Anda di halaman 1dari 19

1

MODUL PERKULIAHAN

SALURAN
TRANSMISI
Pemandu Gelombang
(waveguide)

Abstrak CPMK-1, 2

Modul ini menjelaskan Setelah membaca modul ini, mahasiswa


mengenai Pemandu diharapkan mampu untuk:
Gelombang (Waveguide)
 Memahami dan mengerti mengenai
Pemandu Gelombang.
 Menyelesaikan perhitungan terkait
Pemandu Gelombang (Waveguide),
baik Pemandu Gelombang Segiempat
(Rectangular Waveguide) dan
Pemandu Gelombang Lingkaran
(Circular Waveguide)
 Menganalisa hasil perhitungan terkait
Pemandu Gelombang (Waveguide).
 CPL -1, CPL-2

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Muslim, S.T., M.T.


Teknik Teknik Elektro
12
Pemandu Gelombang (waveguide)
7.1 Pendahuluan
Pemandu gelombang (hollow pipe waveguide) adalah saluran transmisi
yang di masa lalu memainkan peranan paling penting dalam transmisi gelombang
berfrekuensi tinggi. Hal ini mengarah pada pembahasan teori transmisi secara
umum yang akan kita mulai dari persamaan Maxwell, kemudian ke persamaan
gelombang (persamaan Helmholtz).
Dengan menggunakan sinyal harmonis dan pengandaian bahwa dimensi
bidang saluran transmisi ke arah perambatannya (misalnya ke arah z) tidak
berubah, kita akan sampai pada persamaan diferensial parsial dua dimensi. Pada
persamaan diferensial ini bisa dibedakan dua kasus: gelombang TE dan
gelombang TM. Sedangkan gelombang TEM disolusikan dengan cara yang
analog tetapi lebih mudah.

7.2 Dasar Elektromagnetika dan Solusi


Dasar dari analisa perambatan gelombang di waveguide secara umum
adalah persamaan Maxwell. Proses pencarian solusi secara global diilustrasikan
di gambar 7.1. Secara lengkapnya penurunan dan langkah setiap proses bisa
dilihat di appendix.

Gambar 7.1 Proses pencarian solusi.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
7.3 Pemandu Gelombang Segiempat (Rectangular Waveguide)
Pada pemandu gelombang segi empat ada dua mode utama, yaitu mode Hmn,
yang merupakan gelombang TE (gelombang H) dan mode Emn, yang merupakan
gelombang TM (gelombang E).

Gelombang H:
Dari hasil penurunan di appendix didapatkan komponen medan elektromagnetika
untuk gelombang Hmn:
H z ( x, y)  H o cosk x  x cosk y  y  e  z
jk x
Hx  2
H o sin k x  x cosk y  y  e z
kc
jk
H y  2 y H o cosk x  x sin k y  y  e z
kc
jk y
Ex  2
H o cosk x  x sin k y  y  e z
kc
jk x
Ey   H o sin k x  x cosk y  y  e z
k c2
m n
kx  , ky 
b dan kc  k x  k y
2 2 2
dengan a

Karena untuk perambatan harus berlaku


 2   2   kc2  0, sehingga akan

terdapat frekuensi minimal untuk mode m dan n, atau frekuensi cut-off

c  m   n 
2 2

fc     
2  a   b 

Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tidak akan merambat.
Jadi dari hasil di atas:
1. Pada waveguide segi empat akan terbentuk mode-mode yang ditandai
dengan index m dan n, yang menyatakan jumlah fungsi sinus setengah
gelombang pada arah x dan arah y.
2. Setiap mode akan berbeda bentuk medan listrik dan magnetnya, juga
memiliki frekuensi cut-off yang berbeda.
3. Tergantung dari frekuensi sinyal, bisa jadi akan merambat beberapa
mode, jika frekuensi sinyal lebih tinggi dari frekuensi cut-off mode ini.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kita amati mode yang paling sederhana, yaitu mode m = 1 dan n = 0 atau
gelombang H10.

Maka
k x   a , dan k y  0 sehingga kc  k x   a

 
H z x, y, z   H o cos  x e z
a 
ja  
H x x, y, z   H o sin   x e z
 a 
ja  
E y x, y, z    H o sin   x e z
 a 
H y  Ex  Ez  0

 
2

   2     ,
Konstanta perambatan : a dan dengan
c
fc 
Frekuensi cut-off : 2a
Visualisasi medan listrik dan magnetik pada bidang penampang waveguide

Gambar 7.2. Medan magnet ke arah x (mendatar) dan medan magnet ke arah y
(tegak)

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Secara tiga dimensional, distribusi medan listrik dan medan magnet diperlihatkan
pada Gambar 7.2 diatas. Tampak pada Gambar bahwa E hanya memiliki
komponen x saja, di sepanjang penampangnya, tidak mempunyai variasi
sepanjang koordinat y, tetapi mempunyai variasi sepanjang koordinat x, karena
di x = 0 dan x = a (tangensial terhadap metal samping dari waveguide) medan
listik harus nol. Sehingga terbentuk fungsi sinus setengah gelombang (dinyatakan
oleh index m = 1, artinya terdapat sebuah setengah gelombang di sepanjang x).

Gambar 7.3 Tampilan tiga dimensi gelombang H10.


Sedangkan ke arah z medan listrik merambat sesuai dengan fungsi eksponensial.
Medan magnet, di samping mempunyai komponen y, juga memiliki komponen z.
Variasi komponen y dari medan magnet juga seperti pada medan listrik, yaitu
fungsi sinus. Dan pada sisi pinggir waveguide, komponen normalnya (komponen
y) mengecil dan terbentuk komponen axial (komponen z).

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gelombang E:
E z x, y   Eo sin k x  y  sin k y  y   e  z
jk x
Ex   2
Eo cosk x  x  sin k y  y   e z
kc
jk
E y   2 y Eo sin k x  x  cosk y  y   e z
kc
jk y
Hx  2
Eo sin k x  x  cosk y  y   e z
kc
jk x
Hy   Eo cosk x  x  sin k y  y   e z
kc2
m n
kx  , ky 
b dan kc  k x  k y .
2 2 2
dengan a
Pada gelombang E, mode paling sederhana bukanlah E10 atau E01, karena pada
kedua mode ini komponen z dari medan listrik menjadi nol, sehingga tidak akan
terjadi gelombang di dalam waveguide.
Gelombang E11 adalah mode yang paling sederhana.

Contoh :
Sebuah waveguide yang mempunyai ukuran a = 2,286 cm dan b = 1,016 cm
dipergunakan untuk mengirimkan sinyal pada frekuensi
a. 5 GHz
b. 10 GHz
c. 14 GHz
Terangkanlah apa yang terjadi
Jawab:
Kita bisa menganalisa problem di atas dengan mengamati frekuensi cut-off dari
masing-masing modes

c  m   n 
2 2

fc     
2  a   b 
Misalnya mode H10 akan memiliki frekuensi cut-off

c   3 108
2
c
f c,11       6,562 GHz
2  a  2a 2  2,286 10 2

Mode m n fc
(GHz)

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
H 1 0 6,562
H 2 0 13,123
H 0 1 14,764
H, E 1 1 16,156
H, E 1 2 30,248
H, E 2 1 19,753

Jadi jika waveguide di atas digunakan untuk transmisi sinyal 5 GHz, maka tidak
akan terjadi propagasi (tidak ada transmisi), karena frekuensi 5 GHz berada di
bawah frekuensi cut-off dari semua modes.
Transmisi sinyal 10 GHz akan berlangsung dengan mode H10.
Sedangkan pada sinyal 14 GHz, transmisi akan berlangsung secara overmoded,
karena lebih dari satu mode bisa merambat di dalam waveguide. Secara umum,
kasus overmode dihindari, sehingga waveguide di atas hanya digunakan untuk
melewatkan sinyal pada frekuensi 6,562 GHz < f < 13,123 GHz.

7.4 Visualisasi Mode-mode waveguide

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 7.4 Visualisasi mode-mode gelombang H.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 7.5 Visualisasi mode-mode dari gelombang E.

7.5 Pembangkitan Modes


Modes yang terbentuk di dalam waveguide jika kita mentransmisikan sinyal yang
berfrekuensi tinggi adalah distribusi medan elektromagnetika yang secara
otomatis akan terbentuk jika kita memasukkan sinyal itu ke dalam waveguide.
Terutama sekali jika kita memasukkan sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi
cut-off dari mode dasar, tetapi masih di bawah frekuensi cut-off dari mode
berikutnya, maka pasti akan terbentuk mode dasar itu di dalam waveguide.
Tetapi cara seperti itu tidaklah menghasilkan mode yang dimaksud secara efisien,
karena akan terjadi refleksi gelombang yang cukup besar yang barangkali hanya
sebagian kecil saja daya gelombang elektromagnetika ini berhasil diubah ke

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
mode itu. Gambar 7.6 menunjukkan sebuah cara untuk menghasilkan mode H10
dengan bantuan kabel koaxial.
Gelombang TEM yang merambat di dalam kabel koaxial akan masuk ke dalam
waveguide yang secara perlahan-lahan bentuknya disesuaikan dengan bentuk
kabel koaxial, supaya terjadi perubahan kondisi batas secara gradual. Jika
gelombang TEM ini mempunyai frekuensi di atas frekuensi cut-off dari H10, maka
di waveguide akan terbentuk mode ini.

Gambar 7.6 Transisi koaxial waveguide.


Gambar 7.7 menunjukkan alternatif dari feeding di atas. Cara ini juga akan
menghasilkan mode H10.

Gambar 7.7 Transisi koaxial waveguide.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Appendix :
Berawal dari persamaan Maxwell

  E   jH dan   H  j E (A.1)


dan kenyataan bahwa pada saluran transmisi, tak ada perubahan dimensi
sepanjang perambatan gelombangnya (misalnya arah z), maka medan listrik dan
medan magnetya bisa dituliskan secara

E x, y, z   Eo x, y   e  jz


(A.2)

H x, y, z   H o x, y   e  jz


(A.3)
dan secara umum medan listrik di atas memiliki ketiga komponen orthogonalnya,
misalnya untuk medan listrik berlaku

Eo x, y   E x x, y a x  E y x, y a y  E z x, y a z


(A.4)
Sehingga curl/rotasi dari medan listik di koordinat kartesian menjadi

 E E y   E E   E y E x 
  E   z  a x   x  z a x    a z
 y z   z x   x y  (A.5)
Yang mana di koordinat kartesian berlaku
E y E x
  jE y   jE x
z dan z (A.6)
Maka persamaan Maxwell di atas bisa diubah menjadi
E z
 jE y   jH x
y (A.7)
E z
 jE x    jH y
x (A.8)
E y E x
   jH z
x y (A.9)
H z
 jH y  jE x
y (A.10)
H z
 jH x   jE y
x (A.11)

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
H y H x
  jE z
x y (A.12)

Eliminasi Ey dengan mensubstitusikan persamaan (A.11) ke (A.7)

 E z   
  jE y    jH x
 y   
 E z H z  2   E z H z
 j  2   2  H x
1
 jH x  j Hx  
 y x   y x 

Dengan

k c2   2    2
definisi bilangan gelombang cut-off (A.13)
E z H z
    jk c2 H x ,
y x maka

j  E z H z 
Hx     
k c2  y x  (A.14)

dengan cara yang sama untuk komponen transversal lainnya

j  E x H z 
Hy      
k c2  x y  (A.15)

j  E z H 
Ex       z 
k c2  x y  (A.16)

j  E H 
Ey     z   z
2 

kc  y x  (A.17)

Jadi jika komponen axial Ez dan Hz dikenal, dengan persamaan (A.14) – (A.17)
komponen yang lainnya bisa dihitung.
Untuk itu diklasifikasikan beberapa kasus:
1. Gelombang TEM: transversal elektromagnetik
Komponen axial medan listrik dan magnet nol, atau Ez = 0 dan Hz = 0

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Gelombang TE: transversal elektrik
Ez = 0
3. Gelombang TM: transversal magnetik
Hz = 0
Untuk pembahasan selanjutnya, untuk perhitungan komponen axial, diperlukan
sebuah persamaan lain, yaitu persamaan Helmholtz, yang didapatkan dari
pembendukan rotasi persamaan (A.1)a dan memasukkan persamaan (A.1)b ke
dalamnya:

    E   j  H      E   j  j E


Dengan identitas vektor:

 
    E     E   2 E karena   E  0
Sehingga didapat persamaan Helmholtz:

 2 E   2  H  0, dan pasangannya (A.18)

 2 H   2  H  0 (A.19)

 2 adalah operator Laplace, yang di koordinat kartesian berlaku

 2E  2 Ex  2 Ex   2E 2 Ey 2 Ey   2 
a y    E z   E z   E z
2 2
 2 E   2 x   a x   2 y    x 2 a z
  2
z 2  x  2
z 2   y 2 z 2 
 x y   y 

Sehingga berlaku
 2 Ex  2 Ex  2 Ex
    2 E x  0
x 2
y 2
z 2
(A.21)

2 Ey 2 Ey 2 Ey
    2 E y  0
x 2
y 2
z 2
(A.22)
 2 Ez  2 Ez  2 Ez
    2 E z  0
x 2
y 2
z 2
(A.23)

Untuk medan magnet berlaku juga rumus yang sama seperti pada (A.21) – (A.23).

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gelombang TEM:
Karena pada TEM berlaku Ez = 0 dan Hz = 0, maka seluruh medan listrik dan
magnet akan menjadi nol.

Tetapi tidak demikian halnya jika


k c2  0 atau  2   2  .

Persamaan (A.21) menjadi

 2 Ex  2 Ex
   2 E x   2 E x  0
x 2 y 2
 2 Ex  2 Ex
 0
x 2 y 2
Bentuk persamaan yang sama juga akan didapatkan untuk Ey, Hx dan Hy.

Gelombang TE: Ez = 0
Diambil persamaan Helmholtz untuk Hz

2H z 2H z
   2 H z   2 H z  0
x 2
y 2

2H z 2H z
   k c2 H z  0
x 2
y 2
(A.24)
Persamaan diferensial ini ditambah dengan kondisi batasnya: Etan = 0 dan Hn = 0
pada permukaan metal harus dicari solusinya.
Jika persamaan ini harus diterapkan pada waveguide segi empat.

Gambar 7.8 Geometri pemancu gelombang segi empat.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kondisi batas pada waveguide di atas adalah

Hx  0; Hy y  0 , y b
0
x 0, x  a (A.25-
26)

Ex y  0 , y b
 0; Ey x 0, x  a
0
(A.27-
28)
Medan magnet dan listriknya bisa dihitung (dari persamaan (A.14) – (A.17))
j H z j H z
Hx   ; Hy  
k c2 x k c2 y
j H z j H z
Ex   ; Ey 
k c2 y k c2 x
Solusi dari (A.24) biasanya didapatkan dengan metode separasi, yaitu dengan
asumsi bahwa fungsi Hz bisa direpresentasikan dengan perkalian dua buah fungsi
Fx yang hanya tergantung dari x dan fungsi Fy yang hanya tergantung dari y.

H z x, y   Fx x   Fy  y 
(A.29)

dengan memasukkan fungsi ini ke persamaan diferensial (A.24):

 2 Fx  2 Fy 1  2 Fx 1  Fy
2

Fy  Fx  k c Fx Fy  0 
2
  k c2  0
x 2
y 2
Fx x 2
Fy y 2

Term pertama di persamaan di atas hanya tergantung pada x, dan tidak pada y.
Term kedua hanya tergantung pada y dan tidak pada x, sedangkan term ketiga
konstanta. Sehingga dengan demikian term di atas adalah konstanta.
Dan bisa secara bebas dituliskan menjadi

1 d 2 Fx
 k x2
Fx dx 2 (A.30)
2
1 d Fy
 k y2
Fy dy 2
(A.31)
dan syarat separasi

kc2  k x2  k y2
(A.32)

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


15 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Jadi persamaan diferensial parsial dipecah menjadi dua buah persamaan
diferensial biasa (A.30) dan (A.31) dengan syarat (A.32).
Solusi persamaan (A.30) dan (A.31) secara umum adalah

Fx x  Asin k x  x  B cosk x  x (A.33)


Fy  y   C sin k y  y   D cosk y  y 
(A.34)

dan turunannya

 Ak x cosk x  x   Bk x sin k x  x 
dFx
dx (A.35)

 Ck y cosk y  y   Dk y sin k y  y 
dFy
dy (A.36)

A, B, C dan D adalah konstanta yang harus ditentukan dengan kondisi batas


(A.26) – (A.28).
Dengan Hx dan Ey berbanding lurus dengan turunan Hz terhadap x, maka
keduanya juga akan berbanding lurus dengan turunan Fx terhadap x, sehingga
dengan kondisi batas (A.25) dan (A.28), maka

 0  0  Ak x cosk x  x   Bk x sin k x  x 
dFx
dx x 0, x  a

Hal ini akan didapatkan, jika

m
kx 
A = 0 dan a m adalah bilangan genap
Dengan cara analog kita dapatkan
n
ky 
C = 0 dan b n adalah bilangan genap

Sehingga solusi dari komponen axial medan magnet

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


16 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
H z x, y   H o cosk x  x  cosk y  y 
jk x
Hx  H o sin k x  x  cosk y  y ;
k c2
jk y
H y  2 H o cosk x  x sin k y  y 
kc
jk y
Ex  H o cosk x  x sin k y  y ;
k c2
jk x
Ey   H o sin k x  x  cosk y  y 
k c2
kc2  k x2  k y2
Dengan dan untuk perambatan haruslah berlaku
 2   2   k c2  0
sehingga akan terdapat frekuensi minimal untuk mode m dan n, atau frekuensi
cut-off

1   m   n  
2 2

c     
   a   b  

c  m   n 
2 2

fc     
2  a   b 
Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tak akan merambat.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


17 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Alaydrus, Mudrik. (2009). Saluran Trasmisi Telekomunikasi: Graha ilmu.

A. Aghajanyan, A. Hakhoumian, N. Poghosyan, T. Poghosyan, and T. Zakaryan.


(2015). On the Method of Monitoring and Optimal Control of RF-Plasma. Armenian
Journal of Physics, 2015, vol. 8, issue 1, pp. 44-50.

Caglar M. F. (2011). Neural 3-D Smith Chart. Electronics And Electrical Engineering 2011.
No. 8(114) ISSN 1392 – 1215.

Elrashidi, A., Elleithy, K., & Bajwa, H. (2011). Effect Of Temperature on The Performance
of A Cylindrical Micro-strip Printed Antenna For TM01 Mode Using Different
Substrates. International Journal of Computer Networks & Communications (IJCNC)
Vol.3, No.5, Sep 2011.

Johnson, W.C. (1963). Transmission Lines and Networks: McGraw.

Joshi, N. V. (2015). A Fresh View for Maxwell’s Equations and Electromagnetic Wave
Propagation. Journal of Modern Physics, 2015, 6, 921-926.

Kamo, B., Cakaj, S., Koliçi, V., Mulla, E. (2012). Simulation and Measurements of VSWR
for Microwave Communication Systems. Int. J. Communications, Network and
System Sciences, 2012, 5, 767-773.

Kumar P.G, Chandrasekhar P., & Raju SBSR,. (2015). Study on Slotted Waveguide
Pyramidal Horn Antenna with Enhanced Directivity. IPASJ International Journal of
Computer Science (IIJCS) Volume 3, Issue 3, March 2015.

Malisuwan, S. & Sivaraks, J. (2013). Design of Microstrip Antenna for WPAN Applications
by Applying Modified Smith-Chart Representation. International Journal of Modeling
and Optimization, Vol. 3, No. 5, October 2013.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


18 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Muhammad, F., Khan, K. Saeed, N. (2012). Design and Simulation of High Gain,
Low Loss X-band Pyramidal Horn Antenna for Broadband Application. City
University Research Journal, Volume 02 No. 02 July 2012 Article 16.

Neelgar B.I., & Raju, G.S.N. (2011). Impedance Characteristics of Yagi–Uda Antenna.
International Journal of Electronics and Communication Engineering. ISSN 0974-
2166 Volume 4, Number 1 (2011), pp.115-130.

Prakashan, Satya. (1977). Transmission Lines and Networks: Tech India Publication.

Rashmi Khare, Prof. Rajesh Nema. (2012). Reflection Coefficient Analysis Of


Chebyshev Impedance Matching Network Using Different Algorithms. International
Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology Vol. 1,
Issue 2, December 2012.

Sharma, P., Arora, R.K., Pardeshi, S., & Singh, M. (2013). Fiber Optic Communications:
An Overview. International Journal of Emerging Technology and Advanced
Engineering. ISSN 2250-2459, ISO 9001:2008 Certified Journal, Volume 3, Issue 5,
May 2013.

2021 Saluran Transmisi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


19 Muslim S.T., M.T. http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai