Anda di halaman 1dari 21

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Sedangkan menurut Azwar (1998), pengetahuan

merupakan suatu komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku atau apa yang benar bagi suatu obyek. Sekali

kepercayaan itu terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan

seseorang mengenai apa yang diharapkan dari obyek tersebut.

Sedangkan menurut B. S. Bloom dalam Sugandi (2004),

kemampuan tingkat pengetahuan merupakan keterampilan intelektual

tingkat rendah dalam ranah kognitif. Pengertiannya adalah kemampuan

mengingat (recall) akan informasi yang telah diterima dan kemampuan

untuk menghafal, misalnya mengenai fakta, konsep, rumus dan

sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dalam Notoatmodjo

(2002), diketahui bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

6
7

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

a. Awarness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap objek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Setelah terjadi proses yang tersebut di atas yang didasari dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

akan berlangsung lama (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku

tersebut tidak didasari dengan pengetahuan, maka kesadaran tidak akan

berlangsung lama.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.
8

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam kompoen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluation

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan dalam teori kognitif merupakan hasil interaksi

seseorang dengan lingkungan sosial secara timbal balik yang

menghasilkan pengalaman tertentu. Pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh tingkat kematangan perkembangan yang diproses melalui motivasi

dari dalam dirinya sesuai pengalaman yang telah dimilikinya. Pengetahuan


9

diperoleh dari usaha seseorang mencari tahu terlebih dahulu terhadap

rangsangan berupa objek dari luar melalui proses sensori dan interaksi

antara dirinya dengan lingkungan sosial sehingga memperoleh

pengetahuan baru tentang suatu objek (Depkes RI, 2000).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), dalam masyarakat dipengaruhi beberapa faktor

antara lain :

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang.

sedang ekonomi, ekonomi baik tingkat pendidikan tinggi, tingkat

pengetahuan akan tinggi juga.

b. Kultur (budaya dan agama)

Budaya dan agama sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi-informasi yang baru akan disaring kira-

kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal

baru dan mudah menyesuikan dengan hal baru tersebut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan tinggi pengalaman akan lebih luas, sedang

umur semakin tua umur seseorang akan semakin banyak.


10

e. Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap kehidupan, jika

perilaku seseorang buruk, maka akan berpengaruh buruk pula pada

kesehatannya, contoh : merokok

3. Metode pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

B. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan adalah keadaan di mana seseorang mengalami perasaan

gelisah dan gangguan aktivitas sistem saraf otonom dalam berespon

terhadap ancaman yang tidak jelas, tak spesifik (Carpenito, 1999).

Kecemasan adalah suatu perasaan kuatir yang samar-samar,

sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu

tersebut (Townsend, 1998). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan

tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek

yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart

dan Sundeen, 1998).


11

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

a. Faktor Presdiposisisi Kecemasan

Teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab

kecemasan menurut (Struat dan Sundeen, 1998) adalah :

1) Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konfikemosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian yaitu “Id dan Ego” id mewakili dorongan

insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang sedangkan ego berfungsi

untuk mengahi tuntunan dari dua elemen yang berfungsi untuk

meningkatkan ego bawah ada bahaya.

2) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak

adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

dihubungkan perkembangaan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik individu dengan

harga diri rendah biasanya sangat mundah mengalami

perkembangan kecemasan yang berat.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai suatu tujuan

yang diinginkan. Para ahli beranggapan bahwakecemasan sebagai

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menhindari kepedihan. Individu yang terbiasa dalam kehidupan


12

dirinyadihadapkan pada rasa ketakutan yang lebih sering

menunjukkan kecemasan pada kehihidupan selanjutnya.

4) Teori Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kcemasan merupakan hal

yang bisa di temui dalam keluarga dan biasanya saling tumpang

tindih antara gangguan kecemasan dengan gangguan depresi.

5) Teori Biologi

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepines.Reseptor ini mungkin memebantu mengatur

kecemasan selain itu telah di buktikan bahwa kesehatan untuk

sesesorang telah mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi

terhadap kecemasan.Kecemasan munungkin di sertai gangguan

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stresor.

b. Faktor presipitasi kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), ada 2 faktor yang

mempengaruhi kecemasan :

1. Faktor Eksternal

a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau penurunan

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi

seseorang
13

2. Faktor internal

Menurut Soewardi (1997) kemampuan individu dalam

merespon terhadap kecemasan ditentukan oleh :

a) Potensi Stressor

Stressor psikososial adalah keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak,

remaja, dewasa) sehingga orang ini harus mengadakan

adaptasi.

b) Maturitas

Individu yang mahir yaitu individu yang memiliki

kematangan kepribadian, lebih sukar mengalami gangguan

akibat kecemasan. Individu yang matur mempunyai daya

adaptasi yang besar terhadap kecemasan yang timbul.

Sebaliknya individu yang kepribadian imatur yaitu individu

yang dependen dan iritabel sangat mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan.

c) Pengetahuan dan sosial ekonomi

Status pengetahuan dan status ekonomi yang rendah pada

seseorang akan menyebabkan orang tersebut mengalami

kecemasan. Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh

terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat

pengetahuan akan semakin mudah berfikir rasional dan

menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru.


14

d) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,

operasi, abortus, dan cacat badan akan mudah mengalami

kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan

fisik yang sangat juga lebih mudah mengalami kecemasan.

e) Sosial Budaya

Cara hidup seseorang di masyarakat sangat

mempengaruhi pada timbulnya kecemasan. Seseorang yang

mempunyai cara hidup yang jelas maka pada umumnya lebih

sukar mengalami kecemasan. Orang dengan keyakinan agama

yang kuat akan lebih jauh, lebih sukar mengalami kecemasan

dibandingkan mereka yang keyakinan agamanya lemah.

f) Lingkungan/situasi.

Seseorang yang berada di daerah asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan.

g) Umur

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda lebih

mudah mengalami kecemasan dari pada umur tua.

h) Jenis kelamin

Kecemasan lebih banyak dialami wanita dari pada pria.

Menurut Hawari (2004), stressor psikososial dapat mempengaruhi

terjadinya kecemasan karena tidak semua orang mampu melakukan


15

adaptasi dan mengatasi stressor psikososial, sehingga timbullah keluhan-

keluhan salah satunya adalah cemas.

3. Gangguan cemas

Menurut Hawari (2002) secara klinis gejala cemas yang biasa,

disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit

berlangsung selama satu bulan) meliputi sebagai berikut :

a. Ketegangan motorik atau alat gerak, meliputi : gemetar, tegang, nyeri

otot, letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, kening berkerut,

muka tegang, gelisah, tidak dapat diam dan mudah kaget.

b. Hiperaktif saraf otonom (simpatis/parasimpatis), meliputi : berkeringat

berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin, telapak tangan dan

kaki basah, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa

mual, rasa aliran panas atau dingin, sering buang air kecil (BAK),

diare, rasa tidak enak di uluhati, kerongkongan tersumbat, muka merah

atau pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat.

c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang

(apprehensive expetation), meliputi : cemas, khawatir, takut, berpikir

berulang, dan membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap

dirinya dan orang lain.

d. Kewaspadaan berlebihan, meliputi : mengamati lingkungan secara

berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar

konsentrasi, sukar tidur, dan merasa ngeri.


16

Menurut Blackburn and Davidson (1990), ada beberapa gejala-

gejala psikologis adanya kecemasan, antara lain :

a. Suasana hati

Keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti :

mudah marah dan perasaan sangat tegang.

b. Pikiran

Keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar

konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman,

memandang diri sebagi sangat sensitif, dan merasa tidak berdaya.

c. Motivasi

Dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi,

ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dan lari dari

kenyataan.

d. Perilaku gelisah

Keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan

yang berlebihan, sangat sensitif, dan agitasi.

4. Respon kecemasan

Beberapa respon yang muncul antara lain :

a. Respon fisiologis

1) Kardiovaskuler : denyut nadi mengeras, jantung berdebar-

debar, nyeri dada.

2) Respiratori : pernapasan cepat, dangkal dan terengah-

engah.
17

3) Neuromuskular : reaksi terkejut, tremor gugup, kelemahan

umum, insomnia, pusing.

4) Gastrointestinal : nafsu makan turun, tidak nyaman pada perut,

mual, diare

5) Traktus urinarius : sering kencing

6) Kulit : muka merah, muka pucat

b. Respon psikologis

Respon psikologis yang muncul adalah tidak mampu

berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, perhatian

terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan

berfikir, menurunnya lapang persepsi dan kreatifitas, bingung, takut

injuri, takut pada gambar visual, takut kematian, kesadaran diri

meningkat.

c. Respon perilaku

Respon perilaku yang muncul adalah menarik diri dari

hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah, ketegangan

fisik, reaksi kaget, gelisah , gugup, bicara cepat, tremor.

d. Respon afektif

Respon afektif yang muncul adalah tidak sabar, gelisah,

tegang, ketakutan, waspada, gugup.

