Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN OBSERVASI ERGONOMI

Laporan Hasil Penilaian Potensi Bahaya Faktor Ergonomi


PT. PLN (Persero) Pusharlis UP2WIII
No. /LP/BK3-BND/IX/2022

I. Identitas Pekerja
Nama Pekerja : Arif Munandar
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bagian : Electrical
Jabatan : Jr. Teknisi
Masa Kerja : 6 tahun

II. Deskripsi Pekerjaan :

Pekerjaan yang dilakukan berupa pengerjaan wiring box panel menggunakan alat
kerja berupa obeng yang memakan waktu selama + 7 jam, pekerjaan ini tidak regular
setiap hari dilakukan. Aktivitas pengeboran juga dilakukan dalam membentuk box
panel tersebut selama + 4 jam, sehingga penyelesaian 1 panel box bisa lebih dari 1
hari pengerjaan. Pekerja juga melakukan aktivitas menggerinda selama + 1 jam.
Selain itu, terdapat tugas setting program yang dilakukan selama + 1 jam. Waktu
istirahat formal setengah jam dan sesekali istirahat berkala untuk peregangan
sejenak.
Jam kerja dimulai dari pukul 07.30 – 16.00 WIB.

III. Tanggal Pelaksanaan Observasi : 12 September 2022

IV. Identifikasi Hasil Survey Keluhan GOTRAK

Pekerja secara dominan menggunakan tangan kanan untuk bekerja di bagian


electrical sebagai Jr. Teknisi selama 6 tahun. Pekerja terkadang merasakan
kelelahan mental dan kelelahan fisik setelah bekerja.
Penilaian identifikasi hasil survei keluhan GOTRAK didasarkan atas indikator
frekuensi dan keparahan, diperoleh tingkat risiko keluhan GOTRAK sebagai berikut :

Bagian Tubuh Frekuensi Keparahan Tingkat Risiko

Kedua Betis Terkadang Tidak nyaman Rendah


(Level Hijau)

Punggung bawah Terkadang Sakit Sedang


(Level Kuning)

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1


Bandung
Jl. Golf No. 34 Telp/Fax (022) 7800995 Ujungberung Bandung
LAPORAN OBSERVASI ERGONOMI

V. Penilaian Potensi Bahaya Faktor Ergonomi

Waktu
Jika total
Potensi Bahaya 0% - 25% 25% - 50% 50%-100% jam kerja > Skor
dari total dari total dari total 8 jam,
jam kerja jam kerja jam kerja tambahkan
0.5 per jam

DAFTAR PERIKSA POTENSI BAHAYA PADA TUBUH BAGIAN ATAS

Postur janggal

Leher: memuntir atau


menekuk
- Leher yang memuntir > 20°,
√ 1
dan/atau
- Leher yang menekuk
kedepan > 20° atau
kebelakang < 5°.

Bahu:
Lengan atau siku yang tidak
√ 2
ditopang, dengan posisi
diatas tinggi perut

Pergelangan tangan:
menekuk ke depan atau ke √ 2
samping

Usaha tangan (repetitif


maupun statis)

Memencet/menjepit benda
dengan jari-jari tangan √ 2
dengan gaya lebih dari 1 kg

Tekanan langsung pada


bagian tubuh

Kulit tertekan oleh benda


√ 0
yang keras atau runcing

Getaran

Getaran lokal (tanpa


√ 0
peredam)

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2


Bandung
Jl. Golf No. 34 Telp/Fax (022) 7800995 Ujungberung Bandung
LAPORAN OBSERVASI ERGONOMI

Waktu
Jika total
Potensi Bahaya 0% - 25% 25% - 50% 50%-100% jam kerja > Skor
dari total dari total dari total 8 jam,
jam kerja jam kerja jam kerja tambahkan
0.5 per jam

DAFTAR PERIKSA POTENSI BAHAYA PADA TUBUH BAGIAN BAWAH


Postur janggal
Tubuh membungkuk ke
depan atau menekuk
kesamping: √ 0
dengan sudut antara 20°
hingga 45°
Aktivitas pergelangan kaki
(contoh; menginjak pedal),
ATAU perlu bekerja berdiri
dengan pijakan yang tidak √ 0
memadai, ATAU kaki
berusaha menyeimbangkan
tubuh/posisi
Bekerja dengan berdiri diam
dalam jangka waktu lama
atau duduk tanpa pijakan √ 0
kaki yang memadai
Skor Postur Tubuh 7

Kesimpulan :
a. Hasil survey keluhan GOTRAK pekerja pada anggota tubuh :
- Bagian kedua betis di Level Hijau (Tingkat Risiko Rendah)
- Bagian punggung bawah di Level Kuning (Tingkat Risiko Sedang)
b. Hasil penilaian potensi bahaya faktor risiko ergonomi diperoleh total skor postur
tubuh sebesar 7 yang artinya “pekerjaan tersebut berbahaya”. Potensi bahaya
pada tubuh bagian atas memberikan kontribusi nilai skor terbesar terhadap hasil
penilaian.
c. Hasil penilaian survey keluhan GOTRAK pada keluhan punggung bawah berada
di tingkat risiko sedang, hal ini merupakan gejala yang harus diperhatikan
mengingat penilaian potensi bahaya faktor risiko ergonomi dalam kategori
berbahaya, sehingga diperlukan tindakan pengendalian potensi bahaya ergonomi
untuk meminimalisir risiko bahaya selanjutnya.

Saran :
1. Menghilangkan postur canggung dengan menggunakan pengendalian rekayasa
seperti menyesuaikan ketinggian kerja, meminimalkan jarak jangkauan,
mengubah orientasi pekerjaan, mengubah tata letak stasiun kerja, menggunakan
peralatan yang dapat disesuaikan posisinya. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan pekerja untuk bekerja dengan postur nyaman. Setiap postur
kerja memerlukan perubahan periodik dan gerakan atau postur tersebut menjadi
postur statis yang tidak baik. Jika postur canggung tidak dapat dihilangkan sama
sekali, pertimbangkan untuk :
Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3
Bandung
Jl. Golf No. 34 Telp/Fax (022) 7800995 Ujungberung Bandung
LAPORAN OBSERVASI ERGONOMI

Minimalkan postur tubuh yang canggung


a. Minimalkan postur membungkuk dengan meningkatkan ketinggian kerja ata
memindahkan objek lebih dekat (misalnya menggunakan turnable;
memperbaiki tata letak ruang kerja). Minimalkan membungkuk ke samping
dengan mengurangi jarak jangkauan atau memindahkan objek ke depan
pekerja (misalnya, memperbaiki tata letak ruang kerja; mendekat ke objek).
b. Minimalkan postur canggung pada pergelangan tangan dengan memilih alat
yang diperlukan dengan pegangan yang sesuai.
c. Minimalkan postur bahu canggung dengan meminimalkan jangkauan ke
depan dengan mengurangi jarak jangkauan atau menurunkan ketinggian
pekerjaan
2. Menghilangkan atau meminimalkan tekanan langsung pada tubuh :
a. Mengubah atau memodifikasi area kerja untuk mencegah tepi tajam menekan
permukaan kulit.
b. Memperbaiki atau mengubah praktik kerja dengan menghindari bersandar
pada tepi/sudut permukaan yang tajam.
3. Hindari menggenggam peralatan dengan getaran yang kuat melalui:
a. Perbaikan desain alat yang digunakan (misal, gunakan peralatan dengan
peredam getaran)
b. Gunakan cara kerja yang baik (usaha sadar untuk tidak menggenggam terlalu
keras pada peralatan yang bergetar kuat)
c. Penggunaan alat pelindung diri (misalnya, sarung tangan peredam getaran
yang sesuai untuk mengurangi kekuatan cengkeraman)
Kurangi total waktu yang dihabiskan untuk menggenggam objek secara manual,
atau bagi total waktu menjadi blok waktu yang lebih kecil untuk melakukan tugas
tersebut.
4. Memperhatikan pengaturan kerja :
a. Pastikan bahwa pekerjaan yang berulang difasilitasi dengan kesempatan bagi
pekerja untuk istirahat atau pemulihan (misalnya, memungkinkan jeda singkat
untuk mengendurkan otot; mengubah metode kerja; mengubah postur atau
teknik).
b. Berikan variabilitas tugas sehingga pekerja tidak harus melakukan tugas
pengulangan serupa sepanjang satu shift penuh.
c. Memberikan kesempatan bagi pekerja untuk meningkatkan kemampuan
melakukan banyak tugas sehingga pekerja mampu melaksanakan rotasi
pekerjaan atau meningkatkan lingkup pekerjaan.
d. Pastikan kesesuaian tuntutan kerja dengan kecepatan kerja.

Catatan : Bandung, September 2022


1. Dilarang menggandakan laporan tanpa ijin Penanggung Jawab
Teknis.
2. Hasil penilaian hanya berlaku pada kondisi saat pengamatan.
3. Observasi potensi bahaya ergonomi di tempat kerja berdasarkan Penanggung Jawab Teknis,
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I No. 5 tahun 2018.

Waluyo, PG.Dip.Sc (OHS) M.Si


NIP 19710409 199303 1 001

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4


Bandung
Jl. Golf No. 34 Telp/Fax (022) 7800995 Ujungberung Bandung

Anda mungkin juga menyukai