Oleh
Prof.Dr.Ir.Musbir, M.Sc
Dr.Ir.Faisal Amir, M.Si
Dr.Ir. Alfa Nelwan, M.Si.
Dr. Ir. Muhamad Ali Yahya, M.Si.
1
RENCANA PEMBELAJARAN
2
NAMA MATA KULIAH : Oseanografi Terapan
KODE/NAMA DOSEN : Dr. Ir. Muhamad Ali Yahya, M.Si.
JUMLAH PESERTA : . . Orang
PROGRAM STUDI : MAGISTER (S2) ILMU PERIKANAN
3
NAMA MATA KULIAH : Oseanografi Terapan
KODE/NAMA DOSEN : Dr. Ir. Muhamad Ali Yahya, M.Si.
JUMLAH PESERTA : . . Orang
PROGRAM STUDI : MAGISTER (S2) ILMU PERIKANAN
4
EVALUASI KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN MODUL IX
Hasil
Ketepatan Keaktifan Hasil kerja Ketepatan Keaktifan
kerja
menjelaskan diskusi kelompok Menjelaskan diskusi
kelompok
(40 %) (10) (50 %) (40 %) (10%)
(50%)
1
2
3
.
N
5
EVALUASI KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN MODUL XIII & XIV
Hasil
Ketepatan Keaktifan Hasil kerja Ketepatan Keaktifan
kerja
menjelaskan diskusi kelompok Menjelaskan diskusi
kelompok
(40 %) (10) (50 %) (40 %) (10%)
(50%)
1
2
3
.
N
6
5. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan yang digunakan pada mata kuliah ini adalah metode ceramah/kuliah dan diskusi. Ceramah
dilakukan selama satu jam perkuliahan kemudian dilanjutkan dengan diskusi selama satu jam berikutnya. Mulai pada akhir
tatap muka ke II mahasiswa diberikan tugas kelompok yang dikerjakan di luar kelas, dipresentasikan dan didiskusikan di
depan kelas. Selain tatap muka, mahasiswa juga harus melakukan praktikum sesuai petunjuk masing-masing modul.
6. MATERI/BAHAN BACAAN
Bishop, J.M. 1984. Aplied Oceanography. John Willey and Sons, Inc. New York. 252 p.
Gandadikusumah, D. G. 1979. Mengenal Foto Satelit Cuaca TIROS-N dan NOAA-AVHRR LAPAN. Proyek Penelitian
Pemanfaatan SATCA dan Observasi Lingkungan, LAPAN. Jakarta. 25 hal.
Gastellu-Ettchegorry and T. Boely, 1988. Methodology for an Operational Monitoring of Remotely-Sensed Sea Surface
Temperatures in Indonesia. Int. J. Remote Sensing, Vol. 9 No. 3. P. 423 – 438.
GC. Net Home Page (1997). AVHRR Sensor Characteristics. Data Guide/Sensor.
(http://www.ccrs.nrcan.gc.ca/gcnet/guides/avhrr/ch3.html).
Gordon, A.L., and R.A. Fine, 1996, Pathways of water between the Pacific and Indian Oceans in the Indonesian Seas, Nature,
V. 379, 146~149.
7
Gordon, A. L., D. Susanto, 1999. Makassar Strait Transport: Preliminary Arlindo Result and From Maks-1 dan Maks-2.
Oregon State University. pp 1-7.
Hanggono, A., Hilda, L., Retno, A. dan Khaerul, A., 2000. Identifikasi Lokasi Fishing Ground di Indonesia melalui Satelit
NOAA-AVHRR. Remote Sensing and Geographic Information Systems, Year Book. BPP Teknologi. Jakarta.
Hendiarti, N., B. Winarno., S. I. Sachoemar dan I. Farahidy, 1999. Penentuan Daerah Upwelling Di Perairan Selatan Jawa-
Bali dan Selat Makassar. Remote Sensing and Geographic Information Systems. Year Book 1995-1996, BPP
Teknologi. Jakarta.
Hutabarat, S. dan M. E. Stewart, 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Jansen, J. R., 1986. Introduction Digital Image Processing : A Remote Sensing Perspective. Prentice. Hal Englewood Clif.
New Jersey.
King, A. H. 1963. An Introduction to Oceanography. Hill Books Company Inc. San Fransisco.
Laevastu, T. dan Hela. 1970. Fisheries Oceaonography. Fishing News (Book) Ltd. London.
Myers D. G., and P. T. Hick, 1990. An Application of Satellite-Derived Sea Surface Temperature Data to The Australian
Fishing Industry in Near Real –Time. Int. J. Remote Sensing, Vol. 11 No. 11. P. 2103 – 2112.
Pond, S. and G. L. Pickard, 1983. Introductory Dynamical Oceanography. 2 nd edition. Pergamon Press. New York.
Rajaan M. S., 1991. Remote Sensing and Gegraphic Information System For Natural Resource Management. Asian
Development Outlook, ADB, Manila. 197 p.
8
Syamsuddin, F., 2003. Arus Lintas Indonesia Dalam Konteks Perubahan Iklim Global pada Masa Lalu dan Masa Kini. Berita
Iptek 2 Juni 2003. Diunduh 28 Oktober 2011.
Sverdrup, H. U., M. W Jhonson dan R. H. Flemming . 1946. The Ocean: Their Physics, Chemistry and General Biology. The
Prentice-Hall Inc. New York.
US Navy Hydrographic Office, 1959. Instruction Manual for Oceanographic Observation. US Navy Hydrographic Office Pub.
No. 607 : 1 - 210.
Widyaprasetya, Atmadipoera, S.A. dan Siregar, P. 2000. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Dengan Teknologi
Inderaja di Perairan Natuna, Laut Cina Selatan. Remote Sensing and Geographic Information Systems, Year Book.
BPP Teknologi. Jakarta.
Webster, PJ, Moore, AM, Loschnigg, JP, Leben, RR, 1999, Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during
1997-98, Nature 401, p. 356-360.
Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the South-East Asian Waters. Naga Report Vol. 2. The University of California,
La Jolla.
Yokoyama, R. and S. Tanba, 1991. Estimation of Sea Surface Temperature via AVHRR of NOAA-9 – Comparison With Fixed
Buoy Data. Int. J. Remote Sensing, Vol. 12, No. 12. P. 2513 – 2528.
9
7. TUGAS
10
TUGAS KELOMPOK MAHASISWA
11
8. KRITERIA PENILAIAN
• Penilaian hasil belajar akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan standar PAN yaitu berdasarkan distribusi
normal nilai pada satu kelas.
• A = > 90
• A- = >85 – 90
• B = > 80 – 85
• B- = > 75 – 80
• C = > 70 – 75
• E = < 70
Hal-hal yang menjadi faktor penilaian kelulusan pada mata kuliah ini adalah
• Tugas kelompok 50 %
• Ujian tengah semester 15 %
• Uji akhir semester 15 %
• Praktikum 20%
9. NORMA AKADEMIK
12
10. JADWAL PEMBELAJARAN
13
4. Pendala
man materi
11
12
13- Menjelaskan Teknologi Teknologi Model-model XIII & XIV 1. Cerama 4 x 50 Muh. Ali
14 Mutakhir Oseanografi Mutakhir pengukuran h menit Yahya
Terapan Oseanografi (observasi) 2. Diskusi
Terapan oseanografi terapan 3. Tugas
Penggunaan kelompok
teknologi indirect 4. Pendala
observation (remote man materi
sensing) dalam
bidang oseanografi
Penggunaan
teknologi direct
observation
(pengukuran arus,
teknik sampling, dan
analisis parameter
oseanografi)
14
15
MATERI MODUL KULIAH MINGGU KE V (SIRKULASI LAUT)
sebagai, pergerakan massa air di laut dari suatu wilayah perairan ke wilayah
oleh kekuatan angin yang bekerja (bertiup) di permukaan laut dalam waktu
tertentu dan disebut sebagai sirkulasi laut yang dibangkitkan oleh angin (wind
driven ocean circulation). Selain itu, ada juga sirkulasi massa air yang bukan
Istilah termohalin sendiri, berasal dari dua kata yaitu thermo yang berarti
temperatur dan haline yang berarti salinitas. Penamaan ini diberikan karena
densitas air laut sangat dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas. Sementara
itu, sirkulasi laut akibat pasang surut laut disebabkan oleh, adanya perbedaan
distribusi tinggi muka laut antara satu wilayah dan wilayah lainnya, sebagai
panas yang dibawa oleh massa air yang hangat tersebut, akan dilepaskan ke
atmosfer. Di daerah kutub, air menjadi lebih lebih dingin pada saat musim
dingin, sehingga terjadi proses sinking (turunnnya massa air dengan densitas
yang lebih besar ke kedalaman). Hal ini terjadi di Samudera Atlantik Utara dan
sepanjang Antartika. Air laut dari bagian yang lebih dalam, secara perlahan-
lahan akan kembali ke dekat permukaan dan dibawa kembali ke daerah tropis,
16
sehingga terbentuklah sebuah siklus pergerakan massa air yang disebut Sabuk
Sirkulasi Laut Global (Global Conveyor Belt). Semakin efisien siklus yang
terjadi, maka akan semakin banyak pula energi panas yang ditransfer dan iklim