Menurut Kaplan dan Soddock (1998), tanda dan gejala pada orang

yang mengalami kecemasan adalah :


18

a. Tanda Fisik

Tanda fisik yang dapat muncul pada orang yang mengalami

kecemasan diantaranya gemetar, ketegangan otot, nafas pendek,

mudah lelah, sering kaget, hiperaktifitas autonomik, paraestesia dan

sulit menelan.

b. Tanda psikologis

Tanda psikologis yang dapat muncul pada orang yang mengalami

kecemasan diantaranya rasa takut, sulit konsentrasi, siaga berlebihan,

libido turun, insomnia.

5. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Struart and Sundeen (1998) dapat

ditunjukkan dengan rentang respon cemas sebagai berikut :

Rentang respon cemas

Respon adaptif Respon maladaptif

antisipasi ringan sedang berat panik

Gambar. 2.1 Rentang respon kecemasan.

a) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan ini normal karena dapat meningkatkan

motivasi dan siap bertindak. Pada kecemasan ringan kesadaran


19

meningkat sehingga individu mampu memecahkan masalah secara

efektif.

b) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang ditandai dengan menurunnya perhatian

terhadap lingkungan. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang

untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang

lain.

c) Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan, orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d) Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh

ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali orang yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran rasional.


20

C. Kontrasepsi Hormonal

1. Pengertian

Menurut Mochtar (1998), yang dimaksud dengan kontrasepsi

adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat

atau obat-obatan. Konsepsi (pembuahan, fertilisasi) adalah terjadinya

pertemuan antara sel telur (ovum) istri dengan sel mani (spermatozoa)

suami pada saluran telur.

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat

permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2002).

Jadi secara garis besar alat kontrasepsi hormonal adalah alat atau

cara untuk mencegah terjadinya konsepsi secara hormonal dengan

menggunakan alat atau obat-obatan.

2. Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal

Menurut Manuaba (1998), perkembangan ilmu dan teknologi

hormonal telah mempelajari bahwa estrogen dan progesterone

memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus

sehinggga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses

ovulasi.

Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat

pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehinggga perkembangan

dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Di samping progesterone

dapat menghambat pengeluaran hormon luteinizing (LH). Estrogen


21

mempercepat peristaltic tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus-

endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.

Adapun sifat khas pada kontrasepsi yang mengandung hormon

estrogen yang kadang menjadi keluhan pasien atau sebagai efek samping

menurut Manuaba (1998) adalah menyebabkan mudah tersinggung,

tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri,

perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatnya pengeluaran leukorea,

menimbulkan perlunakan servik.

Pada alat kontrasepsi komposisi hormon progesteron memiliki

fungsi dalam hal ini adalah terjadinya rangsangan balik ke hipotalamus

dan hipofisis, sehingga pengeluaran LH tidak terjadi dan menghambat

ovulasi. Selain itu progesteron juga mengubah endometrium, sehingga

kapasitas spermatozoa tidak berlangsung. Pada lendir servik terjadi

pengentalan, sehingga sulit di tembus spermatozoa. Sedangkan tuba

progesterone menghambat peristaltiknya sehingga menyulitkan konsepsi

dan menghindari implantasi melaui perubahan struktur endrometrium.

Untuk sifat khas dari kontrasepsi progesteron yang juga bisa

dikatakan sebagai efek samping oleh karena sering dikeluhkan oleh

akseptor adalah karena alat kontrasepsi jenis ini dapat menyebabkan

payudara tegang, akne, kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang,

kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering. (Manuaba, 1998).
22

3. Macam-macam kontrasepsi hormonal

a. Pil KB

Pil KB adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya kehamilan, mengandung hormon estrogen dan

progesteron (BKKBN, 1996/1997).

Keuntungan dari pemakaian pil KB yaitu :

1) Sangat efektif terutama jika digunakan dengan benar

3) Dapat mengurangi nyeri haid

4) Tidak mempengaruhi senggama.

Kerugian pil KB menurut BKKBN 1996/1997 yaitu :

1) Membutuhkan keteraturan dan disiplin dalam menggunakan pil

2) Mengurangi jumlah ASI

3) Pada beberapa pemakai kembalinya kesuburan akan tertunda

beberapa bulan

Menurut Hartanto (2002), pemakaian pil KB akan

menimbulkan efek samping, dapat di bagi menjadi 2 kelompok yaitu :

1) Gejala-gejala “pseudo-pregnancy

a) Disebabkan progrestin yang berlebihan

Nafsu makan yang bertambah besar, merasa lelah, depresi, juga

terjadi penambahan berat badan.

b) Disebabkan oleh estrogen berlebihan:

Muntah, pusing, payudara membesar dan terasa lebih nyeri,

oedema atau retensi cairan tubuh, berat badan yang bertambah


23

2) Gejala-gejala yang berhubungan langsung dengan siklus haid.

