Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN TEKNOLOGI AGRIBISNIS


diajukan untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis

DOSEN PENGAMPU: HENDRA SAPUTRA, SE., M.Si

Oleh:

Artha Melira Purba 7193210030


Cahya Laksana Kinanti 7193510012
Maria Putri Novita Siahaan 7193210024
M. Meichael Andrean Hutahaean 7193510025
Sumaria Sitanggang 7193210020
Winan S. Sianturi 7193210032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i|Page
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan
rahmat dari Nya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Teknologi
Agribisnis” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Agribisnis. Kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian, menambah wawasan para pembaca,
dan juga sangat kami harapkan dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penulisan-penulisan
lainnya.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sungguh kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, dan
segala kesalahan tak pernah luput dari diri penulis, penulisan makalah ini tentunya masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sekalian sangat kami harapkan, guna kesempurnaan dan kinerja penulis lebih baik
kedepannya.

Medan, 27 April 2021

Kelompok 5

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
A. Teknologi dalam Agribisnis dan Perkembangannya ................................................................... 2
B. Fungsi-fungsi Manajemen Teknologi ............................................................................................ 3
C. Alat dan Mesin Pertanian............................................................................................................... 7
BAB III....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
2.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12

ii | P a g e
iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen teknologi agribisnis sebagai konsep teknologi yang merupakan salah satu sarana
utama dalam pencapaian tujuan dari perusahaan agribisnis dengan berbagai tipe dan skala
aplikasinya, memahami alat dan mesin yang biasa diterapkan pada agribisnis, perkembangan
teknologi pada agribisnis dan agroinput pada agribisnis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah ini maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah:
1. Bagaimana Teknologi dalam Agribisnis dan Perkembangannya?
2. Apa saja Fungsi-fungsi Manajemen Teknologi?
3. Apa Alat dan Mesin Pertanian?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan adalah:


1. Untuk mengetahuai tentang Teknologi dalam Agribisnis dan Perkembangannya
2. Untuk mengetahui Fungsi-fungsi Manajemen Teknologi
3. Untuk mengetahui Alat dan Mesin Pertanian

1|Page
BAB II

PEMBAHASAN
A. Teknologi dalam Agribisnis dan Perkembangannya
Usaha pertanian harus dapat tumbuh berkembang secara progresif karena dianggap
sebagai lokomotif penggerak perekonomian desa. Dengan sumber daya yang terbatas dan
dalam tatanan pasar yang sangat kompetitif, sumber pertumbuhan agribisnis yang paling
dapat diandalkan adalah inovasi teknologi. Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas sehingga dapat memacu tidak hanya
pertumbuhan produksi tetapi juga meningkatkan daya saing. Inovasi teknologi juga
diperlukan dalam pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifi
kasi produk, dan transformasi produk sesuai preferensi konsumen. Dengan demikian,
inovasi teknologi mempunyai peran yang sangat vital dalam mendukung pengembangan
sistem dan usaha agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya saing tinggi.
Pada umumnya teknologi yang diterapkan di bidang pertanian adalah teknologi
yang dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan pertanian yang dimulai dari kegiatan
pengadaan sarana produksi, kegiatan produksi, kegiatan pengembangan pengolahan hasil
pertanian, dan pendistribusian produk-produk pertanian. Teknologi yang diterapkan di
agribisnis dan perkembangannya merupakan salah satu sarana utama yang penting dalam
upaya meningkatkan daya saing melalui pencapaian tujuan secara efektif, efisien, dan
produktif yang tinggi dari perusahaan agribisnis. Dalam pencapaian hal itu, teknologi
sebagai salah satu sumber daya produksi harus dapat digunakan secara tepat sesuai aplikasi
dari jenis teknologinya dan harus dapat melakukan inovasi-inovasi teknologi agar mampu
bersaing di pasar Internasional.
Sa’id dan Intan, 2004 menjelaskan bahwa teknologi agribisnis mencakup teknologi
dalam berbagai aktivitas agribisnis mulai dari aktivitas pengadaan dan penyaluran sarana
produksi pertanian, aktivitas produksi, aktivitas pengolahan, hingga aktivitas pemasaran.
Teknologi tersebut mencakup dari aplikasi bioteknologi, mekanisasi, biokimia, teknik
kimia, teknik fisika, teknik nuklir, mikro-elektrik, komunikasi dan perhubungan, geologi
serta jenis teknologi lainnya.
Transisi dengan sistem produksi standar, peralatan sederhana sampai modern, dan
pekerja kurang berkualifikasi. Dalam konteks agribisnis yang ruang lingkupnya lebih luas
daripada aktivitas produksi pertanian, teknologi harus mencakup teknik dan teknologi yang
digunakan untuk kegiatan produksi hasil pertanian primer, kegiatan pengolahan hasil
pertanian, penyimpanan, serta pengangkutan produk-produk agribisnis yang dihasilkan.
Teknologi yang akan diterapkan haruslah mempunyai pengertian artinya mengalami
perbaikan atau pengembangan atas apa yang yang dipergunakan selama ini. Dengan
katalain teknologi ini harus memberikan manfaat yang makin besar bagi aktivitas agribisnis
melalui pembaharuan dari teknologi yang sudah ada.
Pengembangan teknologi yang berbasis pertanian dapat dikembangkan melalui
inovasi dan introduksi alat dan mesin pertanian yang diciptakan melalui kegiatan
penelitian. Hal ini akan membawa pertanian menuju efi siensi dan peningkatan
produktivitas. Esensi riset dan pengembangan identik dengan kemajuan suatu bangsa

2|Page
dikarenakan adanya teknologi ini dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan
produktivitas dan tingkat efisiensi.
Produktivitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran efisiensi yang berupa rasio
produk dengan faktor produksi tertentu. Inovasi ini akan berdampak pada perubahan
teknologi yang secara umum ditujukan untuk mampu menaikkan tingkat produksi
sekaligus produktivitasnya.

B. Fungsi-fungsi Manajemen Teknologi


Teknologi yang diterapkan pada agribisnis sebagai salah satu sumber daya produksi
harus dapat digunakan secara tepat yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya.
Dengan demikian perlu adanya upaya untuk mengelola teknologi secara efektif mulai dari
perencanaan teknologi, pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi,
pengawasan dan evaluasi aplikasi teknologi serta pengendalian yang dibutuhkan. Dengan
demikian untuk aplikasi teknologi ini perlu adanya penerapan fungsi-fungsi dari
manajemen secara umum yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan Teknologi
Perencanaan dan pengembangan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan pemilihan
jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan teknologi adalah sebagai berikut.
✓ Jenis bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan (skala mikro) dan prioritas
bidang teknologi terkait dengan pengembangan dunia bisnis dan ekonomi nasional
(skala makro) misalnya aplikasi teknologi bidang agribisnis dalam
mengembangkan agribisnis nasional yang tangguh.
✓ Kemampuan pembiayaan pengembangan dan aplikasi teknologi.
✓ Kemampuan sumber daya manusia/potensi sumber daya manusia, terutama dalam
riset dan pengembangan untuk mengembangkan suatu jenis teknologi dan juga
terkait kemampuan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan teknologi
yang dipilih.
✓ Skala usaha dan tingkat persaingan. Pemilihan teknologi sangat terkait dengan
skala usaha (kapasitas volume produksi) dan tingkat harga jual produk yang
dihasilkan oleh aplikasi teknologi tersebut. Jika biaya dalam pengembangan
aplikasi teknologi yang digunakan tidak seimbang dengan skala usaha (skala
produksi) misalnya biaya terlalu tinggi maka harga jual produk juga akan tinggi
yang mengakibatkan produk sulit bersaing di pasar (saat ini pasar global penuh
dengan persaingan).
✓ Budaya, adat, dan kebiasaan masyarakat.

Perencanaan dalam pengembangan dan aplikasi teknologi dalam skala


mikro membutuhkan penilaian dengan berbagai kriteria yang dikelompokkan
sebagai berikut.
Kriteria yang menyangkut kompetensi teknologi;
Kriteria kompatibilitas dan kemampuan produksi;
Kriteria dalam lingkup distribusi dan pemasaran;

3|Page
Kriteria kompatibilitas sistem operasional;
Kriteria infrastruktur;
Kriteria yang menyangkut implikasinya terhadap
pelanggan/konsumen.
Perencanaan teknologi harus sesuai dengan perencanaan strategis
perusahaan dan mampu mendukung peningkatan citra perusahaan (corporate
image), yaitu mendukung kesan prestisius dan kebanggaan perusahaan yang telah
berkembang selama ini. Kompetensi teknologi juga harus berupaya untuk
mengurangi atau menghilangkan risk aversion, yakni mampu mentransfer risiko
teknis (technical risk) menjadi risiko komersial (commercial risk).
Perusahaan harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan
dan mengaplikasikan teknologi tersebut. Pengembangan teknologi melalui riset dan
pengembangan menghadapi risiko kegagalan dan membutuhkan banyak biaya.
Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari pihak manajemen untuk
mengembangkan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan teknologi harus didasarkan pula pada kriteria distribusi dan
pemasaran produk, yang meliputi kesesuaiannya dengan membutuhkan konsumen
atau pelanggan, hasil estimasi nilai penjualan, luas pasar, siklus hidup produk
(product life cycle), kemungkinan berhasil secara komersial, rencana pemasaran
(waktu dan target pasar), pengaruhnya terhadap produk yang sudah ada, harga
produk baru dan harga produk pesaing, tingkat persaingan, saluran distribusi, dan
lain-lain. Jika perencanaan teknologi berfokus pada pengembangan teknologi harus
didasarkan pada kriteria riset dan pengembangan, yang meliputi hal-hal berikut.
➢ Kesesuaiannya dengan rencana strategis riset dan pengembangan
perusahaan;
➢ Kemungkinan suksesnya secara teknis;
➢ Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan. Posisi patent yang
ada;
➢ Ketersediaan sumber daya dalam bidang riset dan pengembangan;
➢ Potensi pengembangannya pada masa mendatang serta konsekuensinya
terhadap lingkungan;
Di lain pihak, kriteria financial meliputi hal-hal berikut;
➢ Biaya riset dan pengembangan;
➢ Lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan pulang modal atau
break even point (BEP);
➢ Kondisi arus tunai perusahaan dan pengaruhnya pada masa mendatang, dan
lain-lain.
Perencanaan teknologi juga harus mempertimbangkan kriteria produksi,
yang meliputi kemampuan dan pembiayaan manufaktur, nilai tambah produksi,

4|Page
kebutuhan tambahan fasilitas, kelanjutan produksi, dan lain-lain. Jika hal-hal
tersebut telah diakses dan telah ditetapkan teknologi yang akan dipilih, maka dapat
dibuat perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi, dan selanjutnya proyek
tersebut dapat segera dimulai.
2. Pengorganisasian Teknologi
Manajemen teknologi juga mencakup pengorganisasian sumber daya yang diperlukan
dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Di samping itu, teknologi yang
diaplikasikan juga harus diorganisasikan dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan-
kesalahan (misalnya alokasi penempatan) yang dapat menyebabkan ketidakefi sienan.
Pengorganisasian teknologi, misalnya teknologi produksi, melalui riset dan pengembangan
sangat penting guna mencapai efisiensi dan efektivitas alokasi. Dengan demikian,
diperoleh optimalisasi alokasi dan pengorganisasian yang tepat.

3. Pelaksanaan Penerapan Teknologi


Jika rencana pengembangan dan aplikasi teknologi telah dirampungkan serta semua
sumber daya yang dibutuhkan telah siap untuk dioperasikan, maka tibalah waktunya untuk
memulai pelaksanaannya. Pelaksanaan tersebut mulai dari pengembangan sampai
penggunaan teknologi dalam produksi atau operasi perusahaan.

4. Pengawasan, Evaluasi dan Pengendalian


Fungsi pengawasan dilakukan terus-menerus sejak perencanaan dan dalam berbagai
aspek, sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara berkala untuk mengetahui kesesuaian
antara rencana, pelaksanaan, dan hasil serta mengetahui ada tidaknya penyimpangan-
penyimpangan dari rencana semula. Di samping itu, pengawasan dan evaluasi juga
berfungsi untuk menilai perlu atau tidaknya diadakan penyesuaian-penyesuaian. Jika
terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam operasi, maka harus segera dilakukan
pengendalian.
Di samping aplikasi fungsi-fungsi manajemen teknologi, juga pada level bisnis,
manajemen teknologi digambarkan sebagai suatu hasil dari penggabungan antara rekayasa
dan ilmu pengetahuan dengan manajemen (NRC di dalam Gaynor, 1991). Di samping itu,
Gumbira-Sa’id (1996) melukiskan manajemen teknologi sebagai proses interaksi antara
ilmu pengetahuan, rekayasa, dan manajemen dengan kebangkitan ilmu pengetahuan,
rekayasa, dan manajemen dengan kebangkitan produk, distribusi, dan administrasi
fungsional. Dengan demikian, diidentifi kasikan bahwa terdapat delapan isu kritis yang
harus dipertimbangkan untuk maksud tersebut, yaitu sebagai berikut.
• Pengembangan kesadaran / kemelekan teknologi;
• Penggabungan teknologi dan strategi;
• Manajemen / pengelolaan penggunaan teknologi;
• Penganalisisan investasi teknologi;
• Pemilihan dan evaluasi proyek;
• Pengembangan rencana teknologi unit bisnis;
• Pengurangan waktu proyek total;

5|Page
• Peningkatan kinerja sumber daya manusia.

Manajemen teknologi pada aspek kebangkitan produk mencakup berbagai aktivitas


yang langsung berhubungan dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk
penelitian, serta pengembangan dan manufacturing. Pengelolaan teknologi untuk
kebangkitan produk memerlukan berbagai aktivitas sebagai berikut.
• Integrasi antara ilmu pengetahuan, rekayasa, dan manajemen dengan
aktivitas-aktivitas penelitian, pengembangan, dan manufacturing, dan
selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap komponen-komponen
tersebut sebagai suatu entitas terpadu.
• Penerimaan fakta bahwa teknologi adalah suatu isu bisnis dan bukan hanya
merupakan isu teknologi semata karena isu pengembangan dan aplikasi
teknologi dalam bisnis ditujukan untuk memperbaiki kinerja bisnis tersebut
melalui peningkatan produktivitas, efisiensi, dan mutu produk atau jasa
yang dihasilkan.
• Menjadikan pengembangan dan aplikasi teknologi sebagai bagian dari
strategi bisnis, bukan sebagai suatu entitas yang dianggap hanya
menyokong strategi bisnis. Dengan demikian, diperlukan pemahaman
bahwa strategi teknologi sebagai bagian strategi bisnis berperan untuk
meningkatkan keunggulan bersaing bisnis tersebut.
• Peningkatan kinerja sumber daya manusia, teknologi, dan aset-aset bisnis
lainnya dengan cara mengoptimalkan hubungan antara fungsi-fungsi
teknologi dalam suatu unit bisnis.
• Pengembangan proses, teknik, dan sistem komunikasi untuk menentukan
status teknologi mutakhir dan pemilihan teknologi yang tepat pada masa
mendatang.
• Pengakuan bahwa proses penelitian dan pengembangan sangat menentukan
keberhasilan dan kegagalan suatu produk dan keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam proses sehingga harus dilakukan secara bersama-sama.
• Perencanaan teknologi yang terpadu, yakni memadukan semua aktivitas
pada fungsi-fungsi yang terkait.
• Evaluasi investasi teknologi untuk mengetahui risiko fi nansial dan apakah
risiko finansial tersebut mampu menggantikan risiko teknis yang mungkin
terjadi.
• Pengembangan dan praktik proses formal yang fl eksibel dalam melakukan
pemilihan dan evaluasi proyek-proyek yang dianggap tepat untuk
menyokong strategi bisnis.
• Upaya pengurangan waktu total dari proyek, bukan hanya waktu pengem-
bangannya (mulai dari inisiasi konsep sampai tahap komersialisasinya),
melalui keterpaduan antara fungsi-fungsi bisnis yang terkait.
• Peningkatan kinerja manajemen teknis dan kinerja sumber daya manusia
yang terlibat.

6|Page
Pengelolaan teknologi pada aspek distribusi mencakup pengelolaan teknologi
dalam kegiatan pemasaran dan penjualan, distribusi fisik, dan sistem serta kegiatan
pelayanan terhadap konsumen. Aktivitas-aktivitas tersebut mewakili seluruh operasi yang
diperlukan untuk menyetujui suatu produk, menentukan pasar, menemukan konsumen
potensial, negosiasi pemesanan, menyampaikan produk, serta melayani konsumen,
sehingga serangkaian aktivitas tersebut dapat memberikan kepuasan maksimal kepada
pelanggan atau konsumennya. Dalam berbagai kegiatan tersebut, penggunaan teknologi
harus sesuai, cocok, efisien, dan efektif untuk memberikan kepuasan maksimal kepada
pelanggan atau konsumennya.
Pengelolaan teknologi dalam aspek administrasi mencakup aktivitas-aktivitas
akunting, finansial, sumber daya manusia, hubungan masyarakat, paten, aspek hukum dan
legalitas, dan lain-lain. Aplikasi teknologi dalam aspek administrasi tersebut memiliki
dampak yang nyata terhadap aktivitas pembangkitan produk dan aktivitas distribusi.

C. Alat dan Mesin Pertanian


Alat mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang saling
terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai tujuan tertentu
di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan masukan tenaga (Soekirno,
1999). Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan yang ada
hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan,
alat mesin pemberantas hama dan sebagainya. Dengan penggunaan alat mesin pertanian,
ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan, dapat mengurangi
kejenuhan dalam pekerjaan petani, dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan
usaha tani lain atau kegiatan di sektor lain yang bersifat kontinu.

1. Bajak
Banyak bukti menunjukkan bahwa bajak ringan terbuat dari kayu telah
digunakan secara besar-besaran di daerah Mesir dan Sungai Nil sekitar tahun 3000
SM bahkan digunakan sebagai tenaga penggerak / penarik peralatan pertanian,
menyiapkan tanah untuk penanaman Barley, gandum, dan lain-lain tanaman yang
popular pada jaman itu. Bajak yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau
bajak singkal yang digunakan untuk membalik tanah dan membuat parit. Lebih dari
2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang diproduksi di Honan
Utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan
dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan pisau
kayu dan pegangan.
Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared
plow, plow-and-sow dan garu. Peralatan kuno tidak beroda dan moldboard terbuat
dari kayu keras yang ditarik oleh sapi. Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-
kira 2000 tahun yang lalu sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih belum
juga ditemukan bajak singkal yang berfungsi membalik tanah.

7|Page
Pada tanah yang berat dan keras, pisau bajak besi ini ditarik oleh sekelompok
sapi jantan. Sebagai hasilnya penggunaan mesin tersebut telah mengurangi jam
kerja manusia yang dahulu 56 jam untuk memproduksi 1 hektare gandum menjadi
2 jam per hektare gandum menggunakan mesin pertanian. Perkembangan peralatan
pertanian modern dimulai sebelum traktor menciptakan dampak yang baik di
bidang pertanian. Mesin pertanian pertama yang memberikan dampak penting
dalam pertanian adalah mesin tenun, yang ditemukan oleh Eli Whitney.

2. Era Traktor Bermesin Uap


Penemuan mesin uap memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan
pertanian antara tahun 1850 – 1900. Pada tahun tersebut sekitar 70.000 mesin uap
diciptakan untuk keperluan pertanian. Fase pertama dengan diperkenalkannya
mesin uap adalah penggunaan mesin untuk pertanian semakin banyak. Fase kedua
adalah berupa traktor bermesin uap portable yang dapat dibawa ke lahan pertanian
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, contohnya mesin perontok gandum. Fase
ketiga disebut juga “mesin tarik”. Mesin ini paling disukai petani sebagai sumber
tenaga. Namun mesin ini juga memiliki beberapa masalah karena mesinnya terlalu
berat, memakan tempat, mahal, dan kegunaannya spesifik pada pekerjaan tertentu
saja.

3. Mesin Bertenaga Pembakaran Internal


Perkembangan mesin pembakaran internal ini memiliki fase pengembangan
yang sama dengan mesin bertenaga uap. Fase pertama adalah mesin yang
diciptakan berukuran kecil dan bersilinder satu dan tidak dapat dipindahkan
sehingga mesin ini digunakan untuk pekerjaan sederhana. Fase kedua, mesin
berukuran besar, bersilinder dua yang dipasangkan pada roda. Fase ketiga adalah
mesin bersilinder dua yang dipasangkan pada roda dan transmisi sehingga dapat
menarik mesin itu sendiri.

4. Traktor
Asal usul kapan pertama kali traktor dibuat dan siapa pembuatnya tidak
pernah diketahui jelas. Namun, sejahrawan R.B. Gray menuliskan bahwa
perusahaan mesin gas Charter telah membuat traktor berbahan bakar bensin pada
tahun 1889. Pada tahun 1890 George Taylor mengaplikasikan suatu bajak motor.
Perkembangan jenis traktor yang digunakan petani dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Traktor Pertama – traktor beroda tiga dan berbahan bakar bensin
Produksi taktor ini meluas cepat di awal tahun 1990-an. Pada masa ini juga
perusahaan traktor berkembang sangat pesat. Namun, traktor jenis ini memiliki
permasalahan yang hampir sama dengan mesin uap, yaitu mahal, sulit untuk
dikendarai, besar, memakan banyak tempat, dan kegunaan masih terbatas. Pada
tahun 1925, Henry Ford memperkenalkan traktor yang berukuran lebih kecil dan

8|Page
lebih murah. Traktor tersebut merupakan traktor yang diproduksi massal untuk
keperluan pasar.
b. Traktor Modern – traktor beroda empat
Traktor jenis ini diperkenalkan antara tahun 1960 – 1970 dan berbahan bakar
solar. Sampai saat ini hampir sekitar 80% traktor menggunakan solar sebagai bahan
bakarnya. Keunggulan dari traktor jenis ini adalah penggunaan tenaga lebih efi sien,
traksi dan flotasi baik, dan pemadatan tanah sedikit. Saat ini, traktor roda empat ini
merupakan standar traktor yang biasa digunakan petani, baik dengan jenis traktor
kecil, sedang, maupun besar.
Secara umum, macam alat dan mesin pertanian (alsintan) secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Alat mesin pembukaan lahan
Alat mesin untuk produksi pertanian
1. Alat mesin pengolahan tanah
2. Alat mesin penanam
3. Alat mesin pemeliharaan tanaman
Alat mesin pemanen
1. Alat mesin processing hasil pertanian (pascapanen)
2. Alat mesin pengering
3. Alat mesin pembersih atau pemisah
4. Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) ini memiliki manfaat antara lain:
a) Meningkatkan efi siensi tenaga kerja dan produktivitas;
b) Mengurangi kerja petani dan meningkatkan kenyamanan kerja di pedesaan;
c) Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani;
d) Menjamin kuantitas, kualitas dan peningkatan kapasitas hasil;
e) Mempercepat peralihan pertanian keluarga (subsistence farming);
f) Mempercepat transformasi ekonomi agraris ke ekonomi industri;
g) Mengurangi kehilangan hasil pascapanen.

Dari segi tumbuhnya industry kecil di pedesaan, bengkel-bengkel kecil untuk


reparasi dan pembuatan prototype alsintan dapat ditumbuhkembangkan. Bagi
kelompok tani yang mampu (petani individu yang kaya) dapat menjadi pengusaha
penjual jasa alsintan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia
dari zaman ke zaman, cara pengelolaan hasil (panen) pertanian pun tahap demi
tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Alat dan mesin panen terdiri
dari banyak macam dan jenisnya yang digunakan menurut jenis tanamannya dan
tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi mekanis sampai
yang modern. Sebagai contoh adalah menurut jenis tanaman, alat dan mesin panen
digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian, tebu, rumput-rumput,

9|Page
kapas, dan umbi-umbian. Adapun untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian
dibagi jenisnya untuk padi, jagung dan kacang-kacangan.

5. Industri Mesin Pertanian


Perusahaan mesin pertanian biasanya diklasifi kasikan menjadi tiga, yaitu
full-line, long-line, dan short-line. Perusahaan full-line adalah jenis perusahaan
yang mendominasi industri mesin pertanian dan memiliki jumlah yang besar.
Perusahaan ini juga memiliki lingkup pasar internasional dengan memiliki
perusahaan tanaman dan pusat distribusi yang tersebar di seluruh dunia. Adapun
perusahaan long-line memiliki lingkup pasar nasional dan short-line memiliki
lingkup pasar secara regional dan lokal.
Perusahaan alat pertanian sangat beragam dan tidak membatasi produk
mereka pada alat pertanian saja. Sejak tahun 1980 telah terjadi merger manufaktur
alat pertanian, pengurangan jumlah dealer, dan perubahan tipe traktor yang
diproduksi. Setiap tahunnya banyak pengguna alat dari bidang non-pertanian yang
membeli produk dari industri alat dan mesin pertanian seperti perusahaan
landscape, kontraktor bangunan, pelatihan gold, dan rumah tangga.
Setelah alat dan mesin pertanian tidak banyak lagi dijual melalui manufaktur, hal
tersebut digantikan oleh perusahaan dagang besar. Mereka memiliki jaringan
langsung ke dealer-dealer. Secara umum. Perusahaan alat dan mesin pertanian ini
telah banyak membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

10 | P a g e
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Teknologi yang diterapkan di agribisnis dan perkembangannya merupakan salah satu
sarana utama yang penting dalam upaya meningkatkan daya saing melalui pencapaian tujuan
secara efektif, efisien, dan produktif yang tinggi dari perusahaan agribisnis.
Fungsi-fungsi dari manajemen secara umum, yaitu:
Perencanaan Teknologi
Pengorganisasian Teknologi
Pelaksanaan Penerapan Teknologi
Pengawasan, Evaluasi dan Pengendalian
Alat mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang saling terkait dan
mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai tujuan tertentu di bidang pertanian
dan untuk mengoperasikannya diperlukan masukan tenaga (Soekirno, 1999). Alat mesin pertanian
bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat
mesin pengolahan tanah, alat mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama dan sebagainya.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sri Ayu Andayani, S.P., M.P.: Yunita Farlina. 2017. Manajemen Agribisnis:
Pendekatan Manajemen Dalam Agribisnis. Bandung: Media Cendikia Muslim

12 | P a g e
CONTOH KASUS

PENINGKATAN NILAI TAMBAH AGRIBISNIS MELALUI PENERAPAN INOVASI


TEKNOLOGI USAHATANI PADI : STUDI KASUS KEGIATAN PRIMA TANI STUDI
KASUS KEGIATAN PRIMA TANI KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

Upaya meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani dengan keterlibatan langsung
petani harus dimulai dengan menciptakan iklim dan suasana kondusif yaitu adanya kepastian
dalam berusaha seperti adanya ketersediaan saprodi, pemasaran dan keamanan dalam berusaha
diikuti langkah-langkah nyata menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan
akses kepada berbagai peluang (opportunity) yang akan membuat masyarakat menjadi makin
berdaya (Kartasasmita, 1996). Dengan terciptanya suasana tersebut, diharapkan petani semakin
berdaya, yang dapat dilihat dari perilaku mereka dalam mengelola usahataninya. Terjadinya
perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik dalam mengelola usahatani merupakan tujuan
dari penyuluhan pertanian (Slamet dalam Mardikanto, 1993; Mubyarto, 1995). Hal ini merupakan
wujud dari terjadinya perubahan keterampilan petani disamping pengetahuan dan sikap mereka
untuk menerima atau menolak sesuatu anjuran. Salah satu inovasi teknologi yang dilakukan dalam
pelaksanaan Prima Tani adalah inovasi teknologi pada usahatani padi. Petugas lapang dan
penyuluh pertanian memberikan anjuran dan pembinaan yang terkait dengan inovasi teknologi
tersebut. Menurut Subarna (2007) kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan kinerja kelompok
tani, khususnya pada peningkatan produktivitas, efisiensi usahatani dan pendapatan
petani.Pengkajian ini bertujuan untuk membandingkan penerapan teknologi usahatani padi, biaya
yang dikeluarkan, produksi dan pendapatan usahatani padi yang diperoleh oleh petani peserta dan
bukan peserta Prima Tani. Usahatani padi yang dilakukan pada kegiatan Prima Tani adalah konsep
penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Konsep ini diterapkan secara partisipatif oleh
petani sehingga menjadi teknologi yang spesifik lokasi. Penggunaan benih oleh petani peserta
sebagian besar (69,2%) menerapkan dua anjuran yaitu varietas unggul baru dan berlabel,
sedangkan 23% menerapkan tiga anjuran dan 7,8% menerapkan satu anjuran saja. Sedangkan pada
petani bukan peserta tidak ada yang menggunakan anjuran lengkap dalam penggunaan benih.
Sebanyak 69,2% petani bukan peserta ini menerapkan dua anjuran yaitu varietas unggul dan
berlabel. Namun sisanya (30,8%) hanya menerapkan satu anjuran yaitu menggunakan benih
berlabel namun bukan varietas unggul baru. Ini mengindikasikan bahwa belum ada petani bukan
peserta yang menerapkan maksimal 25 kg benih/ha. Pada petani bukan peserta, jumlah benih yang
disemai melebihi anjuran. Hal ini sebagai antisipasi mereka terhadap serangan hama tikus di
persemaian dan pertanaman.Persentase petani peserta dan bukan peserta sama besarnya dalam
menerapkan sistem tanam. Tidak ada yang menerapkan lebih dari tiga anakan/lubang tanam, baik
pada petani peserta dan bukan peserta. Mereka mengkombinasi penanaman bibit dua atau tiga

13 | P a g e
anakan/lubang. Antara petani peserta dan bukan peserta, tidak berbeda persentasenya (23%) dalam
menerapkan sistem tanam legowo. Terbatasnya petani yang menerapkan sistem legowo ini karena
petani merasa membutuhkan tenaga kerja dan biaya yang lebih tinggi dibanding penanaman
dengan sistem tegel. Hasil kajian yang dilakukan di lahan sawah di Jawa Timur menunjukkan
bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo pada Proyek Pengembangan Ketahanan pangan
(P2KP) dipengaruhi oleh biaya sarana produksi, jumlah tenaga kerja, luas lahan. lama berusahatani
dan keuntungan yang diperoleh (Wahyunindyawati et al., 2003). Petani peserta lebih banyak
(61,6%) menerapkan pemupukan kurang dari anjuran. Hal ini disebabkan selama ini memang
mereka sudah terbiasa tidak menggunakan pupuk KCl untuk tanaman padinya. Tidak seorangpun
petani bukan peserta menerapkan pemupukan sesuai anjuran. Sebagian besar (92,3%) melebihi
anjuran, meskipun hanya salah satu jenis pupuk saja yang melebihi anjuran. Hal ini dikarenakan
mereka belum mengetahui anjuran penggunaan BWD dan PUTS sebagai penentu dosis
pemupukan. Sehingga mereka menghadapi resiko usaha yang kurang efisien. Terdapat 30,7%
petani peserta yang memupuk melebihi anjuran. Hal ini disebabkan mereka kurang paham
terhadap anjuran yang diberikan, bahkan mungkin berharap produksi lebih tinggi.Petani bukan
peserta justru lebih tinggi persentasenya dalam menerapkan PHT. Hal ini terkait dengan adanya
serangan hama tikusyang terjadi di Desa Purwakarya tersebut. Penanggulangan hama ini dilakukan
petani didampingi petugas di beberapa desa yang terserang hama tikus, menjadikan petani lebih
siap melakukan PHT. Di Desa Kertosari (lokasi Prima Tani) memang relatif aman dari serangan
hama dibanding Desa Purwakarya terutama untuk hama tikus. Perontokan gabah hasil panen oleh
petani bukan peserta, semuanya (100%) menggunakan power tresher, sedangkan petani bukan
peserta 92,3%. Hal ini disebabkan ketersediaan power tresher di Desa Purwakarya lebih mudah
diakses petani dibanding di Desa Kertosari. Buruh panen yang datang dari luar Desa Purwakarya
juga menggunakan mesin tersebut. Akibat penggunaan power tresher ini, berdampak pada
pelaksanaan panen di Desa Purwakarya berlangsung lebih cepat dibanding Desa Kertosari untuk
sejumlah volume yang sama. Skor penggunaan benih dan pemupukan Skor penggunaan benih dan
pemupukan oleh petani peserta lebih tinggi dibanding bukan peserta. Sedangkan pengendalian
OPT dan panen, skor penerapan teknologi oleh petani bukan peserta lebih tinggi dibanding petani
peserta. Namun khusus untuk sistem tanam, maka skor penerapan oleh petani di kedua desa itu
sama besar Penerapan teknologi usahatani padi oleh petani peserta Prima Tani, lebih mendekati
inovasi teknologi atau lebih mendekati anjuran dibandingkan dengan yang diterapkan petani bukan
peserta. Namun penerapan teknologi oleh petani pada kedua strata tersebut sama-sama termasuk
dalam kategori sedang. Meskipun produksi usahatani padi yangdiperoleh petani peserta lebih
rendah dibanding bukan peserta, namun dengan harga jual beras yang lebih tinggi dan lebih
rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan petani peserta, maka pendapatan bersih yang diperoleh
petani peserta lebih tinggi. Petani peserta Prima Tani memperoleh tambahan pendapatan bersih
sebesar Rp.993.480/ha dibanding bukan peserta. Dengan demikian usahatani padi yang dikelola
petani peserta lebih efisien dibanding bukan peserta. Intensitas penyuluhan tentang inovasi
teknologi perlu ditingkatkan sehingga berdampak lebih luas pada peningkatan pendapatan

14 | P a g e
usahatani dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.Pengkajian sejenis ini perlu juga
dilakukan. Penerapan teknologi inovasi dilakukan untuk mengatasi masalah senjang produktivitas,
meningkatkan pendapatan usahatani dan kesejahteraan petani. Inovasi teknologi pada usahatani
padi dilakukan melalui kegiatan Prima Tani lahan irigasi intensif Provinsi Sumatera Selatan sejak
tahun 2005. Kegiatan ini bertujuan untuk membandingkan penerapan teknologi usahatani padi,
biaya yang dikeluarkan dan pendapatan usahatani padi yang diperoleh oleh petani peserta dan
bukan peserta Prima Tani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa skor penerapan teknologi pada
petani peserta dan bukan peserta masing-masing 16,38 dan 14,37, tetapi secara statistik tidak
berbeda nyata dan termasuk dalam kategori penerapan teknologi pada tingkat sedang. Produksi
gabah kering panen yang diperoleh petani peserta dan bukan peserta sebanyak 7.118 kg/ha dan
7.215 kg/ha. Biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta. sebesar Rp.5.786.035/ha, sedangkan
petani bukan peserta sebesar Rp.6.663.875/ha. Pendapatan usahatani padi yang diperoleh petani
peserta (Rp.8.228.915/ha) secara nyata dibanding petani bukan peserta (Rp.7.235.435/ha)

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai