Rahmawati, Nurlaili, Iis Intan Widiyowati
Rahmawati, Nurlaili, Iis Intan Widiyowati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa SMA yang diajar
menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and
Satisfaction) pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jenis penelitian ini
tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 216 siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 3 Samarinda, Indonesia, yang terdiri dari 6 kelas. Sampel penelitian ini
adalah 33 siswa kelas XI IPA4 yang dipilih menggunakan teknik random sampling. Data dalam
penelitian ini berupa nilai tes kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari nilai post-test pada
setiap akhir pertemuan dan ulangan harian. Instrumen tes kemampuan kognitif siswa terdiri atas
6 soal yang secara berurutan (dari soal nomor 1 sampai 6) mewakili indikator Bloom’srevised
taxonomy, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa dalam mengingat
dan memahami tergolong sangat baik, kemampuan kognitif siswa dalam menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi tergolong baik, dan kemampuan kognitif siswa dalam mencipta
tergolong kategori cukup. Secara keseluruhan kemampuan kognitif siswa tergolong kategori
baik.
Kata kunci: kemampuan kognitif, model pembelajaran ARIAS, kelarutan, hasil kali
kelarutan
ABSTRACT
This research aimed to determine cognitive skills of senior high school students taught using
ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) learning model on the
subject of solubility and solubility product. This research was categorized as quantitative
descriptive research. Population in this study was 216 eleventh grade students of natural science
of SMAN 3 Samarinda, Indonesia, divided into 6 classes. The sample of this research was 33
students, named student of XI IPA4, and selected by using random sampling. Data in this
research were achievement of student cognitive skills that obtained from post-test scores each
meeting and examination score. The cognitive skill tests consisted of 6 Bloom’s revised
taxonomy indicators i.e. considering, understanding, applying, analyzing, evaluating and
creating. The results showed that the student cognitive skills in remembering and understanding
were categorized very good, the student cognitive skills in applying, analyzing and evaluating
were categorized good, and the student cognitive skill in creating was categorized average. In
brief, the student cognitive skills were categorized good.
1
Bivalen: Chemical Studies Journal, 2018, Vol. 1, No. 1
2
Bivalen: Chemical Studies Journal, 2018, Vol. 1, No. 1
120
100
100
83,49
Nilai Rata-rata Siswa
80 74,77 72,05
63,46
60
46,24
40
20
0
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mencipta Rata-rata
Kemampuan Kognitif Siswa
Berdasarkan Gambar 1, indikator kemampuan mengembangkan daya-daya yang ada pada manusia
mengingat siswa tergolong kategori sangat baik, seperti daya mengamati, menanggapi, mengingat,
dengan nilai rata-rata sebesar 100. Hal ini mengkhayal, merasakan, berpikir (Dimyati dan
dikarenakan jenis soal yang menguji kemampuan Mudjiono, 2006).
mengingat siswa merupakan soal mudah. Soal ini
Kemampuan memahami siswa dalam
berupa pertanyaan konsep dasar dari materi
penelitian ini dilihat dari kemampuan siswa
pembelajaran yang diberikan, yang hanya meminta
menjabarkan informasi yang terkandung dalam
siswa untuk dapat menyebutkan dengan cara
gambar sesuai pengetahuan yang didapatkan. Dari
mengingat pengetahuan yang telah didapatkan pada
Gambar 1 tampak bahwa kemampuan memahami
kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa mampu
siswa tergolong kategori sangat baik (NS = 83,49).
menjawab dengan baik dan tepat soal kategori ini
Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa
pada post-test pertama hingga ketiga dan ulangan
sebagian besar siswa mampu menjelaskan informasi
harian. Pada saat kegiatan pembelajaran guru
dari gambar yang disajikan; kemampuan siswa
melakukan pengulangan dengan memberikan
dalam memahami sangat baik. Pada kegiatan
pertanyaan untuk menguji kemampuan mengingat
pembelajaran guru menjelaskan langkah-langkah
siswa; siswa sangat semangat dan lancar menjawab
untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan
pertanyaan dengan tepat. Pengulangan dapat
3
Bivalen: Chemical Studies Journal, 2018, Vol. 1, No. 1
seperti menuliskan persamaan reaksi kesetimbangan kemampuan menganalisis siswa tergolong kategori
dan menentukan tetapan hasil kali kelarutan suatu baik dengan nilai rata-rata sebesar 63,46,
senyawa garam. Guru juga memberikan beberapa sebagaimana tampak pada Gambar 1. Rendahnya
contoh soal untuk melatih kemampuan kognitif nilai siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan
siswa dan membahasnya bersama-sama. Siswa juga menganalisis diakibatkan oleh tingkat kesulitan soal
diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi yang lebih tinggi dibanding tiga kategori
pembelajaran yang tidak/kurang/sulit dipahami. sebelumnya. Siswa harus memiliki kemampuan
Guru tidak secara langsung menjawab pertanyaan mengingat, memahami, maupun menerapkan yang
siswa; guru meminta siswa yang lain untuk baik dalam menjawab soal kemampuan
menjawab pertanyaan temannya, dan melakukan menganalisis. Materi pembelajaran yang sulit juga
pembenaran/perbaikan terhadap jawaban siswa lain, merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
jika salah atau kurang tepat. Pengulangan dilakukan nilai siswa pada kategori ini. Siswa membutuhkan
oleh guru dengan memberikan pertanyaan lisan waktu yang lebih banyak untuk dapat memahami
secara teratur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui soal dan mengerjakannya dengan maksimal. Peran
kemampuan mengingat dan memahami siswa guru sangat diperlukan untuk melatih kemampuan
terhadap materi yang telah didapatkan. menganalisis siswa dengan memberikan latihan-
latihan soal dan melibatkan siswa secara aktif dalam
Jenis soal untuk mengetahui kemampuan
penyelesaiannya agar siswa memperoleh
menerapkan siswa dalam penelitian ini berupa soal
pengetahuan yang lebih dalam sebagai bekal dalam
perhitungan. Model soal ini dapat mengetahui
melatih kemampuan kognitifnya, khususnya
kemampuan siswa dalam menggunakan prosedur
kemampuan menganalisis.
yaitu rumus-rumus dan pengetahuan yang telah
didapatkannya. Siswa harus memiliki kemampuan Nilai rata-rata kemampuan kognitif siswa pada
mengingat dan memahami yang baik dalam indikator mengevaluasi tergolong baik dengan skor
menyelesaikan kategori soal ini; dengan kedua sebesar 64,33. Nilai ini menunjukkan bahwa masih
kemampuan tersebut siswa dapat menyelesaikan ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal
permasalahan dengan baik. Menurut Gunawan dan kategori ini dengan baik. Indikator mengevaluasi
Palupi (2012), menerapkan merupakan proses merupakan indikator dengan tingkat kesulitan yang
berkelanjutan dimulai dari menyelesaikan lebih tinggi. Siswa harus dapat menilai suatu
permasalahan dengan menggunakan prosedur pernyataan dan menyesuaikannya dengan teori yang
baku/standar yang telah diketahui dan kegiatan ini ada, serta harus mampu memberikan penjelasan dan
berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu alasan dalam menyelesaikan soal kemampuan
melaksanakan prosedur dengan mudah. Dari mengevaluasi. Siswa juga harus memiliki tahapan
Gambar 1, nilai rata-rata siswa untuk kategoi soal berpikir yang baik seperti mengingat, memahami,
menerapkan sebesar 74,77 yang menunjukkan dan menganalisis. Tingkat materi yang cukup sulit
bahwa kemampuan siswa dalam menerapkan dan kurangnya penekanan materi oleh guru pada
tergolong baik. Dapat diartikan bahwa sebagian beberapa bagian menyebabkan sebagian kecil siswa
besar siswa mampu menggunakan suatu prosedur tidak mampu menyelesaikan jenis soal ini dengan
untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang baik. Walaupun demikian, sebagian siswa mampu
diberikan dengan baik. Kemampuan kognitif siswa menyelesaikan soal ini dengan baik. Pada tahap
untuk menerapkan dilatih dengan mengerjakan interest dalam kegiatan pembelajaran, siswa
contoh soal yang terdapat dalam LKS yang telah mendapatkan pengetahuan dari penjelasan guru dan
dilengkapi dengan langkah-langkah penerapan percobaan. Selain itu, pada tahap assessment siswa
rumus dalam menghitung. Tindakan ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri dan
untuk membantu siswa menggunakan prosedur terhadap temannya untuk mengetahui kemampuan
dengan baik dan tepat. Siswa dilatih dalam yang telah dimiliki dalam menjawab soal. Hal
mengerjakan soal secara mandiri dan dilakukan tersebut melatih kemampuan kognitif siswa sehingga
pembahasan secara bersama untuk mengetahui pada saat mengerjakan soal post-test dan ulangan
kebenaran jawaban yang dibuat siswa secara harian mereka tidak mengalami kesulitan dan dapat
mandiri. Penyelesaian permasalahan yang dialami mengerjakan soal dengan baik.
langsung oleh siswa akan lebih mudah diingatnya.
Indikator kemampuan mencipta siswa
Gunawan dan Palupi (2012) menyatakan merupakan indikator kemampuan kognitif yang
bahwa kemampuan menganalisis siswa merupakan paling rendah dalam penelitian ini, kemampuan
kemampuan yang lebih penting daripada mencipta siswa tergolong kategori cukup dengan
kemampuan lain seperti kemampuan mengevaluasi nilai 46,24 (lihat Gambar 1). Indikator kemampuan
dan mencipta. Untuk menumbuhkan kemampuan mencipta merupakan indikator kemampuan kognitif
siswa dalam menganalisis, selama proses yang sangat sulit. Diperlukan waktu yang lebih
pembelajaran siswa diarahkan untuk dapat untuk siswa dapat memahami soal dalam
membedakan antara fakta dan opini, serta membuat mengerjakan soal indikator mencipta. Siswa dituntut
kesimpulan dari informasi yang ada. Indikator memiliki kemampuan mengingat, memahami,
4
Bivalen: Chemical Studies Journal, 2018, Vol. 1, No. 1
menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi yang Arikunto, S. (2009). Prosedur penelitian. Jakarta:
baik dalam mengerjakan soal dengan indikator ini. PT. Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan bahwa
Asari, H. (2013). Implementasi model pembelajaran
untuk mengerjakan sesuatu yang tingkatannya lebih
ARIAS untuk meningkatkan keaktifan belajar
tinggi harus dimulai dari tingkatan yang terendah.
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Kemampuan mencipta siswa dapat ditingkatkan
otomotif dasar Siswa Kelas X TKR SMK Piri
dengan meningkatkan intensitas siswa dalam
Sleman Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta:
mengerjakan soal.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Berdasarkan nilai siswa dari keseluruhan
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan pembelajaran.
indikator kemampuan kognitif, diperoleh nilai rata-
Yogyakarta: Rineka Cipta.
rata kemampuan kognitif siswa sebesar 72,05 (lihat
Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan
kognitif yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 4 pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
SMA Negeri 3 Samarinda tergolong baik.
Kemampuan kognitif siswa yang baik ini dapat Gunawan, I. & Palupi, A.R. (2012). Taksonomi
Bloom-revisi ranah kognitif: kerangka landasan
disebabkan pada usia anak remaja seperti siswa
untuk pembelajaran, pengajaran dan penilaian.
SMA merupakan tingkat puncak perkembangan
Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar
struktur kognitif yang mampu berpikir logis dan
dapat menggunakan penalaran ilmiah serta dapat dan Pembelajaran, 2(2), 98-117.
menerima pendapat orang lain. Hal ini sesuai dengan Handayani, A.Y., Nur, M., & Rahayu, Y.S. (2015).
teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget bahwa Pengembangan perangkat pembelajaran IPA
perkembangan kognitif merupakan suatu proses SMP dengan model inkuiri untuk melatihkan
genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas keterampilan proses pada materi sistem
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. pencernaan manusia. Pendidikan Sains
Semakin bertambahnya umur, maka semakin Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, 4(2),
kompleks susunan sel syaraf dan semakin meningkat 681-692.
pula kemampuannya. Piaget menyatakan bahwa
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan Hindayani, N.K.S., Sumantri, M., dan Parmiti, D.P.
tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan (2013). Pengaruh model pembelajaran ARIAS
umurnya (Budiningsih, 2004). (assurance, relevance, interest, assessment dan
satisfaction) terhadap hasil belajar matematika di
SIMPULAN SD, Mimbar PGSD Undiksha, 1(1).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Ismail. (2013). Pengaruh model pembelajaran
dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa SMA ARIAS dan ARIAS dipadu peta konsep terhadap
Negeri 3 Samarinda, setelah diajar menggunakan kemampuan berpikir kreatif, kognitif, dan
model pembelajaran ARIAS, memiliki kemampaun afektif.Jurnal Pendidikan Sains, 1(3), 284-297.
kognitif sangat baik dalam mengingat dan
Kriana, N.A., Waluyo, J., & Prihatin, J. (2014).
memahami, baik dalam menerapkan, menganalisis
Penerapan model pembelajaran ARIAS
dan mengevaluasi, dan cukup dalam mencipta.
(assurance, relevance, interest, assessment, dan
UCAPAN TERIMAKASIH satisfaction) untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 4 MAN
Penulis mengucapkan terimkasih kepada 1 Jember. Pancaran Pendidikan FKIP Universitas
kepala dan guru kimia SMA Negeri 3 Samarinda Jember, 3(2), 73-82.
yang telah memberikan izin dan membantu selama
proses penelitian. Masruha, S., Sunardi, K., & Arika, I., (2013).
Pengembangan perangkat pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA matematika model pembelajaran ARIAS
Agunaisy, T., Darina, Y., & Murtiani. (2016). (assurance, relevance, interest, assessment, and
Pengaruh penerapan model pembelajaran satisfaction) dengan metode penemuan
assurance, relevance, interest, and satisfaction terbimbing (guided discovery) sub pokok
(ARIAS) berbantuan bahan ajar bermuatan nilai bahasan lingkaran SMP kelas VIII. Kadikma,
karakter terhadap kompetensi siswa kelas XI 4(2), 99-108.
SMAN 13 Padang. Pillar of Physics Education, Purnamasari, N., Zainuddin, & Suyido. (2013).
7(4), 9-16. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan model
Amirulloh, D. (2014). Analisis soal SNMPTN pembelajaran ARIAS (assurance, relevance,
biologi berdasarkan domain kognitif taksonomi interest, assessment, dan satisfaction). Berkala
Bloom revisi dan profil capaian siswa SMA Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(1), 57-66.
kelas XII. Formica Education Online, 1(1), 1-10.
5
Bivalen: Chemical Studies Journal, 2018, Vol. 1, No. 1
Purwono, G., Sahputra R., & Erlina. (2013). hasil belajar dan kepercayaan diri siswa di kelas
Pengaruh model ARIAS dengan pendekatan XI SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
problem solving terhadap motivasi dan hasil 5(9), 1-12 .
belajar kimia SMA. Jurnal Pendidikan dan
Tilawa, I.S., & Pramukantoro, J.A. (2013).
Pembelajaran, 3(3), 1-14.
Penerapan strategi belajar assurance, relevance,
Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan. interest, assessment dan satisfaction (ARIAS)
Bandung: Alfa Beta. terhadap hasil belajar dan motivasi berprestasi
siswa pada standar kompetensi membuat
Surisma, N. (2017). Penerapan model pembelajaran
rekaman audio di studio di SMK Negeri 3
ARIAS (assurance, relevance, interest,
Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro,
assessment, dan satisfaction) pada materi
2(1), 89-94.
kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Ulfah, T., Rusman, & Khaldun, I. (2016). Analisis
Negeri 1 Unggul Baitussalam. Skripsi. Banda kesulitan pemahaman konsep kelarutan dan hasil
Aceh: Universitas Syiah Kuala. kali kelarutan pada siswa SMA Inshafuddin
tahun jaaran 2015/2016. Jurnal Imliah
Swandewi, A.R., Hairida, & Ifriany, A. (2016).
Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 1(4), 43-
Pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap
51.