Assesmen gizi (pengkajian gizi) awal pasien RS. Budi Kemuliaan Batam sangat penting dilakukan karena dapat menggambarkan status gizi pasien dan membantu mengidentifikasi perawatan gizi secara spesifik pada masing-masing pasien. Assesmen gizi (pengkajian gizi) bertujuan untuk menentukan status gizi secara akurat dan memonitor perubahan status gizi selama mendapatkan terapi gizi. Assesmen gizi (pengkajian gizi) merupakan landasan yang memberikan data-data dasar (baseline) untuk penyelenggaraan terapi gizi dan diet yang optimal pada pasien. Tujuan assesmen gizi (pengkajian gizi) yaitu : 1. Mengidentifikasi defisiensi dan kelebihan nutrisi 2. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien 3. Mengumpulkan informasi untuk membuat rencana penanganan selanjutnya (intervensi) Proses assesmen gizi (pengkajian gizi) RS. Budi Kemuliaan Batam dilakukan saat awal pasien masuk diawali dengan proses skrining pada pasien untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan malnutrisi dan beresiko malnutrisi. Jika ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi maka dapat ditentukan masalah gizi yang mendasari dan dapat dilakukan intervensi yang sesuai dengan masalah gizi. Assesmen gizi (pengkajian gizi) ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan keadaan awal pasien. Dietisien melakukan assesmen gizi (pengkajian gizi) dengan melakukan pengukuran antropometri pada pasien yang belum ada data tinggi badan dan berat badan, membaca hasil pemeriksaan biokimia dan pemeriksaan klinik / fisik (bila ada), anamnesa riwayat makan, riwayat personal, Kemudian menganalisa semua data assesmen gizi (pengkajian gizi). Dietisien menetapkan diagnosis gizi dan memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari, cara pengolahan yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien. Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan intervensi dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 1 Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Assesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi) dimasukkan kedalam rekam medis pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk pasien diluar rumah sakit dan diarsipkan diruang konseling gizi. Mengingat pentingnya assesmen gizi (pengkajian gizi) bagi setiap pasien di Rumah Sakit, maka perlu dibuat sebuah panduan assesmen gizi (pengkajian gizi) bagi dietisien di RS. Budi Kemuliaan Batam
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 2 BAB II RUANG LINGKUP
Pelayanan gizi di RS. Budi Kemuliaan Batam meliputi seluruh upaya
kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi pasien di instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat inap. Dalam pelayanan gizi di rumah sakit seperti juga pelayanan kesehatan lainnya melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif . 1. Upaya promotif melakukan penyuluhan, informasi dan edukasi tentang pola makan dan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya gangguan gizi dan penyakit akibat gangguan gizi. 2. Upaya preventif memberikan edukasi dan penanganan yang tepat pada keadaan sakit untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi dan komplikasi penyakitnya lebih lanjut. 3. Upaya kuratif penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit / kondisi sakit, atau mempertahankan status gizi. 4. Upaya rehabilitatif penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif lainnya untuk mengatasi penyakit / kondisi sakit. Kegiatan pelayanan gizi melayani pelayanan instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat inap. Kegiatan pelayanan gizi diawali dengan skrining gizi, assesmen gizi (antropometri, biokimia, pemeriksaan pendukung gizi klinis / fisik, riwayat gizi, diagnosis, intervensi, monitoring dan evaluasi).
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 3 BAB III TATALAKSANA
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a. Pasien rawat jalan datang dari IGD Skrining dilakukan oleh perawat dengan menggunakan metode MST dengan mengisi skor pada format yang telah disiapkan. Bila total skor ≥ 2, atau pasien dengan penyakit khusus, misalnya : diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit lainnya yang memerlukan penanganan gizi, perawat mengkoordinasikan ke dietisien untuk dilakukan pengkajian / assesment gizi. Dietisien membaca hasil skor yang ditulis oleh perawat dan membubuhkan nama jelas, tanda tangan, dan jam pelaksanaanya. Dietisien melakukan skrining dengan metode Subjektif Global Assesment (SGA) sebagai data pendukung untuk hasil skrining yang dilakukan perawat. Jika skor A = Gizi Baik/Normal, B = Gizi Kurang/ Sedang, C = Gizi Buruk. Jika Skor B maka pasien diberi tindakan Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) b. Pasien rujukan datang dari poliklinik Pasien datang dari poliklinik diperiksa oleh dokter dan diketahui memiliki penyakit / masalah nutrisi disarankan untuk konsultasi dengan dietisien. Pasien yang mendapat rujukan dokter untuk konsultasi dilakukan terlebih dahulu skrining dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) oleh perawat. Pasien datang ke ruang konsultasi gizi membawa surat rujukan dokter dan form skrining MST yang diisi oleh perawat. c. Pasien tanpa rujukan Pasien datang ke pendaftaran dengan tujuan untuk konsultasi gizi dengan dietisien terkait penyakit / masalah gizi yang dialami. Untuk pasien tanpa rujukan tidak dilakukan skrining, tetapi dietisien langsung menanyakan identitas pasien dan memberikan tindakan dengan metode Proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
a) Skrining gizi awal yang dilakukan oleh perawat
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 4 Skrining dilakukan oleh perawat dengan menggunakan metode MST dengan mengisi skor pada format yang telah disiapkan. Bila total skor ≥ 2, atau pasien dengan penyakit khusus, misalnya : diabetes mellitus, penyakit ginjal, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit lainnya yang memerlukan penanganan gizi, maka dokter DPJP memberitahukan perawat untuk mengkoordinasikan ke dietisien untuk dilakukan pengkajian / assesment gizi. b) Skrining gizi awal yang dilakukan oleh dietisien Skrining gizi dewasa dilakukan oleh dietisien dengan menggunakan skrining Subjektif Global Assesment (SGA) pada pasien dilakukan untuk mengetahui keadaan gizi awal pasien, apakah pasien mengalami resiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi dilakukan oleh dietisien dalam waktu maksimal 1 x 24 jam sejak pasien dinyatakan masuk rawat inap. Skrining awal dilakukan saat pasien pertama kali masuk. Sebelum melakukan skrining dietisien harus mengetahui/mengukur data antropometri berupa berat badan dan tinggi badan pasien. Data ini digunakan untuk menentukan bagaimana status gizi pasien. Jika dari salah satu hasil jawaban wawancara pada pasien ditemukan jawaban ya dan skor SGA keseluruhan "B", maka bisa disimpulkan pada skrining gizi awal ini pasien mengalami resiko masalah gizi dan harus segera dilakukan penanganan masalah gizi lebih lanjut dengan proses asuhan gizi terstandar. Namun jika semua jawaban dari hasil skrining awal pasien jawaban tidak dan skor SGA keseluruhan "A", maka pasien disimpulkan tidak mengalami resiko masalah gizi dan tidak perlu dilakukan skrining gizi lanjut. Dietisien menulis nama dan menandatangani lembar skrining gizi pasien di instalasi rawat inap. Skrining gizi anak dilakukan oleh dietisien dengan menggunakan skrining Subjektif Global Assesment (SGA) pada pasien dilakukan untuk mengetahui keadaan gizi awal pasien, apakah pasien mengalami resiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi dilakukan oleh dietisien dalam waktu maksimal 1 x 24 jam sejak pasien dinyatakan masuk rawat inap. Skrining awal dilakukan saat pasien pertama kali masuk. Sebelum melakukan skrining dietisien harus mengetahui/mengukur data antropometri berupa berat badan dan tinggi badan pasien. Data ini digunakan untuk menentukan bagaimana status gizi pasien. Jika dari salah satu hasil jawaban wawancara pada pasien ditemukan skor Strong-kids 1-3 = resiko sedang, maka bisa disimpulkan pada skrining gizi
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 5 awal ini pasien mengalami resiko masalah gizi dan harus segera dilakukan penanganan masalah gizi lebih lanjut dengan proses asuhan gizi terstandar. Namun jika semua jawaban dari hasil skrining awal pasien ditemukan skor Strong-kids 0 = resiko rendah, maka pasien disimpulkan tidak mengalami resiko masalah gizi dan tidak perlu dilakukan skrining gizi lanjut. Dietisien menulis nama dan menandatangani lembar skrining gizi pasien di instalasi rawat inap c) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Pasien dinyatakan mengalami resiko masalah gizi pada hasil skrining harus dilakukan tindakan penanganan dengan proses asuhan gizi yang memakai metode Nutrition Care Process (NCP) yang terdiri dari 1. Assesmen gizi ( antropometri, biokimia, pemeriksaan pendukung gizi klinis / fisik, dan riwayat gizi ) 2. Diagnosis gizi ( domain intake, perilaku, dan klinis ) 3. Intervensi gizi a. Planning ( nama diet yang diberikan, tujuan diet, syarat diet ) b. Kebutuhan gizi c. Penyuluhan dan konsultasi gizi d. Rencana monitoring dan evaluasi 4. Setelah proses asuhan gizi terstandar (PAGT) selesai dan dietisien sudah mengisi form NCP yang ada direkam medis. Dietisien menulis nama dan menandatangani lembar proses asuhan gizi terstandar (PAGT) kemudian menulis tanggal dan jam dilakukannya pengisian form PAGT. Lembar PAGT kemudian di tempelkan / dimasukkan dalam status rekam medis pasien.
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 6 BAB IV DOKUMENTASI
A. Dokumentasi Pelayanan Gizi
Mendokumentasikan direkam medis pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan penting dalam proses asuhan pasien. 1. Pelayanan gizi instalasi rawat jalan A. Pelayanan gizi instalasi rawat jalan IGD a. Skrining gizi oleh perawat dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) B. Pelayanan gizi instalasi rawat jalan yang menggunakan rujukan dari poliklinik a. Skrining gizi oleh perawat dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) b. Skrining gizi dewasa oleh dietisien dengan Subjektif Global Assesment (SGA) c. Proses asuhan gizi terstandar oleh dietisien dengan metode Nutrition Care Process (NCP) C. Pelayanan gizi instalasi rawat jalan yang tidak menggunakan rujukan a. Skrining gizi oleh perawat dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) b. Skrining gizi dewasa oleh dietisien dengan Subjektif Global Assesment (SGA) c. Proses asuhan gizi terstandar oleh dietisien dengan metode Nutrition Care Process (NCP) 2. Pelayanan gizi instalasi rawat inap dewasa a. Skrining gizi oleh perawat dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) sudah dilakukan skrining gizi dari perawat b. Skrining gizi dewasa oleh dietisien dengan Subjektif Global Assesment (SGA) c. Riwayat gizi dengan metode kuantitatif (Food Recall 24 jam) d. Skrining lanjut oleh dietisien dengan metode Nutrition Care Process (NCP)
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 7 3. Pelayanan gizi instalasi rawat inap anak a. Skrining gizi oleh perawat dengan metode Malnutrition Screening Tool (MST) b. Skrining gizi anak oleh dietisien dengan metode Strong-kids c. Riwayat gizi dengan metode kuantitatif (Food Recall 24 jam) d. Skrining lanjut oleh dietisien dengan metode Nutrition Care Process (NCP)
Lampiran I Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam
Nomor 484/Dir/Skep/VII/2018 Tentang Panduan Assesmen Gizi 8