Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume


Modul)

A. Judul Modul : Profesi Keguruan


B. Kegiatan Belajar : KB IV - Kompetensi Keguruan Dan Tantangan Guru Masa Depan
C. Refleksi :

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa Istilah 1. Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani
Dan Definisi) Di KB yaitu ethos dan ethikos (Bagus, 2000). Ethos berarti sifat,
watak, adat, kebiasaan, atau tempat yang baik. Ethikos
berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
yang baik. Dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan
istilah akhlak, artinya budi pekerti, sedangkan dalam
bahasa Indonesia disebut tata susila (Bakry, 1978).
2. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan etika
sebagai ilmu pengetahuan tentang azaz- azaz akhlak atau
moral (Poerwadarminta, 2007).
3. Menurut Keraf (2002) etika dipahami sebagai ajaran yang
berisikan perintah dan larangan tentang baik buruknya
perilaku manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan
larangan yang harus dihindari.
4. Menurut Kansil dan Kansil (1997), kata etika dapat
diartikan sebagai susila atau kesusilaan yang berasal dari
bahasa Sansekerta (su yang berarti indah dan sila berarti
kelakuan).
5. Kesimpulan : etika adalah suatu ilmu yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku yang
baik sesuai dengan aturan-aturan dan kaidah- kaidah yang
berlaku di dalam masyarakat secara umum dan universal.
6. Etika profesi adalah prinsip- prinsip dan norma-norma
kesusilaan dan moral yang merupakan pedoman bagi
sikap dan perilaku anggota-anggota profesi.
7. Menurut Leba dan Padmomartono (2013) yang tercakup
dalam perilaku etika adalah
a. Pertanggungjawaban (responsiboility)
b. Pengabdian (dedication),
c. Kesetiaan (loyality),
d. Kepekaan (sensitivity),
e. Persamaan (equality), dan
f. Kepantasan (equity).
8. Hulu (2015) menyebutkan beberapa prinsip etika profesi
yakni:
1) Prinsip standar teknis, maksudnya bahwa profesi
dilakukan sesuai keahlian,
2) Prinsip kompetensi, artinya melaksanakan pekerjaan
sesuai jasa profesional, kompetensi dan ketekunan,
3) Prinsip tanggungjawab, artinya profesi melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai professional,
4) Prinsip kepentingan publik, maksudnya menghormati
kepentingan public,
5) Prinsip integritas, artinya menjunjung tinggi nilai
tanggung jawab professional,
6) Prinsip objektivitas, yakni menjaga objektivitas dalam
pemenuhan kewajiban,
7) Prinsip kerahasiaan, artinya menghormati kerahasiaan
informasi,
8) Prinsip prilaku profesional, maksudnya berprilaku
konsisten dengan reputasi profesi.
9. Yang dimaksud dengan prinsip etika universalistik adalah
yang sifatnya universal bagi semua orang.
10. Prinsip etika profesi yang nasionalistik adalah yang
sifatnya nasional bagi para pelaku profesi di suatu negara,
seperti halnya di Indonesia.
11. Etika profesi Keguruan merupakan aturan, tata susila serta
sikap yang harus dimiliki guru dalam profesinya sebagai
pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing dan juga penilai.
12. Zulhimma (2013) dan Mudlofir (2012) mengungkapkan
bahwa etika profesi keguruan merupakan aplikasi etika
umum yang mengatur perilaku keguruan.
13. Kode etik profesi keguruan bertujuan untuk kepentingan
anggota dan organisasi keguruan, yang bertujuan
1) Menjungjung tinggi martabat profesi keguruan;
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota
profesi keguruan;
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
keguruan;
4) Meningkatkan mutu profesi keguruan; dan
5) Meningkatkan mutu organisasi profesi keguruan.
14. Secara umum, Kode etik guru di Indonesia antara lain:
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran
profesional.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta
didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan
pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua
murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina
peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7) Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.Guru melaksanakan segala
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
15. Moralitas kristiani adalah moralitas yang bersumber pada
iman akan Yesus Kristus. Iman akan Yesus Kristus menjadi
pembeda substansial antara moralitas kristiani dan
sistem-sistem moral lainnya.
16. Beberapa aspek yang menjadi kekhasan fundamental yang
harus disadari dan dihidupi oleh setiap orang katolik yang
menekuni profesi sebagai guru.
a. Menjiwai tugas keguruan sebagai panggilan yang
suci.
b. Menghidupi spiritualitas perjanjian.
c. Menghayati triprasetia kemuridan
d. Sebagai agen citra Allah, Menghadirkan diri sebagai
murid Kristus,
e. Sebagai pelayan kemanusiaan,
f. Memiliki dan menumbuhkan kompetensi spiritual.
17. Menjadi guru pendidikan agama katolik adalah sebuah
profesi khusus karena dibangun di atas fundamen iman
dan moral dengan beberapa pendasaran tambahan yang
menjadi acuan khusus bagi guru-guru pendidikan agama
katolik sekaligus memperkaya pelayanan dan pengabdian
mereka di tengah peserta didik :
1) Kemurnian motivasi sebagai motor penggerak,
2) Mengembangkan misi Gereja dalam keterikatan dan
ketaatan kepada otoritas Gereja,
3) Kesadaran akan kehadirannya di sekolah sebagai
utusan Gereja,
4) Kesadaran sebagai guru iman dan moral,
5) Menjadi sosok yang altruistik,
6) Memiliki kematangan emosional dan kecerdasan
spiritual,
7) Mempraksiskan suara profetis dan sosok konselor di
tengah peserta didik.

1. Etika Profesi Menurut Leba dan Padmomartono (2013)


yang tercakup dalam perilaku etika adalah segi-segi
a) Pertanggungjawaban (responsiboility),
b) Pengabdian (dedication),
c) Kesetiaan (loyality),
Daftar Materi Pada KB d) Kepekaan (sensitivity),
2
Yang Sulit Dipahami e) Persamaan (equality), dan
f) Kepantasan (equity).
2. Etika Profesi Keguruan dalam ternag Moral Kristiani aspek
menghidupi spiritualitas perjanjian.
3. Etika Profesi Keguruan dalam ternag Moral Kristiani aspek
Memiliki dan menumbuhkan kompetensi spiritual.
Mengembangkan misi Gereja dalam keterikatan dan
Daftar Materi Yang Sering
ketaatankepada otoritas Gereja > Kehadiran guru
3 Mengalami Miskonsepsi
Dalam Pembelajaran pendidikan agama katolik tidak terlepas dari kewenangan
otoritas Gereja (pemimpin Gereja lokal). Otoritas Gerejalah
yang memiliki kewenangan untuk mengatur pengajaran
agama katolik di sekolah-sekolah, sebagaimana ditegaskan
oleh norma kanon 804 Kitab Hukum Kanonik 1983
(“Otoritas Gereja berwenang atas pengajaran dan
pendidikan agama katolik yang diberikan di sekolah-
sekolah manapun atau diselenggarakan dengan pelbagai
sarana komunikasi sosial; konferensi para uskup bertugas
mengeluarkan norma-norma umum di bidang kegiatan itu,
dan uskup diosesan bertugas mengatur dan mengawasinya
”).
Tanpa bermaksud mengecilkan peran Gereja Lokal dalam
pembinaan Guru
Agama Katolik, keikutsertaan mereka untuk membina peserta
didik sangat dirindukan. Kehadiran mereka untuk menilik proses
belajar-mengajar di sekolah sangat minim. Bahkan boleh
dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah
merupakan bagian yang tersendiri dan lepas dari perhatian
Pastor Paroki. Mereka hanya ‘mewakilkan’ peran pastoral kepada
pihak kementerian pendidikan dengan memakai kurikulumnya
dan pejabat dari kantor dinas Depag kota untuk mensupervisi
pelaksanaan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai