ERGONOMI
Oleh Kelompok 4
Dosen Pengampu : Reny Indrayani, S.KM.,M.KKK
Anggota Kelompok 4
Lingkungan
ISO 45001:2018
Kerja
Hazard Lingkungan kerja merupakan aspek higiene di
tempat kerja yang mencakup faktor fisika, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikologi, yang
keberadaannya dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Lingkungan
Permenaker No. 5 Tahun 2018
Kerja
Faktor Ergonomi
Faktor ergonomi di lingkungan kerja dapat
berupa ketidaksesuaian antara fasilitas
kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja,
alat kerja, dan beban angkat terhadap
pekerja, yang dapat mempengaruhi
aktivitas, kinerja, dan produktivitas pekerja.
Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Potensi Bahaya Ergonomi di Lingkungan Kerja
Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
JENIS
02 HAZARD
Jenis Hazard Ergonomi
di Tempat Kerja
Sikap Kerja
02
01 03
Sedang / intermediate
(>30-60 cm dari bidang
Dekat (30 cm dari tengah vertikal/ Extended (> 60-80 cm
bidang tengah vertikal sagittal plane) dari bidang tengah
/ sagittal plane) vertikal/sagittal plane)
Berdasarkan durasi dan frekuensi
≤ 2 jam per hari > 2 jam perhari dengan > 2 jam perhari dengan
dengan frekuensi frekuensi angkat > 12 dan frekuensi angkat > 30
angkat ≤ 60 angkatan ≤ 30 angkatan perjam dan ≤ 360 angkatan
atau durasi angkat ≤ 2 per jam.
per jam atau durasi
jam perhari frekuensi
angkat ≥ 2 jam perhari angkat > 60 dan ≤ 360
dengan frekuensi ≤ 12 angkatan per jam.
angkatan per jam
01
02
01 Sikap kerja berdiri 03
Sikap kerja duduk Sikap kerja dinamis
SIKAP KERJA
01
Sikap Kerja Duduk
Pedoman Sikap Kerja Duduk
● Kondisi tempat duduk
Tempat duduk yang digunakan harus
memungkinkan adanya variasi perubahan posisi
dan dengan ukuran yang sesuai.
● Posisi Tubuh
Posisi lutut membentuk sudut 90 derajat
dengan telapak kaki yang bertumpu pada lantai
atau injakan kaki. Posisi yang menyebabkan
bahu dan leher menjadi tidak nyaman ialah
seperti tulang belakang yang terlalu
membungkuk ke depan dan bahu yang
terangkat.
1. 2. 3.
Menyediakan meja kerja Landasan kerja Memperhatikan ketinggian
yang dapat diatur memperhatikan posisi lengan landasan kerja
4. 5. 6.
Sudut pandang netral dan Ketersediaan akses kaki Posisi tangan yang netral
menyediakan pijakan kaki
Ketinggian Bangku Untuk Pekerjaan Duduk
Pria : 550 (tinggi lutut) + 25 (sepatu) + 25 (kelonggaran) 600 milimeter
Wanita: 540 (tinggi lutut) + 40 (sepatu) + 25 (kelonggaran) 645 milimeter
SIKAP KERJA
02
Sikap Kerja Berdiri
Hal yang Perlu Diperhatikan pada
Pekerjaan Berdiri
● Tidak ada tempat untuk kaki
dan lutut
● Harus memegang objek yang
berat (lebih dari 4,5 kg)
● Sering menjangkau ke atas, ke
bawah, dan ke samping
● Sering dilakukan pekerjaan
dengan menekan ke bawah
● Diperlukan mobilitas tinggi.
Pedoman Ergonomis Ketinggian Landasan Kerja
● Untuk pekerjaan yang
memerlukan ketelitian, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 cm di
atas tinggi siku berdiri.
● Pada pekerjaan manual, di mana
pekerja sering memerlukan
ruangan untuk peralatan,
material dan kontainer, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 cm di
bawah tinggi siku berdiri.
● Untuk pekerjaan yang
memerlukan penekanan kuat,
tinggi landasan kerja adalah 10-15
cm di bawah tinggi siku berdiri.
Desain Ruang Kerja untuk Posisi Berdiri
02 04
01 Penempatan 03 Penempatan alat
displai khusus kontrol khusus
Penempatan Penempatan alat
displai normal kontrol normal
SIKAP KERJA
03
Sikap Kerja Dinamis
Batasan Sikap Kerja Dinamis
Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) menurut Pamula dalam (Bintang
& Dewi, 2017) adalah metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan
bagian tubuh punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat.
Lembar analisi Owas
Ovako Working Postures Analysis
System (OWAS) (2)
Tabel Tindakan Perbaikan
Menteri Ketenagakerjaan RI. (2018). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018. Jakarta:
Kemenaker RI, 5, 1–258. https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html
Rahman, A. (2017). ANALISIS POSTUR KERJA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BETON SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN SAMATA
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2017 (Vol. 110265, p. 110493).
Schultz, K., & Galante, J. J. (2007). Ergonomic guidelines for manual material handling. In 8th Annual Applied Ergonomics
Conference Proceedings (pp. 1021–1060).
Simanjuntak, R. A., & Susetyo, J. (2022). Penerapan Ergonomi Di Lingkungan Kerja Pada UMKM. DHARMA BAKTI, 37-46.
DAFTAR PUSTAKA (2)
Sonne, M., Villalta, D. L., & Andrews, D. M. (2012). Development and evaluation of an office ergonomic risk checklist:
ROSA - Rapid office strain assessment. Applied Ergonomics, 43(1), 98–108.
https://doi.org/10.1016/j.apergo.2011.03.008
Dewantari, N. M. (2021). Analisa postur kerja menggunakan REBA untuk mencegah musculoskeletal disorder. Journal
Industrial Servicess, 7(1), 33. https://doi.org/10.36055/jiss.v7i1.12298
Bintang, A. N., & Dewi, S. K. (2017). Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS dan RULA. Jurnal Teknik Industri,
18(1), 43. https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.43-54
Thank You!
Any Question?