Anda di halaman 1dari 8

USEJ

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

MODUL PRAKTIKUM BERBASIS GUIDED INQUIRY TERINTEGRASI


KONSERVASI TERHADAP KEMAMPUAN ANALITIS DAN KARAKTER
PEDULI LINGKUNGAN

Erna Windarti Noor Cahyani1,, Parmin2


085726661541
Program Studi Pendidikan IPA
Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Article History: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan modul praktikum
Diterima…….2019 berbasis guided inquiry terintegrasi konservasi terhadap kemampuan analitis dan karakter
Disetujui…….2019 peduli lingkungan peserta didik. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif jenis
Dipublikasikan…2019 quasi experiment dengan desain nonequivalent control group design. Variabel bebas yang
________________ digunakan yaitu modul praktikum berbasis guided inquiry terintegrasi konservasi
sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan analisis dan karakter peduli lingkungan.
Keywords:
Populasi berjumlah 64. Sampel diambil menggunakan teknik cluster random sampling
Precyicum module, guided
sehingga diperoleh peserta didik kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan peserta didik
inqury, conservation,
kelas VII H sebagai kelas kontrol. Peningkatan kemampuan analitis dan karakter peduli
analytical skills,
lingkungan peserta didik dianalisis menggunakan uji N-gain. Hasil analisis N-gain
environmental care character.
kemampuan analitis pada kelas eksperimen sebesar 0.54 dengan kategori sedang dan kelas
____________________
kontrol 0.23 dengan kategori rendah. Hasil analisis N-gain karakter peduli lingkungan kelas
eksperimen sebesar 0.73 dengan kategori tinggi dan kelas kontrol sebesar 0.47 dengan
kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemampuan analitis
dan peduli lingkungan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Abstract
___________________________________________________________________
This study aims to identify the effect of the use of integrated inquiry-based guided inquiry practicum
modules on the analytical abilities and character of students' environmental care. The design of this
research is quasi experimental with nonequivalent control group design. The sample of this study
was class VII G (control class) and VII F (experimental class) SMP N 27 Semarang. Improved
analytical skills and environmental care characteristics of students were analyzed using the N-gain
test. The results of the analysis of N-gain analytical ability in the experimental class were 0.54 in
the medium category and 0.23 in the control class in the low category. The results of the analysis of
N-gain character care for the environment of the experimental class of 0.73 with a high category and
a control class of 0.47 with a moderate category. Based on these results it can be concluded that the
analytical ability and environmental care of the experimental class is higher than the control class.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat Korespondensi:
ISSN …
Jurusan IPA Terpadu FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D5 Lantai 1 Kampus Sekaran, Gunungpati Semarang 50229
Email: erna12cahyani@gmail.com
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

PENDAHULUAN pengamatan di SMP N 27 Semarang menunjukkan


bahwa tingkat kepedulian peserta didik dalam
Pendidikan bertujuan untuk menjaga lingkungan masih rendah. Mengacu pada
mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi hasil penelitian yang dilakukan oleh Desfandi pada
peserta didik untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tahun 2015, rendahnya karakter peduli lingkungan
zaman dan mempunyai daya saing dalam pada diri peserta didik diakibatkan oleh (1)
mempertahankan kehidupannya di era global. Daya pemahaman pelaku pendidikan terhadap
saing di era global menuntut peserta didik pendidikan lingkungan yang masih terbatas. Dalam
mempunyai kemampuan berpikir, pemecahan jalur pendidikan formal, masih ada anggapan
masalah dan pembuatan keputusan (Annisa, 2016). bahwa pendidikan lingkungan hidup tidak begitu
Peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan penting, (2) materi dan metode pelaksanaan
berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah pendidikan lingkungan hidup dirasakan belum
yang berkaitan dengan isu lokal dan global melalui memadai, dan kurang aplikatif, sehingga
kegiatan pembelajaran salah satunya yaitu pemahaman kelompok sasaran mengenai
kemampuan berpikir analitis (Osman dkk, 2013). pelestarian lingkungan hidup menjadi tidak utuh,
Kemampuan berpikir analitis adalah dan (3) sarana dan prasarana dalam pendidikan
kemampuan untuk membagi dan menguraikan lingkungan hidup belum mendapat perhatian yang
suatu pengetahuan atau masalah menjadi bagian cukup. Sarana dan prasarana untuk pendidikan
yang penting dan tidak penting dan mencari lingkungan hidup sering kali disalahartikan sebagai
hubungan dari komponen-komponen pengetahuan sarana fisik yang berteknologi tinggi sehingga
(Yaumi, 2013). Kemampuan berpikir analitis terdiri menjadi faktor penghambat tumbuhnya motivasi
atas aspek memilah, aspek mengorganisasi, dan dalam pelaksanaan pendidikan karakter peduli
aspek mengatribusi (Anderson & Krathwohl, 2010). lingkungan. Kondisi ini juga didukung dengan
Jawaban yang diberikan peserta didik saat belum tersedianya media pembelajaran seperti
menjawab pertanyaan guru juga masih berkisar modul yang memadai bagi peserta didik untuk
antara C1-C2, hal ini dikarenakan soal-soal yang mengembangkan karakter peduli lingkungan dan
biasa diberikan guru dalam ujian juga masih kemampuan analitis yang dimiliki peserta didik.
cenderung pada tipe soal C1-C3 saja sehingga Pernyataan ini sejalan dengan hasil observasi di
kurang melatih peserta didik dalam menyelesaikan SMP N 27 Semarang yang menunjukkan bahwa
soal tipe analisis C4. Rendahnya kemampuan bahan ajar yang selama ini digunakan peserta didik
analitis peserta didik juga ditunjukkan dari hasil berasal dari penerbit yang hanya berisi kumpulan
penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2016) materi dan latihan soal-soal saja. Lebih lanjut, soal-
terhadap peserta didik dengan menggunakan soal soal tersebut hanya mampu melatih kemampuan
yang meliputi aspek berpikir analitis yaitu logika dan matematika saja, namun belum mampu
membedakan, mengorganisasi dan mengatribusi. dalam mengasah kemampuan analitis peserta didik.
Hasil tes menunjukkan kemampuan peserta didik Padahal penggunaan modul seharusnya dapat
dalam memilah sebesar 48,53%, kemampuan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik dalam mengorganisasi sebesar peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
38,24%, dan kemampuan peserta didik dalam kritis, logis, dan analitis.
mengatribusi sebesar 49,26%. Modul yang akan digunakan dalam
SMP N 27 Semarang merupakan sekolah penelitian adalah modul berbasis guided inquiry
yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sehingga terintegrasi konservasi. Model guided inquiry
selain kemampuan kognitif, di dalam pelaksanaan dipilih menjadi model yang digunakan dalam
kurikulum 2013 juga menekankan pada pendidikan penyusunan modul dikarenakan model ini
karakter peserta didik, khususnya pada karakter merupakan model yang paling sesuai digunakan
peduli lingkungan. Rahmayanti (2015) untuk tujuan meningkatkan kemampuan analitis
menjelaskan bahwa karakter peduli lingkungan dan karakter peserta didik. Hal ini sejalan dengan
sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah pendapat Habib dkk (2017), bahwa model
menengah yang nantinya akan sangat berguna pembelajaran yang bisa dikembangkan sesuai
untuk melestarikan lingkungan sekitar. Hasil dengan prinsip kurikulum 2013 dan membantu
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

peserta didik dalam meningkatkan kemampuan modul praktikum berbasis guided


berpikir, dan nilai-nilai karakter yaitu salah satunya inquiry terintegrasi konservasi
guided inquiry. Modul ini tidak hanya diisi dengan Y= Pembelajaran menggunakan model
materi pengetahuan atau kognitif saja, akan tetapi pembelajaran guided inquiry tanpa
juga diisikan dengan materi yang dapat menggunakan modul praktikum
mengembangkan pendidikan karakter peduli berbasis guided inquiry terintegrasi
lingkungan peserta didik. Hal ini dikarenakan konservasi
pembelajaran menggunakan modul terintegrasi O1 = Pretest kelas eksperimen
nilai-nilai karakter efektif terbukti dapat digunakan O2 = Posttest kelas eksperimen
untuk mengajak peserta didik peduli terhadap O3 = Pretest kelas kontrol
kondisi di sekitarnya (Saputra, 2017). Penelitian O4 = Posttest kelas kontrol
lain yang mendukung yaitu penelitian Ilmiwan dkk Teknik pengumpulan data menggunakan tes,
(2013) tentang pengaruh penerapan bahan ajar observasi, dan angket. Metode tes dan observasi
bermuatan nilai-nilai karakter yang menunjukkan digunakan untuk mengetahui kemampuan analitis
hasil bahwa bahan ajar berhasil meningkatkan peserta didik. Metode angket dan observasi
karakter peduli lingkungan kepada peserta didik digunakan untuk mengetahui karakter peduli
dan sangat layak digunakan menjadi bahan ajar. lingkungan peserta didik.
Permasalahan-permasalahan yang telah Pada penelitian ini kelas esperimen mendapat
diuraikan diatas merupakan latarbelakang perlakuan pembelajaran menggunakan modul
dilakukannya penelitian ini. Adapun tujuan dari praktikum berbasis guided inqury terintegrasi
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konservasi. Pembelajaran menggunakan modul
modul praktikum berbasis guided inquiry praktikum berbasis guided inqury terintegrasi
terintegrasi konservasi dengan harapan dapat konservasi dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.
meningkatkan kemampuan analitis dan karakter Analisis yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji
peduli lingkungan peserta didik. homogenitas, uji N-gain, uji t dan analisis deskriptif.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan desain penelitian quasi- Pengaruh Modul Praktikum Berbasis Guided
eksperimental dengan bentuk nonequivalent control Inquiry Terintegrasi Konservasi terhadap
group design (eksperimen control group pretest Kemampuan Analitis Peserta Didik
posttest design) (Sugiyono, 2017). Teknik
pengambilan sampel yaitu cluster random Pengaruh yang dalam penelitian ini adalah
sampling. Sampel terdiri dari dua kelas, kelas VII-F adanya peningkatan dan perbedaan peningkatan
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-G sebagai setelah adanya penggunaan modul praktikum
kelas kontrol. Pola rancangan desain penelitian berbasis guided inquiry terintegrasi konservasi pada
dapat dilihat pada Gambar 1. saat pembelajaran terhadap kemampuan berpikir
K. eksperimen O1 X O2 analitis dan karakter peduli lingkungan peserta
didik. Modul praktikum berbasis guided inquiry
K. kontrol O3 Y O4 terintegrasi konservasi berpengaruh jika besar
peningkatan dan perbedaan peningkatan
kemampuan analitis dan karakter peduli lingkungan
Gambar 1 Desain Penelitian Pretest-Posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas
Control Group Design (Sugiyono, 2017) kontrol.
Gambar 2 menunjukkan hasil analisis
Keterangan: pengaruh modul praktikum berbasis guided inquiry
terintegrasi konservasi terhadap kemampuan analitis
X= Pembelajaran menggunakan model didapatkan nilai N-gain kelas eksperimen yaitu
pembelajaran guided inquiry berbantuan sebesar 0,54 dengan kategori sedang sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 0,23 dengan kategori
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

rendah. Hasil menunjukkan bahwa nilai peningkatan bahwa pembelajaran berbasis guided inquiry
kemampuan analitis kelas eksperimen lebih tinggi menekankan proses berpikir kritis dan analisis untuk
dibandingkan dengan kelas kontrol. mencari jawaban atau suatu masalah. Lebih lanjut,
W. Gulo dalam Anam (2016) menyatakan bahwa
0,6 0,54
pembelajaran inquiri berarti suatu rangkaian
0,5
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
0,4
N-gain

seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan


0,3 0,23
0,2
N-gain menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan
analitis.
0,1
0
kontrol eksperimen Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing memberikan dampak positif bagi proses
Gambar 2. Hasil uji N-Gain Kemampuan Analitis pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
berpikir analitis dikarenakan menurut Eggen &
Nilai rata-rata uji N-gain kemampuan Kauchak (1996) model pembelajaran inkuiri mampu
analitis kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi karena
dianalisis dengan menggunakan uji t. Hasil uji t peserta didik harus aktif dan mengajukan gagasan-
digunakan untuk mengetahui besar perbedaan gagasan untuk menyelesaikan permasalahan. Model
peningkatan kemampuan analitis peserta didik kelas pembelajaran inkuiri merupakan model
eksperimen dan kontrol. Berdasarkan Tabel 1 pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
diketahui bahwa nilai thitung lebih besar daripada nilai melalui proses mencari dan menemukan sendiri
ttabel sehingga thitung berada pada daerah penolakan Ho jawaban dari suatu permasalahan dengan
sehingga Ho ditolak. Penolakan Ho menunjukkan menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis
adanya perbedaan signifikan kemampuan analitis (Khanifatul, 2013).
antara kelas eksperimen dan kontol.
Meningkatnya kemampuan analitis pada
̅ N-
𝒙 kelas eksperimen juga disebabkan karena modul
Kelas ttabel thitung Kriteria yang digunakan dalam pembelajarannya berisi
gain
segala sesuatu yang dapat menunjang dan
Eksperimen 0,23 Ho
2,041 8,120 mempermudah peserta didik memahami materi yang
Kontrol 0,54 ditolak
disampaikan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan Windarti (2010) yang menyatakan
Tabel 1. Hasil Uji Perbedaan Peningkatan
bahwa pembelajaran yang menggunakan modul
Kemampuan Analitis.
berdasarkan perkembangan kognitif dapat melatih
peserta didik untu bersikap aktif, berpikir analitis
Adanya peningkatan dan perbedaan
dan kreatif.
peningkatan pada capaian kemampuan analitis kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
Pengaruh Modul Praktikum Berbasis Guided
menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
Inquiry Terintegrasi Konservasi terhadap
modul praktikum berbasis guided inquiry
Karakter Peduli Lingkungan Peserta Didik
terintegrasi konservasi berpengaruh terhadap
kemampuan analitis peserta didik. Hal ini
Alat evaluasi yang digunakan untuk
dikarenakan adanya modul praktikum berbasis
mengukur karakter peduli lingkungan peserta didik
guided inqury terintegrasi konservasi di kelas
adalah dengan menggunakan lembar angket dan
eksperimen, tidak hanya mampu melatih peserta
lembar observasi. Observasi dilaksanakan pada
didik agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,
setiap pertemuan oleh observer di kelas kontrol dan
namun juga dapat melatih kemandirian peserta didik
eksperimen mengacu pada lembar obervasi. Lembar
dalam menyelesaikan soal-soal analitis yang ada di
observasi disusun berdasarkan 4 tingkatan karakter
dalam modul (Achmad, 2016). Hasil tersebut juga
peduli lingkungan. Tujuannya adalah mengetahui
didukung oleh Sanjaya (2008) yang menyatakan
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

perkembangan karakter peduli lingkungan peserta membersihkan peralatan dan meja setelah
didik pada setiap pertemuan. melakukan praktikum, dan (3) membuang sampah
Tingkatan karakter peduli lingkungan yang pada tempatnya. Data observasi setiap pertemuan
pertama adalah ecological foundation level dapat dilihat pada Gambar 4.
(pengetahuan dasar mengenai lingkungan). 90% 85%
Tingkatan ini terdiri dari dua indikator yaitu (1) 80%
70%

Persentase Ketercapaian
mencari informasi dengan cara mengajukan 70%
59%
pertanyaan dan/atau mengemukakan jawaban, (2) 60%
48%
mampu merumuskan hal-hal yang dapat 50% 41%
menyebabkan kerusakan lingkungan. Indikator- 40% 36% kontrol

indikator tersebut kemudian digunakan sebagai 30% eksperimen


acuan dalam membuat lembar observasi, sehingga 20%

diperoleh data untuk setiap pertemuan. Data tersebut 10%


0%
disajikan pada Gambar 3.
pertemuan 1 pertemuan 2 pertmeuan 3
90% 83%
78%
Gambar 4. Data Observasi Tingkatan Kesadaran
80% Konseptual
Persentase Ketercapaian

70% Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa


59%
60% 56% tingkatan conceptual awareness level pada kelas
50% 42%43% kontrol eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, hal ini
40% dibuktikan dengan terus meningkatnya persentase
eksperimen
30% pada setiap pertemuannya. Sedangkan untuk kelas
20% kontrol terdapat perubahan penurunan persentase
10% pada pertemuan kedua, yakni dari 41% menjadi
0% 36%. Akan tetapi persentase pada pertemuan ketiga
pertemuan 1 pertemuan 2 pertmeuan 3 mengalani kenaikan kembali menjadi 70%. Menurut
Rasandy dkk (2013) rendahnya tingkat kesadaran
Gambar 3. Data Observasi Tingkatan Pengetahuan peserta didik untuk menjaga lingkungan dipengaruhi
Dasar Mengenai Lingkungan oleh beberapa faktor misalnya faktor lingkungan
tempat tinggal. Peserta didik yang berada di
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa hasil lingkungan dengan orang-orang yang peduli
persentase untuk tingkatan ecological foundation lingkungan akan membawa pengaruh positif
level walaupun pada kelas eksperimen dan kelas terhadap pola pikir dan perilaku seseorang untuk
kontrol sama-sama mengalami peningkatan pada membentuk karakter peduli lingkungan.
setiap pertemuannya akan tetapi peningkatan pada Tingkatan karakter peduli lingkungan yang
kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan ketiga yaitu investigation and evaluation level
dengan kelas kontrol. Kenaikan pada kelas (tingkat investigasi dan evaluasi). Investigation and
eksperimen sebesar 40% sedangkan pada kelas evaluation level merupakan upaya memikirkan
kontrol hanya sebesar 36%. Hal ini didukung oleh solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan
penelitian oleh Dewi dkk (2016) yang menyatakan yang terjadi. Tingkatan ini terdiri dari dua indikator
bahwa petunjuk praktikum berbasis inkuiri yaitu (1) dapat menyebutkan contoh upaya
terbimbing berpengaruh terhadap karakter mengatasi pemanasan global, dan (2) peduli
konservasi. Salah satu karakter konservasi adalah terhadap penggunaan energi listrik di dalam kelas
karakter peduli lingkungan. maupun di luar secara bijaksana. Data observasi
Tingkatan karakter peduli lingkungan yang setiap pertemuan dapat dilihat pada Gambar 5.
kedua adalah conceptual awareness level (tingkat
kesadaran konseptual). Conceptual awareness level
merupakan usaha untuk tidak melakukan hal-hal
yang merusak dan mengganggu lingkungan.
Tingkatan tersebut terdiri dari 3 indikator yaitu (1)
menggunakan kertas sesuai kebutuhan, (2)
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

90% Pada Gambar 6 terlihat bahwa terdapat


85%

80% perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan


Persentase Ketercapaian

70% eksperimen. Pada kelas eksperimen untuk setiap


60% 56% pertemuannya mengalami kenaikan, sedangkan pada
52% 52%
50% 44%43% kontrol kelas kontrol hanya sekali mengalami peningkatan
40% eksperimen yakni pada pertemuan kedua saja kemudian setelah
30% itu tetap (konstan). Persentase awal pada kelas
20% eksperiman adalah sebesar 45% sedangkan pada
10% pertemuan ketiga mencapai 85%. Terdapat kenaikan
0% persentase sebesar 40%. Penelitian yang mendukung
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
Gambar 5. Data Observasi Tingkatan Investigasi hal tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh
dan Evaluasi Haniyya & Bintari (2017) yang menyatakan bahwa
peningkatan sikap peduli lingkungan peserta didik
Gambar 5 menunjukkan bahwa ada dapat dilihat dari kebiasaan peserta didik menjaga
perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan lingkungan.
eksperimen. Setiap pertemuan terjadi peningkatan Data karakter peduli lingkungan juga
pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas diperoleh dari lembar angket (self assessment) yang
kontrol hanya sekali mengalami peningkatan yakni di dalamnya memuat indikator peduli lingkungan.
pada pertemuan kedua saja kemudian setelah itu Lembar angket diberikan kepada peserta didik se
tetap (konstan). Jika dilihat persentase awal pada sebanyak dua kali yaitu dipertemuan pertama
kelas eksperiman adalah sebesar 43% sedangkan (pretest) dan dipertemuan ketiga (posttest).
pada pertemuan ketiga mencapai 85%. Terdapat Peningkatan karakter peduli lingkungan
kenaikan persentase sebesar 19%. Hal tersebut kemudian dianalisis menggunakan rumus N-gain.
sesuai dengan penelitian Rasandy dkk (2013) yang Uji N-gain bertujuan untuk mengetahui besar
menjelaskan bahwa sikap peduli lingkungan akan peningkatan karakter peduli lingkungan peserta
muncul berdasarkan motivasi yang akan disertai didik sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
dengan munculnya minat dan perilaku peduli Adapun hasil yang diperoleh untuk peningkatan
lingkungan seperti mencoba mencari tahu cara-cara karakter peduli lingkungan antara kelas eksperimen
untuk melestarikan lingkungan. dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 7.
Tingkatan karakter peduli lingkungan 0,8 0,73
yang keempat yaitu environmental action skills 0,7
level (tingkatan kepedulian lingkungan). Tingkatan 0,6
ini terdiri dari satu indikator yaitu membersihkan 0,47
0,5
N-gain

lingkungan kelas. Adapun data hasil observasi 0,4 Kontrol


dapat dilihat pada Gambar 6. 0,3 Eksperimen

90% 85% 0,2


80% 0,1
65% 0
Persentase Ketercapaian

70%
60% Kontrol Eksperimen
60% 51% 51%
50% 45% kontrol
40% eksperimen Gambar 7. N-gain Karakter Peduli Lingkungan
30% Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
20%
10% Nilai rata-rata uji N-gain karakter peduli
0% lingkungan kelas eksperimen dan kontrol
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Mann-
Gambar 6. Data Observasi Tingkatan Kepedulian Whitney karena data berdistribusi tidak normal.
Lingkungan Hasil uji Mann-Whitney karakter peduli lingkungan
yaitu nilai Zhitung sebesar -5,821 dan nilai Ztabel
sebesar -1,96. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

Zhitung<Ztabel sehingga Ho ditolak. Hal ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayawardana
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (2016) yang menyatakan bahwa karakter peduli
peningkatan karakter peduli lingkungan antara kelas terhadap lingkungan tidak bisa diperoleh secara
eksperimen dan kelas kontrol. instan, akan tetapi membutuhkan proses yang
Hal ini dimungkinkan karena pada kelas panjang dan waktu yang relatif lama. Seseorang
eksperimen menerapkan pembelajaran akan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan
menggunakan bantuan modul praktikum berbasis karena adanya pembiasaan-pembiasaan yang
guieded inquiry terintegrasi konservasi. berlangsung secara kontinyu dan
Pembelajaran dengan menggunakan modul berkesinambungan. Hal ini juga didukung dengan
praktikum berbasis guided inquiry dapat penelitian yang dilakukan Wakhidah (2014) yang
meningkatkan karakter peduli lingkungan peserta menyatakan bahwa melalui penanaman nilai-nilai
didik karena pembelajaran berbasis inkuiri dapat konservasi memberikan pengaruh yang signifikan
mengembangkan sikap positif peserta didik terhadap terhadap pengembangan karakter peduli lingkungan
lingkungan melalui pemberian permasalahan untuk anak.
lingkungan berdasar pada masalah (Febriana dkk,
2016). Peserta didik didorong untuk melihat subjek SIMPULAN
sebagai masalah, mengumpulkan informasi tentang
subjek tersebut agar dapat memantau dan Hasil penelitian yang telah dilakukan
menganalisis lingkungan alam serta dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbantuan
mengembangkan keterampilan tentang kemampuan modul praktikum berbasis guieded inquiry
memutuskan permasalaahn lingkungan (Koruoglu, terintegrasi konservasi terbukti berpengaruh pada
2015). Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan kemampuan analitis dan karakter peduli lingkungan
pembelajaran inkuiri karena salah satu tahapan peserta didik. Hal ini dilihat berdasarkan nilai N-
dalam inkuiri adalah mengeksplorasi fenomena gain pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,54
untuk menemukan permasalaahan dan merumuskan dengan kriteria sedang dan kelas kontrol sebesar
pertanyaan yang dapat diselidiki. 0,23 dengan kriteria rendah. Pembelajaran
Faktor lain yaitu pada modul praktikum berbantuan modul praktikum berbasis guieded
berbasis guided inquiry terintegrasi konservasi inquiry terintegrasi konservasi juga terbukti
peserta didik diberikan permasalahan lingkungan berpengaruh pada karakter peduli lingkungan
yang berkaitan dengan penyebab dan dampak peserta didik dilihat dari nilai N-gain kelas
pemanasan global. Setelah mempelajari penyebab eksperimen sebesar 0,73 dengan kriteria tinggi
dan dampak dari pemanasan global kemudian sedangkan kelas kontrol sebesar 0,47 dengan kriteria
peserta didik memiliki rasa kepedulian untuk sedang.
menjaga lingkungan agar dapat mengurangi
pemanasan global seperti mulai merawat tanaman di DAFTAR PUSTAKA
depan kelas. Modul juga berisi kalimat-kalimat
perintah mengenai hal-hal yang harus dilakukan Achmad, P. 2016. Pengaruh Inkuiri Terbimbing
peserta didik dalam upaya menjaga lingkungan terhadap Kemampuan Analisis Peserta Didik
untuk setiap pertemuannya. Perintah tersebut Kelas IV SD Se-Gugus Boden Powell Gebang.
diintegrasikan dengan pilar-pilar konservasi yang Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 19,
dimiliki oleh Universitas Negeri Semarang. Adapun (5):1861-1869.
pilar-pilar konservasi yang diintegrasikan kedalam
modul yaitu pilar keanekaragaman hayati, pilar Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka
pengelolaan limbah, pilar nirkerteas dan pilar energi Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan
bersih. Melalui kalimat perintah tersebut diharapkan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan
peserta didik akan terbiasa untuk melalukan hal-hal Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang dapat menjaga lingkungan. Oleh karena itulah
karakter peduli lingkunga kelas eksperimen Annisa, N. 2016. Peningkatan Kemampuan
mengalami peningkatan yang lebih tinggi Berpikir Analitis Siswa melalui Penerapan
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini sejalan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Erna Windarti Noor Cahyani dan Parmin / Unnes Science Education Journal

Unnes Journal of Biology Education. 5, (2): Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran


163-170. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Desfandi, Mirza. 2015. Menwujudkan Masyarakat
Berkarakter Peduli Lingkungan melalui Saputra, M. 2017. Pembinaan Kesadaran
Program Adiwiyata. Jurnal Ilmu Pendidikan Lingkungan Melalui Habituasi Berbasis
Sosial. 2, (1):31-37. Media Sosial Guna Menumbuhkan Kebajikan
Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan.
Habib, Azhari. 2014. Pengaruh Pembelajaran Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1):14-29.
Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap
Prestasi Belajar Fisika Materi Pokok Listrik Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,
Dinamis pada Siswa Kelas X. STKIP Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Hamzanwadi Selong. Sumiyadi, dkk. 2015. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri dan
Haniyya & Bintari. 20017. Pengaruh Pembelajaran Berwawasan Konservasi. Journal of
Model PBL terhadap Hasil Belajar dan Sikap Innovative Science Education. 4, (1): 1-9.
Peduli Lingkungan Kelas X MA
Miftahussalam Demak. Journal of Biology Yaumi. 2013. Prinsip-Prinsip Desain
Education. 6, (1): 26-30. Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Ilmiwan, et al. 2013. “Pengaruh Penerapan Bahan Yulianti, D & Wiyanto. 2014. Perancangan
Ajar Bermuatan Nilai Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Inovatif. Semarang: Unnes
Model Pembelajaranlangsung Terhadap Hasil Press
Belajar Siswa Kelas xi Sman 1 Bukittinggi”
Jurnal Pillar of Physics of Education. 1, (2):
153-160.

Khanifatul. (2013). Pembelajaran Inovatif.


Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

Osman, K., dkk. 2013. 21st Century Biology An


Interdisciplinary Approach og Biology,
Technology, Engineering and Mathematics
Education. Social and Behavioral Sciences.
102, (2013): 188-194.

Rahmayanti, H. 2014. Penerapan Model


Pembelajaran Guided Discovery Untuk
Meningkatkan Nilai Karakter Peserta Didik di
Sekolah Menengah. Journal of Innovative
Science Education. 2, (1): 11-19.

Rasandy, L., dkk. 2013. Pembelajaran Biologi


Mengarah pada Penanaman Karater Peduli
Lingkungan pada Materi Pengelolaan
Lingkungan. Lembaran Ilmu Kependidikan.
42, (2): 129-136.

Anda mungkin juga menyukai