Umumnya pil oral mempunyai efek menguntungkan pada aspek

haid seperti : siklus menjadi lebih teratur, lamanya haid menjadi

lebih singkat, jumlah darah haid berkurang, berkurangnya

ketegangan pra-haid.

b. Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan mencegah kehamilan dengan cara

menghalangi terjadinya ovulasi, menipiskan endometrium sehingga

nidasi tidak mungkin terjadi, memekatkan lendir serviks sehingga

menghambat perjalanan sperma melalui kanalis servikalis (Syahlan,

1996).

Kontrasepsi ini merupakan suatu cara kontrasepsi dengan jalan

menyuntikkan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih

subur. Obat ini hanya berisi progesteron saja (Kapita Selekta, 1993).

Jenis-jenis suntikan KB yakni Depo Provera, Depo Gestin,

Noristerat, dan Cyclofem.

Keuntungan dari pemakain kotrasepsi suntikan KB adalah :

1) Praktis, efektif, dan aman

2) Dapat menurunkan kemungkinan anemia

3) Tidak mempengaruhi ASI (BKKBN 1996/1997)

Kerugian dari pemakaian KB suntik menurut BKKBN

1996/1997 yaitu :

1) Dapat menyebabkan tidak teraturnya siklus haid

2) Kadang-kadang dapat menyebabkan kenaikan berat badan


24

3) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian

Efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik yaitu :

1) Gangguan haid

Terdapat beberapa istilah bagi gangguan haid. Amenorrhoe

adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan selama akseptor

mengikuti suntikan KB selama 2 bulan berturut-turut.

Spotting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi

selama akseptor mengikuti KB suntik.

Metroragia adalah perdarahan yang berlebihan jumlahnya.

Kesemuanya keluhan ini dapat terjadi selama akseptor mengikuti

KB suntik.

2) Depresi

Keluhan rasa lesu, tak bersemangat dalam kerja/kehidupan.

3) Jerawat

Timbulnya jerawat di wajah/ badan, dapat disertai infeksi.

4) Keputihan

Keluarnya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang

senggama, dan terasa terganggu.

5) Perubahan libido

Menurunnya atau meningkatnya libido akseptor. Hal ini bersifat

obyektif dan sulit dinilai


25

6) Perubahan berat badan

Umumnya perubahan berat badan tidak terlalu besar. Peningkatan

hormon progesteron merangsan pusat pengendalian nafsu makan di

hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak.

8) Hematoma

Gejalanya warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat

perdarahan bawah kulit.

7) Pusing dan Sakit Kepala

Rasa berputar/sakit pada kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi,

kedua sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara.

c. Alat Kontrasepsi dibawah Kulit (AKBK/Implant/Susuk)

Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam

mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara

sempurna. Kontra indikasi pemakaian implant ialah hamil, kelainan

kardiovaskuler, sakit kuning, sakit gula, infeksi panggul, neurosis,

varises berat, ibu sedang menyusui. Pemasangan implant dilakukan

pada saat sedang menstruasi atau hari 1-2 hari setelah menstruasi

selesai (Syahlan, 1996).

Menurut BKKBN (1996/1997), jenis kontrasepsi implant ada

beberapa macam yakni :

1) Norplant-6 batang

2) Norplant-2 batang

3) Norplant-1 batang (Implanon)


26

Mekanisme kerja dari Implant adalah setiap kapsul

mengandung 36 mgr Levonorgestrel berisi progesteron yang

dikeluarkan setiap hari sebanyak 80 mcg, dengan mekanisme kerja

sebagai progesteron yang menghalangi LH sehingga tidak ovulasi,

mengentalkan lendir servik dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan

menyebabkan situasi endometrium tidak siap nidasi (Munuaba, 1998).

Keuntungan kontraspsi hormonal susuk/implant adalah :

a. Tidak menekan produksi ASI

b. Praktis dan efektif

c. Aman untuk jangka panjang

d. Tidak ada waktor lupa

Kerugian dari pemakaian kontrasepsi hormonal susuk/implant

adalah :

a. Susuk harus di pasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang

terlatih

b. Dapat mengakibatkan haid tidak teratur

c. Terjadi sppoting bercak-bercak perdarahan di luar haid (Baso,

1999)

Efek samping dari implant yang paling utama yakni perubahan

pola haid, yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama

setelah insersi (Hartanto, 2002). Sedangkan menurut Syahlan (1996),

efek samping dari implant selain perubahan pola haid juga

menyebutkan terkadang terjadi kenaikan dalam berat badan.

Anda mungkin juga menyukai