Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sejarah Kebudayaan Islam

HIJRAH RASULULLAH SAW KE NEGRI HABASYAH

(GURU PEMBIMBING)
Nor Hamidah S.pd.i

DISUSUN OLEH:
Muhammad Khuzamy Aghshan
Norrahmita Hermayanti
Muhammad Zaidan Zuhdi
Muhammad Rosikh Wafa
Meldawati
Pitriani
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan segenap karunia-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan penyusunan makalah pembelajaran yang
berjudul “Hijrah Rasulullah ke Negeri Habasyah ”. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
beserta ahlul bait, para sahabatnya dan semoga kita termasuk umat
beliau yang mendapat syafaat kelak dihari kiamat, amin.
Kami ucapkan terima kasih  kepada Ibu Nor Hamidah S.pd.i selaku guru
pembimbing mata pembelajaran SKI, yang telah membimbing dan
menuntun kami, sehingga bertambah luaslah pengetahuan kami
tentang pembelajaran SKI dan tentunya kepada segenap pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini. Makalah yang kami susun ini,
berisi mengenai sebab-sebab Rasulullah hijrah ke Habasyah pertama
dan kedua, masalah dan kendala yang dihadapi Beliau serta kaumnya
serta pelajaran yang dapat diambil dari pembahasa ini . Kami berharap
semoga pembaca lebih memahami dengan mudah. Kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, intuk itu
kami sangat menerima kritik dan masukan dari para pembaca. Selamat
membaca, semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………………………………. 1


Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 1
Tujuan ……………………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN

Hijrah ke Habasyah (Ethiopia)


Sebab-Sebab Hijrah ke Habasyah yang Pertama ………………………….. 3
Peristiwa Hijrah ke Habasyah yang Pertama ……………………………….. 4
Peristiwa Hijrah ke Habasyah yang Kedua …………………………………. 6

BAB III PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sudah beberapa kali Rasulullah melakukan hijrah guna untuk
menyerukan ajaran agama Islam. Beliau melakukan dakwah karena
wahyu dari Allah SWT. Dakwah yang dilakukan beliau secara sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan. Awal mula Rasulullah menerima
wahyu, Rasulullah hanya melakukan dakwah secara sembunyi karena
belum memiliki keberanian untuk segera menyerukan agama Allah
SWT. Kasar dan kerasnya watak masyarakat Arab merupakan salah satu
contoh sebab Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi.
Setelah memperoleh beberapa wahyu, Rasulullah mulai berani
melakukan dakwah secara terang-terangan. Dari negeri ke negeri.
Rasulullah berjuang menyebarkan agama Islam, ajaran yang lurus.
Dakwah yang dilakukan Rasulullah dilakukan dengan cara yang
bermacam-macam. Namun, kami hanya akan membahas dua dari
sekian banyak dakwah yang dilakukan Rasulullah. Hijrah ke Habasyah
merupakan salah satu contoh Rasulullah melakukan dakwahnya.
Habasyah dan merupakan negara yang diperebutkan kaum Quraisy
agar dapat dikuasainya. Habasyah dan juga termasuk negeri yang
begitu subur, karenanya Rasulullah melakukan dakwah di dua negeri
tersebut Selain itu, ada beberapa hal menarikyang dapat diambil
hikmahnya dalam mempelajari hijrah Rasulullah Saw ke Habasyah
Rumusan Masalah
1.Apa yang meyebabkan Rasulullah SAW memerintahkan kepada para
sahabat untuk melakukan hijrah ke Habasyah?
2.Apa yang terjadi ketika hijrah ke Habasyah?
3.Apakah penduduk Habasyah menerima kedatangan umat muslim?
4.Contoh keteladanan apa saja yang dapat diambil dari peristiwa hijrah
ke Habasyah