Akibat bumi yang berotasi, maka aliran massa air (arus) yang terjadi
akan dibelokkan ke arah kanan di belahan bumi utara (BBU) dan ke kiri di
belahan bumi selatan (BBS). Efek ini dikenal sebagai gaya semu Coriolis.
elevasi muka laut yang diakibatkan aliran massa air ini, disebut sebagai
topografi laut dan saat ini dapat diamati dengan menggunakan satelit
TOPEX/Poseidon. Dengan bantuan data dari satelit ini, maka para ahli dapat
transpor energi panas dan pola musim. Seperti diketahui bahwa, laut memiliki
peranan yang sangat penting dalam mendsitribusikan energi panas dari daerah
panas dalam waktu yang sangat lama dibandingkan dengan tanah yang cepat
menjadi dingin ketika matahari sudah tidak menyinarinya lagi. Hal ini menjadi
bagian yang sangat vital dalam menentukan pola cuaca/iklim di bumi. Menurut
pemanasan global yang terjadi saat ini akibat adanya efek gas rumah kaca bisa
17
merubah dan bahkan mematikan sabuk sirkluasi laut global (Stocker and
Schmittner, 1997).
Terjadinya arus lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air
laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor
eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan
dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya
tektonik dan angin (Gross, 1990). Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama
yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya
komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang
hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan
bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain
Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja
pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses
18
gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air
massa air yang berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan karena
perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua
berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer
momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan yang disebut
ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan
lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat
dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini yang membelokan arus
dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat
kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya
Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah
arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi
lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai
kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus
19
dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-
lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral
Ekman, Arah arus menyimpang 45 0 dari arah angin dan sudut penyimpangan.
massa air, kedalaman dan juga densitas dari massa air tersebut, yang mana
jika densitas laut homogen, maka gaya gradien tekanan horizontal adalah sama
untuk kedalaman berapapun. Jika tidak ada gaya horizontal yang bekerja, maka
akan terjadi percepatan yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang
peristiwa pasang surut air laut. Pasang surut ini, menimbulkan pergerakan
massa air yang mana prosesnya dipengaruhi oleh gaya tarik bulan, matahari
dan benda angkasa lainya selain itu juga dipengaruhi oleh gaya sentrifugal dari
20
1. Suhu dan Salinitas Perairan
bahang (panas) yang terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut terutama
(lintang 0o). Dengan demikian suhu permukaan air laut yang tertinggi akan
Lapisan air di permukaan laut tropis pada umumnya hangat dan variasi
pada lapisan permukaan. Pada daerah tertentu tempat dimana sering terjadi
upwelling, keadaan suhunya dapat menjadi lebih rendah (sekitar 25 oC) yang
disebabkan oleh massa air dingin dari bawah yang berasal dari bagian yang
oleh keadaan cuaca, antara lain curah hujan, penguapan, kelembaban udara,
pemanasan matahari pada musim barat lebih banyak berada di belahan bumi
khatulistiwa suhu berkisar antara 27 - 28 oC. Pada musim timur, suhu perairan
Salinitas adalah jumlah garam yang terlarut dalam satu liter air, biasanya
21
biasanya berkisar antara 34 - 35 o/oo. Di perairan pantai karena terjadinya
proses pengenceran, misalnya karena curah hujan yang tinggi dan pengaruh
massa air sungai yang mengalir ke laut maka salinitasnya menjadi lebih rendah.
penguapan yang lebih tinggi, sehingga mengakibatkan nilai salinitas lebih tinggi
Salinitas air laut di daerah tropis secara umum lebih tinggi dibandingkan
dengan pada daerah sub-tropis, karena pada daerah tropis terjadi evaporasi
yang lebih tinggi (Nybakken, 1982). Salinitas air laut erat hubungannya dengan
penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh ikan
dengan salinitas sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan tidak semua ikan dapat
beradaptasi pada semua kisaran suhu yang ada di dalam air. Ikan yang dapat
mentolerir kisaran suhu yang luas disebut sebagai oligohalin, sedangkan ikan
yang hanya mampu mentolerir kisaran suhu yang sempit disebut stenohalin.
Perubahan struktur salinitas di dalam air, juga berkaitan erat dengan perubahan
suhu yang relatif kecil variasinya, salinitas air laut dapat berbeda secara
geografis akibat pengaruh cuaca dan hujan lokal, banyaknya air sungai yang
masuk ke laut, penguapan dan sirkulasi massa air (King, 1963). Salinitas
daerah 20oLU dan 20oLS, kemudian nilai salinitas ini menurun ke arah kutub.
22
curah hujan. Di perairan kepulauan nilai salinitas ini makin bertambah rendah
umumnya memiliki curah hujan tahunan yang tinggi terutama di sekitar daerah
Manado Sulawesi Utara. Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
curah hujan di pesisir pantai Selat Makassar dari pada Bulan Nopember,
Desember dan Januari (Musim Barat) sampai pada Bulan Februari, Maret dan
pada bulan Mei, Juni dan Juli (Musim Timur) sampai pada Bulan Agustus
permukaan yang telah dipetakan oleh Wyrtki (1961), massa air dari Samudera
Pasifik yang memiliki salinitas tinggi bergerak terus menerus sepanjang tahun
memasuki Laut Sulu ke Laut Sulawesi dan melalui perairan Selat Makassar
Hindia tidak banyak mempengaruhi perairan Selat Makassar, karena massa air
di sebelah selatan Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa diangkut oleh arus
23
salinitas rata-rata Laut Jawa adalah berkisar 32.5 o/oo, Laut Flores 33.5o/oo,
sedangkan Selat Makassar, Laut Banda dan Laut Sulawesi sekitar 34.0 o/oo.
Gambar 3. Sirkulasi massa air Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) (Gordon and
Fine, 1997).
Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) dan Benua Maritim Indonesia (BMI) pada
terutama dengan massa air yang memasuki wilayah Indonesia dari Samudera
Indonesia, yaitu melewati Selat Makasar dan keluar melewati Selat Lombok
(25% dari total transport arus yang lewat Selat Makassar) dan Selat Ombai
bersama-sama Laut Timor (75% sisa total transport arus tersebut) (Gordon, A.L
dan R.A. Fine, 1996). Arlindo terjadi sebagai akibat perbedaan tekanan tinggi
24
Indonesia dan merupakan bagian utama dari fluk panas ke Kolam Panas
perairan Indonesia (suhu > 28 0C) dapat merubah konveksi panas ke atmosfer
dunia, telah mengetahui hubungan timbal balik antara dinamika Kolam Panas
Samudra Pasifik Barat (KPSPB) ini dengan variasi besar dan kecilnya intensitas
Pada saat musim timur massa air dari Laut Flores akan memasuki
salinitas di perairan ini. Pada daerah pantai Selat Makassar terdapat kantong-
kantong air dengan salinitas tinggi, yang hanya dapat dijelaskan dengan proses
penaikan massa air karena pada daerah yang berdekatan justru bersalinitas
rendah. Pada musim timur selama proses penaikan massa air berlangsung,
salinitas dapat mencapai nilai 34.0 - 34.5 o/oo. Sebaliknya pada musim barat
massa air dari Laut Jawa yang bersalinitas rendah akan memasuki perairan
2. Kandungan Nutrien
kandungan yang lebih tinggi dijumpai pada perairan yang lebih dalam.
25
Kandungan fosfat yang tinggi pada bagian permukaan dapat dijumpai pada
Kandungan fosfat di permukaan laut tropis kurang dari 0,1 g-at P/l.
Pada lapisan pegat terjadi kenaikan konsentrasi yang tajam, dengan nilai
konsentrasi mencapai 1,5 g-at P/l terjadi pada lapisan yang tidak tebal. Pada
2,5 - 3,0 g-at P/l (Wyrtki, 1961). Konsentrasi fosfat di suatu perairan bervariasi
menurut faktor lintang, musim dan aktivitas plankton. Di daerah lintang sedang
konsentrasi fosfat tinggi pada musim gugur dan musim dingin. Pada musim
semi dan panas, terjadi aktivitas fitoplankton yang tinggi sehingga pemakaian
akan fosfat menjadi meningkat. Pada perairan tropis, variasi fosfat sangat kecil
bahkan dapat dikatakan tidak ada variasi sama sekali. Hal ini disebabkan oleh
hampir seragam sepanjang tahun. Pada perairan pesisir dan paparan benua,
nilai yang lebih tinggi pada musim timur daripada musim barat. Konsentrasi
permukaan pada musim barat berkisar antara 0,2 - 0,3 g-at P/l, sedangkan
pada musim timur naik menjadi 0,3 - 0,4 g-at P/l. Hal tersebut disebabkan
oleh penaikan massa air di Laut Banda dan Arafura, yang menyebabkan zat
26
hara di lapisan permukaan meningkat dan melalui sirkulasi massa air di
gerakan gravitasi residu organisme air dan gerakan arus atau massa air
(1988) mengemukakan bahwa, nitrat dan fosfat merupakan nutrien utama yang
nitrogen organik, sehingga distribusi nitrat pada lautan terbuka dapat dikatakan
musim barat berkisar antara 0,5 - 1,0 g-at N/l, bahkan di sekitar Pulau Seram
berkisar antara 1,0 - 2,0 g-at N/l. Di perairan Laut Jawa dan Laut Cina
Selatan, umumnya mempunyai konsentrasi nitrat antara 0,5 - 1,0 g-at N/l.
Pada musim timur terdapat konsentrasi yang tinggi di sekitar perairan Nusa
Tenggara, yaitu lebih dari 2,0 g-at N/l, tetapi konsentrasi nitrat di Indonesia
bagian timur secara keseluruhan berkisar antara 0,1 - 3,0 g-at N/l (Soegiarto
Di laut silikat merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan
27
bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Kandungan silikat di permukaan
perairan umumnya hanya berasal dari aliran air sungai yang masuk ke laut.
sampai 170 g-at S/l pada kedalaman 1000 meter di Samudera Pasifik Utara
3. Oksigen Terlarut
diffusi dari atmosfir, yaitu melalui proses pemasukan gelembung udara yang
molekul air, sehingga gas tersebut menjadi larut. Selain itu penambahan
oksigen terlarut juga terjadi melalui proses fotosintesis oleh beberapa tumbuhan
28
kedalaman ini oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis dibandingkan
dengan oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi adalah tidak seimbang.
Pada kedalaman beberapa ratus meter di bawah permukaan laut, akan ditemui
suatu lapisan yang miskin dengan konsentrasi oksigen yang disebut sebagai
(1) Konsentrasi oksigen terlarut di laut akan bertambah bila terjadi interaksi
yang dinamis antara permukaan air laut dengan atmosfir. Oksigen bebas
yang terlarut dalam air laut akan menurun dengan meningkatnya suhu dan
salinitas.
Penaikan massa air atau upwelling adalah istilah yang lazim digunakan
untuk menyatakan proses penaikan massa air dari lapisan yang lebih dalam ke
lapisan yang lebih atas atau menuju permukaan. Penaikan massa air dapat
mencapai permukaan perairan dan meliputi daerah yang cukup luas (Sverdrup
et al, 1942; Soegiarto dan Birowo, 1975; Mihardja, 1982; dan Nontji, 1987).
29
Selat Makassar jika dilihat dari kondisi geografisnya, dipengaruhi oleh
bahwa, perairan Selat Makassar lebih banyak menerima masukan massa air
yang berasal dari Samudera Pasifik. Sirkulasi massa air dan pola angin yang
yang ditandai oleh penurunan suhu dan konsentrasi oksigen terlarut serta
massa air yang lebih dalam membawa zat hara (nutrien), mengakibatkan
30
Fenomena upwelling yang terjadi, telah banyak dipelajari pada beberapa
perairan. Menurut Soegiarto dan Birowo (1975) hal tersebut disebabkan oleh
beberapa alasan, diantaranya: (1) Naiknya air dingin dari lapisan bawah ke
dimana penaikan massa air itu terjadi, (2) Naiknya air dari lapisan bawah yang
kaya akan zat-zat hara (fosfat, nitrat dan silikat) menyebabkan kesuburan
perairan di lapisan atas yang ditandai dengan produksi plankton yang tinggi dan
tempat terjadinya upwelling merupakan daerah yang amat subur dengan hasil
perikanan yang tinggi. Sekitar 90% dari produksi perikanan dunia, diperoleh
dari perairan yang terdapat proses upwelling (Pond dan Pickard, 1981).
Di perairan pantai yang jauh dari khatulistiwa, penaikan massa air terjadi
akibat angin yang berhembus terus menerus dengan kecepatan yang cukup
tinggi dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Penaikan massa air ini
tidak hanya terjadi di sekitar perairan pantai, tetapi juga dapat terjadi di laut
terbuka atau laut lepas. Penaikan massa air di laut terbuka terjadi terutama
karena proses divergen dua massa air dan sebagai akibatnya akan terjadi
kekosongan massa air di permukaan yang selanjutnya diisi oleh massa air dari
menjadi tiga jenis, yakni: (1) Jenis tetap (stationery type), yaitu penaikan massa
31
Pada waktu penaikan massa air terjadi, massa air dari lapisan bawah bergerak
secara vertikal ke atas dan setelah mencapai permukaan, massa air tadi terus
bergerak horizontal menjauh dari pantai dengan arah tegak lurus dengan
pantai. Sebagai contoh adalah penaikan massa air yang terjadi di lepas pantai
Peru. (2) Jenis Berkala (periodic type), yaitu penaikan massa air yang terjadi
hanya dalam satu musim. Sebagai contohnya adalah penaikan massa air yang
terjadi di Selat Makassar dan Selatan Jawa. (3) Jenis Silih Berganti ( alternating
type), yaitu penaikan massa air yang terjadi secara bergantian dengan
peneggelaman massa air (singking). Dalam satu musim, massa air yang ringan
massa air yang lebih berat dari lapisan bawah bergerak ke atas, sedangkan
dalam musim yang lain massa air pada bagian permukaan bertumpuk di lapisan
penenggelaman massa air yang terjadi di Laut Banda dan Laut Arafura.
bagian selatan telah diduga oleh Wyrtki (1961) dan Illahude (1970). Penaikan
massa air di perairan ini menurut Illahude (1970) berdasarkan analisa sebaran
suhu, salinitas dan kadar fosfat, berlangsung selama 4 bulan dari bulan Juni
Luas daerah upwelling sekitar 4o persegi (2o x 2o) atau kira-kira 49.408 km2.
Dengan luas dan kecepatan naik tersebut, upwelling yang terjadi disini dapat
memberikan kontribusi air sebesar kira-kira 0,2 juta m 3/detik terhadap arus
32
perairan Selat Makassar terjadi mulai bulan April dengan berdasarkan arah
Daratan Daratan
(A) (B)
A B
Gambar 4. Upwelling dan Singking (Hutabarat dan Evans, 1985).
Keterangan :
A) Daerah penaikan (upwelling) : di Belahan Bumi Utara (BBU), arah angin
adalah sejajar dengan pantai, tetapi dari arus yang ditimbulkannya akan
mengarah ke laut. Hal ini menghasilkan timbulnya upwelling di dekat pantai
yang mengangkut massa air dari dasar ke permukaan perairan.
B) Daerah penenggelaman (singking) : dalam hal ini arus mengarah ke darat,
permukaan air akan mengalir ke bawah begitu mencapai pantai.
33
MATERI MODUL KULIAH MINGGU KE X (KOMPLEKSITAS LAUT)
berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut
tertekan sesuai dengan arah angin. Pola umum arus permukaan samudera
dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi,
gerak rotasi bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin lokal.
melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah
Hemisphere). Pola umum sirkulasi arus global dapat dilihat dalam Gambar 5.
Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi
massa udara yang ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia.
34
Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water Circulation)
samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air
massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitasair
laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam tersebut disebut juga
Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut.
Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut
bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam
35
estuari atau alur sungai, sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka
Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (Rip Current)
Ke-dua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi
karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang miring
atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri
pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau
(suhu, salinitas, arus) dalam kaitannya dengan kondisi perairan yang disenangi
oleh jenis ikan tersebut. Winarko (1994) mengamati bahwa dengan naiknya
suhu permukaan laut maka hasil tangkapan ikan terbang juga mengalami
peningkatan, yakni pada kisaran suhu permukaan laut antara 27.8-29.9 oC. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hutomo et al. (1985) bahwa
bahwa suhu permukaan laut, merupakan salah satu parameter penting dalam
welling yang menggambarkan situasi dimana massa air dari lapisan bawah naik
36
yang menggambarkan adanya pertemuan dua massa air yang memiliki
masukan massa air yang berasal dari Samudera Pasifik. Sirkulasi massa air
dan pola angin yang bertiup, memungkinkan terjadinya penaikan massa air
musim timur, yang ditandai oleh penurunan suhu dan konsentrasi oksigen
terlarut serta meningkatnya nilai salinitas dan kadar zat hara di daerah tersebut
penaikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan permukaan (Wyrtki, 1961).
1. Penginderaan Jauh
seperti Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa, telah terbukti banyak
dalamnya.
37
Dalam perkembangan penggunaan teknologi satelit khususnya yang
lingkungan laut yang penting di dalam proses-proses kelautan itu, baik proses
fisika, kimia, maupun biologi. Beberapa jenis sensor yang telah dikembangkan
sensor CZCS (coastal zone color scanner) yang diluncurkan pertama kalinya ke
angkasa pada tahun 1978 misalnya, adalah merupakan contoh sensor yang
khusus dibuat untuk tujuan penelitian kelautan. Sensor yang lain seperti jenis
dirancang untuk penelitian di daratan, tetapi dapat pula digunakan untuk tujuan
dan murah terutama selama krisis ekonomi melanda Indonesia pada beberapa
sensor saja, tetapi sekaligus juga membawa beberapa jenis sensor lainnya.
Satelit dengan sensor yang bekerja pada daerah spektral sinar tampak, dapat
38
dianggap sebagai Ocean Color Sensor. Kategori sensor tersebut adalah
Salah satu jenis coastal zone color sensor dari jenis color sensor, adalah
AVHRR (Advenced Very High Resolution Radiometer) yang dibawa oleh satelit
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan sampai saat ini,
Amerika Serikat pada bulan Desember 1999 telah meluncurkan lagi satu satelit
yakni satelit TERRIA yang membawa sensor MODIS. Sensor Seawifs pada
satelit Seastar dan sensor modis pada satelit Terria, merupakan sensor passif
yang dapat mengukur temperatur dan warna permukaan laut yang berkaitan
sensor radar altimetri merupakan sensor aktif sehingga dapat terbebas dari
kendala tutupan awan. Satelit ini mampu memantau tinggi muka laut rata-rata,
konsentrasi klorofil dan produktivitas primer air laut, suhu dan arus permukaan
laut, kedalaman air, terumbu karang, bahkan angin yang bertiup pada
39
penangkapan ikan potensil, pengaruh musim terhadap migrasi ikan telah
banyak digeluti walaupun masih terus dalam tahap uji coba (trial and error).
fenomena SPL adalah sangat penting untuk memahami dinamika dan kejadian-
kejadian kelautan. Bahkan SPL juga sangat beperan di dalam sistem iklim dan
cuaca di daratan, sehingga SPL tidak hanya penting untuk penelitian kelautan,
yang lain seperti terjadinya up-welling dan front yang sangat penting bagi
infra merah maupun gelombang mikro. Namun demikian di dalam tulisan ini,
hanya dibatasi pada penggunaan gelombang infra merah secara khusus yang
digunakan pada AVHRR yang ada pada satelit NOAA. AVHRR mempunyai 5
kanal (band) yang mencakup daerah spektral sinar tampak dan infra merah.
dapat dilihat pada Tabel 1. Setiap piksel data AVHRR di daerah sekitar nadir,
dapat mewakili daerah seluas 1.1 km X 1.1 km, dengan demikian data AVHRR
ini disebut mempunyai daerah resolusi spasial sekitar 1 km. Satu lintasan
40
Tabel 1. Kanal dan Panjang Gelombang Spektrum NOAA-AVHRR.
baik dan berbagai algoritme pendugaan SPL telah dibuat. Secara umum
algoritme SPL dengan AVHRR, merupakan kombinasi dua atau tiga kanal
terakhir (kanal 3, 4 dan 5). Kombinasi dua kanal, dikenal sebagai metode split
digunakan sebatas untuk mendeteksi sebaran SPL dan bukan untuk penentuan
41
(1983)
dengan AVHRR seperti pada Tabel 2 di atas, pada prinsipnya adalah membuat
persamaan hubungan antara SPL dengan suhu air yang dideteksi dari masing-
tersebut yang berupa citra hasil rekaman dapat diperoleh melalui stasiun-
stasiun penerima (ground station) baik yang berada di BPP Teknologi Jakarta,
di Lapan Pekayon Jakarta khusus untuk data citra NOAA maupun di stasiun-
42
informasi tentang sebaran suhu permukaan laut (SPL) dari satelit NOAA yang
tangkapan ikan misalnya pada waktu tertentu berdasarkan musim dapat dikaji
yang sangat pesat pada satu dasa warsa terakhir ini, penelitian dengan teknik
data rekaman citra satelit. Seperti yang dikemukakan oleh Hanggono, dkk.
(2000) bahwa data citra tersebut dapat diperoleh secara terus menerus (time
series) dalam waktu yang cukup panjang, sehingga dengan demikian dapat
sampai pada akibat yang ditimbulkan dari berbagai fenomena alam kelautan
yang terjadi.
1. Parameter Fisika
1.1 Suhu
43
nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu
euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain
pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang
jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih
kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi
1.2 Kecerahan
sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air.
Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling
keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak
kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm.
44
Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda
(Asmawi,1986).
oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung
pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat
yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan
(Anonymous a,2009).
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar
Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan.
Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang
dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola
gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan
karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi
(Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval
intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik
dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan
45
luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan
antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika
tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi
(Nybakken,1988).
1.4 Gelombang
permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air.
(ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan
hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka
riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi
angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun
(Romimohtarto, 2001).
henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali
keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang
besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau
46
oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang
ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan
penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya
bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air
dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang
berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini
berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba
47
dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada
lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang
semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan
2. Parameter Kimia
2.1 pH
dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H.
Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu
alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi
atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai
Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
48
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada
bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih
kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan
2.2 Salinitas
Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00)
dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat
padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan
sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang
hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida
yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram
air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah
sebagai berikut :
2) Penguapan
3) Curah hujan
49
2.3. DO
pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous, 2009). Oksigen terlarut
hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan
rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous, 2009).
kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk
perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam
perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan
partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya
senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas,
dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin
mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l
50