Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ETIKA

“BAYI TABUNG”

PENYUSUN :

1. Eva Kholifa P (13010)


2. Juwita Abadi Akbar (13016)
3. Nico Wahyu Pribadi (13021)
4. Shafira Qana Bangsa (13026)
5. Tutiansih (13028)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KEPANJEN

TA 2013/2014
KASUS

Tn.A dengan Ny.B adalah pasangan suami istri yang sudah menikah selama 10 tahun, tapi
mereka belum juga dikaruniai keturunan (seorang anak). Dengan keputusan bersama
pasangan suami istri tersebut telah memutuskan untuk mengikuti program bayi tabung.
Karena Tn.A dan Ny.B tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba
falopi Ny.B mengalami kerusakan yang permanen. Menurut dokter bayi tabung pada suatu
pihak merupakan hikmah dapat membantu pasangan suami istri yang subur, tetapi karena
suatu gangguan pada organ reproduksi yang menyebabkan mereka tidak dapat memiliki anak.
Tetapi di satu sisi Tn.A dan Ny.B merasa jika melakukan bayi tabung mereka mendapat
pandangan yang tidak etis apabila bahan pembuahan tersebut diambil dari orang yang sudah
meninggal.

Penyelesaian kasus berdasarkan 8 prinsip etik :

1. Autonomy :
 Sebagai perawat kita harus bisa menghargai hak memilih tentang keputusan
Tn.A dan Ny.B yang mereka ambil.
 Sebagai perawat kita memberikan evaluasi penjelasan baik itu dampak negatif
maupun positif mengenai program bayi tabung terhadap Tn.A dan Ny.B.
2. Veracity :
 Sebagai perawat sebaiknya memberikan penjelasan baik itu dampak negatif
maupun positif mengenai program bayi tabung terhadap Tn.A dan Ny.B.
3. Confidentiality :
 Sebagai perawat kita harus bisa menjaga segala kerahasiaan keputusan yang di
ambil oleh Tn. A dan Tn.B.
4. Fidelity :
 Sebagai seorang perawat kita mempunyai tugas sebagai conselor dan
memberikan pendidikan mengenai bayi tabung.
 Sebagai seorang perawat kita setia merawat Tn.A dan Ny.B sampai program
bayi tabung mereka berhasil.
5. Justice :
 Sebagai seorang perawat kita tidak boleh membeda-bedakan proses tindakan
keperawatan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya.
6. Beneficience :
 Sebagai perawat kita harus merawat mereka dengan penuh keikhlasan,
kesabaran, dan kemurahan hati dalam merawat pasien.
 Sebagai perawat kita memberikan pelayanan yang terbaik atas program bayi
tabung yang telah disepakati oleh Tn.A dan Ny.B.
7. Non-maleficience`:
 Sebagai perawat kita harus memberikan motivasi dan saran yang terbaik untuk
program bayi tabung yang telah di sepakati oleh Tn.A dan Ny.B.
 Sebagai perawat kita juga perlu menyarankan Ny.B untuk menjaga kondisi
fisik selama mengikuti program bayi tabung,baik itu asupan
nutrisi,psikologis,psikis,dan biospiritual.
8. Respect :
 Sebagai perawat kita harus menghargai tindakan yang mereka ambil untuk
melakukan program bayi tabung.
KESIMPULAN

Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai dengan budaya dan tradisi ketimuran
kita. Sebagian agamawan menolak adanya fertilisasi in vitro pada manusia, sebab mereka
berasumsi bahwa kegiatan tersebut termasuk intervensi terhadap “karya ilahi”. Dalam artian,
mereka yang melakukan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya
itu menjadi hak Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu lahir melalui
proses alamiah yaitu melalui hubungan seksual antara suami istri yang sah menurut agama.
Meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami
wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan
secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana,hukum agama,hukum kesehatan,serta etika
(moral) ketimuran yang berlaku di indonesia.

Di indonesia sendiri bila di pandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung tidak
melanggar, tetapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah. Jangan
sampai sperma berasal dari bank sperma,atau ovum dari pendonor. Sementara untuk kasus,
sperma dan ovum berasal dari suami istri tapi ditanamkan dalam rahim wanita lain alias
pinjam rahim, masih banyak yang mempertentangkan.

Anda mungkin juga menyukai