Demam Typhoid
Demam Typhoid
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
kesehatan kabupaten sidoarjo pada tahun 2017, demam tifoid menjadi salah
satu dari 15 penyakit terbanyak di Kabupaten Sidoarjo. Jumlah penderita
demam tifoid dan paratifoid mencapai 15.289 (Dinkes Sidoarjo, 2017).
Demam tifoid ditemukan pada masyarakat di Indonesia pada usia balita, anak-
anak dan dewasa (Pratiwi, Azis, & Kusumastuti, 2018)
Antigen yang dimiliki Salmonella Typhi ini jika didalam tubuh pasien
tifoid akan menimbulkan pembentukan 3 macam antibodi lazim yang
disebut aglutinin (Sudoyo, A, W, 2010).
7
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma proteobacteria
Class : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella Typhi (Adelberg, Jawetz, & Melnick, 2017)
Pada tahap ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang,
kantung empedu, dan Plak Peyer di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada
Plak Peyer dapat terjadi melalui inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan
iskemia. Bakterimia dapat menetap selama beberapa minggu jika tidak diobati
dengan antibiotik. Kekambuhan dapat terjadi jika kuman masih menetap
didalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan mempunyai kesempatan
berproliferasi kembali (Nelwan R.H.H, 2012).
Bakteri Salmonella Typhi harus mampu bertahan hidup di lambung
dengan pH rendah untuk menginfeksi usus dimana jumlah bakteri Salmonella
Typhi yang menyebabkan seseorang sakit bervariasi sekitar 103 sampai 106 sel
(Chowdhury, Shumy, Anam, & Chowdhury, 2014). Selain itu, waktu
inkubasinya antara 7 hingga 14 hari tergantung jumlah bakteri, virus serta
respon daya tahan tubuh manusia (Lee K, Runyon M, Herman TJ, Phillips R,
& Hsieh J, 2015).
10
2.5.1 Demam
Tanda karakteristik yang terjadi adalah demam berkepanjangan, ringan
hingga berat. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama kemudian
demam menetap atau remiten pada minggu kedua. Demam biasanya terjadi
pada sore atau malam hari. Biasanya demam mencapai 38ºC hingga 40ºC.
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid, dimana muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari
menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia akibat dari
Streptococcus dari Salmonella Typhi (Martha Ardiaria, 2017). Berdasarkan
Clinical guidelines (2019), demam terjadi disertai dengan gejala seperti
gangguan pada saluran perncernaan, diare, menggigil, sakit kepala, rasa sakit
bahkan hepatosplenomegali.
11
2.5.3 Hepatosplenomegali
Salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien demam tifoid
yaitu hepatosplenomegali dimana hati dan atau limpa mengalami pembesaran.
Hati juga terasa kenyal dan nyeri saat ditekan (Kemenkes, 2006). Gejala klinis
ini terjadi dikarenakan kuman penyebab infeksi masuk ke dalam hepar dimana
akan mengeluarkan endotoksin yang akan merusak hepar sehingga
menyebabkan terjadinya hepatomegali serta mengakibatkan splenomegali yang
disertai dengan peningkatan SGOT atau SGPT.
c. Uji Typhidot
Uji Typhidot untuk mendeteksi antibodi IgG dan IgM. Dimana jika
terdeteksi IgM maka menandakan fase awal demam tifoid akut, sedangkan jika
terdeteksi IgG dan IgM menandakan fase pertengahan demam tifoid akut. Pada
minggu pertama demam, hasil tes terbukti positif. Uji ini mudah dilakukan dan
hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk memperoleh hasil. Pada uji widal dan
kultur darah membutuhkan waktu masing-masingnya 18 jam dan 48 jam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa uji typhidot lebih cepat mendapatkan hasil
dibandingkan dengan uji widal dan kultur darah (Upadhyay, et al., 2015)
terjadi ketidaksesuaian. Sensitifitas dari tes ini sama dengan kultur darah
namun kurang spesifik. Selain itu, teknis yang dilakukan cukup rumit serta
biaya yang dikeluarkan cukup tinggi (Sucipta, 2015). Polymerase Chain
Reaction (PCR) tidak memenuhi kriteria “Gold standard” dikarenakan hanya
dapat mendiagnosa tifoid pada antigen 14, 15 dan 18 dalam satu tesnya.
Sehingga perihal sensitivitas dan spesifisitasnya tidak memenuhi kriteria.
Selain itu, tes ini tidak tersedia di daerah terpencil (Upadhyay, et al., 2015)
terjadi. Komplikasi sistem syaraf pusat relatif jarang terjadi pada anak-anak
termasuk delirium, psikosis serta ketegangan intrkranial yang meningkat.
Selain itu, terjadi komplikasi seperti sindrom utemik hemolitik, kegagalan
sumsung tulang, sindrom nefrotik serta meningitis (Devaranavadagi & S,
2017). Komplikasi yang berat dapat menimbulkan kematian pada pasien.
Faktor penentu terjadinya komplikasi yang parah adalah durasi infeksi serta
keterlambatan dalam pemberian antibotik yang tepat.
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Sudoyo,
A, W, 2010)
b. Perforasi Usus
Perforasi usus biasanya muncul pada minggu ketiga namun bisa juga
pada minggu pertama, dimana terjadi pada 3% pasien yang dirawat. Pasien
dengan perforasi usus akan mengalami tanda nadi cepat, penurunan suhu,
tekanan darah turun serta mengalami syok. Pasien juga mengeluh nyeri
perut hebat terutama pada daerah kuadran kanan bawah dan lalu
menyebar di seluruh perut. Kemudian diikuti dengan muntah, nyeri pada
perabaan abdomen serta hilangnya keredupan hepar.
16
Tirah baring
Kuman penyebab demam tifoid yang masuk ke dalam usus menyebabkan
peradangan yang mengakibatkan mual muntah serta adanya anoreksia. Hal ini
menimbulkan intake klien yang tidak adekuat dan kebutuhan nutrisi yang
kurang dari tubuh yang mengakibatkan diare sehingga diperlukan tirah baring
untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Tirah baring merupakan upaya
yang dilakukan pada pasien demam tifoid dalam rentang waktu 7 hingga 14
hari dimana bertujuan untuk mencegah komplikasi perforasi usus atau
perdarahan usus (Sakinah & Anggraini, 2016). Terkadang dokter meminta
pasien mengurangi aktivitas namun terkadang juga pasien benar-benar harus
istirahat total tanpa melakukan aktivitas apapun (Kusumastuti, 2017).
Diet lunak rendah serat
Diet harus mengandung kalori serta protein yang cukup. Jenis makanan
harus dijaga adalah diet lunak rendah serat karena pada pasien tifoid terjadi
gangguan pada saluran pencernaannya. Maksimal asupan serat tiap harinya
adalah 8 gram. Hindari mengkonsumsi susu, daging berserat kasar, makanan
yang mengandung lemak tinggi, makanan manis, asam, bumbu tajam serta
makan dalam porsi kecil. Makanan rendah serta direkomendasikan karena
dapat membantu meninggalkan sisa dan membatasi volume feses agar tidak
mengganggu saluran pencernaan (Sakinah & Anggraini, 2016)
Menjaga Kebersihan
Kurangnya kesadaran akan kebersihan merupakan salah satu penyebab
terjadinya demam tifoid sehingga salah satu cara pencegahannya juga dengan
meningkatkan kesadaran akan kebersihan seperti kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan, mencuci tangan setelah buang air besar dengan menggunakan
sabun dan lainnya. Selain itu, penularan demam tifoid juga bisa karena
20
kebiasaan jajan makanan diluar. Hal ini dikarenakan makanan disajikan oleh
penderita tifoid yang tidak diketahui dimana kurang menjaga kebersihan saat
memasak sehingga bakteri penyebab tifoid dapat menular kepada
pelanggannya (Paputungan, Rombot, & H.Akili, 2016).
a. Generasi Pertama
Sefalosporin generasi pertama memiliki rantai samping 7-asamamino yang
sederhana. Sefalosporin generasi pertama mempunyai aktivitas terhadap
Bakteri Gram positif yang baik termasuk Staphylococci aureus yang
memproduksi penisilinase dan Staphylococci epidermidis. Penisilinase yang
diproduksi ini mempunyai keunggulan yaitu aktivitasnya terhadap bakteri
penghasil penisilinase. Aktivitasnya relatif sederhana terhadap bakteri Gram
negatif, efektf terhadap E. coli, Klebsiella pneumonia, Proteus mirabilis dan
spesies Shigella yang tidak menghasilkan ß-laktamase atau yang hanya
menghasilkan penisilinase (A. Dowling, 2017)
b. Generasi Kedua
Sefalosporin generasi kedua memiliki rantai samping semi sintetik dimana
terbutki efektif dan digunakan pada tahun 1970an. Generasi kedua
sefalosporin adalah cephamycins yang secara teknis dipertimbangkan
dikarenakan adanya metoksi pada C-7. Cefuroxime axetil dan Cefaklor adalah
salah satunya generasi kedua sefalosporin yang diberikan secara oral.
Antibiotik ini umumnya aktif melawan kelompok organisme yang sama
seperti kelas satu sefalosporin. Namun lebih efektif melawan Haemophillus
influenza dan gram negatif tertentu seperti bakteri anaerob (Shahbaz, 2017).
Sefalosporin generasi kedua mempunyai aktifitas terhadap organisme gram
positif yang lebih rendah bila dibandingkan dengan generasi pertama.
Stabilitas ß-laktamase meningkat dari sefalosporin generasi kedua dan dapat
memberikan efektifitas yang lebih baik (A. Dowling, 2017)
c. Generasi Ketiga
Sefalosporin generasi ini mempunyai khasiat serta tolerabilitas yang baik.
Namum, sefalosporin generasi ini kurang efektif terhadap organisme gram
positif dibandingkan sefalosporin generasi pertama. Sefalosporin generasi
ketiga lebih sedikit aktif melawan organisme gram positif, tetapi
variabilitasnya yang cukup besar dalam aktifitas terhadap Staphylococci dan
Streptococcus. Contoh obat golongan sefalosporin generasi ketiga yang
mempunyai aktifitas tertinggi melawan Streptococcus yaitu cefotaxime.
Sefalosporin generasi ketiga memiliki aktivitas in vitro yang lebih besar
23
Ikatan T 1/2
Cara Ekskresi dalam
Obat Protein plasma
Pemberian urin (%)
(%) (jam)
Generasi Pertama
Sefalotin IV dan IM 70 0,6 70-80
Sefazolin IV dan IM 85 1,8 95
Oral, IV
Sefradin dan IM 14 0,8 86
Sefaleksin Oral 10-15 0,9 90
Sefadroksil Oral 20 1,5 90
Generasi Kedua
Sefamandol IV dan IM 75 0,8 85
Sefoksitin IV dan IM 70-80 0,8 >85
Sefaklor Oral 40 0,8 60-85
Sefuroksim IV dan IM 33 1,7 >85
Sefuroksim
aksetil Oral - 1,7 -
Generasi Ketiga
Sefotaksim IV dan IM 40-50 1,1 40-60
Moksalaktam IV dan IM 40-50 2,1 90
Sefoperazon IV dan IM 82-93 2,1 30
Seftizoksim IV dan IM 30 1,8 90
Seftriakson IV dan IM 83-96 8 60-80
Seftazidim IV dan IM 17-20 1,8 75-85
Sefsulodin IV dan IM 30 1,7 65-70
24
Bakteri mati
b. Diare
c. Toksisitas Ginjal
d. Hipotrombinemia
Komplikasi yang terjadi pada pasien terdiri dari komplikasi ringan hingga
berat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Durasi infeksi serta keterlambatan
pemberian antibiotik yang tepat menjadi penentu keparahan komplikasi yang
terjadi. Pengobatan demam tifoid dengan antibiotik efektif menurunkan demam
serta gejala lainnya dalam rentang waktu 3 hingga 5 hari serta menuntaskan
semua gejala yang terjadi dalam 7 hingga 10 hari. Selain itu, pemberian
27
Penderita tifoid karier merupakan seseorang yang satu tahun pasca demam
tifoid, tanpa gejala klinis yang pasti memiliki kotoran (feses atau urin) yang
masih mengandung bakteri Salmonella Typhi. Karier pasca penyembuhan
yaitu penderita tifoid yang sudah sembuh setelah 2-3 bulan yang masih
ditemukan kuman Salmonella Typhi pada feses dan urinnya. Karier akan
terjadi bila pasien tidak mendapatkan pengobatan atau tidak diobati secara
maksimal sehingga bakteri penyebab tifoid susah dimusnahkan dari tubuh.
2. Mengatasi faktor-faktor yang berperan dalam proses penularan bakteri
Faktor penyebab demam tifoid yang utama adalah air dan makanan yang
terkontaminasi Salmonella Typhi sehingga harus dicegah dengan cara
mengolah air minum serta limbah rumah tangga yang baik agar kualitas air
yang digunakan baik. Menjaga kebersihan makanan dan minuman yang
dikonsumsi, menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun setiap kali akan makan, pengelolaan air limbah serta
kotoran dan sampah yang benar agar tidak mencemari lingkungan, jamban
keluarga yang memenuhi persyaratan, serta membiasakan diri untuk hidup
bersih bagi seluruh elemen masyarakat.
3. Perlindungan dini agar tidak tertular
Pemberian vaksin tifoid perlu dilakukan untuk pencegahan tifoid, dimana
pemberiannya bila perlu sejak anak-anak dimana pada masa itu mereka mulai
mengenal jajan yang tidak terjamin kebersihannya. Vaksinasi juga perlu
diberikan kepada para pendatang dari negara maju yang masuk ke daerah yang
endemik demam tifoid.