Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, pendidikan menjadi sebuah aspek penting bagi
suatu masyarakat/bangsa. Mutu pendidikan dituntut untuk terus ditingkatkan
karena pendidikan telah menjadi tolok ukur penentuan kualitas suatu
masyarakat/bangsa. Sekolah internasional dengan basis kurikulum negara asing
menjadi salah satu pemikiran dari para orang tua yang menginginkan pendidikan
bagi anak-anaknya untuk mempersiapkan tantangan global yang saat ini sudah
marak di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia. Beberapa orang tua
menganggap bahwa kurikulum berbasis nasional belum mampu mempersiapkan
anak-anak mereka untuk menghadapi tantangan global saat ini. Hal ini juga
memberi pengaruh kepada para imigran yang telah menetap di Indonesia untuk
menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah internasional karena sekolah
Internasional menawarkan salah satu syarat dari tantangan global tersebut seperti,
mewajibkan penggunaan bahasa asing, dimana hal tersebut menjadi sebuah
keuntungan bagi mereka. Hal ini menyebabkan adanya siswa dari berbagai
negara yang lebih memilih sekolah internasional dibandingkan dengan sekolah
berbasis kurikulum nasional.

Sebuah sekolah yang berpedomen oleh seorang tokoh Mahatma Gandhi


sadar akan hal itu. Mahatma Gandhi adalah seorang Hindu, namun dia menyukai
pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia
percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan
hidup bersama secara damai di dalam satu negara (Sidhwa, Bapsi: 2009) .

Selain dengan meningkatkan mutu pendidikan bangsa dengan kurikulum


negara asing dan dengan standart-standart internasional, sekolah ini juga
berpedoman pada pendidikan yang terlepas dari kasta, warna kulit, ataupun
kepercayaan agama tertentu. Sekolah Internasional Mahatma Gandhi
mengedepankan pedoman multikultural yang dianggap penuh tantangan dan

1
2

mampu menghasilkan prestasi dari bidang-bidang yang berbeda. Berkomitmen


untuk mendidik siswa dari latar belakang dan budaya yang beragam, serta
menjamin kesempatan pendidikan yang sama bagi tiap individunya. Hal ini yang
menjadi dasar akan pengembangan sekolah tersebut, untuk mengedepankan
sistem yang mencakup keanekaragaman budaya. Sehingga dalam penerapannya,
Sekolah Internasional Mahatma Gandhi membuat berbagai sistem untuk
membuat para siswanya dapat bergaul satu sama lain, tidak hanya dengan siswa-
siswa di dalam kelas, namun dengan seluruh sekolah. Salah satunya yaitu dengan
pengadaan House Club yang dibagi menjadi 4 (empat) buah dengan dasar tokoh-
tokoh inspirasi dari berbagai negara seperti, Kartini dari Indonesia, Leo Tolstoy
dari Rusia, Abraham Lincoln dari Amerika, dan Tagore dari India. House Club
ini melambangkan bahwa siswa dari berbagai negara, agama, dan ras harus
bersatu. Inilah yang menjadi sebuah dasar akan sebuah konsep multikultural
dengan penerapannya melalui akulturasi budaya dalam perancangan interiornya
berdasarkan tradisi, warisan-warisan budaya (heritage), dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya sebagai bagian penting dari karakter mereka. (Rizvi.
(2007). Mahatma Gandhi School, diakses 15 mei 2014 dari
http://site.mgsjkt.com).

Hal inilah yang mendorong penulis untuk merancang sekolah internasional


yang mampu bersaing dalam globalisasi dunia internasional dengan fasilitas dan
sarana yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar sesuai dengan
standart internasional tanpa mengurangi nilai-nilai dan keanekaragaman budaya
yang ditonjolkan oleh sekolah internasional Mahatma Gandhi tersebut. Ruang
lingkup dari sekolah menengah internasional ini adalah bagi kalangan menengah
keatas dan diperuntukkan bagi para remaja dari usia 15 tahun hingga 18 tahun.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam perancangan interior Sekolah


Menengah Internasional Mahatma Gandhi ini, yaitu :

a) Mengakulturasikan berbagai budaya yang terkandung dalam nilai-nilai


sekolah tersebut sehingga menjadi sebuah konsep multikultural.
3

b) Menciptakan sebuah konsep multikultural yang akan diterapkan dan


divisualisasikan dalam perancangan interior yang disesuaikan dengan
identitas sekolah.

c) Menciptakan fasilitas-fasilitas sekolah yang sesuai dengan standart


internasional.

1.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pembahasan dalam perancangan interior sekolah


internasional Mahatma Gandhi, meliputi :

a) Analisa lokasi bangunan sekolah.

b) Perancangan interior yang termasuk dalam bangunan pengajaran Sekolah


Menengah kelas 10-12.

c) Perancangan 2 ruang khusus yaitu ruang auditorium dan perpustakaan.

d) Analisa kebutuhan para peserta didik dan pengajar.

e) Perencanaan program ruang dan sirkulasinya sesuai dengan fungsi dan


aktivitas pengguna.

f) Perhitungan dimensi ruang dan para penggunanya berdasarkan standart


ukuran ergonomi interior.

g) Sistem pencahayaan dalam interior sekolah.

h) Perancangan interior sekolah yang dapat memenuhi kriteria konsep


multikultural sesuai dengan elemen-elemen dan prinisip desain.

i) Pengaplikasian material yang diselaraskan dengan identitas sekolah.

j) Penggunaan elemen-elemen dekorasi pada aplikasinya.

k) Output-output yang dihasilkan berupa konsep, makalah, gambar kerja, dan


media presentasi.
4

1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan interior Sekolah Menengah Internasional


Mahatma Gandhi ini adalah :

a) Merancang sebuah desain sekolah internasional yang berkonsep multikultural


dalam bidang interior sesuai dengan visi dan misi sekolah.

b) Mengaplikasikan akulturasi budaya yang baik dari nilai-nilai yang


terkandung dalam sekolah ke dalam interior sekolah.

c) Mendesain dan merancang interior Sekolah Menengah Internasional yang


dapat mengakomodasi fungsi dan kebutuhannya sesuai dengan standart
internasional.

d) Menciptakan suatu rancangan interior yang dapat memberikan suasanya yang


nyaman, dan membangkitkan motivasi dan semangat proses belajar-mengajar.

e) Mampu menciptakan tempat yang melingkupi area pendidikan, sirkulasi, dan


kebutuhan ruang dengan memperhatikan nilai-nilai estetika dan kenyamanan
sesuai dengan konsep yang ada.

f) Memenuhi tuntutan aktivitas dan kebutuhan ruang yang diperlukan dengan


memperhatikan tata letak ruang dan efisiensi dari ruangan tersebut.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat yang ingin dicapai dalam perancangan interior Sekolah Menengah


Internasional Mahatma Gandhi ini, yaitu :

a) Konsep multikultural dan fasilitas-fasilitas yang dikemas dalam interior


diharapkan dapat mempresentasikan identitas sekolah Mahatma Gandhi.

b) Memberikan pedoman baru mengenai sebuah akulturasi budaya berdasarkan


nilai-nilai sekolah.
5

c) Meningkatkan produktivitas belajar dan rasa nyaman dari sisi ergonomis,


estetika, dan psikologis.

d) Penataan zoning yang baik dapat menciptakan keteraturan aktivitas dalam


interior, sehingga tercipta peningkatan produktivitas bagi para siswa maupun
pengajar.

e) Mendapatkan metode dan solusi dalam penyelesaian masalah ruangan


terhadap bangunan dan lingkungan sekolah.

1.6 Metodologi Perancangan

Metodologi perancangan yang digunakan dalam perancangan interior


laporan tugas akhir ini, meliputi :

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam perancangan ini


adalah sebagai berikut :

a) Studi Literatur

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, kajian


teori, paper, serta bacaan-bacaan yang terkait dengan judul perancangan.

b) Observasi/Pengamatan

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan penelitian, survey, dan


peninjauan langsung ke lapangan.

c) Wawancara

Metode pengumpulan data ini berdasarkan hasil dari hasil tanya-


jawab/wawancara pada subyek yang berhubungan langsung dengan
judul perancangan.
6

1.6.2 Metode Pengembangan Desain

Setelah diperoleh data-data yang dibutuhkan serta pemikiran desain,


selanjutnya akan dikembangkan suatu rancangan dari lingkup analisa ke
dalam perancangan interior meliputi :

a) Penyusunan data (Programming)

Penyusunan dan perhitungan data-data yang telah dianalisa yang


kemudian disimpulkan dan disusun sebagai dasar dari perancangan,
meliputi kebutuhan aktivitas-fasilitias, rekapitulasi, zoning, grouping,
analisa site plan, dll.

b) Konsep desain

Rancangan tema, dan gaya, dan warna yang telah dianalisa sesuai
dengan hasil penyusunan data (programming), yang akan diaplikasikan
ke dalam perancangan interior.

c) Pembuatan gambar kerja dan presentasi

Pembuatan gambar kerja, meliputi :

1. Layout furnitur keseluruhan,

2. Layout furnitur ruang khusus,

3. Floor plan,

4. Wall treatment,

5. Ceiling plan,

6. Mechanical electrical plan,

7. Tampak potongan,

8. Detail furnitur, dan

9. Detail konstruksi.
7

Pembuatan gambar presentasi meliputi :

1. Layout furniture denah khusus,

2. Tampak potongan berwarna,

3. Perspektif interior berwarna,

4. Skematik material dan warna,

5. Aksonometri atau maket.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusun laporan tugas akhir ini dan


pembahasannya secara sistematis, maka sistematika pembahasan di dalam proyek
perancangan interior Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa bab sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi dasar
perancangan, ruang lingkup, identifikasi masalah, tujuan
perancangan, manfaat perancangan, metodologi perancangan, serta
sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI


Memberikan kajian-kajian secara teori dalam proses desain melalui
tinjauan umum dan tinjauan khusus untuk dapat diterapkan secara
praktikal ke dalam desain interior.

BAB 3 : METODE PENELITIAN


Menjelaskan data-data tentang eksisting dan pembanding yang
diperoleh berdasarkan survey lapangan yang berhubungan dengan
desain interior, serta menganalisa eksisting dan beberapa hal yang
diperlukan sebagai bahan pertimbangan pada desain.
8

BAB 4 : KONSEP DESAIN


Menjelaskan proses pemecahan masalah berdasarkan latar belakang
dan aspek-aspek terkait yang menunjang proses pengembangan
konsep desain.

BAB 5 : PENUTUP
Memberikan rangkuman singkat mengenai isi dari laporan tugas
akhir serta menguraikan tentang kesimpulan yang telah didapatkan
dari hasil perancangan.

Anda mungkin juga menyukai