Anda di halaman 1dari 6

Transformasi Perempuan dalam Politik Lokal

Anggia Trisola, 2Fatmariza, 3Maria Montessori,


1
1
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Indonesia
2
Dosen Universitas Negeri Padang, Indonesia
E-mail: anggiatrisola423@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini menganalisis keterpilihan perempuan dalam politik lokal di Sumatera Barat
terkait dengan kemunculan perempuan menjadi wali nagari di Era Reformasi dengan studi
kasus Wali Nagari Lalang Panjang Inderapura. Artikel ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam (In-
depth interview) dan studi dokumentasi. Berdasarkan kajian tersebut ditemukan bahwa
keterpilihan perempuan menjadi Wali Nagari menggunakan strategi pendekatan masyarakat
pemilih dan strategi mengusulkan program yang berbeda dari kompetitor. Strategi
pendekatan pemilih dilakukan dengan cara melakukan kunjungan dan mengundang tokoh-
tokoh masyarakat Nagari dan juga melakukan pendekatan kepada pemuda nagari dengan cara
berkumpul, gergabung dan memberi sumbangan kepada pemuda. Selain itu menggunakan
strategi mengusulkan program yang berbeda dari kompetitor fokus pada Bidang pertanian,
pendidikan, pembangunan, keagamaan dan pemberdayaan masyarakat.

Kata kunci: Perempuan, Strategi, Wali Nagari,


TRANSFORMATION OF WOMEN IN LOCAL POLITICS
1
Anggia Trisola, 2Fatmariza, 3Maria Montessori
1
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Indonesia
2
Dosen Universitas Negeri Padang, Indonesia
E-mail: anggiatrisola423@gmail.com

ABSTRACT

This article analyzes the election of women in local politics in West Sumatra in
relation to the emergence of women as wali nagari in the Reform Era with case study of Wali
Nagari Lalang Panjang Inderapura. This article uses qualitative methods with a case study
approach collected through observation, in-depth interviews and documentation studies.
Based on this study it was found that women's election to Wali Nagari used a voter
community approach and strategy proposed different programs from competitors. The voter
approach strategy is done by visiting and inviting Nagari community leaders and also
approaching the youth of the Nagari by gathering, joining and giving donations to the youth.
Besides that, using a strategy of proposing a different program from competitors focuses on
agriculture, education, development, religion and community empowerment.

Keywords: Strategy, Guardian Nagari, Women


A. Pendahuluan
Otonomi daerah membuka peluang yang besar bagi perempuan untuk berkiprah dalam
politik lokal Nagari. Setelah bertahun-tahun perempuan mulai berkiprah di pemerintahan
nagari, nagari-nagari yang ada di sumatera barat mulai dipimpin oleh wali nagari perempuan.
Penelitian tentang wali nagari perempuan di Sumatera Barat telah banyak dilakukan
diantaranya Iskandar (2011) mengenai keberhasilan perempuan muncul sebagai wali nagari
di Era Reformasi, meskipun demikian keberhasilan perempuan ini tidak mudah banyak
hambatan dan tantangan yang dihadapi perempuan untuk maju dalam politik, dalam
penelitian Jendrius (2014) mengungkapkan bahwasanya perempuan mengalami kekerasan
yang dilakukan oleh laki-laki dalam menjadi wali nagari sehingga mengakibatkan
penghacuran partisipasi politik perempuan. Dalam penelitian Fatmariza (2012)
mengungkapkan bahwa kepemimpinan laki-laki cenderung bergeser maknanya mejadi
kekuasaan yang mendominasi sehingga tidak jarang menempatkan perempuan pada posisi
subordinat yang rentan terhadap tindak kekerasan, sebagaimana yang dikatakan Utami 2001
(dalam Fatmariza, 2003:30) untuk mewujudkan kesetaraan gender adalah salah satu upaya
mewujudkan demokratisasi, karena dengan kesetaraan gender akan membuka peluang serta
akses bagi seluruh masyarakat dari segala lapisan baik laki-laki maupun perempuan untuk
ikut serta melakukan proses demokratisasi itu sendiri.
Meskipun upaya mewujudkan kesetaraan gender sejauh ini telah dilakukan oleh
cukup banyak pihak. Namun realita yang terjadi dalam masyarakat masih banyak praktek
ketidakadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan termasuk keterlibatan perempuan
dalam politik karena masih adanya budaya patriarki dalam masyarakat yang menganggap
perempuan tidak mampu menjadi pemimpin. Hal ini sejalan dalam penelitian Pambudi (2004)
bahwa perempuan sulit untuk masuk dunia politik karena melanggengnya budaya patriarki
dalam masyarakat dan memberikan pembenaran atas penempatan perempuan dalam ranah
domestik dan laki-laki pada ranah publik. Disisi lain dalam penelitian Zakaria (2013)
perempuan dipersepsikan sebagai manusia kelas dua dalam realitas sosial, sehingga adanya
istilah “Tidak beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan kepemimpinan nya kepada
perempuan” implikasinya lelakilah yang lebih pantas untuk memegang sebuah perkara karena
perempuan masih dianggap sebagai makhluk lemah. Dalam penelitian Wahid (2012) juga
mengatakan: sebenarnya kesempatan memang sudah banyak membuka peluang bagi
perempuan untuk terlibat dalam politik namun kenyataannya perempuan masih belum
dipercaya oleh partai politik untuk berkriprah secara terbuka kecuali perempuan tersebut
mempunyai kekuatan keuangan, terkenal, dan merupakan keturunan yang mempunyai
pengaruh di tengah masyarakat.
Selain Indonesia di beberapa negara perempuan juga sulit berkiprah dalam dunia
politik, dalam penelitian Godwin (2013) rendahnya kesadaran politik dikalangan perempuan
Nigeria di sebabkan budaya patriarki. Dengan anggapan bahwa laki-lakilah yang sebenarnya
lebih pantas dari pada perempuan. Artinya ada nilai-nilai dalam masyarakat bahwa
kepantasan laki-laki untuk menjadi pemimpin dari pada perempuan karena perempuan dalam
mengambil keputusan sering mempertimbangkan hati dan perasaan. Demikian juga halnya
dalam penelitian Daniel (2015) rendahnya tingkat partisipasi perempuan dalam Pemerintah
Daerah di Maiha Wilayah Negara Bagian Adamawa masih disebabkan sosio-kultural budaya
patriarki masyarakat tentang peran dan budaya perempaun. Dapat dikatakan adanya
pembedaan peran dalam masyarakat yang menganggap peran laki-laki berada di wilayah
publik sedangkan perempuan di wilayah domestik. Hal yang sama juga dijelaskan dalam
penelitian Fatmariza (2003) dalam gender terjadi pembedaan peran dan wilayah gender.
Dalam peran umumnya masyarakat masih menganggap peran laki-laki sebagai pekerja
produktif yang menghasilkan nilai ekonomis/uang, sedangkan perempuan merupakan pekerja
reproduktif, misalnya megelola rumah tangga dan mengasuh anak.
Dari berbagai penelitian terdahulu, penulis melihat masih adanya tantangan dan
hambatan bagi perempuan untuk terlibat dalam politik seperti adanya budaya patriarki yang
menimbulkan pembedaan peran wilayah gender. Laki-laki berada diwilayah publik
perempuan diwilayah domestik. Dengan pembagian peran wilayah berdasarkan gender maka
perempuan akan sangat sulit secara sosial-kultural untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang bersifat publik seperti halnya dalam pemerintahan nagari.
Meskipun demikian ternyata beberapa tahun belakangan di Sumatera Barat cukup
banyak perempuan maju menjadi wali nagari dan terpilih. Data menunjukan jumlah
keseluruhan Nagari di Sumatera Barat pada tahun 2017 terdapat 648 Nagari yang tersebar di
11 kabupaten, namun dari sekian banyak Nagari hanya terdapat 12 wali nagari yang dipimpin
oleh wali nagari perempuan yaitu wali nagari Koto Lamo, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten
Lima Puluh Kota, wali Nagari Batu Basa, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar,
wali Nagari Tanjung Bingkung, Wali Nagari Tigo Balai, Kec. Matua, Kab. Agam dan Wali
Nagari Sulik Aia, Kec X Koto Diateh, Kab. Solok, Wali Nagari Aie Dingin Kecamatan
Kubung, Kecamatan Lembah Gumanti di Kabupaten Solok, Nagari Tigo balai Kecamatan
Matur Kabupten Agam, Nagari Setara Nanggalo Kec. Koto XI Tarusan, Nagari Salido Sari
Bulan Kec IV Jurai, Nagari Koto Rawang, Nagari Lalang Panjang Kecamatan Airpura, dan
Nagari Tapan Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan di Kabupaten Pesisir Selatan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_nagari_di_Sumatera_Barat
Nagari Lalang Panjang Inderapura merupakan satu dari lima nagari di Pesisir Selatan
yang dipimpin wali nagari perempuan, dalam proses pencalonan perempuan tersebut
mendapat tantangan dan hambatan yang lebih berat dibandingkan laki-laki. Nagari Lalang
Panjang Inderapura saat Pilwana periode 2012-2017 memiliki 4 kandidat calon wali nagari,
yaitu Umar Danil, Rafi dan Syafri, dan Linda Sri Ninsih merupakan satu-satunya kandidat
perempuan, saat mencalonkan kandidat Linda Sri Ningsih mengalami kesulitan dibandingkan
dengan tiga kandidat laki-laki lainnya karena sulitnya mendapatkankan surat keterangan dari
Kerapatan Adat Nagari (KAN) karena Linda Sri Ningsih bukan asli dari Nagari Lalang
Panjang Inderapura Kecamatan Air Pura, meskipun demikian kenyataan perempuan ini
terpilih menjadi wali nagari.
B. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Menurut Yin (2008:1) studi kasus merupakan sebuah strategi yang mengacu pada penelitian
dengan unsur bagaimana dan mengapa pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti
masalah kontemporer serta pemilihan kasus dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.
Menurut (Sugiyono, 2012:301) Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu, dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam
(In-depth interview) dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber data. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
C. Temuan Dan Pembahasan
Berdasarkan temuan penelitian diatas dapat di peroleh gambaran terkait dengan
keterpilihan perempuan dalam politik lokal. Dikaji dari strategi yang perempuan gunakan saat
pencalonan menjadi wali nagari, maka berdasarkan temuan penelitian bahwa keterpilihan
perempuan dalam politik lokal di Nagari Lalang Panjang Inderapura merupakan babak baru
dalam proses demokratisasi, karena dengan kesetaraan gender akan membuka peluang dan
kesempatan bagi seluruh masyarakat dari segala lapisan untuk ikut serta dalam proses
demokratisasi itu sendiri. Namun realitasnya masih sangat sedikit perempuan di Sumatera
Barat yang berperan serta dalam proses demokratisasi diera otonomi daerah dan kembali ke
nagari. Kendala muncul tidak hanya dari sisi politik, tapi juga dari nilai-nilai patriarkhi yang
masih kental. Pandangan yang sangat kuat tentang sistem nilai, norma, mitos, serta stereotip
tentang perempuan.
Meskipun demikian ada yang berbeda di Nagari Lalang Panjang Inderapura
bahwasanya perempuan terpilih menjadi wali nagari. Keterpilihan perempuan menjadi wali
nagari memiliki strategi yang berbeda dari kandidat lawan politiknya. Menurut Arnold
Steinberg (dalam Pito, 2006:196) strategi adalah rencana atau tindakan strategi adalah suatu
rencana yang dibuat oleh para pemimpin agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Kandidat Linda Sri Ningsih menggunakan strategi pendekatan kepada masyarakat pemilih
dan strategi mengusulkan program yang berbeda dari kompetitor. Dalam strategi pendekatan
kepada msyarakat pemilih, kandidat dan timsukses melakukan pendekatan kepada tokoh-
tokoh masyarakat seperti alim ulama, cadiak pandai, ninik mamak dan pemuda nagari. Dalam
hal ini kandidat melakukan pendekatan dengan cara turun langsung (kunjungan) ke rumah-
rumah untuk meminta dukungan dan doa, selain itu juga ikut bergabung di warung-warung
dan pos pemuda nagari untuk bercengkrama dan acara makan-makan. Setelah itu, juga
meyakinkan para pemilih dengan sosok/figur yang dimiliki perempuan serta
mensosialisasikan program-program unggulan yang dimiliki oleh kandidat perempuan.
startegi ini disebut oleh Nursal (dalam Pito, 2004:204-216) Pendekatan push marketing pada
dasarnya adalah usaha agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung
atau dengan cara lebih contomized (personal). Pendekatan pull marketing yaitu membayar
dan tanpa membayar, pendekatan ini sangat berperan dalam pembentukan citra dari para
kontestan dan Pendekatan pass marketing adanya pihak-pihak, baik itu perorangan maupun
kelompok, yang berpengaruh besar terhadap pemilih. Pihak–pihak yang berpengaruh disebut
juga dengan influencer, dan influencer dibedakan menjadi dua yaitu influencer aktif dan
influncerpasif. Influncer aktif adalah kelompok yang ikut aktif mempengaruhi pemilih
dengan menggunakan isu-isu yang menguntungkan partainya atau kandidatnya, sedangkan
Influncer pasif adalah kelompok atau individu yang tidak ikut mempengaruhi pemilih secara
aktif akan tetapi menjadi panutan pemilih didalam pemilihan dan menentukan pilihan
didalam pemilihan. Selain itu kandidat mempunyai program kerja unggulan yang berbeda
untuk dijadikan prodak politik saat berkampanye yaitu fokus pada pertanian, pembangunan,
pendidikan, keagamaan dan pemberdayaan masyarakat. Saat melakukan pendekatan ke
masyarakat pemilih, kandidat perempuan membawa lima program kerja untuk disosialisakan
kemasyarakat. Hal ini sesuia dengan menurut teori Nursal (2004:137) positioning adalah
tindakan untuk menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran produk
politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas, dan meaningfull.
Terpilihan perempuan dalam politik lokal Nagari karena perempuan dan timsukses
bisa mengatur strategi dengan baik dan adanya penerimaan dan dukungan dari masyarakat
Nagari Lalang Panjang Inderapura.
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya terpilihnya wali nagari perempuan
di Nagari Lalang Panjang Inderapura merupakan fenomena politik lokal menarik dan
bersejarah di Minangkabau di Era Reformasi. Meskipun perempuan dan laki-laki telah
memiliki kesempatan yang sama keterlibatan dalam politik lokal tetap saja seorang kandidat
harus memiliki kemampuan dan strategi politik dalam pencalonan wali Nagari. Terpilihnya
perempuan mejadi wali nagari di dukung oleh strategi pendekatan kepada masyarakat pemilih
dan strategi mengusulkan program yang berbeda dari kompetitor. Dalam menarik simpati
masyarakat, kandidat perempuan melakukan pendekatan kepada mayarakat pemilih terumata
tikoh-tokoh masyarakat seperti ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai dan para pemuda
nagari dengan cara melakukan turun langsung (kunjungan) ke rumah-rumah masyrakat
pemilih untuk meminta dukungan dan doa. Sedangkan mengusulkan program yang berbeda
dari kompetitor, kandidat perempuan memiliki program yang pada pertanian, pembangunan,
pendidikan, keagamaan dan pemberdayaan masyarakat. Program ini di buat dengan meliha
kebutuhan masyarakat Nagari Lalang Panjang Inderapura sehingga masyarakat tertarik untuk
memilih kandidat perempuan.
E. Rujukan
Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu . Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. .
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&d. Jakarta: Alfabeta
Pito T.A. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung:
Nusa Indah
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Iskandar, Israr. 2003. Wali Nagari Perempuan di Era Reformasi: Studi Kasus Terpilihnya
Wali Nagari Batu Basa Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2009.
Jurnal DEMOKRASI Vol.II No.1
Jendrius. 2014. Marasai: Penghancuran Partisipasi Politik Perempuan (Pengalaman
Seorang Wali Nagari Perempuan Korban Kriminalisasi). Kafa’ah : Jurnal Ilmiah
Kajian Gender Vol. IV No.1
Fatmariza, 2003. Kesetaraan Gender: Langkah Menuju Demokratisasi Nagari. Jurnal
DEMOKRASI Vol. II No.1
,2012. Fenomena Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam Rumah Tangga
(Pandangan Mubalig) . Jurnal Humanus Vol. XI No.2 Th. 2012
Pambudi, Mohammad Yusuf. 2004. Perempuan Dan Politik Studi tentang Aksesibilitas
Perempuan MenjadiAnggota Legislatif Di Kabupaten Sampang. Jurnal Perempuan ed.
34. Politik dan Keterwakilan Perempuan
Zakaria, Samsul. 2013. Kepemimpinan Perempuan Dalam Persepektif Hukum Islam (Studi
Komparatif antara Pemikiran KH. Husein Muhammad dan Prof. Siti Musdah Mulia).
Jurnal islam Vol. VI, No. 1, Juni
Wahid, Umaimah. 2012. Perempuan Dan Kekuasaan Politik Dalam Pemilukada DKI Jakarta.
Jurnal Komunikasi Jilid 29(1) 2013: 73-97
Daniel, Aminchi. 2015. Factors Influencing Low Level of Women Participation inLiteracy
Programme in Maiha Local Government Area ofAdamawa State. Journal of
Education and Practice: ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online)Vol.6,
No.15, 2015
Godwin, Ihemeje. 2013. The need for participation of women in local governance: A
Nigerian discourse. International Journal of Educational Administration and Policy
Studies: Vol/ 5(4), pp. ISSN 2141-6656

Anda mungkin juga menyukai