata-rata Tiap
3,62 3,66
Aspek
Rata-rata Total 3,64
Validasi Isi Bahasa dan Penulisan Soal
Validator
Soal Poin 1 Poin 2 Poin 3 Poin 4 Poin 1 Poin 2 Poin 3
No 5 1 3 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 3
Rata-rata Tiap
3,5 4 4 4 4 4 3,5
Indikator
Rata-rata Tiap
3,88 3,83
Aspek
Rata-rata Total 3,85

Kesimpulan dari penilaian secara umum didapatkan bahwa tes berpikir


kritis matematis layak digunakan dengan revisi kecil. Selanjutnya tes yang sudah
diperbaiki ini akan diuji cobakan ke lapangan. Adapun saran perbaikan yang dari
kedua validator adalah sebagai berikut:
61

Tabel 4.5 Saran Revisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan
Hasil Validasi
No. Validator Saran Revisi
1. Tingkat kesukaran agar di sesuaikan
I
dengan kemampuan berpikir Kritis
2. II -

4. Hasil Validasi Angket Respon Siswa


Penilaian yang dilakukan validator untuk angket respon siswa meliputi
aspek format, isi, dan bahasa. Adapun hasil dari validasi tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Hasil Validasi Angket Respon Siswa
Rata- Rata-
Validator Rata-rata rata rata
Aspek Indikator tiap tiap Total
1 2 Indikator Aspek

1. Sistem penomoran jelas 5 5 5,00


Forma
2. Pengaturan ruang/tata letak 5 5 5,00 5,00
t
3. Jenis dan ukuran huruf sesuai 5 5 5,00

1. Kesesuaian dengan petunjuk


penilai pada angket respon
5 4 4,50 4,50
Isi siswa terhadap LKS model 4,61
kooperatif tipe stad berbantuan (Valid)
ICT

1. Menggunakan bahasa yang baik 4 5 4,50


dan benar
Bahasa 5 4 4,50 4,33
2. Kesederhanaan struktur kalimat
4 4 4,00
3. Kejelasan petunjuk dan arahan

Berdasarkan hasil nilai rata-rata total yang diperoleh dari validasi angket
respon siswa di atas adalah 4,61 dan hasil validasi tersebut dinyatakan valid sesuai
dengan kriteria kevalidan pada bab III. Keimpulan bahwa angket respon siswa
yang digunakan baik dan dapat digunakan tanpa revisi
62

b. Hasil Uji Coba


1. Uji Coba I (kelompok kecil) pada Prototype II
Produk yang sudah divalidasi selanjutnya diuji cobakan di tempat
penelitian. Uji coba ini dilakukan di kelas XI MIA 2 SMA Swasta Kemala
Bhayangkari 2 Rantaurapat. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah
memasukkan surat izin untuk riset ke sekolah pada tanggal 31 Maret 2021.
Tanggal 6 April peneliti sudah diizinkan dan mulai melakukan riset. Uji coba 1
atau uji coba kelompok kecil dilakukan bersama 4 siswa kelas kelas XI MIA 2
SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantaurapat, dimana siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk mengamati, menemukan,
dan menyimpulkan berbagai macam kegiatan bentuk soal yang ada pada LKS. Uji
coba ini dilakukan untuk mendapatkan respon dari siswa yang nantinya dapat
digunakan apakah produk yang sudah digunakan pada uji coba sesungguhnya (uji
coba II). Dalam uji coba ini guru hanya sebagai fasilitator dan bukan
membimbing siswa karena LKS yang disajikan hanya berpusat pada siswa.

2. Uji Coba II (kelompok besar) pada Prototype III

Setelah selesai dilakukan uji coba 1 dengan 4 orang siswa, selanjutnya


hasil prototype II yang sudah dinilai dan akan diuji cobakan pada kelompok besar
di kelas XI MIA 2 SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantaurapat dengan
jumlah siswa sebanyak 35 orang. Pelaksanaan uji coba 2 di kelas XI MIA 2 SMA
Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantaurapat dilakukan selama 2 pertemuan untuk
membahas materi dan 1 pertemuan untuk mengerjakan tes berpikir kritis
matematis sesuai dengan RPP. Adapun strategi pembelajaran di kelas, siswa
diarahkan ke dalam situasi belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
membentuk kelompok diskusi sesuai ketetapan yang ada dalam RPP. Masing-
masing kelompok diskusi ini nantinya bekerja sama dalam mengerjakan tes yang
ada dalam LKS.

Namun ada beberapa kendala ketika siswa diminta untuk memulai


pembelajaran dengan LKS, diantaranya beberapa siswa awalnya merasa bingung
63

dengan materi yang tiba-tiba disajikan dan msiswa sendiri yang mencari dan
memahami konsep materinya. Hal ini membuat siswa tersebut merasa kurang
mampu dan khawatir jika nanti mereka tidak akan paham dengan apa yang
mereka pelajari, karena selama ini pembelajaran matematika yang dilaksanakan di
kelas selalu dimulai dengan penjelasan guru dan diakhiri dengan mengerjakan
soal sesuai contoh yang sudah dijelaskan guru sebelumnya. Selain itu, ada
beberapa siswa yang tidak mengerti sama sekali dalam menggunakan LKS
tersebut. Oleh karena itu peneliti menjelaskan secara detail langkah perlangkah
dan tujuan akhir dari LKS yang akan digunakan dalam pembelajaran, serta
memberi motivasi terhadap para siswa yang merasa khawatir jika tidak bisa
menjawab. Berikut ini foto kegiatan belajar mengajar dalam uji coba 2:

Gambar 4.3 Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas XI MIA 2

a. Analisis Angket Respon Siswa

Pengisian angket diberikan kepada 35 siswa kelas XI MIA 2 SMA Swasta


Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat untuk mengetahui bagaimana respon siswa
terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan LKS berbasis model
kooeratif tipe STAD. Angket respon siswa berisi 20 butir pernyataan terkait LKS
tersebut, dengan cara memberi tanda ceklist pada kolom yaitu sangat setuju,
setuju, kurang setuju atau bahkan tidak setuju. Berikut ini hasil dari perhitungan
angket respon siswa:
64

Tabel 4.7 Analisis Hasil Angket Respon Siswa


Banyak Responden Nilai Rata- Nilai
Memilih Jawaban rata untuk Rata-
No Aspek yang Dinilai setiap rata
SS S KS TS Aspek Keefekti
fan
1 Lembar kerja siswa (LKS) 3,43
menggunakan bahasa yang 18 7 - - 3,514 (Tinggi)
mudah dipahami
2 LKS menggunakan kalimat
yang tidak menimbulkan 18 6 1 - 3,486
makna ganda
3 Petunjuk kegiatan dalam LKS
jelas, sehingga
21 14 - - 3,600
mempermudah saya dalam
melakukan semua kegiatan
4 Pemilihan jenis huruf, ukuran
serta spasi yang digunakan
15 18 2 - 3,371
mempermudah saya dalam
membaca LKS
5 Pada awal pembelajaran
menggunakan lembar kerja
15 17 3 - 3,343
siswa ini, ada sesuatu yang
menarik bagi saya
6 Gaya penyajian LKS ini
9 25 1 - 3,200
membosankan
7 Pada setiap halaman terdapat
kata atau kalimat yang tidak 22 13 - - 3,629
saya pahami
8 Dalam pembelajaran ini saya
sering menyatakan soal dalam
16 16 3 - 3,371
bentuk gambar, sketsa, atau
diagram
9 Variasi kegiatan, tugas, soal
latihan, ilustrasi dan lain-lain
membantu saya untuk 22 13 - - 3,629
mengembangkan kemampuan
matematika saya
10 Ketika belajar saya selalu
memeriksa kembali hasil
pekerjaan yang saya peroleh
24 11 - - 3,686
dan membuat kesimpulan
sesuai dengan masalah yang
ditanyakan
11 Dari setiap kegiatan yang ada 15 20 - - 3,429
65

dalam LKS ini saya dapat


menyimpulkan dan
mengambil ide-ide penting
mengenai materi transformasi
refleksi geometri
12 Saya dapat menghubungkan
isi LKS ini dengan hal-hal
yang telah saya lihat, saya 16 18 1 - 3,429
lakukan, atau saya pikirkan
dalam kehidupan sehari-hari
13 Saya mampu membuat model
matematika dari soal
11 24 - - 3,314
berbentuk uraian dan soal
cerita
14 Saya dapat memperoleh
pengetahuan dengan
mengikuti serangkaian 17 18 - - 3,486
kegiatan dalam lembar kerja
siswa
15 Selagi saya belajar
menggunakan LKS ini, saya
percaya bahwa saya dapat 16 19 - - 3,457
mempelajari isinya dengan
baik
16 Setelah mempelajari
transformasi refleksi geometri
menggunakan LKS ini saya 17 18 - - 3,486
percaya bahwa saya akan
berhasil dalam tes
17 Isi LKS ini sangat bermanfaat
22 13 - - 3,629
bagi saya
18 Tidak ada materi dalam LKS
2 4 29 - 2,286
ini yang saya pahami
19 Saya senang mempelajari
matematika khususnya
24 11 - - 3,686
transformasi refleksi geometri
menggunakan LKS ini
20 Isi LKS ini sesuai dengan
27 4 4 - 3,629
minat saya

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat pada aspek petunjuk kegiatan
dalam LKS tersebut sudah jelas mencapai nilai rata-rata tinggi yaitu 3.600 dengan
banyak siswa yang kurang setuju adalah 1 siswa dan sisanya setuju bahkan sangat
setuju dengan pernyataan tersebut.
66

Pada aspek awal pembelajaran menggunakan LKS ini ada sesuatu yang
menarik, terdapat 3 siswa kurang setuju, 17 siswa setuju dan 15 siswa sangat
setuju. Dari nilai rata-rata respon siswa tersebut aspek ini tergolong tinggi yaitu
3,343. Alasan 3 siswa kurang setuju tersebut menurut mereka belajar
menggunakan LKS sudah pernah dilakukan dari beberapa tahun lalu hingga
sekarang. Mereka tidak paham kalau yang dimaksud dalam aspek ini adalah
pembelajaran dengan penemuan konsep tes berpikir kritis dengan LKS.
Pada aspek menyimpulkan dan mengambil ide-ide penting mengenai
materi transportasi refleksi melalui kegiatan yang ada dalam LKS ini terdapat 15
siswa sangat setuju dan 20 siswa memilih setuju. Nilai rata-rata dari aspek ini
adalah 3.429.
Pada aspek menghubungkan isi LKS ini dengan hal-hal yang telah dilihat,
dilakukan, dipikirkan dalam kehidupan sehari-hari ada 1 siswa memilih kurang
setuju, 18 siswa setuju dan 16 siswa lainnya sangat setuju hal ini. Aspek ini
termasuk kategori sedang dengan nilai rata-rata pada aspek yaitu 3,429.
Aspek selain yang disebutkan di atas masing-masing siswa memilih setuju
dan sangat setuju, jadi nilai rata-rata dari aspek tersebut juga tergolong tinggi dan
mendapat respon positif dari siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa respon siswa terhadap komponen LKS dan kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah memenuhi
kriteria efektif tinggi yaitu 3.43.

b. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis siswa


Adapun hasil dari ketuntasan belajar siswa yang dilakukan dilihat dengan
memberikan tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir berpikir kritis
matematis siswa di kelas XI MIA 2 yang diikuti sebanyak 35 orang siswa.
Deskripsi presentase kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada uji coba
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
67

Tabel 4.8 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kritis Pada Uji Coba
Pretest Presentase Postest Presentase
Kategori Ketuntasan Ketuntasan
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
Klasikal Klasikal
Tuntas 3 8,58% 32 91,42%
Tidak Tuntas 32 91,42% 3 8,58%
Jumlah 35 100% 35 100%

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa ketuntasan klasikal dari hasil


kemampuan berpikir kritis siswa pada pretest uji coba sebesar 8,58% sedangkan
pada posttest uji coba sebesar 91,42%. Sesuai dengan kriteria ketuntaan belajar
secara klasikal, yaitu minimal 85% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu
mencapai skor ≥ 75, maka hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada uji coba
sudah memenuhi kriteria pencapaian ketuntasan klasikal. Jadi, pada tes
kemampuan berpikir kritis dengan model kooperatif tipe stad yang dikembangkan
sudah memenuhi kriteria pencapaian ketuntasan secara klasikal.

Tabel 4.9 Daftar Hasil Nilai Pretest (Tes Awal) dan Postest (Tes Akhir)
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No Kode Prestest Keterangan Posttest Keterangan


1 S1 50 Tidak Tuntas 77 Tuntas
2 S2 50 Tidak Tuntas 63 Tidak Tuntas
3 S3 20 Tidak Tuntas 91 Tuntas
4 S4 80 Tuntas 91 Tuntas
5 S5 50 Tidak Tuntas 77 Tuntas
6 S6 50 Tidak Tuntas 77 Tuntas
7 S7 50 Tidak Tuntas 77 Tuntas
8 S8 50 Tidak Tuntas 91 Tuntas
9 S9 50 Tidak Tuntas 84 Tuntas
10 S10 40 Tidak Tuntas 92 Tuntas
11 S11 40 Tidak Tuntas 84 Tuntas
12 S12 70 Tidak Tuntas 91 Tuntas
13 S13 50 Tidak Tuntas 84 Tuntas
14 S14 80 Tuntas 84 Tuntas
15 S15 50 Tidak Tuntas 84 Tuntas
16 S16 50 Tidak Tuntas 49 Tidak Tuntas
17 S17 40 Tidak Tuntas 77 Tuntas
18 S18 30 Tidak Tuntas 77 Tuntas
68

19 S19 40 Tidak Tuntas 77 Tuntas


20 S20 40 Tidak Tuntas 91 Tuntas
21 S21 50 Tidak Tuntas 77 Tuntas
22 S22 40 Tidak Tuntas 77 Tuntas
23 S23 30 Tidak Tuntas 77 Tuntas
24 S24 80 Tuntas 77 Tuntas
25 S25 30 Tidak Tuntas 84 Tuntas
26 S26 10 Tidak Tuntas 84 Tuntas
27 S27 60 Tidak Tuntas 84 Tuntas
28 S28 50 Tidak Tuntas 84 Tuntas
29 S29 50 Tidak Tuntas 63 Tidak Tuntas
30 S30 20 Tidak Tuntas 77 Tuntas
31 S31 40 Tidak Tuntas 77 Tuntas
32 S32 50 Tidak Tuntas 84 Tuntas
33 S33 40 Tidak Tuntas 77 Tuntas
34 S34 40 Tidak Tuntas 91 Tuntas
35 S35 70 Tidak Tuntas 84 Tuntas
Jumlah 1640 2815
Rata-rata 46,86 80,43
Tuntas 3 Siswa 32 Tuntas
Tidak Tuntas 32 Siswa 3 Tidak Tuntas

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengembangan Lembar Kerja Siswa Matematika Berbasis Model
Kooperatif tipe STAD yang Valid dan Efektif
Pengembangan perangkat pembelajaran berupa LKS ini dikembangkan
berdasarkan model pengembangan 4-D dari Thiagarajan, dan Semmel. Adapun
tahapan model 4-D tersebut adalah define (pendefenisian), design (perancangan),
develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Namun peneliti hanya
mengembangkan LKS sampai tahap develop (pengembangan), untuk mengetahui
apakah Pengembangan perangkat ini layak atau tidak maka produk harus diuji
kualitasnya seperti kevalidan dan keefektifannya.

Aspek kevalidan pengembangan LKS ditinjau berdasarkan tiga hal


yaitu format, isi, dan bahasa yang akan dinilai oleh para ahli yang sudah
ditetapkan peneliti sebagai validator. Produk dikatakan valid apabila hasil dari
penilaian validator mencapai kriteria tingkat kevalidan yaitu 3 ≤ Va ≤ 5 sesuai
69

penilaian pada bab III. Sedangkan pada aspek keefektifan dapat ditinjau
berdasarkan hasil angket respon siswa.

a. Validasi LKS Berbasis Model Kooperatif


Produk awal berupa prototype I akan divalidasi terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam uji coba ke lapangan. Berikut ini rangkuman hasil penilaian dari
para ahli terkait perangkat pembelajaran yang dikembangkan:

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Penilaian Validasi


No. Perangkat Pembelajaran Nilai Rata-rata Validasi Kategori
1 RPP 4,68 Valid
2 LKS 4,45 Valid
Tes Kemampuan Berpikir Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
3 Valid
Kritis 3,7 3,81 3,85 3,64 3,85
4 Angket Respon Siswa 4,61 Valid

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata validasi RPP,
LKS, Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Angket Respon Siswa berada pada
kategori valid, namun boleh digunakan dengan catatan sedikit revisi. Oleh karena
itu perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan pada tahap selanjutnya yaitu
uji coba lapangan.

b. Keefektifan LKS Matematika Berbasis Model Kooperatif


Berdasarkan penjelasan sebelumnya keefektifan perangkat pembelajaran
berupa LKS dapat dilihat melalui aspek angket respon siswa. Angket diberikan
kepada siswa kelas XI MIA 2 SMA Swasta Kemala Bhayangkari 2 Rantauprapat
sebanyak 35 orang siswa pada uji coba kedua setelah proses belajar mengajar
telah selesai dilakukan. Tujuannya untuk melihat apakah pembelajaran dengan
LKS berbasis model kooperatif dapat menumbuhkan potensi siswa dalam
menemukan konsep, prinsip/ciri-ciri, dan sifat dalam matematika terhadap materi
70

transformasi refleksi, serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar


matematika. Berikut ini table hasil rata-rata dari angket respon siswa:

Tabel 4. 10 Nilai Rata-rata Angket Respon Siswa


Nilai Rata- Nilai
rata untuk Rata-rata
No Aspek yang Dinilai
setiap Keefektif
Aspek an
1 Lembar kerja siswa (LKS) menggunakan 3,43
3,514
bahasa yang mudah dipahami (Tinggi)
2 LKS menggunakan kalimat yang tidak
3,486
menimbulkan makna ganda
3 Petunjuk kegiatan dalam LKS jelas,
sehingga mempermudah saya dalam 3,600
melakukan semua kegiatan
4 Pemilihan jenis huruf, ukuran serta spasi 3,371
yang digunakan mempermudah saya
dalam membaca LKS
5 Pada awal pembelajaran menggunakan 3,343
lembar kerja siswa ini, ada sesuatu yang
menarik bagi saya
6 Gaya penyajian LKS ini membosankan 3,200
7 Pada setiap halaman terdapat kata atau 3,629
kalimat yang tidak saya pahami
8 Dalam pembelajaran ini saya sering 3,371
menyatakan soal dalam bentuk gambar,
sketsa, atau diagram
9 Variasi kegiatan, tugas, soal latihan, 3,629
ilustrasi dan lain-lain membantu saya
untuk mengembangkan kemampuan
matematika saya
10 Ketika belajar saya selalu memeriksa 3,686
kembali hasil pekerjaan yang saya
peroleh dan membuat kesimpulan sesuai
dengan masalah yang ditanyakan
11 Dari setiap kegiatan yang ada dalam LKS 3,429
ini saya dapat menyimpulkan dan
mengambil ide-ide penting mengenai
materi transformasi refleksi geometri
12 Saya dapat menghubungkan isi LKS ini 3,429
dengan hal-hal yang telah saya lihat, saya
lakukan, atau saya pikirkan dalam
kehidupan sehari-hari
13 Saya mampu membuat model 3,314
71

matematika dari soal berbentuk uraian


dan soal cerita
14 Saya dapat memperoleh pengetahuan
dengan mengikuti serangkaian kegiatan 3,486
dalam lembar kerja siswa
15 Selagi saya belajar menggunakan LKS
ini, saya percaya bahwa saya dapat 3,457
mempelajari isinya dengan baik
16 Setelah mempelajari transformasi refleksi
geometri menggunakan LKS ini saya
3,486
percaya bahwa saya akan berhasil dalam
tes
17 Isi LKS ini sangat bermanfaat bagi saya 3,629
18 Tidak ada materi dalam LKS ini yang
2,286
saya pahami
19 Saya senang mempelajari matematika
khususnya transformasi refleksi geometri 3,686
menggunakan LKS in
20 Isi LKS ini sesuai dengan minat saya 3,629

Dapat dilihat dari hasil rata-rata angket respon siswa diatas adalah 3,43
dan berdasarkan rumus yang digunakan dalam bab III angket respon siswa
tergolong pada kriteria kategori tinggi. Diawal pembelajaran banyak siswa yang
tertarik untuk belajar dikarenakan pembelajaran matematika menggunakan LKS
dengan penemuan konsep secara mandiri ini termasuk hal baru bagi mereka.
Namun ada 3 siswa yang kurang tertarik belajar menggunakan LKS, dikarenakan
mereka terbiasa dengan pembelajaran yang dilibatkan oleh guru dalam
menyelesaikan soal dan 3 siswa ini termasuk siswa yang memiliki minat belajar
sangat rendah dikelas.
Dengan adanya LKS ini siswa merasa lebih aktif dan tertarik dalam belajar
matematika, siswa dapat menemukan kembali konsep terhadap materi yang
dipelajari karena LKS dengan model kooperatif tipe STAD ini bukan menghapal
rumus melainkan bisa membuat siswa ingat dan memahami rumus, tidak mudah
melupakan rumus dan memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah. LKS ini
juga melatih siswa untuk berani berbicara dalam mengemukakan hasil diskusi
bersama kelompoknya karena disini lebih menekankan perlunya interaksi yang
terus menerus antara siswa satu dengan siswa yang lain, siswa juga mendapatkan
72

manfaat positif dari interaksi tersebut dengan pembelajaran menggunakan LKS


berbasis model kooperatif tipe STAD ini.
4.2.2 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan
Menggunakan LKS Matematika Berbasis Model Kooperatif Tipe
STAD
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yang dimaksud
dengan dengan berpikir kritis matematis adalah suatu kegiatan mental yang
melibatkan otak dan tubuh yang bekerja secara berkesinambungan. Dengan
berpikir, manusia melibatkan seluruh jasmani, pikiran dan perasaan untuk bekerja
dan secara tidak sadar mengarahkan diri untuk menghadirkan pemikiran sehingga
menghasilkan wawasan dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika
berdasarkan penalaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
kemampuan berpikir kritis siswa pada pretest (tes awal) uji coba sebanyak 3 siswa
atau sebesar 8,58% dinyatakan tuntas dan sebanyak 32 siswa atau sebesar 91,42%
dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan hasil penelitian kemampuan berpikir kritis
siswa pada posttest (tes akhir) uji coba sebanyak 32 siswa atau sebesar 91,42%
dinyatakan tuntas dan sebanyak 3 siswa atau sebesar 8,58% dinyatakan tidak
tuntas. Maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari
3 siswa atau sebesar 8,58% meningkat menjadi sebanyak 32 siswa atau sebesar
91,42%.
Sesuai dengan kriteria ketuntaan belajar secara klasikal, yaitu minimal
85% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu mencapai skor ≥ 75, maka hasil
tes kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan LKS berbasis Model
kooperatif tipe STAD pada uji coba sudah memenuhi kriteria pencapaian
ketuntasan klasikal dan sudah mengalami peningkatan.
73

4.3 Temuan Penelitian


Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dalam penelitian ini
ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada pemberian tes uji coba, tes kemampuan awal berpikir kritis
terdapat 8,58% siswa adalah tuntas dan 91,42% siswa adalah tidak
tuntas dalam ketuntasan belajar klasikal. Tetapi pada tes kemampuan
akhir berpikir kritis meningkat menjadi 91,42% siswa adalah tuntas
dan 8,58% siswa adalah tidak tuntas dalam ketuntasan belajar klasikal.
2. Pada uji coba LKS, waktu yang digunakan tidak melebihi waktu
pembelajaran biasa yaitu Sebanyak 2 kali pertemuan (empat jam
pelajaran). Alokasi waktu yang digunakan 4 x 80 menit sehingga
waktu pembelajaran sudah memenuhi waktu KBM dengan
menggunakan LKS dapat berjalan dengan lancar.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menemukan kelemahan-kelemahan


karena adanya keterbatasan yang tidak dapat dihindari, antara lain:
1. Pembentukan kelompok diskusi setiap kelas sudah ditetapkan oleh
pihak sekolah berdasarkan hasil diskusi dengan setiap guru mata
pelajaran di sekolah tersebut, begitu juga dengan bentuk tempat duduk
siswa. Dan itu berlaku selama tenggang waktu yang ditentukan oleh
sekolah.
2. Peneliti yang mau melakukan penelitian di sekolah SMA Swasta
Bhayangkari 2 Rantauprapat dimana kelas yang mau diteliti oleh
peneliti sudah ditetapkan oleh pihak sekolah yang bersangkutan.
3. LKS yang dikembangkan hanya berisikan materi Transformasi
Refleksi. LKS yang dikembangkan dengan model 4-D hanya sampai
tahap pengembangan, karena peneliti memiliki keterbatasan waktu
dan biaya untuk sampai tahap penyebaran.

Anda mungkin juga menyukai