Anda di halaman 1dari 4

Program Studi Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan

Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

Mata Kuliah : Penatagunaan Tanah


Angkatan : 2019
Program Studi : S.Tr Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan
Nama Peserta : Ristya Rahma Azzahra
NIM : 40030619650005

UTS ESSAY PENATAGUNAAN TANAH

1. Gambarkan situasi problematik (fenomena, isu, factor-faktor yang terkait


langsung maupun tidak langsung dengan fenomena)

Pada kelompok kami mendapatkan tema Perencanaan Penatagunaan Tanah untuk


Kota Hijau dengan Studi Kasus Srondol Kulon, Banyumanik

FAKTA 1 = Fenomena

20 Febuari 2020, 18 Desember 2020, Selain 16 April 2022, Tanah


kejadiannya 2 rumah itu, rumah longsor juga longsor juga pernah terjadi
longsor di RW 04, RT 04 pernah terjadi di RT 06 di lokasi RW 07, RT 06
Kelurahan Srondol, RW VII yang merusakan 1 yang merusakan 8 rumah
Kecamatan Banyumanik rumah

Sekitar pukul 03.00 WIB Sekitar pukul 13.30 WIB Akibat hujan lebar yang
terjadi longsor yang terjadi tanah longsor di mengguyur Kota Semarang
selama tiga hari berturut-turut.
disebabkan hujan deras. Jalan Srondol Kulon RT
Empat rumah yang berdekatan
Hujan deras di wilayah Kota 06yang disebabkan hujan rusak berat karena bagian
Semarang deras belakangnya hilang ketimbun
longsoran tanah
Program Studi Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

FAKTA 2 = Isu

 Ruang terbuka hijau belum menjadi prioritas pembangunan


 Tingginya kebutuhan lahan untuk permukiman
 Ketersediaan lahan yang terbatas
 Belum memenuhinya luasan/persentase ketersediaan ruang terbuka hijau eksisting
terhadap kriteria minimal luasan/persentase ruang terbuka hijau
 Belum adanya peran masyarakat sebagai Komunitas kota hijau
 Konversi lahan menyebabkan longsor

FAKTA 3 = Faktor Kausal


 Ketersediaan tanah untuk pembangunan yang minim menyebabkan Alih Fungsi
Lahan non terbangun menjadi terbangun
 Permukiman yang didirikan diatas tanah Kawasan hutan resapan disebabkan oleh
kurangnya ketersediaan tanah
 Daerah Srondol Kulon wilayah Barat memiliki kemiringan yang curam hingga 45
derajat. Pembangunan permukiman tanpa memperhatikan kondisi kemiringan lahan
mengakibatkan bencana longsor
 Peran perencanaan tata ruang tentu sangat berpengaruh pada penanganan fenomena
yang terjadi. Peran pengendalian dan pemanfaatan ruang sangat penting untuk
mengendalikan lahan sesuai dengan peruntukan RTRW Kota Semarang.
FAKTA 4 = Implikasi Keterkaitan

Situasi 3=
Situasi 1 = Tingginya pembangunan rumah Situasi 4 = alih fungsi
Situasi 2 = ketersediaan
kebutuhan lahan pada kelerengan 30- lahan permukiman
lahan terbatas
permukiman 45%

Fenomena = Longsor
di Srondol Kulon

Situasi 7 = beelum ada Situasi 6 = RTH belum Situasi 5 = belum terpenuhinya


peran masyarakat menjadi prioritas luasan RTH eksisting terhadap
komunitas kota hijau pembangunan kriteria minimal RTH
Program Studi Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

2. Gambarkan fenomena pertanahan, dengan praktek membuat RICH PICTURE


dari elemen isu, sebagaimana kasus yang didiskusikan dalam kelompok

3. PP Nomor 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah adalah peraturan pelaksanaan dari


UU nomor 24/1992 tentang Penataan Ruang yang sudah diganti dengan UU Nomor
26/2007. Mengapa PP tersebut masih dipakai padahal Undang-undangnya sudah
diganti yang baru. Bagaimana legalitas PP no.16/2004 ditinjau dari yuridis formal dan
materiil?
a. Jelaskan Apakah PP16/2004 tentang Penatagunaan tanah ini masih memenuhi
syarat keberlakuan yuridis maupun sosiologis, mengingat bahwa PP ini
melaksanakan UU Penataan Ruang yang sebelumnya;
b. Apakah PP ini masih relevan untuk dipakai pada saat ini ataukah harus
dibuatkan PP baru yang sesuai dengan UU Penataan Ruang yang baru yaitu
UU 26/2007. Berikan argumentasi yang konstruktif berdasarkan
rujukan/referensi yang relevan

Jawaban :
a. Peraturan Pemerintah ini melaksanaan Pasal 16 UU Nomor 24 Tahun 2004
tentang Penataan Ruang, yang berbunyi: “Ketentuan mengenai pola
pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna
Program Studi Perencanaan Tata Ruang dan Pertanahan
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

sumber daya alam lainnya sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) butir a,
diatur dengan Peraturan Pemerintah”. UU ini sudah dicabut dan diganti
dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pasal 33 pada UU
No, 26 Tahun 2007 diamanatkan agar Penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara dan penatagunaan sumber daya alam lainnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PP Nomor 16 Tahun 2004 seharusnya pasal pasal nya sudah di ubah karena
sudah tidak sesuai dengan variabel keseimbangan, keserasian dan keselarasan
dengan indikator mengedepankan kepentingan umum dan mengedepankan
prinsip kehati-hatian. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah direkomendasikan di ubah.

b. PP Nomor 16 Tahun 2004 Mengacu pada Pasal 76 (Ketentuan Peralihan),


walaupun isi dari Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2004 mengacu pada UU
yang sudah dicabut (UU No 24 tahun 1992), namun sebenarnya masih relevan
untuk diberlakukan dan tidak bertentangan dengan UU No 26 Tahun 2007.
Oleh karena itu Peraturan Pemerintah ini masih layak diberlakukan sampai
ada perubahannya yang didasarkan pada UU No 26 Tahun 2007. Tetapi
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
perlu diubah pada Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 9 ayat (1), karena Asas tidak
termasuk dalam kategori meta norma yang harus dituangkan dalam ketentuan
pasal atau bab tersendiri, namun dalam ketentuan umum. Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah perlu diubah
pada Pasal 11 karena tidak sesuai dengan variabel:
 Mengedepankan kepentingan umum;
 Mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Anda mungkin juga menyukai