Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi
(yang tersusun oleh senyawa-senyawa) serta perubahannya, bagaimana senyaw
a-senyawa itu bereaksi/ berkomunikasi membentuk senyawa lain. Makanan, min
uman, udara, pakaian, kendaraan, tubuh kita, benda-benda langit yang jauh kita t
ersusun oleh senyawa kimia. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kimi
a, karena hampir setiap perubahan materi melibatkan proses kimia, proses penc
ernaan makanan, pembusukan sampah, penuaan kulit, perkaratan besi, pembaka
ran bensin, kebakaran hutan, pelapukan batuan, pembentukan bintang, pembua
tan plastik, pembuatan sabun dan pembuatan obat adalah contoh-contoh proses
kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang berkenaan dengan karakterisasi, komposisi da
n transformasi materi (Mortimer, 1979), Definisi yang serupa dijelaskan dalam Ca
mbridge Advanced Learner Dictionary: 1)Chemistry is (the part of science which s
tudies) the basic characteristic of substances and the different ways in which they
react or combine with other substances, 2)Chemistry is the scientific study of subs
tances, what they are made of, how they act under different conditions, and how
they from other substance.
Dalam proses pembelajaran kimia di beberapa sekolah selama ini terlihat
kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada p
elajaran kimia, sehingga suasana kelas cenderung pasif, meskipun banyak siswa y
ang belum memahami materi yang diajarkan, mereka lebih memilih untuk tidak
bertanya dan hanya diam saja. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan mer
asa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demiki
an menimbulkan kekesalan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian,
minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berd
ampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia.
Hasil penelitian yang dilakukan selama ini (Sunyono, 2005), ternyata rend
ahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan pada umumnya siswa mengalami k
esulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi kimia dan
hitungan kimia, akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep kimia dan kurangn
ya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Di samping itu, guru kurang memberika
n contoh-contoh konkrit tentang reaksi-reaksi yang ada di lingkungan sekitar dan
sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptima
lkan pembelajaran kimia di kelas dengan menerapkan pendekatan dan metode y
ang tepat.
Selain siswa SMA, beberapa Mahasiswa juga memiliki kesulitan dalam me
mahami mata pelajaran kimia terkhusus pada materi sistem periodik unsur (SPU)
Berdasarkan penelitian sejak tahun 2016, menunjukkan bahwa belum seluruh
mahasiswa mampu menguasai. Hal ini menarik bagi peneliti karena materi SPU t
elah dipelajari mahasiswa sebelumnya pada mata pelajaran kimia di SMA dan pa
da mata kuliah Kimia Umum (bagian dari mata kuliah bersama tingkat fakultas). S
eharusnya tidak sulit lagi bagi mahasiswa untuk menguasai kemampuan akhir ya
ng diharapkan dari mata kuliah DKAN karena sudah dua kali dipelajari.

Hal tersebut menarik perhatian peneliti, untuk membuat sebuah inovasi y


ang dapat memudahkan para pelajar untuk memahami sistem periodik unsur (SP
U).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana bentuk Tabel Sistem Periodik Unsur (SPU): Metode kreatif dal
am memahami sistem periodik unsur melalui media website?
BAB II

TEORI PENDUKUNG

2.1 Belajar
Menurut Winkel, pengertian belajar adalah semua aktivitas menta
l atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yan
g menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. P
engertian belajar menurut Ernest R. Hilgard adalah kegiatan atau proses y
ang dilakukan secara sengaja dan menimbulkan perubahan atas keadaan
sebelumnya. Umumnya setelah belsjsr seseorang cenderung melakukan p
erubahan diri ke arah yang lebih baik. Adapun menurut Moh. Surya (198
1) definisi belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan li
ngkungan.
Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belaja
r adalah suatu langkah-langkah yang dapat membantu guru atau pendidik
untuk mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid ata
u peserta didik. Teori yang pertama adalah teori belajar behavioristik, teo
ri ini dicetuskan oleh Gege dan Berliner ini menyatakan bahwa sebuah pe
ngalaman mampu mengubah tingkah laku (kebiasaan atau proses berpiki
r) seseorang sebagai hasil proses belajar dari pengalaman itu sendiri. Yan
g kedua adalah teori kognitif, teori ini mulai berkembang pada abad ke-20.
Secara sederhana teori ini menggambarkan bahwa belajar adalah aktivita
s internal yang terdiri dari beberapa proses, seperti pemahaman, mengin
gat, mengolah informasi, problem solving, analisis, prediksi, dan perasaan
Beberapa tokoh yang berperan mengembangkan teori ini adalah Jean Pia
get, Bruner, Ausubel. Teori selanjutnya adalah teori humanis, teori huma
nis adalah perkembangan dari teori behavioristik. Teori humanis adalah
metode pembelajaran yang fokus pada peserta didik guna mengembangk
an potensinya. Tokoh dari teori humanis ini adalah, Carl Rogers dan Abrah
an Maslow.
Teori selanjutnya adalah teori konstruktif, lewat teori ini peserta d
idik diajak untuk mendalami pengetahuan secara bebas atau juga bisa me
maknainya sesuai pengalaman. Teori terakhir adalah teori gestalt, teori in
i merupakan percabangan dari teori kognitif. Dalam teori gestalt, proses b
elajar seseorang dimulai dari mendapatkan informasi, kemudian melihat s
trukturnya secara menyeluruh. Teori ini muncul dari buah pikiran seorang
psikolog jerman, yaitu Max Wertheimer.

2.2 Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik ti
dak dapat belajar dengan bai, disebabkan karena adanya gangguan, baik
berasal dari faktor internal siswa dibatasi faktor intelegensi maupun fakto
r eksternal siswa. Faktor -faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu ber
kembang sesuai dengan kapasitasnya. Menurut Dalyono (2007) kesulitan
belajar siswa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal . faktor
internal meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan, fak
tor eksternal siswa meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekola
h. Menurut Slameto (2003), faktor yang termasuk ke dalam faktor interna
l meliputi faktor jasmaniah (faktor Kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minta, bakat, motif, kematangan, dan k
esiapan). Faktor eksternal meliputi keadaan keluarga (cara orang tua men
didik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi ke
luarga, perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah
(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa deng
an siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu pelajaran, dan keadaan G
edung), serta faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, tema
n bergaul, dan bentuk kehidupan di masyarakat). Menurut Westwood (20
04) faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa terjadi akibat dari b
eberapa pengaruh yaitu, pengejaran yang tidak sesuai, kurikulum yang tid
ak relevan, lingkungan kelas yang kurang kondusif, kondisi sosial ekonomi
yang kurang menguntungkan, hubungan yang kurang harmonis antara gu
ru dan siswa.

2.3 Ilmu Kimia


Menurut ilmu Brady (1999) mendefinisikan ilmu kimia sebagai sala
h satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang ko
mposisi materi, perubahan komposisi materi dan energi yang menyertai s
etiap perubahan komposisi materi. Ilmu kimia juga dapat didefinisikan se
bagai ilmu murni yang mempelajari bahan-bahan yang ada di alam semes
ta, interaksi di antaranya dan perubahan energi yang berhubungan karen
a adanya perubahan-perubahan alam. Pengertian ilmu kimia menurut Irfa
n Anshory (2000) adalah cabang ilmu alam yang mempelajari struktur ma
teri, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi lain, serta
energi yang menyertai perubahan materi. Pendapat dari Agung Catur Sap
utro dan Irwan Nugraha (2008) mengemukakan bahwa definisi kimia mer
upakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang m
eliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang m
enyertainya.

2.4 Masalah Pembelajaran Kimia


Di dalam mempelajari ilmu kimia tidak lepass dari persoalan-perso
alan yang berhubungan dengan perhitungan matematika. Rengganis (201
0) yang menyatakan bahwa kebanyakan siswa yang mempelajari kimia m
engalami kesulitan pada aspek matematika. Pemahaman ilmu kimia tidak
bisa lepas dari kemampuan berhitung. Seperti pendapat Bell (dalam merd
ekawati 2013) yang menyatakan bahwa tiap bagian dari kimia selalu mem
butuhkan keterampilan matematika sebagai contoh penentuan konsentra
si mol dan pH. Dalam memecahkan personal-persoalan yang memerlukan
perhitungan ini tentunya siswa akan mengalami kesulitan mulai dari mem
ahami soal, menulis apa yang diketahui seperti menulis lambang, menulis
apa yang ditanyakan, menulis rumus-rumus hingga mencapai ke penyeles
aian atau operasi matematika. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkai
t dengan ciri ilmu kimia itu sendiri. Sebagian besar ilmu kimia itu bersifat
abstrak dan ilmu kimia tidak hanya memecahkan soal-soal, bahan atau m
ateri yang dipelajari sangat banyak (Middlecam (1985) dalam Rumansyah
dan Irhasyuna, 2001).

2.5 Sistem Periodik Unsur (SPU)


Sistem periodik unsur kimia merupakan susunan unsur-unsur berdasarkan
nomor atom dan kemiripan sifat-sifatnya. Sistem periodik unsur sering disebut ju
ga dengan tabel periodik. Unsur-unsur kimia tersebut memiliki jumlah yang berb
eda-beda, antara satu dengan unsur yang lainnya. Nomor atom yang tersusun ter
sebut berisi sejumlah proton dalam konfigurasi elektron tertentu dengan kesama
an sifat yang dimiliki unsur kimia.
Pengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat mengalami perk
embangan dari yang paling sederhana hingga modern. Mulai dari Antoine Lavoisi
er hingga mengalami penyempurnaan oleh Henry Moseley, seorang kimiawan as
al Inggris yang menemukan cara menentukan nomor atom. Dalam buku “Kimia”
karya Nana Sutresna dijelaskan bahwa pada tahun 1913, Moseley telah melakuka
n eksperimen pengukuran panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X. Eksp
erimen Moseley itu telah membuat kesimpulan bahwa sifat dasar atau bukanlah
didasari oleh massa atom relatif, melainkan didasari oleh kenaikan jumlah proton
nya, yang diakibatkan dari adanya unsur-unsur yang memiliki massa atom berbe
da, tetapi memiliki jumlah proton yang sama yang disebut isotop. Ikatan jumlah
proton tersebut telah mencerminkan kenaikan nomor atom unsur. Sehingga, sifa
t-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Pengelompokan un
sur-unsur sistem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum periodik
Mendeleev yang disebut juga tabel periodik bentuk panjang.

Unsur kimia terdiri dari dua kelompok, yakni golongan (lajur vertikal), dan
periode (lajur horizontal). Unsur-unsur pada golongan A merupakan golongan ut
ama, sedangkan golongan B dinamakan logam transisi. Tabel periodik mempunya
118 unsur.

Penyusunan sistem periodik modern didasarkan pada kenaikan atom dan


kemiripan sifatnya. Sistem periodik modern sendiri terdiri atas 7 periode. Periode
terbagi menjadi 2 jenis yakni, periode panjang (4,5,6, dan 7) dan periode pendek
(1, 2, dan 3). Jumlah golongan pada sistem periodik terdiri atas 8 golongan utama
(golongan A) dan 8 golongan tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B dis
ebut dengan unsur transisi. Letak unsur golongan B berada di antara golongan IIA
dan IIIA. Dalam tabel periodik, akan ditemukan angka-angka dengan keteraturan
sifat unsur berdasarkan jari-jari atom, ke-elektronegatif, energi ionisasi, logam, d
an nonlogam, serta afinitas elektron.

Adapun fungsi dari tabel periodik unsur adalah untuk membantu mengeta
hui nomor atom, konfigurasi elektron, dan mempelajari setiap sifat-sifat unsur se
rta keteraturannya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Tingkat kesulitan dalam memahami pembelajaran ilmu kimia

Kesulitan siswa dalam belajar kimia mengakibatkan banyak siswa


mengalami kegagalan dalam mempelajari materi kimia. Kesulitan ilmu kimia ini
terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebut oleh Kean Middlecamp
(Rumansyah,2002) yaitu Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, berurutan
dan berkembang pesat, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari materi yang
sebenarnya, tidak hanya sekedar memecah soal tetapi materi yang dipelajari
sangat banyak. Karakteristik ilmu kimia mengkaji bidang yang sangat luas, tidak
hanya sekedar memecahkan soal-soal, tetapi juga mempelajari deskripsi fakta,
peristilahan khusus, serta aturan-aturan kimia yang bersifat abstrak dan
kompleks untuk dapat dihafal dan dipahami dengan baik oleh siswa (Yakina,dkk
2017).

Sejauh ini penelitian tentang kesulitan belajar siswa sudah cukup banyak
diteliti di antara nya yaitu pertama penelitian Yakina,dkk (2017) yang mana
didapatkan hasil analisis menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan
pada kategori istilah sebesar 48,99%, kategori konsep sebesar 41,32% dan yang
terakhir kategori perhitungan sebesar 70,97%.

Penelitian kedua yaitu Haris dan Idrus (2011) yang mana


didapatkanhasilnya yakni dari 12 konsep yang diujikan, siswa mengalami banyak
kesulitan pada konsep senyawa ionik kovalen dan nomor atom unsur yang
membentuk senyawa dengan persentase kesulitan sebesar 80%. Hasil penelitian
menunjukkan persentase skor rata-rataa sebesar 70,15% yang termasuk kedalam
kategori sedang (Erika Ristiyani dan Evi Sapinatul Bahriah,2016)
Ternyata kesulitan pada pembelajaran kimia tidak hanya terjadi pada
siswa sekolah menengah saja, melainkan dari mahasiswa. Sebanyak 62,4%
mahassiswa kesulitan menguasai konsep Shielding effect atau efek perisai.
Berikutnya, 44,4% mahasiswa menyatakan sulit menguasai konsep energi ionisasi
pertamaa dan kedua. Selanjutnya konsep yang paling sulit dipahami adalah
afinitas elektron, keelektronegatifan, muatan inti efektif, dan terkahir jari-jari
atom dan ion.

Hasil penelitian menunjukkan hambatan yang menyebabkan kesulitan


belajar kimia dasar mahasiswa adalah penguasaan materi dan pelaksanaan
praktikum. Persentase kesulitan diperoleh (1) penguasaan materi 53,29% (2)
proses pembelajaran 8,69%, dan (3) proses pelaksanaan praktikum 66,26%, dan
faktor lingkungan masyarakat secara statistic memiliki pengaruh cukup besar
yaitu 66,15% (Dian Puspita Anggraini,2016).

Dari beberapa data di atas, dapat diambill kesimpulan sementara bahwa


angka tingkat kesulitan mempelajari dan memahami pembelajaran kimia masih
tinggi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Dibutuhkan nya alternatif
metode pembelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa maupun
mahasiswa pada pembelajaran kimia.

3.2. Upaya Guru dalam mengurangi kesulitan pada pembelajaran ilmu kimia

Dalam proses belajar tidak selalu berjalan secara lancer bagi setiap individu,
terkadang ada yang menangkap pelajaran dengan cepat, ada juga yang lambat,
3.3. Konsep candic (can periodic)

3.4. Implementasi candic (can periodic): Metode kreatif dalam memahami


table periodik

3.5. Indikator keberhasilan

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai