Anda di halaman 1dari 54

HAZARD

ERGONOMI
Oleh Kelompok 4
Dosen Pengampu : Reny Indrayani, S.KM.,M.KKK
Anggota Kelompok 4

Diken Salwa Okta Nirmala 202110101026

Irfah Azizatul Laily 202110101095

Kristin Ampudan Anggi Putri 202110101112

Putri Mahmud Hasan R. A. 202110101082

Sri Wulandari Soleha 202110101072

Zulfah Wahyu Romadhani 202110101052


Pokok Bahasan
Pengertian Metode pengukuran
01 Hazard, Lingkungan Kerja,
Hazard Ergonomi di 03 RULA, REBA, OWAS, ROSA
Lingkungan Kerja

Jenis hazard Analisis Jurnal


02 Postur Kerja (Sikap kerja
dan manual handling) dan
04 Studi kasus
Stasiun kerja (Desain
ketinggian area kerja dan
Layout tempat kerja)
01
Pengertian
Hazard, Lingkungan Kerja,
Hazard Ergonomi di
Lingkungan Kerja
Hazard Hazard atau bahaya adalah adalah situasi
yang berpotensi menyebabkan cedera atau
sakit dan berkemungkinan membahayakan
individu atau kelompok.

Lingkungan
ISO 45001:2018
Kerja
Hazard Lingkungan kerja merupakan aspek higiene di
tempat kerja yang mencakup faktor fisika, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikologi, yang
keberadaannya dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Lingkungan
Permenaker No. 5 Tahun 2018
Kerja
Faktor Ergonomi
Faktor ergonomi di lingkungan kerja dapat
berupa ketidaksesuaian antara fasilitas
kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja,
alat kerja, dan beban angkat terhadap
pekerja, yang dapat mempengaruhi
aktivitas, kinerja, dan produktivitas pekerja.

Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Potensi Bahaya Ergonomi di Lingkungan Kerja

➔ Cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak


sesuai saat melakukan pekerjaan,

➔ Desain alat kerja dan tempat kerja yang tidak sesuai


dengan antropometri tenaga kerja, serta

➔ Pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.

Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
JENIS
02 HAZARD
Jenis Hazard Ergonomi
di Tempat Kerja

Sikap Kerja

Layout Tempat Manual


Kerja Handling
Manual Handling

Kegiatan yang dilakukan


secara berulang-ulang
(repetitive) dan hanya
dilakukan dalam satu periode
dalam satu hari kerja
Zona Vertikal
02 04
01 Zona antara tinggi 03 Zona antara lantai
genggam ke bawah ke tengah betis (
Zona antara bawah bahu (tinggi bahu – Zona antara tengah setengah tinggi
bahu ke atas bahu
8 cm) baris ke tinggi antara mata kaki
(tinggi bahu + 30
genggam (knuckle dan lutut
cm)
height)
Zona Horizontal

02
01 03
Sedang / intermediate
(>30-60 cm dari bidang
Dekat (30 cm dari tengah vertikal/ Extended (> 60-80 cm
bidang tengah vertikal sagittal plane) dari bidang tengah
/ sagittal plane) vertikal/sagittal plane)
Berdasarkan durasi dan frekuensi

≤ 2 jam per hari > 2 jam perhari dengan > 2 jam perhari dengan
dengan frekuensi frekuensi angkat > 12 dan frekuensi angkat > 30
angkat ≤ 60 angkatan ≤ 30 angkatan perjam dan ≤ 360 angkatan
atau durasi angkat ≤ 2 per jam.
per jam atau durasi
jam perhari frekuensi
angkat ≥ 2 jam perhari angkat > 60 dan ≤ 360
dengan frekuensi ≤ 12 angkatan per jam.
angkatan per jam
01

≤ 2 jam per hari dengan frekuensi


angkat ≤ 60 angkatan per jam atau
durasi angkat ≥ 2 jam perhari
dengan frekuensi ≤ 12 angkatan per
jam
02

> 2 jam perhari dengan frekuensi


angkat > 12 dan ≤ 30 angkatan
perjam atau durasi angkat ≤ 2
jam perhari frekuensi angkat > 60
dan ≤ 360 angkatan per jam.
03

> 2 jam perhari dengan


frekuensi angkat > 30 dan
≤ 360 angkatan per jam.
Faktor risiko

Pekerjaan mengangkat dengan


Pekerjaan mengangkat Pekerjaan yang dilakukan lebih asimetri tinggi (Gerakan memutar)
dengan frekuensi tinggi yaitu dari 8 jam sehari (di luar shift yaitu > 30 derajat lebih dari bidang
>360 angkatan per jam normal) tengah vertikal

Pekerjaan dengan Gerakan


mengangkat cepat disertai Pekerjaan mengangkat
dnegan Gerakan memuta (baik dengan satu tangan
dari samping atau sisi lainnya)
Faktor risiko
Pekerjaan mengangkat benda yang
Mengangkat dalam Mengangkat benda yang
tidak stabil seperti cairan dengan
kondisi panas dan sulit dipegang misalnya
titik berat yang selalu bergeser atau
kelembaban tinggi kurang tersedia handel,
pengangkatan ganda dengan beban
atau titik pegang.
angkat yang terbagi rata.

Pekerjaan mengangkat Pekerjaan mengangkat


dengan posisi berdiri yang dengan posisi tubuh yang
tidak stabil atau tidak ditumpu sedang menerima getaran
dengan kedua kaki dengan atau baru saja selesai
baik menerima getaran
Stasiun Kerja
Stasiun kerja adalah area, tempat atau lokasi dimana aktivitas produksi akan
diselenggarakan untuk merubah bahan baku menjadi sebuah produk yang
memiliki nilai tambah.
Jika stasiun kerja di desain secara tidak ergonomis, akan dapat
menyebabkan :
- - Kenyerian pada pinggang atau cedera
- - Terjadinya gangguan kesehatan pada anggota tubuh bagian atas
- - Permasalahan sirkulasi darah di bagian kaki
Desain Stasiun Kerja

Stasiun kerja merupakan salah satu wilayah yang perlu


diperhatikan karena apabila stasiun kerja dapat di desain secara
benar dan tepat tentunya dapat mengefisienkan waktu dan
menghasilkan produktivitas yang tinggi. Berdasarkan
Permenaker No. 5 Tahun 2018, area atau ruang lingkup desain
status kerja meliputi :
1. 1. Desain ketinggian area kerja
2. 2. Lay out stasiun kerja
3. 3. Desain stasiun kerja dan sikap kerja duduk, berdiri
maupun dinamis
Desain Ketinggian Area Kerja

Faktor penting dalam mendesain area kerja adalah ketinggian


area/objek kerja, area jangkauan optimal, penyediaan ruang gerak
untuk kaki dan juga faktor sudut pandang yang natural dari para
pekerja. Stasiun kerja haruslah mengakomodasikan rentangan tinggi
badan dari seluruh pekerja untuk menjamin bahwa presentasi
terbesar populasi dapat bekerja secara optimal. Desain ketinggian
area kerja didasarkan pada rentang tinggi badan dan jenis pekerjaan
yang dilakukan.
Tabel Ketinggian Area Kerja Optimum Berdasarkan Tinggi Badan Dan Jenis Pekerjaan

Rentang Tinggi Badan dalam sentimeter Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4

Persyaratan “Tinggi” untuk:

- Inspeksi Visual 100 110 115 130

- Pekerjaan perlu ketelitian

Persyaratan “Sedang” untuk:


Jenis
- Inspeksi Visual 90 100 105 115
Pekerjaan
- Pekerjaan perlu ketelitian

Persyaratan “Rendah” untuk:

- Inspeksi Visual 80 90 95 105

- Pekerjaan perlu ketelitian


LayOut Stasiun Kerja
Layout stasiun kerja harus mempertimbangkan sebagian pekerja melakukan
pekerjaan yang sama sepanjang hari kerja. Maka harus dipikirkan bagaimana
menggunakan mesin-mesin, kursi, dan peralatan kerja yang ada di tempat kerja
yang dapat disesuaikan dengan individu pekerja. Seluruh aspek stasiun kerja
berperan penting dalam menciptakan suatu kenyamanan, keselamatan, kesehatan,
dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, penempatan peralatan kerja seperti
peralatan kerja perkantoran, maka perlu dilakukan pengaturan peralatan kerja
untuk mengurangi gerakan menjangkau, memuntir, dan gerakan paksa lainnya.
SIKAP KERJA

02
01 Sikap kerja berdiri 03
Sikap kerja duduk Sikap kerja dinamis
SIKAP KERJA

01
Sikap Kerja Duduk
Pedoman Sikap Kerja Duduk
● Kondisi tempat duduk
Tempat duduk yang digunakan harus
memungkinkan adanya variasi perubahan posisi
dan dengan ukuran yang sesuai.
● Posisi Tubuh
Posisi lutut membentuk sudut 90 derajat
dengan telapak kaki yang bertumpu pada lantai
atau injakan kaki. Posisi yang menyebabkan
bahu dan leher menjadi tidak nyaman ialah
seperti tulang belakang yang terlalu
membungkuk ke depan dan bahu yang
terangkat.
1. 2. 3.
Menyediakan meja kerja Landasan kerja Memperhatikan ketinggian
yang dapat diatur memperhatikan posisi lengan landasan kerja

4. 5. 6.
Sudut pandang netral dan Ketersediaan akses kaki Posisi tangan yang netral
menyediakan pijakan kaki
Ketinggian Bangku Untuk Pekerjaan Duduk
Pria : 550 (tinggi lutut) + 25 (sepatu) + 25 (kelonggaran) 600 milimeter
Wanita: 540 (tinggi lutut) + 40 (sepatu) + 25 (kelonggaran) 645 milimeter
SIKAP KERJA

02
Sikap Kerja Berdiri
Hal yang Perlu Diperhatikan pada
Pekerjaan Berdiri
● Tidak ada tempat untuk kaki
dan lutut
● Harus memegang objek yang
berat (lebih dari 4,5 kg)
● Sering menjangkau ke atas, ke
bawah, dan ke samping
● Sering dilakukan pekerjaan
dengan menekan ke bawah
● Diperlukan mobilitas tinggi.
Pedoman Ergonomis Ketinggian Landasan Kerja
● Untuk pekerjaan yang
memerlukan ketelitian, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 cm di
atas tinggi siku berdiri.
● Pada pekerjaan manual, di mana
pekerja sering memerlukan
ruangan untuk peralatan,
material dan kontainer, tinggi
landasan kerja adalah 5-10 cm di
bawah tinggi siku berdiri.
● Untuk pekerjaan yang
memerlukan penekanan kuat,
tinggi landasan kerja adalah 10-15
cm di bawah tinggi siku berdiri.
Desain Ruang Kerja untuk Posisi Berdiri

02 04
01 Penempatan 03 Penempatan alat
displai khusus kontrol khusus
Penempatan Penempatan alat
displai normal kontrol normal
SIKAP KERJA

03
Sikap Kerja Dinamis
Batasan Sikap Kerja Dinamis

1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu


saat dan pada saat lainnya dilakukan dengan
berdiri saling bergantian
2. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke
depan dan atau l5 cm di atas landasan kerja
3. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara
90-105 cm merupakan tinggi yang paling tepat
baik untuk posisi duduk dan berdiri
Gangguan yang Ditimbulkan
MSDs (Musculoskeletal Disorders)

merupakan suatu gangguan yang terletak di daerah


otot skeletal atau otot rangka, di mana hal ini hanya
terasa pada seorang pekerja. MSDs disebabkan oleh
pekerjaan yang menuntut secara fisik dan kondisi
kerja yang berat, seperti membawa beban berat, posisi
yang melelahkan, postur tubuh yang canggung, atau
gerakan berulang.
Jenis MSDs

Cidera pada tangan Cidera pada bahu, leher,


punggung
1. Tendinitis
2. Carpal Turnel 1. Buratis
Syndrome 2. Tension Neck
3. Tringer Finger Syndrome
4. Epicondylitis 3. Low Back pain
5. Hand-Arm Vibration
Syndrome
03
Metode Pengukuran
RULA, REBA, OWAS, ROSA
Rapid Upper Limb Assessment
(RULA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) menurut


Triyanto dalam (Bintang & Dewi, 2017)
merupakan metode analisis yang
dikembangkan dalam bidang ergonomi yang
menginvestasikan dan menilai posisi kerja yang
dilakukan oleh tubuh bagian atas. Pada metode
ini dilakukan pembagian tubuh yang terdiri dari
grup A dan grup B. Bagian tubuh grub A terdiri
dari lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan, sedangkan grub B terdiri
dari leher, punggung dan kaki (Bintang & Dewi,
2017).
Rapid Entire Body Assessment
(REBA)

Metode Rapid Entire Body Assessment


(REBA) merupakan instrumen penilaian
ergonomi yang digunakan untuk mengukur
bagian leher, punggung, kaki, lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan, dan juga
memperhitungkan aspek beban yang ada,
posisi pemegangan, dan gerakan yang berulang
atau tidak (Dewantari, 2021).
Rapid Entire Body Assessment
(REBA) (2)

Untuk mempermudah melakukan


pengukuran, peneliti dapat menggunakan
bantuan media foto atau video tanpa
mengganggu pekerja.
Hasil akhir dari skoring penilaian dengan
metode REBA seperti gambar disamping :
Rapid Office Strain Assessment
(ROSA)

Rapid Office Strain Assessment merupakan


alat untuk melakukan penilaian risiko ergonomi
untuk kantor dan pekerjaan yang berhubungan
dengan komputer/administrasi. ROSA
dirancang untuk melakukan penilaian risiko
yang terkait dengan kerja atau penggunaan
komputer serta untuk menetapkan tindakan
yang tepat untuk melakukan perubahan
berdasarkan laporan dari adanya
ketidaknyamanan pekerja (Sonne et al., 2012)
Rapid Office Strain Assessment
(ROSA) (2)

Penentuan nilai akhir ROSA akan diperoleh


nilai yang berada pada rentang 1-5. Apabila
hasil penilaian akhir melebihi poin tertinggi
yaitu 5, perlu dilakukan pengkajian lebih
lanjut pada tempat kerja bersangkutan.
Ovako Working Postures Analysis
System (OWAS)

Ovako Working Postures Analysis System (OWAS) menurut Pamula dalam (Bintang
& Dewi, 2017) adalah metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan
bagian tubuh punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat.
Lembar analisi Owas
Ovako Working Postures Analysis
System (OWAS) (2)
Tabel Tindakan Perbaikan

Gambar disamping adalah mengenai


kategori risiko yang diperoleh
nilainya melalui penilaian
sebelumnya.
04
Analisis Jurnal
Studi Kasus
Judul : PENERAPAN ERGONOMI DI LINGKUNGAN KERJA PADA UMKM
Penulis : Risma Adelina Simanjuntak, Joko Susetyo
Dalam artikel jurnal tersebut, penulis mewawancarai para pekerja pada 3 Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM), yaitu di Rockmantic Store, Gytris Konveksi, dan CV. Master Multi Jaya tentang penerapan
ergonomi saat bekerja. Hasil wawancara menunjukkan bahwa proses kerja di UMKM tersebut masih
banyak dikerjakan secara manual dengan peralatan yang sederhana. Melalui pengamatan yang
dilakukan penulis, penempatan barang-barang di tempat kerja masih berantakan dan tidak tertata rapi
serta terlihat tidak ergonomis dan kurang memperhatikan kesehatan dan kenyamanan pekerja saat
bekerja. Saat bekerja, banyak postur tubuh pekerja yang terlalu membungkuk, contohnya saat proses
pengguntingan yang dilakukan di lantai. Akibatnya, banyak pekerja yang merasa tidak nyaman saat
bekerja serta mengalami keluhan saat bekerja seperti sakit punggung, leher, bahu, tangan, kaki, mata,
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, A. F. D., & Soewardi, H. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYEBAB MUSCULOSKELETAL
DISORDERS DAN STRES KERJA ( Studi Kasus di PLN PLTGU Cilegon ) A . Musculoskeletal Disorders ( MSDs ) oleh
karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka akibat pembe. Universitas Islam
Indonesia, Fakultas teknologi industri, 1–13.

Menteri Ketenagakerjaan RI. (2018). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018. Jakarta:
Kemenaker RI, 5, 1–258. https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html

Rahman, A. (2017). ANALISIS POSTUR KERJA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BETON SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN SAMATA
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2017 (Vol. 110265, p. 110493).

Schultz, K., & Galante, J. J. (2007). Ergonomic guidelines for manual material handling. In 8th Annual Applied Ergonomics
Conference Proceedings (pp. 1021–1060).

Simanjuntak, R. A., & Susetyo, J. (2022). Penerapan Ergonomi Di Lingkungan Kerja Pada UMKM. DHARMA BAKTI, 37-46.
DAFTAR PUSTAKA (2)
Sonne, M., Villalta, D. L., & Andrews, D. M. (2012). Development and evaluation of an office ergonomic risk checklist:
ROSA - Rapid office strain assessment. Applied Ergonomics, 43(1), 98–108.
https://doi.org/10.1016/j.apergo.2011.03.008

Dewantari, N. M. (2021). Analisa postur kerja menggunakan REBA untuk mencegah musculoskeletal disorder. Journal
Industrial Servicess, 7(1), 33. https://doi.org/10.36055/jiss.v7i1.12298

Bintang, A. N., & Dewi, S. K. (2017). Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS dan RULA. Jurnal Teknik Industri,
18(1), 43. https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.43-54
Thank You!
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai