Oleh:
Kelompok 2
Kelas Agribisnis C
Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khususnya untuk risiko
murni ( pure risk ). Asuransi adalah kontak perjanjian antara yang diasuransikan
( insured ) dan perusahaan asuransi ( insurer ), di mana insurer bersedia memberikan
kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak
pengasuransi ( insurer ) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.
Hedging
Hedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang
lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrument keuangan.
Incorporated
Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif transer risiko,
karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal
yang disetorkan.
Teknik lainnya
Selain teknik transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer risiko
lainnya.
2. Carilah artikel ilmiah yang membahas tentang aplikasi bioteknologi dalam
agribisnis, selanjutnya review secara mendalam!
I. PENDAHULUAN industri,
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 103
Tabel 1. Jenis, Luas dan Kharakteristik Lahan Marginal di Indonesia
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 105
III. Peran Bioteknologi Pertanian Untuk
Pemanfaatan Lahan Marginal
Bioteknologi adalah perpaduan ilmu
pengetahuan biokimia, mikrobiologi atau
dan rekayasa untuk menghasilkan proses,
produk ataupun jasa yang dapat
dimanfaatkan untuk manusia.
Bioteknologi merupakan ilmu
pengetahuan yang sudah ada sejak jaman
kuno, misalnya pemanfaatan khamir untuk
produksi minuman beralkohol. Pada tiga
dasa warsa terakhir, bioteknologi
mengalami kemajuan sangat pesat,
dimana bioteknologi dikembangkan pada
tingkat yang lebih mikro yaitu pada tingkat
molekuler, khususnya dengan
memanipulasi unsur genetik misalnya asam
nukleat yaitu de-oxy-ribo nucleic acid
(DNA) dan ribo nucleic acid (RNA). Dengan
perkembangan tersebut banyak dihasilkan
proses dan produk baru yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan dapat
digunakan di berbagai bidang seperti
bidang kesehatan, industri dan bidang
pertanian.
Pemanfaatan bioteknologi di bidang
pertanian ditandai dengan banyaknya
penemuan tanaman kultivar/varietas baru
yang disebut tanaman transgenik, yang
mempunyai sifat-sifat tertentu. Diantara
tanaman tersebut adalah tanaman yang
adaptif terhadap berbagai cekaman, baik
cekaman biologis maupun cekaman non-
biologis. Termasuk pada kriteria ini adalah
tanaman yang toleran tumbuh di lahan
marginal, yang potensial untuk
dikembangkan dalam upaya peningkatan
produk pertanian.
Pemanfaatan bioteknologi untuk lahan
marginal dalam rangka peningkatan
produksi pertanian pada dasarnya dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
pengembangan
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 107
serangkaian percobaan persilangan galur kontroversial adalah pada jagung, kapas,
murni dilakukan (Wikipedia, tomat, dan kedelai yang disisipkan gen-gen
2012).
Kedua, pengembangan varietas
melalui teknik mutasi baik secara kimia
maupun melalui radiasi. Misalnya aplikasi
mutasi perbaikan varietas tanaman sorgum
yang telah dilakukan di Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi
- Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-
BATAN). Upaya tersebut diarahkaan untuk
memperbaiki sifat agronomi dan kualitas
produk sorgum (biji dan hijauan) untuk
dikembangkan sebagai sumber bahan
pangan dan pakan ternak alternatif di
daerah kering khususnya selama musim
kemarau. Induksi mutasi untuk meningkatkan
keragaman genetik tanaman dilakukan
dengan meradiasi benih (seeds) atau
embrio (plantlets) dengan sinar Gamma
bersumber dari Cobalt-60 yang terpasang
pada alat Gamma Chamber. Seleksi tanaman
dilakukan mulai generasi kedua (M2) setelah
perlakuan radiasi, dan dilanjutkan pada
generasi-generasi berikutnya, yaitu dengan
m e m i l i h t a n a m a n m u t an y a n g
menunjukkansifat agronomi unggul
dibanding kontrol, sampai diperoleh
tanaman yang homosigot. Selanjutnya,
galur mutan unggul diuji daya hasilnya pada
daerah kering seperti di Kabupaten Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada
musim kemarau (Soeranto, 2011).
Selanjutnya perakitan varietas secara
moderen sering disebut secara
bioteknologis, khususnya melalui metode
rekayasa genetika (Mexal, 2006). Melalui
teknik ini suatu gen yang telah diketahui
sifat unggulnya disisipkan (insert) ke dalam
rantai genetik pada sel organisme lainnya
sehingga sifat unggul tersebut dapat
terbentuk pada organisme baru (organisme
transgenik). Tanaman transgenik pertama
dilaporkan pada tahun 1983, yaitu tanaman
tembakau dan bunga matahari
(Wikipedia, 2012). Selanjutnya muncul
berbagai tanaman transgenik dari berbagai
spesies lain, dan yang paling populer dan
Tabel 2. Pupuk Hayati dan Bioinsektisida untuk Tanaman Pangan di Lahan Marginal
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 111
Tabel3. Varietas tanaman pangan toleran pada lahan marginal
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 113
memanfaatkan lahan marginal yang kurang 95,959 hektar; dan (v) lainnya 5,208 hektar.
subur. Untuk pengolahan tanah di kawasan Pada kondisi demikian maka Kalimantan
tersebut diperlukan investasi yang lebih Selatan adalah
mahal, sementara produktivitas tanaman
relatif lebih rendah atau tidak seoptimal pada
lahan subur. Disamping itu, pemanfaatan
lahan marginal untuk peningkatan produksi
pangan juga bersaing dengan tanaman
perkebunan yang lebih menguntungkan
dan pengelolaan lahannya relatif lebih
mudah.
Lahan marginal pada dasarnya adalah
lahan yang kurang subur sehingga untuk
dapat dimanfaatkan perlu dilakukan
perlakuan pendahuluan. Permasalahan
umum yang banyak dihadapi petani adalah
produktivitas yang belum optimal/lebih
rendah. Berbagai faktor yang mempengaruhi
antara lain adalah:
(i) Kondisi lahan dengan medan yang berat;
(ii) Tenaga kerja terbatas; (iii) Orientasi
subsistem; (iv) Infrastruktur pengelolaan lahan
dan air terbatas; (v) Hama penyakit; dan (vi)
Varietas lokal yang masih dominan. Dengan
kondisi ini, maka dalam upaya peningkatan
produksi dan perluasan lahan garapan,
diperlukan dukungan kebijakan terhadap
penge mbanga n mekanisasi dengan
menggunakan peralatan mesin dipandang
merupakan persyaratan yang mutlak
dilaksanakan.
Meskipun demikian, peningkatan produksi
pangan dengan memanfaatkan lahan sub-
optimal tetap merupakan usaha yang
prospektif, selama berbagai kendala masih
dapat diatasi, yaitu melalui tiga cara yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Sebagai referensi pemanfaatan lahan
marginal di Kalimantan Selatan dinilai
sangat berhasil, dimana 464,581 hektar
(sekitar 22 persen) lahan marginal telah
dimanfaatkan sebagai lahan sawah dapat
dilihat pada Gambar1. Lahan sawah
tersebut terdiri atas:
(i) lahan irigasi 51,292 hektar; (ii) lahan
tadah hujan 148,731 hektar; (iii) lahan
pasang surut 163,391 hektar; (iv) lahan lebak
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 115
Disamping itu, berbagai masalah maupun secara kualitas. Upaya diseminasi
lainnya adalah: (i) Lahan rawa yang rentan dan i m p l e m e n t a s i t e r s e b u t p e rlu
terhadap pengaruh perubahan iklim memperhatikan kearifan dan produk unggulan
ekstrim; (ii) Alih fungsi lahan rawa, terutama daerah sedemikian adopsi teknologi dapat
mulai banyaknya pengembangan Kelapa
dilaksanakan dengan baik.
Sawit; (iii) Tata kelola air lahan rawa
umumnya kurang memadai; Salah satu konsep “Model
(iv) Keterbatasan kelembagaan pendukung Pengembangan Pertanian Melalui Inovasi di
penyaluran input produksi, modal/ kredit dan Lahan Rawa” (MP2MI Lahan Rawa) dari
pemasaran hasil; dan (v) Sebagian besar Kalimantan Selatan, adalah model yang
fasilitas akses perhubungan masih dapat digunakan sebagai referensi
minimal,sehingga biaya transportasi mahal. percontohan.
Untuk itu perlunya dukungan kebijakan yang Riset-riset lanjutan di bidang teknologi
berpihak pada petani, misalnya insentif, perlu terus ditingkatkan, baik riset untuk
dana investasi/ permodalan dan pemasaran pengolahan lahan, budidaya yang efisien
serta pengembangan produk turunan dan khususnya riset bioteknologi
sebagai produk pasca panen. untuk menghasilkan varietas tanaman,
pupuk hayati dan biopestisida yang adaptif
VI. PENUTUP
digunakan di lahan marginal, yang
Dalam upaya peningkatan produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan
pangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan untuk peningkatan produktivitas pangan
yang terus meningkat, maka upaya di lahan marginal.
ekstensifikasi melalui pemanfaatan lahan
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani,
marginal perlu segera dilakukan secara luas.
perlunya dukungan kebijakan pemerintah
Hasil-hasil riset dan teknologi budidaya yang berpihak kepada petani, dengan fasilitasi
dan bioteknologi perlu didiseminasikan dan antara lain binaan/pendampingan, insentif,
diimplementasikan kepada petani untuk dana investasi/ permodalan dan pemasaran
tujuan peningkatan hasil baik secara serta pengembangan produk-produk pasca
kuantitas panen yang bernilai tambah tinggi.
Gambar 1. Petak lahan padi di Kabupaten Barito Kuala, dengan pematang diantara petak
116 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-
111
sawah yang ditanami pohon jeruk (Alihamsyah, 2011)
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 117
DAFTAR PUSTAKA Rawa Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai
Pengkajian
Alihamsyah, T. 2011. Penyusunan Model
Pengembangan Pertanian Melalui Inovasi di
Lahan Rawa – M-P2MI Lahan Rawa.
Sosialisasi Model Pengembangan Pertanian
Lahan Rawa Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan
Selatan, 1 Desember 2011.
Koespramoedyo, D. 2011. Peran Bidang
Pertanahan Dalam mendukung
Penyediaan Lahan Pertanian Untuk
Swasembada Pangan Nasional. Diskusi
Terbatas tentang Lahan Marginal. Staf Ahli
Menteri Bidang Pangan dan Pertanian,
Kementerian Negara Riset dan Teknologi,
16 Nopember 2011.
Mexal, J.G. 2006. Genetics and Plant Breeding.
A/H 100G. Spring 2006.
http://aces.nmsu.edu
Lubis, K. 2005. Pemuliaan Tanaman dan Biologi
Molekuler. Materi Pendidikan Program Studi
Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Pawiroharsono, S. dan Chaidir, I. 2011. Ketahanan
Pangan. Kumpulan Makalah Seminar
Ketahanan Pangan dan Gizi Untuk
Masyarakat Miskin. Kedeputian Bidang
Koordinasi Perlindungan Sosial dan
Perumahan Rakyat, Kementerian
K o o r d i n a t o r B i d a n g Kesejahteraan
Rakyat RI, Jakarta.
Pawiroharsono, S. 2011. Rangkuman Sosialisasi
Model Pengembangan Pertanian Lahan
Rawa Melalui Inovasi (MP2LRMI). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan
Selatan, 1 Desember 2011.
Permana, F.A. 2011. Impor Pangan Masuk Tahap
Membahayakan. Media Indonesia, 18
Oktober 2011.
Soeranto. 2011. Pemuliaan Tanaman Sorgum di
PATIR-BATAN. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop
dan Radiasi - Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR-BATAN). http://www.batan.go.id/patir/
berita/pert/sorgum.html.
Sriyono. 2011. Kesiapan Inovasi Teknologi Pertanian
lahan Rawa Menghadapi Perubahan Iklim dan
mempercepat Surplus Beras 2025. Sosialisasi
Model Pengembangan Pertanian Lahan
118 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 101-
111
Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan, 1
Desember 2011
Wijayanti, L. 2012. Arahan Deputi Bidang
Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi.
Auditorium LABTIAB, Puspiptek, Serpong, 6
Januari 2012.
Wikipedia, 2012. Pemuliaan Tanaman. http://
id.wikipedia.org/wiki/ Pemuliaan_
tanaman#Gelombang_kedua:_Integrasi_bio
t eknologi_dalam_pemuliaan
Wirnas, D., Trikoesoemaningtyas, dan Sopandie,
D. 2011. Perbaikan Produktivitas Tanaman
di Lahan Marginal Untuk Peningkatan
Produksi Pangan Nasional. Diskusi
Terbatas tentang Lahan Marginal. Staf
Ahli Menteri Bidang Pangan dan
Pertanian, Kementerian Negara Riset dan
Teknologi, 16 Nopember 2011.
BIODATA PENULIS :
Peran Bioteknologi untuk Peningkatan Produksi Pangan di Lahan Marginal (Suyanto Pawiroharsono) 119