Dalam kitab Kanzu al-Gharibin Syarah Minhaj al-Thalibin, halaman 124-125 Imam
Jalaluddin bin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli1 menyebutkan bahwa ada beberapa
hal yang harus dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang telah meninggal
dunia, yaitu :
َو َر َوى ُم ْس لِ ٌم َع ْن ُأ ِّم. ُوحتَ ْي ِن َوقَب َُح َم ْنظَ ُره
َ ُت َع ْينَ اهُ َم ْفتْ َض ) َوِإاَّل لَبَقِيَ ات ُغ ِّم َ ( فَِإ َذا َم
ض هُ ثُ َّم َ ص ُرهُ فََأ ْغ َم َ صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َد َخ َل َعلَى َأبِي َسلَ َمةَ َوقَ ْد َش َخ
َ َص ب َّ َسلَ َمةَ { َأنَّهُ َعلَ ْي ِه ال
} ص ُر َ َض تَبِ َعهُ ْالبَ ِوح إ َذا قُب َ ُّإن الر َّ : قَا َل
“(Apabila dia telah meninggal dunia, maka dipejamkan matanya), jika tidak maka matanya akan
tetap terbuka sehingga dia terlihat buruk. Muslim meriwayatkan dari Ummi Salamah bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkunjung kepada Abu Salamah saat pandangan matanya
terbuka, maka beliau memejamkannya. Kemudian beliau berkata sesungguhnya ruh apabila telah
dikelurakan akan diikuti oleh pandangan.”
. ق َرْأ ِس ِه لَِئاَّل يَ ْبقَى فَ ُمهُ ُم ْنفَتِحًا فَتَ ْد ُخلَهُ ْالهَ َوا ُّم
َ يض ٍة تُرْ بَطُ فَ ْو َ (و ُش َّد لَحْ يَاهُ بِ ِع
َ صابَ ٍة) َع ِر َ
“(Diikat dua tulang rahangnya dengan pembalut) yang lebar, diikat di atas kepalanya agar
mulutnya tidak terbiarkan terbuka sehingga dimasuki serangga.”
1
Imam Jalaluddin bin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli, Kannzu al-Gharibin Syarah Minhaj al-
Thalibin, ((Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2001 H/1422 H) hlm., 124-125
(Dilemaskan persendian-persendiannya), maka dikembalikan lengan bawahnya ke lengan
atasnya dan betisnya ke paha dan pahanya ke perut, kemudian dijulurkan dan jari-jarinya
dilemaskan juga. Hal itu agar mudah saat memandikannya; karena setelah nyawa terpisah, di
badan masih ada sisa suhu panas; apabila persendian dilemaskan pada saat itu, maka akan jadi
lemas; jika tdak dilemaskan pada saat itu, tidak mungkin lagi dilemaskan sesudahnya.”
َويُجْ َع ُل، ب ِ ح ْال ُمهَ َّذ
ِ ْع ثِيَابِ ِه َك َما َذ َك َرهُ فِي شَر ِ يف) بَ ْع َد نَ ْز
ٍ ِب َخفٍ ( َو ُستِ َر َج ِمي ُع بَ َدنِ ِه بِثَ ْو
يف ِ ِ َواحْ تَ َر َز بِ ْال َخف، ف َ ت ِرجْ لَ ْي ِه لَِئاَّل يَ ْن َك ِشَ ْت َرْأ ِس ِه َوطَ َرفُهُ اآْل َخ ُر تَح َ ْب تَح ِ ف الثَّ ْو ُ ط َر َ
ِ { ُس جِّ َي َر ُس و ُل هَّللا: ت ْ َان َع ْن َعاِئ َش ةَ قَ ال ِ َِع ْن الثَّق
ِ َر َوى ال َّشي َْخ. ُيل فَِإنَّهُ يَحْ ِمي ِه فَيُ َغيِّ ُره
ض افَ ِة َو َك ْس ِر ْال َح ا ِء ْال ُم ْه َملَ ِة َ هُ َو بِاِإْل، } ب ِحبَ َر ٍة ِ ات بِثَ ْو
َ ين َم َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِح َ
. ُغطِّ َي َج ِمي ُع بَ َدنِ ِه: َوسُجِّ َي. َوهُ َو ِم ْن بُرُو ِد ْاليَ َم ِن، ح ْال ُم َو َّح َد ِة ِ َوفَ ْت
“(Ditutupi seluruh badannya dengan kain yang ringan) setelah mencabut pakaiannya,
sebagaimana yang disebutkan dalam Syarah al-Muhazhzhab, dan ujung kain diletakkan di
bawah kepalanya dan ujung yang lain di bawah kakinya supaya dia tidak tersingkap/terbuka.
Musannif mengecualikan dengan yang ringan dari pada yang berat. Karena kain yang berat
membuatnya panas sehingga orang yang meninggal dunia itu berubah. Syaikhani meriwayatkan
dari ‘Aisyah , ‘Aisyah berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika meninggal dunia
di tutup dengan kain hibarah. Kain hibarah adalah sebagian dari selimut-selimut Yaman. َُس ِّج َي
artinya ditutupi seluruh badannya.”
ْ ين َر
، ٌطب ٌ طنِ ِه َش ْي ٌء ثَقِي ٌل ) َك ِم رْ آ ٍة لَِئاَّل يَ ْنتَفِ َخ فَ ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن َح ِدي ٌد فَ ِط ْ َض َع َعلَى بِ ( َو ُو
. ُف َع ْنه ُ ان ْال ُمصْ َح
ُ ُصَ َوي
“(Diletakkan di atas perutnya sesuatu yang berat), seperti cermin supaya tidak kembung. Jika
tidak ada besi, maka tanah yang basah dan dijaga mashhaf darinya.”
ِ ْاوةُ اَأْلر
. ُض فَتُ َغي َِّره ِ ير َونَحْ ِو ِه ) لَِئاَّل ي
َ ُصيبَهُ نَ َد ٍ ض َع َعلَى َس ِر
ِ (و ُو
َ
“(Diletakkan di atas ranjang dan seumpamanya), agar dia tidak terkena kelembapan tanah
sehingga berobah.”
: ض ِة َ قَ ا َل فِي الر َّْو. ار ِم ِه) بِ ِه بَِأ ْسهَ َل َما يَ ْق ِد ُر َعلَ ْي ِه
ِ ق َم َح ُ َك ) َج ِمي َعهُ (َأرْ ف َ ِ( َويَتَ َولَّى َذل
فَ ِإ ْن تَ َواَّل هُ ال ِّر َج ا ُل ِم ْن نِ َس ا ِء، ال َوالنِّ َس ا ُء ِم ْن النِّ َس ا ِءِ الرِّجَ الرِّج ا ُل ِم ْن
َ َُويَتَ َواَّل ه
َ ار ِم َج
. از ِ ال ْال َم َح
ِ َأ ْو النِّ َسا ُء ِم ْن ِر َج، ار ِم
ِ ْال َم َح
“(Dan mengurus yang demikian) semuanya (orang yang paling sayang dari para mahram)
kepadanya, dengan semudah mungkin yang dia mampu. Berkata Imam Nawawi dalam Raudhah,
dia diurus oleh laki-laki kalau dia laki-laki dan perempuan kalau dia perempuan. Boleh dia
diurus oleh laki-laki sedangkan dia perempuan mahram atau diurus oleh perempuan sedangkan
dia adalah laki-laki mahram.”
{380} Dikatupkan lengan bawah dengan lengan atas, betis dengan paha, paha dengan
perut kemudian diluruskan kembali, dilemaskan juga jari-jarinya; hal itu agar mudah
saat memandikannya; karena setelah nyawa terpisah, di badan masih ada sisa suhu
panas; apabila persendian dilemaskan pada saat itu, maka akan jadi lemas; jika tdak
dilemaskan pada saat itu, tdak mungkin lagi dilemaskan sesudahnya. (Kanzur Raghibin:
1/343)
{384} Maksudnya: dalam keadaan berbaring sepert posisi awalnya. (Mughnil Muhtaj:
1/496)
{385} Maksudnya: qubul, dubur dan sekitarnya, sebagaimana orang hidup beristnja’.
(Kanzur Raghibin: 1/345)