Tujuan
1.Untuk mengetahui penyebab Rasulullah SAW. memerintahkan para
sahabat untuk berhijrah ke Habasyah.
2.Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika sebagian
umat muslim pada saat itu berhijrah ke Habasyah.
3.Untuk mengetahui sikap penduduk Habasyah terhadap kaum muslim.
4.Untuk mengetahui pelajaran yang dapat diambil terutama
keteladanan akhlak Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIJRAH KE HABASYAH (ETHIOPIA)
1. Sebab-Sebab Hijrah ke Habasyah yang Pertama
Orang-orang musyrikin semakin brutal dan kejam dalam menyakiti dan
menyiksa kaum muslimin. Intimidasi dan siksaan yang mereka lakukan
tak terbendung lagi. Mereka menyakiti kaum muslimin dengan pukulan,
pemboikotan pangan, siksaan di bawah terik matahari bahkan
pembakaran dengan api untuk satu tujuan yaitu agar agar orang
muslimin keluar dari agama islam. Di antara mereka ada yang tak kuasa
terhadap siksaan fisik, namun hati mereka tetap kokoh pada keimanan.
Ada pula di antara mereka yang kuat agamanya dan Allah memberikan
pemeliharaan kepada mereka.

Pada suatu hari, sang musuh Allah yaitu Abu Jahal lewat dan mendapati
Samiyah ibunda Ammar bin Yasir, suami dan puteranya tengah disiksa.
Abu Jahal menghampiri wanita malang itu lalu menikam kemaluannya
dengan menggunakan tombak hingga tewas seketika. Ketika melewati
beberapa budak yang sedang disiksa dengan sangat biadab, Abu Bakar
merasa sangat kasihan. Kemudian Ia memerdekakan beberapa di
antara mereka. Beberapa budak tersebut ialah sahabat Bilal bin
Rabbah, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zanirah, Nahdiyah beserta
puterinya dan seorang budak perempuan milik Bani Adiy yang disiksa
oleh Umar (sebelum masuk islam).
Menyaksikan semua penindasan ini, sementara Rasulullah tidak kuasa
untuk menghalaunya, beliau bersabda kepada para sahabat, “Sekiranya
kalian pergi berhijrah ke Habasyah, sesungguhnya disana terdapat
seorang raja yang tidak akan menzalimi orang yang meminta
perlindungan kepadanya. Itulah negeri yang baik. (Berhijrahlah) sampai
Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar dari apa yang kalian rasakan
saat ini.”

Maka untuk menghindari penindasan dan intimidasi karena semakin


banyaknya kaum muslimin, maka berangkatlah kaum muslimin yang
terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, yang dipimpin
oleh Usman bin Affan. Maka peristiwa ini merupakan hijrah yang
pertama dalam islam.

2. Peristiwa Hijrah ke Habasyah yang Pertama


Para sahabat Rasulullah meninggalkan Makkah pada bulan Rajab tahun
ke-5 kenabian. Mereka berangkat dengan cara sembunyi-sembunyi.
Ketika tiba di pantai, ada dua kapal dagang yang mengangkut mereka
ke negeri Habasyah. Mengetahui hal itu orang kafir Quraisy berusaha
mengejar mereka hingga tepi laut. Akan tetapi mereka terlambat
sehingga tidak mendapati apa-apa.

Maka tatkala kaum muslimin tiba di Habasyah, raja Najasyi menyambut


baik dan hangat kedatangan mereka. Menempatkan mereka ditempat
yang pantas, sehingga kaum muslimin merasakan ketenangan dan
keamanan. Mereka dapat beribadah kepada Allah dengan tenang tanpa
ada yang menyakiti.
Tiga bulan setelah dimulainya hijrah, kaum muslimin hidup dengan
berbagai perubahan yang terjadi di makkah. Lahirlah di tengah-tengah
kaum muslimin suatu keinginan kuat untuk menyebarkan dakwah di
Makkah, dimana pada saat itu Hamzah bin Abdul Mutholib (paman
Rasulullah) dan Umar bin Khattab menyataka keislamannya. Pada saat
itu Hamzah merupakan kaum muda Quraisy yang sangat disegani
sedangkan Umar orang yang sangat tegas dan ditakuti. Karenanya, saat
Hamzah dan Umar masuk islam kaum Quraisy segera menyadari bahwa
Rasulullah semakin mendapat dukungan dan perlindungan. Maka
mereka berangsur menghentikan beberapa kekerasan yang
sebelumnya biasa mereka lakukan. Mereka mulai dapat sholat langsung
di depan Ka’bahTentu semua berita baik itu sampai kepada mereka
yang sedang di tanah rantau dan mereka sangat gembira akan
perubahan kampung halaman. Karenanya tidak heran jika kerinduan
akan kampung halaman kian terasa, jiwa mereka merindukan tanah
Makkah tempat sanak saudara mereka berkumpul. Maka mereka pun
kembali ke Makkah dalam suasana dan kondisi yang baru dan lebih
memiliki keberanian. Mereka percaya dengan adanya kekuatan baru
dari Hamzah dan Umar akan membawa kemuliaan dan kekuatan kaum
muslimin. Jiwa mereka tertarik kuat untuk selalu berada di bawah
naungan Ka’bah.

Akan tetapi kaum Quraisy berusaha memberikan perlawanan baru atas


keislaman Hamzah dan Umar. Dari satu sisi mereka mengerahkan jurus
makar-makar terbaru dan dari sisi lain mereka kembali melakukan
kekerasan. Mereka menambah amunisi untuk melawan Rasulullah dan
para sahabatnya. Amunisi baru yang dimaksud adalah pemberlakuan
boikot ekonomi atas kaum muslimin, yang berisi sebagai berikut:
1.Muhammad dan kaum keluarganya serta kaum pengikutnya tidak
diperkenankan menikah dengan orang –orang Quraisy yang lain, baik
yang laki-laki maupun yang perempuan.
2.Kaum Quraisy tidak diperkenankan berjual beli barang apa saja
dengan Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya.
3.Kaum Quraisy tidak diperkenankan memjalin persahabatan atau
pergaulan dengan Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya.
4.Kaum Quraisy tidak diperkenankan mengasihi dan menyayangi
Muhmmad dan kaum keluarganya serta pengikutnya.
5.Undang-undang yang telah ditetapkan ini, sesudah ditulis dan
digantungkan di dalam Ka’bah, ditetapkan sebagai undang-undang suci
kaum Quraisy dan keluarga Muhammad serta pengikutnya.
6.Undang-undang ini berlaku selama keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muthalib belum menyerahkan Muhammad kepada kaum Quraisy untuk
dibunuh. Bilamana Muhammad sudah diserahkan kepada mereka,
undang-undang ini tidak berlaku lagi.

3. Peristiwa Hijrah ke Habasyah yang Kedua


Dengan diberlakukannya undang-undang pemboikotan tersebut,
Rasulullah memerintahkan kepada kaum Muslimin supaya hijrah ke
negeri Habasyah untuk yang kedua kalinya. Adapun mereka yang pergi
berhijrah berjumlah 101 orang yang terdiri atas 83 orang laki-laki dan
18 orang perempuan. Yang menjadi kepala rombongan sekaligus
sebagai penanggungjawab atas segala sesuatu yang berkenaan dengan
kaum muhajirin ini ialah sahabat Ja’far bin Abi Tholib.
Keadaan kaum imigran islam yang berada dalam suaka raja Najasyi
benar-benar aman. Mengetahui hal itu, orang-orang kafir Quraisy
menyuruh Abdullah bin Rabi’ah dan Amr bin Ash untuk mengejar
mereka. Keduanya menemui raja Najasyi dengan membawa banyak
hadiah dan meminta kepada raja Najasyi supaya bersedia mengusir
kaum imigran muslim. Permintaan delegasi kaum Quraisy tidak
langsung dikabulkan oleh raja Najasyi. Raja yang beragama nasrani ini
lantas memanggil Ja’far dan rombongannya ke istana.
Di tempat inilah dan di hadapan raja beserta para penasehat agamanya,
Ja’far menjelaskan maksud kedatangannya ke Habasyah. Putra Abu
Thalib ini dengan tegas mengatakan bahwa dia dan rombongannya,
bukanlah budak yang lari dari tuannya atau pembunuh yang lari dari
tebusan darah. Mereka lari dari Mekah hanya untuk menyelamatkan
diri dari penyiksaan dan tekanan yang dilakukan para pemuka Quraisy
terhadap mereka. Mereka dianggap layak mendapat perlakuan buruk
karena telah menyembah Tuhan yang Esa dan menolak sujud kepada
berhala.

Penjelasan Ja’far bin Abi Thalib berhasil mematahkan makar utusan


Quraisy. Raja Najasyi memerintahkan untuk mengembalikan semua
hadiah yang dikirim Quraisy kepadanya. Utusan Mekah-pun
meninggalkan negeri Habasyah. Untuk kaum muhajirin, raja Najasyi
memberikan izin tinggal di negerinya dengan aman dan damai sampai
kapanpun juga.

Keadaan Nabi Muhammad SAW. Selama Diboikot


Selama pemboikotan yang berlangsung kurang lebih tiga tahun,
Rasulullah dan kaum keluarganya serta kaum muslimin yang tidak ikut
ke negeri Habasyah mengalami berbagai kesulitan dan kesengsaraan
dalam hidupnya. Pada masa pemboikotan mereka hanya memakan apa
saja yang didapat dan berpakaian apa saja yang dapat dikenakan.

Inilah kesengsaraan dan kemiskinan yang diderita Rasulullah dan


kaum muslimin pada masa itu. Sungguh pun demikian, Rasulullah dan
segenap kaum muslimin tetap tenang serta teguh mengerjakan
perintah-perintah Allah.

Cerita tentang rusaknya lembar pengumuman


Dalam masalah pembuatan dan pemasangan lembar pengumuman
aksi pemboikotan ini menjadi pro kontra di kalangan kaum kafir
Quraisy. Pihak yang kontra berusaha untuk merobeknya.

Selanjutnya, Allah memperlihatkan kepada Rasul-Nya atas nasib lembar


pengumuman aksi pemboikotan yang dilakukan kaum Quraisy. Allah
mengirim rayap untuk memakannya berikut semua tulisan yang berisi
kedzaliman kecuali tulisan yang yang menyebut nama Allah.
Rasulullah memberitahukan hal tersebut kepada pamannya yaitu Abu
Tholib. Abu Tholib langsung menemui para pemuka kaum Quraisy dan
berkata, “Jika ia dusta, aku akan menyerahkan ia (Muhammad) kepada
kalian. Terserah mu apakan ia. Dan jika ia benar, kalian harus
menghentikan tindakan kalian yang jahat dan semena-mena ini.”
Mereka setuju, kemudian menurunkan lembar pengumuman
pemboikotan tersebut. Begitu dilihat ternyata memang benar apa yang
dikatakan Rasulullah. Tetapi mereka justru bertambah kufur

BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Sikap kaum musyrikin yang semena-mena dan kejam terhadap
kaum muslimin meyebabkan Rasulullah tak kuasa melihat kaumnya
ditindas kaum Quraisy. Pemboikotan dan kekejaman yang dilakukan
kaum Quraisylah faktor Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah ke
Habsyah pada tahun ke-5 Kenabiannya. Pemboikotan yang dilakukan
Rasulullah beserta kaum muslimin lain yang tidak ikut ke Habsyah
mengalami kesengsaraan dan kepedihan. Mereka hanya memakan
makanan seadanya dan berpakaian apa yang dikenakannya saja. Di
negeri Habsyah, kaum muslimin diperlakuan begitu baik dengan rajanya
yaitu Raja Najasyi. Walaupun Raja Najasyi termasuk Nasrani, namun
hatinya begitu lembut terhadap rakyatnya. Raja Najasyi tidak pernah
melakukan kekerasan maupun pilih kasih terhadapnya rakyatnya. Oleh
karena itu, kaum muslimin hidup begitu tenang dan damai untuk
melakukan ibadah di negeri Habsyah. Setelah mengalami beberapa
kesengasaraan yang dilakukan kaum Quraisy, Rasulullah masih
mengalami kepedihan yang lain yaitu dengan meninggalnya istri beliau
Khadijah dan paman beliau Abu Thalib pada tahun ke-10 setelah
Kenabiannya. Tahun inilah yang disebut tahun kesedihan. Untuk
mengurangi kesedihannya, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif
bersama anak angkatnya Zaid bin Haritsah. Selain itu beliau juga akan
berdakwah di negeri subur tersebut yang diperebutkan pihak Quraisy
untuk dikuasainya. Sesampainya di Thaif, Rasulullah dan Zaid disambut
dengan cercaan, hinaan, makian bahkan dilempari batu oleh
masyarakat Thaif. Mereka enggan menerima maksud kedatangan
Rasulullah ke Thaif.

Anda mungkin juga menyukai