MODUL PERKULIAHAN
SALURAN
TRANSMISI
TRANSFORMASI IMPEDANSI
Abstrak CPMK-1, 2
Modul ini menjelaskan Modul ini Setelah membaca modul ini, mahasiswa
menjelaskan mengenai diharapkan mampu untuk:
Transformasi Impedansi.
Mendefinisikan Impedansi Masukan
secara umum, Transformator /4 dan
Transformator /2, Impedansi
masukan pada rangkaian "Short" dan
"Open".
Menyelesaikan perhitungan
Transformasi Impedansi.
Menganalisa hasil perhitungan
Transformasi Impedansi.
CPL -1, CPL-2
Transformasi impedansi adalah hal penting yang diakibatkan oleh saluran transmisi.
Impedansi beban yang memiliki nilai tertentu, akan berubah nilainya di sisi depan/sumber.
Khususnya saluran yang memiliki /4 dan /2 akan dibahas lebih mendasar. Bagaimana
saluran transmisi mentransformasikan beban hubungan singkat dan terbuka, dibahas pada
bagian berikutnya. Bab ini ditutup dengan konsep dasar diagram Smith dan contoh
penggunaannya.
Pada bagian modul ke 4 telah kita dapatkan, bahwa saluran transmisi bersifat mengubah
(mentransformasikan) faktor refleksi yang ada pada beban (ujung saluran) ke nilai refleksi
pada posisi pengamatan. Perubahan faktor refleksi dari suatu posisi saluran transmisi ke
posisi lainnya mengindikasikan adanya transformasi impedansi beban yang terlihat pada
posisi yang baru itu. Jadi secara umum apa yang dipasangkan pada akhir saluran
transmisi, bisa terlihat berbeda di awal saluran transmisi.
Dengan menggunakan solusi persamaan diferensial untuk syarat batas pada akhir
saluran transmisi, persamaan (1.27) dan (1.28) dan menspesialisasikan untuk nilai
tegangan dan arus di awal saluran transmisi V(z = 0) = Va dan I(z = 0) = Ia, kita dapatkan
Va
1
Ve Z o I e e L 1 Ve Z o I e e L
2 2
1
1
Va Ve e L e L Z o I e e L e L
2 2
dan dengan hubungan dari matematika, bahwa:
e x ex e x ex
sinh x dan cosh x
2 2
I a I e cosh L sinh L
Ve
(3.2)
Zo
Ia Ie
Va Z, γ, L Ve
I a I e cos L j sin L
Ve
Zo
Dengan memasangkan sebuah beban dengan besar ZL, yang dengannya berlaku hukum
Ohm, Ve = Ie • ZL. Kita bisa mengamati, apa yang kita dapatkan pada awal saluran
transmisi itu.
Apa yang kita lihat di sana ke dalam saluran transmisi ?
Definisi:
Impedansi masukan didefinisikan sebagai perbandingan tegangan dan arus pada
awal dari saluran transmisi.
Va Ve cosh L Z o I e sinh L
Z in
I e cosh L e sinh L
Ia V
Zo
V cosh L Z o I e sinh L
Zo e
Z o I e cosh L Ve sinh L
Dengan beban ZL pada akhir saluran transmisi, berlaku Ve I e Z L .
Z L cosh L Z o sinh L
Z in Z o
Z o cosh L Z L sinh L
Impedansi masukan untuk saluran transmisi yang mengandung kerugian
Z L Z o tanh L
Z in Z o (3.3)
Z o Z L tanh L
tanh L di persamaan (3.3) memiliki argumen yang kompleks, hal ini akan menyulitkan
perhitungannya. Dengan j dan
tanh L j tan L
tanh L (3.4)
1 j tanh L tan L
Z L jZ o tan L
Z in Z o (3.5)
Z o jZ L tan L
1 j tan L
tanh L 1
1 j tan L
Sehingga impedansi masukan menjadi
Z in Z
secara aproksimatif bernilai seperti impedansi gelombang. Tak penting berapa nilai ZL
yang dipasangkan di akhir saluran transmisi.
Kasus kedua, jika pada ujung akhir saluran transmisi dipasangkan sebuah
beban yang bernilai hampir sama seperti impedansi gelombangnya
Z L Z o 1 dengan 1
maka
Z o 1 Z o tanh L 1 tanh L
Z in Z o Zo
Z o Z o 1 tanh L 1 1 tanh L
1
1 tanh L 1 tanh L
Z in Z o Zo
1 tanh L tanh L tanh L
1
1 tanh L
1
dengan deret Taylor 1 x untuk x 1
1 x
tanh L
Z in Z o 1 1
1 tanh L 1 tanh L
tanh L 2 tanh L
Z in Z o 1
1 tanh L 1 tanh L 1 tanh L
2
1 tanh L
Z in Z o 1
1 tanh L
dengan eksponensial
Z in Z o 1 e 2 L e j 2 L (3.7)
Jadi deviasi impedansi masukan dari impedansi gelombang berbanding lurus dengan
deviasi impedansi beban terhadap impedansi gelombang, dan juga seberapa kuat redaman
pada faktor e 2 L .
Z in 50
20 j 40 50 tanh 0,25 j0,65 2
50 20 j 40 tanh 0,25 j 0,65 2
tanh 0,25 j 0,65 2 tanh 0,5 j1,3 , dengan persamaan (3.4) menjadi
Z in 38,3176 j16,8619 .
Dengan menghitung faktor refleksi pada input saluran,
Z in Z 38,3176 j16,8619 50
r 0,0925 j 0,2086
Z in Z 38,3176 j16,8619 50
Z L jZ o tan L jZ tan L
Z in Z o Z0 0
Z o jZ L tan L jZ L tan L
2
Zo
Z in (3.8)
ZL
Z o RL Rin (3.9)
Z in Z L (3.10)
Jadi dengan panjang saluran transmisi /2, kita dapatkan impedansi masukan
sebesar impedansi beban dengan tak terpengaruh oleh karakteristik saluran transmisi.
Contoh aplikasi dari transformator /2 pada teknik radar. Pada antena radar
dipasangkan lapisan dielektrika untuk melindunginya dari pengaruh cuaca. Lapisan
dielektrika ini dinamakan radome (radar dome) yang keberadaannya tak boleh
mengganggu karakteristik pancar dari antenna tersebut. Supaya hal demikian bisa dicapai
dipergunakanlah lapisan dengan tebal /2, sehingga radome tersebut seperti transparan.
Seperti halnya transformator /4, kondisi tersebut hanya berlaku untuk satu
frekuensi yang sempit saja.
Contoh 3.2:
Sebuah beban ZL = 40 Ω akan dihubungkan dengan sebuah saluran transmisi dengan
impedansi gelombang Zo = 75 Ω. Dengan bantuan transformator /4 tak mengandung
kerugian diinginkan tak terjadi refleksi pada frekuensi 400 MHz. Amati performasi
Solusi:
Jika beban di atas langsung dihubungkan dengan saluran transmisi Zo = 75 Ω, akan
didapatkan faktor refleksi
r =(40-75)/(40+75) = -0.3043, yang konstant terhadap frekuensi.
Dengan bantuan transformator λ/4 pada frekuensi 400 MHz (jadi panjang gelombang
75 cm) beban akan ditranformasikan menjadi 75 Ω atau potongan saluran transmisi dengan
Pada frekuensi yang lain, panjang saluran transmisi di atas 18,73 cm, tidak lagi
ekuivalen dengan seperempat lambda.
Z L jZ T tan L
Z in Z T
Z T jZ L tan L
54,77
40 j54,77 tan 2 350 10 6 0,1875 / 3 10 8
54,77 j 40 tan 2 350 10 6 0,1875 / 3 10 8
72,5772 j8,8728
Z S Z o tanh L (3.11)
Dan impedansi rangkaian terbuka (open) ZOp adalah impedansi masukan jika akhir
saluran transmisi terbuka, ZL → ∞,
Z Op Z o coth L (3.12)
Untuk saluran transmisi yang tak mengandung kerugian, impedansi di atas menjadi
Z S jZ o tan L (3.13)
dan
Z Op jZ o cot L (3.14)
Dari persamaan (3.13) dan (3.14) terlihat, pada saluran transmisi yang tak
mengandung kerugian, impedansi masukan hubungan singkat dan impedansi masukan
rangkaian terbuka bersifat induk ataupun kapasitif, tergantung dari nilai argumen L .
0L ImZ S 0 Induktif
4
L ZS Terbuka
4
L ImZ S 0 Kapasitif
4 2
L ZS = 0 Hubungan singkat
2
3
L ImZ S 0 Induktif
2 4
L=0 Z Op Terbuka
0L ImZ Op 0 Kapasitif
4
L Z Op 0 Hubungan singkat
4
L ImZ Op 0 Induktif
4 2
L Z Op Terbuka
2
Contoh 3.3 :
Sebuah kapasitor dengan nilai kapasitansi 1,5 nF pada frekuensi 1 GHz. Karena tidak
bebannya di-short.
a) Berapa panjang kabel ini?
b) Berapa nilai kapasitansinya jika kabel ini digunakan pada frekuensi 2 GHz?
Jawab : Z C j 2 10 9 1,5 10 9 j 0,1061
Sebuah kapasitor dengan nilai kapasitansi 1,5 nF pada frekuensi 1 GHz akan
Nilai yang sama harus didapatkan kabel koax yang memiliki beban hubungan
singkat dengan panjang L, impedansi gelombang 50, yang pada frekuensi 1 GHz
dianggap memiliki panjang gelombang sebesar m.
Dari matematika diketahui, tangen akan negatif di kuadran 2 atau 4. Kita akan ambil
yang kuadran 2, karena memberikan panjang kawat yang lebih pendek.
Sehingga
L = 14,99 cm
Jika kabel dengan dimensi ini digunakan untuk frekuensi 2 GHz, maka impedansi
yang dihasilkan bernilai: Z S j50 tan6,279 j0,21 , sehingga
Prakashan, Satya. (1977). Transmission Lines and Networks: Tech India Publication.
Muhammad, F., Khan, K. Saeed, N. (2012). Design and Simulation of High Gain,
Low Loss X-band Pyramidal Horn Antenna for Broadband Application. City
University Research Journal, Volume 02 No. 02 July 2012 Article 16.
Caglar M. F. (2011). Neural 3-D Smith Chart. Electronics And Electrical Engineering 2011.
No. 8(114) ISSN 1392 – 1215.
Malisuwan, S. & Sivaraks, J. (2013). Design of Microstrip Antenna for WPAN Applications
by Applying Modified Smith-Chart Representation. International Journal of Modeling
and Optimization, Vol. 3, No. 5, October 2013.
Elrashidi, A., Elleithy, K., & Bajwa, H. (2011). Effect Of Temperature on The Performance
of A Cylindrical Micro-strip Printed Antenna For TM01 Mode Using Different
Substrates. International Journal of Computer Networks & Communications (IJCNC)
Vol.3, No.5, Sep 2011.
Kamo, B., Cakaj, S., Koliçi, V., Mulla, E. (2012). Simulation and Measurements of VSWR
for Microwave Communication Systems. Int. J. Communications, Network and
System Sciences, 2012, 5, 767-773.
Neelgar B.I., & Raju, G.S.N. (2011). Impedance Characteristics of Yagi–Uda Antenna.
International Journal of Electronics and Communication Engineering. ISSN 0974-
2166 Volume 4, Number 1 (2011), pp.115-130.
Sharma, P., Arora, R.K., Pardeshi, S., & Singh, M. (2013). Fiber Optic Communications:
An Overview. International Journal of Emerging Technology and Advanced
Engineering. ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume 3, Issue 5,
May 2013.
Joshi, N. V. (2015). A Fresh View for Maxwell’s Equations and Electromagnetic Wave
Propagation. Journal of Modern Physics, 2015, 6, 921-926.