0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan4 halaman
KB ini membahas konsep etika profesi keguruan dan tantangan guru masa depan. Etika profesi keguruan mencakup aspek-aspek pertanggungjawaban, pengabdian, kesetiaan, kepekaan, persamaan dan kepantasan. Etika profesi keguruan dalam moral Kristiani mencakup menghidupi spiritualitas perjanjian dan memiliki komitmen spiritual.
KB ini membahas konsep etika profesi keguruan dan tantangan guru masa depan. Etika profesi keguruan mencakup aspek-aspek pertanggungjawaban, pengabdian, kesetiaan, kepekaan, persamaan dan kepantasan. Etika profesi keguruan dalam moral Kristiani mencakup menghidupi spiritualitas perjanjian dan memiliki komitmen spiritual.
KB ini membahas konsep etika profesi keguruan dan tantangan guru masa depan. Etika profesi keguruan mencakup aspek-aspek pertanggungjawaban, pengabdian, kesetiaan, kepekaan, persamaan dan kepantasan. Etika profesi keguruan dalam moral Kristiani mencakup menghidupi spiritualitas perjanjian dan memiliki komitmen spiritual.
B. Kegiatan Belajar : KB IV - Kompetensi Keguruan Dan Tantangan Guru Masa Depan C. Refleksi :
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1 Konsep (Beberapa Istilah 1. Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani Dan Definisi) Di KB yaitu ethos dan ethikos (Bagus, 2000). Ethos berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, atau tempat yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila (Bakry, 1978). 2. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan etika sebagai ilmu pengetahuan tentang azaz- azaz akhlak atau moral (Poerwadarminta, 2007). 3. Menurut Keraf (2002) etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari. 4. Menurut Kansil dan Kansil (1997), kata etika dapat diartikan sebagai susila atau kesusilaan yang berasal dari bahasa Sansekerta (su yang berarti indah dan sila berarti kelakuan). 5. Kesimpulan : etika adalah suatu ilmu yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan aturan-aturan dan kaidah- kaidah yang berlaku di dalam masyarakat secara umum dan universal. 6. Etika profesi adalah prinsip- prinsip dan norma-norma kesusilaan dan moral yang merupakan pedoman bagi sikap dan perilaku anggota-anggota profesi. 7. Menurut Leba dan Padmomartono (2013) yang tercakup dalam perilaku etika adalah a. Pertanggungjawaban (responsiboility) b. Pengabdian (dedication), c. Kesetiaan (loyality), d. Kepekaan (sensitivity), e. Persamaan (equality), dan f. Kepantasan (equity). 8. Hulu (2015) menyebutkan beberapa prinsip etika profesi yakni: 1) Prinsip standar teknis, maksudnya bahwa profesi dilakukan sesuai keahlian, 2) Prinsip kompetensi, artinya melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesional, kompetensi dan ketekunan, 3) Prinsip tanggungjawab, artinya profesi melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, 4) Prinsip kepentingan publik, maksudnya menghormati kepentingan public, 5) Prinsip integritas, artinya menjunjung tinggi nilai tanggung jawab professional, 6) Prinsip objektivitas, yakni menjaga objektivitas dalam pemenuhan kewajiban, 7) Prinsip kerahasiaan, artinya menghormati kerahasiaan informasi, 8) Prinsip prilaku profesional, maksudnya berprilaku konsisten dengan reputasi profesi. 9. Yang dimaksud dengan prinsip etika universalistik adalah yang sifatnya universal bagi semua orang. 10. Prinsip etika profesi yang nasionalistik adalah yang sifatnya nasional bagi para pelaku profesi di suatu negara, seperti halnya di Indonesia. 11. Etika profesi Keguruan merupakan aturan, tata susila serta sikap yang harus dimiliki guru dalam profesinya sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing dan juga penilai. 12. Zulhimma (2013) dan Mudlofir (2012) mengungkapkan bahwa etika profesi keguruan merupakan aplikasi etika umum yang mengatur perilaku keguruan. 13. Kode etik profesi keguruan bertujuan untuk kepentingan anggota dan organisasi keguruan, yang bertujuan 1) Menjungjung tinggi martabat profesi keguruan; 2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota profesi keguruan; 3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi keguruan; 4) Meningkatkan mutu profesi keguruan; dan 5) Meningkatkan mutu organisasi profesi keguruan. 14. Secara umum, Kode etik guru di Indonesia antara lain: 1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. 5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. 6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 7) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. 15. Moralitas kristiani adalah moralitas yang bersumber pada iman akan Yesus Kristus. Iman akan Yesus Kristus menjadi pembeda substansial antara moralitas kristiani dan sistem-sistem moral lainnya. 16. Beberapa aspek yang menjadi kekhasan fundamental yang harus disadari dan dihidupi oleh setiap orang katolik yang menekuni profesi sebagai guru. a. Menjiwai tugas keguruan sebagai panggilan yang suci. b. Menghidupi spiritualitas perjanjian. c. Menghayati triprasetia kemuridan d. Sebagai agen citra Allah, Menghadirkan diri sebagai murid Kristus, e. Sebagai pelayan kemanusiaan, f. Memiliki dan menumbuhkan kompetensi spiritual. 17. Menjadi guru pendidikan agama katolik adalah sebuah profesi khusus karena dibangun di atas fundamen iman dan moral dengan beberapa pendasaran tambahan yang menjadi acuan khusus bagi guru-guru pendidikan agama katolik sekaligus memperkaya pelayanan dan pengabdian mereka di tengah peserta didik : 1) Kemurnian motivasi sebagai motor penggerak, 2) Mengembangkan misi Gereja dalam keterikatan dan ketaatan kepada otoritas Gereja, 3) Kesadaran akan kehadirannya di sekolah sebagai utusan Gereja, 4) Kesadaran sebagai guru iman dan moral, 5) Menjadi sosok yang altruistik, 6) Memiliki kematangan emosional dan kecerdasan spiritual, 7) Mempraksiskan suara profetis dan sosok konselor di tengah peserta didik.
1. Etika Profesi Menurut Leba dan Padmomartono (2013)
yang tercakup dalam perilaku etika adalah segi-segi a) Pertanggungjawaban (responsiboility), b) Pengabdian (dedication), c) Kesetiaan (loyality), Daftar Materi Pada KB d) Kepekaan (sensitivity), 2 Yang Sulit Dipahami e) Persamaan (equality), dan f) Kepantasan (equity). 2. Etika Profesi Keguruan dalam ternag Moral Kristiani aspek menghidupi spiritualitas perjanjian. 3. Etika Profesi Keguruan dalam ternag Moral Kristiani aspek Memiliki dan menumbuhkan kompetensi spiritual. Mengembangkan misi Gereja dalam keterikatan dan Daftar Materi Yang Sering ketaatankepada otoritas Gereja > Kehadiran guru 3 Mengalami Miskonsepsi Dalam Pembelajaran pendidikan agama katolik tidak terlepas dari kewenangan otoritas Gereja (pemimpin Gereja lokal). Otoritas Gerejalah yang memiliki kewenangan untuk mengatur pengajaran agama katolik di sekolah-sekolah, sebagaimana ditegaskan oleh norma kanon 804 Kitab Hukum Kanonik 1983 (“Otoritas Gereja berwenang atas pengajaran dan pendidikan agama katolik yang diberikan di sekolah- sekolah manapun atau diselenggarakan dengan pelbagai sarana komunikasi sosial; konferensi para uskup bertugas mengeluarkan norma-norma umum di bidang kegiatan itu, dan uskup diosesan bertugas mengatur dan mengawasinya ”). Tanpa bermaksud mengecilkan peran Gereja Lokal dalam pembinaan Guru Agama Katolik, keikutsertaan mereka untuk membina peserta didik sangat dirindukan. Kehadiran mereka untuk menilik proses belajar-mengajar di sekolah sangat minim. Bahkan boleh dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian yang tersendiri dan lepas dari perhatian Pastor Paroki. Mereka hanya ‘mewakilkan’ peran pastoral kepada pihak kementerian pendidikan dengan memakai kurikulumnya dan pejabat dari kantor dinas Depag kota untuk mensupervisi pelaksanaan pembelajaran.