Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tingkat Kebutuhan Peserta Didik

Secara umum pelajaran matematika masih menjadi momok yang menakutkan

bagi sebagian peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu sebelum peneliti melakukan

pengembangan produk berupa modul matematika berbasis penemuan terbimbing

pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan, terlebih dahulu peneliti telah

mengidentifikasi beberapa permasalahan umum yang terjadi dalam proses

pembelajaran matematika di sekolah. Identifikasi masalah dilakukan dengan

melakukan wawancara terhadap beberapa siswa di MTsN Model Makassar.

Hasil analisis permasalahan peserta didik yang diperoleh dideskripsikan

sebagai berikut: pertama, kecenderungan guru menggunakan metode pembelajaran

konvensional yang terpusat pada guru dalam pembelajaran matematika, menjadikan

peserta didik membutuhkan metode dan pendekatan yang lebih segar dan sesuai

dengan cara belajar peserta didik. Metode pembelajaran yang tepat akan

menghasilkan proses pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik, karena tidak

lagi pasif dan menjadi objek di dalam kelas.

Kedua, bahan ajar merupakan instrumen yang dapat menunjang pemahaman

peserta didik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi di lapangan,

ditemukan keterbatasan bahan ajar yang dapat merespon peserta didik untuk lebih

aktif dalam proses pembelajaran. Bahan ajar (misalnya buku paket, modul, dan lain-

53
54

lain) yang tersedia di sekolah secara gamblang memaparkan definisi, rumus, atau

konsep materi yang diajarkan. Jadi, peserta didik malas untuk membaca dan tidak

tertarik untuk belajar dengan bahan ajar tersebut. Ketiga, peserta didik menginginkan

bahan ajar yang dapat meningkatkan minat belajarnya dan bisa digunakan belajar

secara mandiri.

Berdasarkan hasil analisis permasalahan peserta didik dalam proses

pembelajaran matematika di sekolah, peneliti menganalisis tingkat kebutuhan peserta

didik kelas IX SMP/MTs terhadap bahan ajar matematika. Peserta didik

membutuhkan bahan ajar yang mudah dipahami, dapat merespon peserta didik untuk

aktif dan bisa digunakan belajar secara mandiri. Oleh karena itu, modul matematika

berbasis penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan

kelas IX SMP/MTs sangat dibutuhkan peserta didik. Modul yang dikembangkan

peneliti selain disajikan dalam bentuk yang menarik dengan gambar dan ilustrasi,

penerapan model penemuan terbimbing pada modul tersebut juga dapat membantu

peserta didik menemukan sendiri pengertian, teori, rumus, dan konsep, sehingga

peserta didik mampu menemukan pengetahuan yang bermakna.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses Pengembangan Modul Matematika Berbasis Penemuan


Terbimbing pada Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan
Kelas IX SMP/MTs.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model pengembangan yang

digunakan pada penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE. Model ADDIE

memiliki 5 tahapan, yaitu analisis (analysis), perancangan (design), pengembangan


55

(development), penerapan (implementation), dan evaluasi (evaluation). Berikut ini

deskripsi proses pengembangan modul matematika berbasis penemuan terbimbing

pada setiap tahap dan penjelasannya masing-masing.

a. Tahap analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahap pertama dari penelitian ini. Pada tahap ini,

peneliti menganalisis masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran

matematika. Peneliti menganalisis materi pelajaran, karakteristik peserta didik, dan

tahap analisis pengembangan modul. Di bawah ini uraian tahap-tahap analisis;

1) Analisis instruksional

Analisis instruksional dilakukan dengan menganalisis materi pelajaran

matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Peneliti menganalisis

keterkaitan antara satu sub materi dengan sub materi lainnya, mana materi yang

seharusnya dibahas terlebih dahulu. Analisis instruksional digambarkan seperti pada

bagan berikut:

STANDAR KOMPETENSI

KEGIATAN 1 KEGIATAN 3

KEGIATAN 2 KEGIATAN 4

Gambar 4.1 Analisis Instruksional


56

Skema di atas menggambarkan penyusunan materi pada modul matematika

berbasis penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan

kelas IX SMP/MTs. Kegiatan belajar 1dan kegiatan belajar 3 memiliiki kedudukan

yang sama pada modul dan saling berkaitan.

Pada penyusunan modul, kegiatan belajar 1 yaitu sub materi kesebangunan

bangun datar dan kegiatan belajar 3 dengan sub materi kekongruenan bangun datar

dapat diletakkan di awal. Sedangkan kegiatan belajar 2 dan kegiatan belajar 4 berada

setelah kegiatan belajar 1 dan kegiatan belajar 3, karena kegiatan-kegiatan tersebut

tidak dapat dipelajari jika kegiatan belajar 1 dan kegiatan belajar 3 tidak dikuasai.

Sub materi pada kegiatan belajar 2 kesebangunan segitiga merupakan lanjutan dari

kegiatan belajar 1, sedangkan sub materi kegiatan belajar 4 kekongruenan segitiga

merupakan lanjutan dari kegiatan belajar 3. Materi pada modul ini disusun sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Materi kesebangunan dan kekongruenan pada modul

matematika berbasis penemuan terbimbing tersebut disajikan dari yang umum

kekhusus.

2) Analisis karakteristik peserta didik SMP/MTs

Mengetahui karakteristik peserta didik dalam pengembangan bahan ajar

merupakan salah satu kunci utama dalam menyusun bahan ajar yang sesuai dengan

kemampuan akademik dan cara belajar peserta didik. Jadi peneliti tidak hanya

dituntut untuk memahami materi pelajaran dalam mengembangkan modul, tetapi juga

harus memahami karakteristik dan cara belajar peserta didik yang akan menggunakan

bahan ajar yang dikembangkan. Kemampuan akademik individu, kondisi fisik dan
57

psikis peserta didik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, dan pengalaman

belajar peserta didik merupakan hal yang mesti dipertimbangkan untuk menganalisis

karakteristik peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara pada tahap observasi terhadap beberapa peserta

didik, peneliti menemukan bahwa peserta didik memiliki tingkat literasi yang rendah.

Jadi modul yang dikembangkan harus menggunakan bahasa yang sederhana dan

mudah dipahami peserta didik. Modul tersebut harus mampu merespon peserta didik

untuk menemukan sendiri konsep, rumus, teori, definisi, dan menarik kesimpulan-

kesimpulan dari materi yang disajikan dalam modul, karenanya modul yang

dikembangkan berbasis penemuan terbimbing.

Sistem pembagian kelas di Indonesia yang heterogen menjadi masalah

tersendiri dalam mengembangkan modul. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan

usia, sehingga dalam satu kelas terdapat berbagai macam karakter dan kecerdasan.

Munib Chatib dalam bukunya, Sekolahnya Manusia mengatakan bahwa terdapat tiga

pipa kecerdasan yang memengaruhi cara belajar peserta didik, yaitu pipa audio,

kinestetik, dan visual. Dalam pengembangan modul matematika berbasis penemuan

terbimbing, peneliti menekankan pendekatan pada pipa visual dan kinestetik peserta

didik. Artinya bahan ajar yang dikembangkan ditambah dengan ilustrasi gambar yang

menarik dan peneliti memasukkan beberapa soal yang memberikan intruksi kepada

peserta didik untuk aktif bergerak melakukan eksperimen dalam menyelesaikan soal-

soal tersebut. Hal ini berguna untuk meningkatkan minat dan motivasi peserta didik

belajar dengan menggunakan bahan ajar tersebut.


58

3) Analisis pengembangan modul

Tahap ketiga dari tahap analisis adalah menganalisis pengembangan modul.

Untuk menghasilkan modul yang valid, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan peserta

didik, maka peneliti mengkaji referensi yang membahas tentang aspek-aspek penting

dalam pengembangan modul. Aspek-aspek modul yang dikaji, yaitu aspek kelayakan

isi/materi, aspek kelayakan bahasa, dan aspek kelayakan kegrafikan. Analisis

pengembangan modul juga harus mengacu pada hasil analisis kurikulum dan analisis

karakteristik peserta didik. Hasil analisis tersebut menjadi aspek-aspek penting dalam

pengembangan modul.

b. Tahap perancangan (design)

Tahap perancangan (design) merupakan tahap di mana peneliti membuat

rancangan produk berupa modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Penyusunan dimulai dengan:

1. Peneliti mencari referensi-referensi yang terkait dengan pokok bahasan

kesebangunan dan kekongruenan. Dalam proses penyusunan produk peneliti

menggunakan bahan ajar berupa buku matematika yang banyak digunakan di

sekolah dan beberapa buku matematika dalam bentuk file pdf.

2. Penyusunan rancangan modul, terdiri dari:

a) Tahap pertama dalam penyusunan rancangan modul yaitu menentukan judul

modul. Judul modul pada penelitian ini adalah “Modul Matematika Berbasis

Penemuan Terbimbing Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan”.


59

b) Merancang modul dengan menggunakan model penemuan terbimbing pada

materi kesebangunan dan kekongruenan. Dengan komponen-komponen modul

meliputi sampul modul, isi modul, dan bagian evaluasi. Berikut ini langkah-

langkah menyusun rancangan modul:

1) Peneliti merumuskan kompetensi dasar yang harus dikuasai, yaitu KD yang

berasal dari kurikulum 2013. Peneliti menjadikan kurikulum 2013 sebagai

acuan karena sebagian besar sekolah ditingkat SMP/MTs, telah mulai

menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Selain itu, model

penemuan terbimbing cocok digunakan dalam kurikulum 2013, karena

kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific approach. Berdasarkan

hasil analisis peneliti maka modul yang dikembangkan menggunakan model

penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan,

terdiri dari beberapa sub materi dengan standar kompetensi masing-masing.

Materi kesebangunan terdiri dari kesebangunan bangun datar, kesebangunan

dua segitiga, kekongruenan bangun datar, dan kekongruenan dua segitiga.

2) Tahap kedua dalam merancang modul matematika adalah menyusun

kerangka modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada pokok

bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Dalam proses penyusunan modul

matematika berbasis penemuan terbimbing, beberapa kali peneliti melakukan

perubahan pada aspek sistematika modul. Berdasarkan saran-saran dari

pembimbing, modul kemudian disusun dengan pola yang jelas dan konsisten.

Materi kesebangunan dan kekongruenan pada modul disusun menjadi 4


60

kegiatan belajar dengan masing-masing 3 sub kegiatan belajar, setelah itu

terdapat rangkuman materi, dan soal-soal latihan untuk setiap kegiatan.

Dalam modul yang dikembangkan peneliti menggunakan istilah “Lab Math”

untuk sub kegiatan pada setiap kegiatan belajar. Sedangkan untuk rangkuman

materi menggunakan istilah “Ayo Membaca” dan soal-soal latihan

menggunakan istilah “Quiz Time”. Pada bagian akhir modul terdapat

glosarium dan tes sumatif dengan istilah “Uji Keterampilan” sebagai bagian

evaluasi modul. Uji keterampilan terdiri dari soal-soal pilihan ganda dan juga

soal isian.

3) Tahap selanjutnya adalah merancang desain modul, agar modul memiliki

karakteristik dan menarik minat peserta didik sebagai pengguna. Langkah

pertama yang dilakukan peneliti mengumpulkan gambar-gambar ilustrasi

menarik yang sesuai dengan materi. Gambar-gambar yang digunakan,

diambil dari berbagai macam sumber di internet. Pada tahap ini peneliti juga

mendesain sampul modul guna menarik minat peserta didik dalam

menggunakan modul tersebut. Sampul modul yang dikembangkan peneliti

menggunakan latar biru dan putih. Pada sampul digunakan gambar piramida

mesir sebagai latar belakang utama, karena sesuai dengan materi

kesebangunan dan kekongruenan. Di tengah sampul terdapat lingkaran

berwarna merah dengan latar gambar arsitektur gedung. Pemilihan gambar

tersebut sebagai latar belakang karena materi kesebangunan dan

kekongruenan banyak digunakan dalam bidang tersebut. Pada bagian atas


61

sampul modul terdapat tulisan judul modul dan pada bagian tengah terdapat

materi yang disajikan dalam modul. Sedangkan tata letak bagian isi modul

menggunakan pola yang sama untuk setiap sub kegiatan. Peneliti juga

menggunakan variasi warna yang beragam dan beberapa gambar-gambar

untuk menarik minat peserta didik sebagai pengguna modul. Jenis huruf yang

digunakan dalam modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan adalah Maiandra GD,

dengan ukuran huruf 12 pt.

4) Penyusunan topik/materi pembelajaran dilakukan secara sistematis. Proses

penyajian materi dalam modul matematika berbasis penemuan terbimbing

yang dikembangkan peneliti tidak lagi menyajikan materi kesebangunan

secara gamblang. Tahap ini merupakan bagian paling sulit dan penting dalam

penyusunan modul matematika. Selain menyusun modul dengan

menggunakan kurikulum 2013, pada tahap ini materi harus disajikan dengan

menerapkan model penemuan terbimbing. Kurangnya referensi bahan ajar

yang menerapkan model penemuan terbimbing menjadi tantangan tersendiri

bagi peneliti. Modul yang disusun harus mengacu pada karakteristik model

penemuan terbimbing, yang dapat merespon peserta didik dalam menemukan

sendiri pengetahuan tentang materi kesebangunan dan kekongruenan.

Berdasarkan kajian teori pada bab II, peneliti menyimpulkan tahap-tahap

model penemuan terbimbing, yaitu tahap merumuskan masalah, analisis

masalah, menyusun konjektur, dan menarik kesimpulan. Berikut ini adalah


62

susunan materi dalam modul yang dikembangkan; kegiatan belajar 1

merupakan materi kesebangunan bangun datar, dengan lab math 1.1 syarat-

syarat kesebangunan, lab math 1.2 mengidentifikasi dua bangun yang

sebangun, lab math 1.3 kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

belajar 2 sub materi kesebangunan segitiga, dengan lab math 2.1 syarat dua

segitiga sebangun. Lab math 2.2 kesebangunan khusus segitiga siku-siku dan

lab math 2.3 dengan materi penerapan sederhana kesebangunan segitiga.

Pada kegiatan belajar 3 kekongruenan bangun datar dengan lab math 3.1

syarat-syarat dua bangun kongruen, lab math 3.2 mencari bangun kongruen

dengan translasi dan rotasi, dan lab math 3.3 menghitung sisi dan sudut yang

belum diketahui dua bangun yang kongruen.

5) Menentukan bentuk evaluasi. Pada modul ini peneliti menggunakan bentuk

tes formatif dan sumatif, yaitu dengan soal-soal isian dan pilihan ganda. Pada

akhir setiap kegiatan menggunakan latihan soal berupa esai. Sedangkan pada

bagian akhir modul menggunakan soal berbentuk pilihan ganda dan esai.

3. Penyusunan lembar penilaian ahli

Untuk menghasilkan modul yang layak diuji coba, maka peneliti menyusun

lembar penilaian ahli. Lembar penilaian ahli meliputi ahli materi, ahli desain, dan ahli

bahasa. Lembar penilaian ahli meliputi aspek kelayakan kegrafikan. Komponen yang

dinilai seperti ukuran modul, desain sampul modul, dan desain isi modul.

Sedangkan validasi tim ahli materi dan bahasa pada produk modul meliputi

beberapa aspek, yaitu; 1) aspek kelayakan isi, dengan indikator penilaian seperti
63

kesesuaian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, pendukung materi

pembelajaran, dan kemutakhiran materi. 2) Aspek kelayakan penyajian. Indikator

yang dinilai yaitu, teknik penyajian, pendukung penyajian, penyajian pembelajaran,

dan kelengkapan penyajian. 3) Aspek bahasa, dengan indikator penilaian meliputi,

lugas tidaknya bahasa yang digunakan dalam modul, komunikatif, dialogis dan

interaktif, kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, keruntutan dan

keterpaduan alur pikir, dan penggunaan istilah, simbol atau ikon dalam modul

tersebut, dan 4) Aspek penilaian penemuan terbimbing, dengan indikator penilaian

meliputi karakteristik penemuan terbimbing.

c. Tahap Development (Pengembangan)

Pengembangan modul dilakukan dengan mengembangkan modul matematika

berbasis penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan

kelas IX SMP/MTs. Modul yang telah dibuat dan dikembangkan peneliti, kemudian

divalidasi oleh tim ahli dengan menggunakan lembar penilaian ahli desain, materi,

dan bahasa.

Hasil penilaian ahli inilah yang digunakan peneliti untuk merevisi modul yang

dikembangkan, sesuai dengan komentar atau saran yang diberikan oleh tim ahli.

Berikut ini penjelasan tahap pengembangan modul matematika berbasis penemuan

terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan yang meliputi

beberapa aspek, yaitu:


64

1. Tahap uji validitas

a) Validasi ahli

Pada tahap ini, bahan ajar divalidasi oleh tim ahli pada aspek desain, materi,

dan bahasa. Validasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang produk bahan ajar

berbasis penemuan terbimbing yang dikembangkan oleh peneliti. Tim ahli terdiri dari

dua orang dosen UIN Alauddin Makassar yang berpengalaman sebagai tim ahli atau

validator. Ahli pertama merupakan dosen mata kuliah bahasa Indonesia dari jurusan

Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Halimah, M.Pd. Ahli

kedua juga dosen dari Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar, Suharti,

S.Pd., M.Pd.

Selain itu, peneliti juga memilih seorang dosen Pendidikan Matematika dari

STKIP YPUP Makassar, Rizky Ramadhana, S.Si., S.Pd., M.Pd. Ahli ketiga juga

merupakan seorang guru matematika (praktisi pendidikan) di MA Ihya Ulumuddin

kabupaten Bantaeng. Kekurangan pada penelitian ini adalah tidak terdapat ahli yang

kapabel dalam bidang desain, sehingga penilaian modul dalam aspek kegrafikan

mungkin tidak maksimal. Tetapi kekurangan tersebut ditutupi dengan pengalaman-

pengalaman ketiga tim ahli dalam bidang pendidikan yang banyak menggunakan

bahan ajar berupa buku ajar ataupun modul, sehingga aspek desain modul dapat

dinilai sesuai dengan standar penilaian produk.

Melalui validasi ahli desain, materi, dan bahasa diharapkan kualitas produk

yang dikembangkan peneliti dapat teruji secara teoritis dan empiris, serta menarik

dari segi tampilan fisik. Sehingga produk modul matematika berbasis penemuan
65

terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan layak diuji coba di

lapangan. Validasi produk dilakukan dengan mendatangi langsung tim ahli, untuk

menilai dan memvalidasi produk yang dibuat dengan memperlihatkan rancangan

desain produk. Tim ahli diminta untuk menilainya, sehingga kelemahan dan

kelebihan produk yang dikembangkan dapat diketahui.

1) Validasi pertama

Validasi pertama peneliti mengajukan kepada tim ahli rancangan awal bahan

ajar, berupa modul yang telah dikembangkan dengan menggunakan model penemuan

terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Modul tersebut

diperiksa dan diberi beberapa saran perbaikan oleh tim ahli. Deskripsi saran yang

diberikan oleh tim validator dapat dilihat pada lampiran halaman 124 hasil validasi I.

Ahli/validator I memberikan beberapa masukan pada aspek bahasa. Ahli

mengatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam modul harus sederhana dan mudah

dipahami peserta didik. Pengguna modul merupakan peserta didik SMP/MTs, bahasa

dalam modul harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka. Ahli

pertama meminta agar modul tersebut tidak menggunakan kata-kata yang dapat

menimbulkan makna ganda bagi peserta didik. Ahli pertama juga masih menemukan

beberapa kesalahan pengetikan dalam modul. Sedangkan pada aspek tampilan, ahli I

memberi saran agar tidak terlalu over menggunakan gambar.

Ahli/validator II juga memberikan beberapa saran perbaikan khususnya pada

aspek desain dan isi modul. Ahli kedua mengatakan peneliti harus konsisten

menggunakan istilah, misalnya istilah kegiatan. Jika di awal memakai istilah


66

“kegiatan belajar 1”, maka istilah tersebut digunakan sampai kegiatan belajar 4.

Begitu juga dengan istilah lab math harus konsisten dari awal hingga akhir modul.

Ahli kedua memberi masukan tentang sampul modul yang digunakan kurang

menarik, karena warna terlalu cerah dan gambar yang digunakan sebagai latar

belakang tidak sesuai dengan materi. Dan hal paling penting menurut validator/ahli

kedua bahwa setiap sub pokok bahasan harus memuat kegiatan yang sesuai dengan

sintaks penemuan terbimbing.

Sedangkan ahli/validator ketiga memberikan beberapa masukan pada aspek

materi. Ahli ketiga menemukan adanya beberapa materi yang kurang jelas dan sulit

dipahami oleh peserta didik SMP/MTs dalam modul yang dikembangkan peneliti.

Selain itu masih terdapat kesalahan soal, sehingga jawaban contoh soal tersebut juga

akan salah. Beberapa soal dalam modul juga harus diperbaiki kembali karena

kesalahan pengetikan dan beberapa bagian soal hilang, sehingga soal menjadi tidak

jelas.

Berdasarkan saran dari ketiga tim ahli terhadap modul matematika berbasis

penemuan terbimbing, peneliti kemudian melakukan revisi sebelum masuk tahap

validasi kedua.

2) Validasi Kedua

Validasi kedua dilakukan dengan mengajukan hasil revisi modul sesuai

dengan catatan tim validator/ahli pada validasi pertama. Validasi pada tahap kedua

ini, tim validator/ahli memberikan beberapa masukan dan penilaian terhadap modul

matematika menggunakan lembar penilaian ahli. Deskripsi masukan yang diberikan


67

oleh tim ahli pada validasi kedua dapat dilihat pada lampiran halaman 125 hasil

validasi II.

Validator I kembali memberikan beberapa masukan terhadap modul pada

validasi kedua. Ahli pertama masih menemukan beberapa kesalahan penulisan. Ahli

juga menyarankan agar dalam modul yang dikembangkan, ditambahkan kata-kata

motivasi agar peserta didik tertarik menggunakan modul tersebut. Selain itu, ahli juga

menyarankan agar beberapa istilah ditambahkan ke dalam glosarium, agar peserta

didik lebih mudah memahami istilah yang digunakan dalam modul.

Berdasarkan saran dari validator II peneliti memperbaiki desain sampul modul

yang dikembangkan. Pada saatvalidasikedua, ahli/validator kedua mengatakan bahwa

desain sampul sudah menarik dan gambar sudah sesuai, akan tetapi judul modul

masih kurang menarik dan terlalu ramai. Ahli memberi saran agar menggunakan jenis

huruf yang sederhana tetapi elegan. Ahli kedua juga menyarankan agar memperbaiki

tata letak beberapa gambar yang digunakan dalam modul agar tidak memengaruhi

perhatian pengguna terhadap isi/materi modul. Selain itu, ahli juga meminta agar

beberapa gambar yang tidak terlalu penting bisa dihilangkan.

Sedangkan ahli/validator ketiga dalam validasi kedua memberikan saran agar

ditambahkan peta konsep pada modul yang dikembangkan dan gambar-gambar

bangun datar yang ada pada modul sebaiknya dibuat sendiri jika memungkinkan.

Setalah dilakukan validasi tahap kedua, modul kembali direvisi, dan tim ahli juga

memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan melalui lembar penilaian

ahli.
68

b) Hasil Validasi

1) Hasil uji validitas modul matematika berbasis penemuan terbimbing

Hasil penilaian terhadap modul matematika berbasis penemuan terbimbing

pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan yang diberikan oleh tim

validator/ahli dikemukakan pada lampiran halaman 126-130 hasil validasi modul.

Kesimpulan tabel tersebut bahwa rata-rata hasil penilaian tim ahli, berdasarkan

beberapa aspek penilaian modul yang terdapat dalam lembar penilaian ahli,

menyatakan bahwa modul matematika berbasis penemuan terbimbing dengan nilai

kevalidan 3,47. Artinya modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan, “layak untuk diuji coba” di

lapangan.

d. Tahap Implementation (Penerapan)

Tahap penerapan meliputi penggunaan produk yang dikembangkan, untuk

diterapkan dan diuji coba di lapangan. Sasaran pengguna modul pada tahap ini adalah

peserta didik kelas IX SMP/MTs. Pada tahap ini peneliti menggunakan lembar

pengamatan peserta didik yang meliputi aspek kemenarikan, keterbacaan, dan

kebahasaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti pada penelitian dan

pengembangan ini adalah teknik random sampling. Peneliti mengambil responden

secara acak yakni peserta didik kelas IX SMP/MTs. Tahap ini terdiri dari tiga tahap

uji coba, yang meliputi uji coba one to one dengan 3-5 orang peserta didik, small

group terdiri dari 5-9 orang peserta didik, dan uji coba lapangan (field trial) dengan

jumlah yang jauh lebih besar dari sebelumnya.


69

Uji coba dilakukan dengan cara menginstruksikan peserta didik untuk

mengamati dan membaca modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Saran dan komentar yang diberikan

peserta didik pada setiap tahap uji coba dipertimbangkan sebagai bahan perbaikan.

e. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi ada dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu evaluasi formatif pada tiap fase

pengembangan di mana selanjutnya dilakukan revisi untuk menguji kevalidan dan

efektivitas produk yang dikembangkan. Selain itu, dilakukan pula klarifikasi data

untuk diketahui revisi yang perlu dilakukan serta menganalisis apakah produk yang

dikembangkan sudah dapat dikatakan valid dan efektif

2. Hasil Uji Coba Produk

a. One to one (Uji Coba Perorangan)

Uji coba perorangan (one to one) diujicobakan kepada 3 orang peserta didik

kelas IX. Ketiga responden merupakan siswa kelas XI yang berasal dari sekolah

berbeda. Responden A berasal dari SMPN 18 Makassar, responden B berasal dari

MTs Yaspi Makassar, dan responden C dari SMPN 3 Makassar. Peserta didik yang

peneliti gunakan sebagai responden berasal dari sekolah yang berbeda, karena teknik

pengambilan sampel pada penelitian dan pengembangan ini menggunakan random

sampling. Hal ini memungkinkan peneliti untuk menjadikan setiap peserta didik kelas

IX sebagai responden. Tetapi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan


70

pengumpulan data, maka responden diambil dari peserta didik yang berada di wilayah

yang terjangkau peneliti.

Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam tahap uji coba one to one

adalah memberikan produk modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan. Modul diberikan untuk digunakan

dan diamati oleh peserta didik selama beberapa hari, disertai dengan lembar

pengamatan produk. Setelah memelajari modul peserta didik diminta untuk

memberikan komentar terhadap modul yang dikembangkan peniliti dengan mengisi

lembar pengamatan yang disediakan.

Dari uji coba ini, modul matematika berbasis penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kesebangunan dan kekogruenan, mengalami revisi berdasarkan

komentar responden. Berikut ini deskripsi komentar responden terhadap modul

matematika berbasis penemuan terbimbing;

1) Responden A

Pada uji coba tahap pertama ini, responden A sebagai pengguna modul

memberikan komentar bahwa ada beberapa soal yang dianggap kurang jelas

dan sulit dipahami. Terkait tahap-tahap kegiatan yang merupakan sintaks

penemuan terbimbing, menurut responden A kegiatan-kegiatan dalam modul

dapat diikuti dengan mudah, tetapi lebih baik ketika disertai dengan contoh

soal. Responden A juga mengatkan bahwa kekurangan modul matematika

berbasis penemuan terbimbing ini adalah kurangnya materi yang disajikan.

Berdasarkan saran dan komentar tersebut, contoh soal untuk setiap tahap
71

kegiatan penemuan terbimbing dalam modul tidak kita berikan. Hal ini karena

sintaks penemuan terbimbing dalam modul pada dasarnya merupakan contoh

soal yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan karakteristik

penemuan terbimbing. Soal didesain untuk mengasah penalaran peserta didik

berdasarkan rumusan masalah yang diberikan, agar peserta didik dapat

menemukan sendiri konsep, rumus, teori, atau definisi dan menarik

kesimpulan materi tersebut.

Responden A juga menemukan beberapa bagian yang harus diperbaiki,

misalnya pada halaman 18 pada bagian membuat kesimpulan. Spasi antara

kata “berdasarkan” dan “hasil” terlalu lebar (lihat gambar di bawah).

Gambar 4.2 Modul prototipe 1 halaman 18

Terkait dengan gambar responden A menemukan kesalahan pada

halaman 21 gambar 2.3, segitiga pada gambar tersebut kurang jelas.


72

Gambar 4.3 Modul prototipe 1 halaman 21


Terkait dengan dengan kalimat yang sulit dipahami dan bagian yang

tidak sesuai, responden A menemukan kesalahan pada halaman 23 tahap

menganlisis masalah dan halaman 40 soal nomor 4 poin b.

Gambar 4.4 Modul prototipe 1 halaman 23


Kesalahan pada halaman 23 merupakan ketidaksesuaian tanda baca.

Pada kalimat “...dalam keadaan berdiri di dalam bayangan pohon tersebut.

(Seperti tampak pada gambar di atas)...” tanda titik menurut responden A

seharusnya dihilangkan setelah kata “tersebut” dan huruf “s” pada kata

“seperti” pada kalimat di atas diganti menjadi huruf kecil. Pada halaman 40
73

soal nomor 4 poin b terjadi kesalahan pengetikan. Kalimat yang benar pada

soal nomor 4 poin b adalah “berapa panjang LM, MN, dan JN?”

Gambar 4.5 Modul prototipe 1 halaman 40

Berdasarkan komentar dari responden A, kesalahan juga ditemukan

pada halaman 35, halaman 53, dan halaman 61. Pada halaman 35 pada bagian

sub judul lab math 3.3, kata “kekongruenan” tidak ada sehingga sub judul

tidak jelas (lihat gambar di bawah).

Gambar 4.6 Modul prototipe 1 halaman 35

Pada halaman 53 gambar pada soal latihan nomor 3 dan 4 menutupi

bagian penjelasan soal sehingga soal tidak terbaca dengan jelas.


74

Gambar 4.7 Modul prototipe 1 halaman 53

Sedangkan kesalahan pada halaman 61 terdapat pada soal uji

keterampilan B nomor 3, gambar pada soal tidak ada.

Gambar 4.8 Modul prototipe 1 halaman 61


2) Responden B

Setelah menggunakan dan mengamati modul matematika berbasis

penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan,

responden B mengomentari beberapa hal yang menjadi kekurangan pada

modul tersebut. Beberapa kesalahan yang ditemukan responden B sama

dengan yang ditemukan responden A, misalnya yang terdapat pada halaman

23 (lihat gambar 4.4), halaman 40 (lihat gambar 4.5), halaman 35 (lihat


75

gambar 4.6), halaman 53 (lihat gambar 4.7), dan halaman 61 (lihat gambar

4.8). Responden B juga menemukan kesalahan pada tahap menganalisis

masalah pada kegiatan 1 yang terdapat di halaman 5 modul. Bagian tersebut

merupakan bagian dari modul yang sulit dipahami responden B.

Gambar 4.9 Modul prototipe 1 halaman 5


Selain itu, terdapat juga beberapa kalimat atau simbol matematika

yang tidak dipahami oleh responden B, misalnya yang terdapat pada halaman

6 kegiatan 1 (perhatikan gambar di bawah). Responden B tidak memahami

maksud dari “m∠A, m∠B,” dan sebagainya.

Gambar 4.10 Modul prototipe 1 halaman 6


76

Terkait dengan tahap kegiatan penemuan terbimbing yang menjadi ciri

khas dari modul, responden B memberikan komentar sebagai berikut:

“Sangat mudah dan dibandingkan dengan pelajaran yang diberikan di


sekolah, saya lebih mudah memahami materi melalui tahapan belajar pada
modul ini.”
3) Responden C

Pada uji coba tahap pertama ini, responden C sebagai pengguna modul

memberikan komentar bahwa setiap bagian pada modul mudah dipahami dan

dikerjakan, karena dilengkapi dengan pembahasan pada akhir setiap kegiatan.

Gambar-gambar yang digunakan dalam modul, menurut responden C juga

sudah sesuai. Terkait tahap-tahap kegiatan yang merupakan sintaks penemuan

terbimbing, menurut responden C kegiatan-kegiatan dalam modul dapat

diikuti dengan mudah, karena menggunakan kalimat yang jelas dan mudah

dipahami. Oleh karena itu, responden C berkesimpulan bahwa modul

matematika tersebut sangat baik digunakan dalam belajar matematika (tanpa

perbaikan).

Berdasarkan saran dan komentar dari responden terhadap modul matematika

berbasis penemuan terbimbing, peneliti kemudian melakukan revisi terhadap modul

sebelum masuk tahap uji coba small group atau tahap uji coba kelompok kecil.

b. Small Group (Uji Coba Kelompok Kecil)

Small group atau uji coba kelompok kecil merupakan tahap uji coba kedua

setalah uji cobaone to one. Proses tahap kedua hampir sama dengan tahap pertama

yakni dengan memberikan produk kepada peserta didik/responden modul untuk


77

dipelajari dan diamati. Pada tahap ini modul yang digunakan adalah modul yang telah

direvisi berdasarkan hasil uji coba one to one. Jika pada tahap pertama peneliti

mengambil responden dari sekolah yang berbeda, pada tahap kedua semua responden

berasal dari MTs Ihya Ulumuddin kabupaten Bantaeng. Responden pada tahap small

group berjumlah 6 (enam) orang peserta didik.

Secara umum keenam responden memberikan komentar positif terhadap

modul matematika berbasis penemuan terbimbing dan menyatakan tertarik

menggunakan modul tersebut. Tetapi sebagian responden mengambil kesimpulan

bahwa modul matematika tersebut baik digunakan dalam belajar matematika, namun

masih perlu dilakukan revisi. Berikut deskripsi tanggapan responden terhadap modul

matematika berbasis penemuan terbimbing pada pokok bahasan kesebangunan dan

kekongruenan.

Terkait bagian dari modul yang sulit dipahami 4 orang responden (responden

A, B, C, dan F) menyatakan bahwa modul tersebut mudah dipahami dan cukup

membantu mereka dalam mememahami materi kesebangunan dan kekongruenan.

Sedangkan responden D dan E menemukan soal yang sulit dipahami dari modul

tersebut. Bagian yang dimaksud kedua responden di atas terdapat pada bagian “quis

time” atau latihan soal kegiatan 1, tepatnya pada halaman 13 soal nomor 5 (lihat

gambar 4.11 di bawah). Kedua responden kesulitan memahami maksud soal tersebut.
78

Gambar 4.11 Modul prototipe 2 halaman 13


Selanjutnya terkait dengan bagian yang tidak sesuai pada modul, semua

responden menemukan bagian dalam modul yang tidak sesuai dan harus diperbaiki.

Responden menemukan bagian tabel yang terpotong pada kegiatan 3 lab math 3.1

halaman 30.

Gambar 4.12 Modul prototipe 2 halaman 30

Sedangkan responden B juga menemukan kesalahan pengetikan kata “jika”

yang terdapat pada bagian Ayo Membaca pada kegiatan 3 halaman 38, sebagaimana

yang tertera pada gambar di bawah.


79

Gambar 4.13 Modul prototipe 2 halaman 38


Ketidaksesuaian isitilah dan angka juga ditemukan oleh beberapa responden,

seperti responden A, C, D, dan F menemukan kesalahan pada halaman 40 dan

responden E dan B menemukan istilah yang tidak sesuai pada halaman 26. Kesalahan

yang terjadi pada halaman 40 terdapat pada soal nomor 3, ketidaksesuaian angka pada

soal dan yang ada di gambar. Soal menunjukkan angka 12 cm sedangkan gambar

bertuliskan 13 cm, sehingga menyebabkan pengguna kurang memahami maksud soal

tersebut (lihat gambar 4.14 di bawah).

Gambar 4.14 Modul prototipe 2 halaman 40

Kesalahan pada halaman 26 yang ditemukan oleh responden E adalah

ketidaksesuaian istilah untuk segitiga yang terdapat pada soal nomor 1. Pada soal
80

dinyatakan bahwa segitiga tersebut adalah “segitiga BCA”, sedangkan menurut

responden penulisan yang benar adalah “segitiga BAC”.

Gambar 4.15 Modul prototipe 2 halaman 26


Itulah beberapa kesalahan yang ditemukan responden. Sedangkan terkait

dengan model penemuan terbimbing yang menjadi karakteristik modul, semua

responden mengatakan bahwa tahap-tahap kegiatan dalam modul tersebut mudah

diikuti. Berdasarkan komentar responden terhadap modul matematika tersebut pada

tahap kedua ini, modul dievaluasi dan direvisi sebelum dilakukan uji coba skala

besar.

c. Field Trial (Uji Coba Lapangan)

Setelah dilakukan revisi I dan II pada uji coba one to one dan small group,

modul matematika berbasis penemuan terbimbing selanjutnya memasuki tahap uji

coba ketiga. Uji coba tahap ketiga disebut juga sebagai uji coba skala besar atau tahap

field trial (uji coba lapangan). Jumlah responden pada tahap ini lebih besar dari uji

coba sebelumnya.
81

Pada penelitian dan pengembangan modul matematika berbasis penemuan

terbimbing ini, peneliti melakukan uji coba field trial di MTsN Bantaeng. Jumlah

responden yang akan mengamati produk sebanyak 14 orang peserta didik yang

berasal dari kelas IX C MTsN Bantaeng. Produk yang telah direvisi pada tahap

sebelumnya diberikan kepada siswa untuk digunakan, diamati, dan dipelajari.

Kendala yang dialami peneliti pada tahap ini adalah keterbatasan anggaran, sehinga

produk tidak dibagikan kepada setiap responden. Modul digunakan secara bergantian

dan didiskusikan secara kelompok oleh responden. Setelah itu mereka akan mengisi

lembar pengamatan produk yang telah disediakan.

Berdasarkan hasil pengamatan responden terhadap modul, secara umum 14

orang responden mengaku sangat tertarik menggunakan modul tersebut. Sebanyak 12

orang responden yang mengambil kesimpulan bahwa produk modul matematika

sudah layak untuk digunakan tanpa revisi. Secara kesuluruhan responden juga

memberikan komentar-komentar positif terhadap modul terkait aspek keterbacaan,

kemenarikan, dan kejelasan modul.

Akan tetapi berdasarkan lembar pengamatan yang telah diisi oleh responden,

masih terdapat beberapa masukan dan kesalahan yang temukan oleh 3 orang

responden yang berbeda. Kesalahan tersebut terdapat pada lampiran modul bagian

deskripsi modul halaman v, halaman 2 kegiatan 1 lab math 1.1 pada tahapan

merumuskan masalah, dan pada halaman 8 lab math 1.2 tahap menganalisis masalah.

Berikut ini deskripsi kesalahan yang ditemukan beberapa responden pada

tahap field trial yang dilakukan di kelas IX C MTs Negeri Bantaeng. Kesalahan
82

pertama terdapat pada halaman v bagian pendahuluan, deskripsi modul. Seperti pada

gambar 4.16 di bawah, kesalahan tersebut berupa kesalahan pengetikan pada paragraf

ketiga kalimat pertama pada kata “juga”.

Gambar 4.16 Modul prototipe 3 halaman v


Sedangkan kesalahan pada halaman 2 terdapat pada kegiatan belajar 1 lab

math 1.1 tahapan menganalisis masalah. Responden menyarankan agar soal pada

tahapan tersebut diperjelas. Ukuran kedua buku pada soal seharusnya ditentukan agar

pengguna tidak mendapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda. Hasil pengkuran

yang berbeda terkadang membuat peserta didik kesulitan menarik kesimpulan terkait

syarat kesebangunan bangun datar.

Gambar 4.17 Modul prototipe 3 halaman 2


83

Pada halaman 8 lab math 1.2 tahap menganalisis masalah juga terdapat

bagian pada soal yang tidak sesuai dan harus diperbaiki. Ketidaksesuaian tersebut

menyebabkan soal menjadi bias dan tidak jelas, sehingga cukup mengganggu

pengguna dalam memahami soal dan mempengaruhi aspek kemenarikan, kebahasaan,

dan keterbacaan modul.

Gambar 4.18 Modul prototipe 3 halaman 8


Pada gambar di atas, soal pada paragraf kedua menyatakan bahwa denah

tersebut merupakan denah rumah Zalfa dan Syifa, tetapi pada kalimat berikutnya

menyatakan “denah rumah pak Jojon”.

Kesalahan-kesalahan tersebut di atas selanjutnya akan dipertimbangan untuk

merevisi produk modul matematika berbasis penemuan terbimbing. Hasil revisi

modul pada tahap field trial atau uji coba skala besar, menjadi prototipe akhir yang

dinyatakan “valid/layak dan efektif digunakan” dalam proses pembelajaran

matematika. Oleh karena itu, berdasarkan model pengembangan Dick dan Carrey,

validitas/kelayakan dan keefektifan produk dilihat dari proses validasi ahli dan tahap
84

uji coba, mulai dari uji coba one to one, small group, dan field trial. Dari hasil uji

coba tersebut dihasilkan prototipe yang valid/layak dan efektif digunakan karena

telah melewati proses revisi.

Anda mungkin juga menyukai