A. Kompetensi Inti
KI 1 Sikap Spritual
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Sikap Sosial
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Pengetahuan
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Keterampilan
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan menggunakan model
discovery peserta didik dapat mengidentifikasi informasi (pengetahuan dan urutan kejadian)
dalam teks ekplanasi lisan dan tulis serta melalui model role playing peserta didik
mengkonstruksi informasi (pengetahuan dan urutan kejadian) dalam teks eksplanasi secara lisan
dan tulis dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, selama proses pembelajaran dan
bersikap jujur, percaya diri, serta pantang menyerah.
D. Materi Pembelajaran
Teks Eksplanasi:
pengertian;
isi; dan
kejadian yang menunjukkan hubungan kausalitas.
F. Media/Alat bantu
Media cetak : teks prosedur, bahan ajar, LKPD
G. Sumber
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Buku Siswa, Bahasa Indonesia Kelas XI tahun
2016
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Buku Guru, Bahasa Indonesia Kelas XI tahun
2016
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 45’) (jika pada jam pertama)
2. Identifikasi masalah
a. Menentukan informasi dalam teks eksplanasi
b. Mengidentifikasi gagasan umum dalam teks eksplanasi
c. Mengidentifikasi fakta penting dalam teks eksplanasi
3. Pengumpulan data
Peserta didik dalam kelompok berdiskusi untuk
mengumpulkan data/informasi tentang informasi, gagasan
umum, dan fakta penting dalam teks eksplanasi.
10 menit
Penutup 1. Kegiatan pendidik bersama peserta didik
a. Membuat rangkuman/simpulan pelajaran
b. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
c. Memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran
2. Kegiatan pendidik
Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya yaitu pengolahan data/informasi tentang teks
eksplanasi yang telah ditemukan hari ini sebagai lanjutan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
2. Kegiatan pendidik
Menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya yaitu mengumpulkan
data/informasi tentang merancang pernyataan umum
dan tahapan-tahapan dalam teks prosedur dengan
organisasi yang tepat secara lisan dan tulis.
I. Penilaian
1. Penilaian sikap
a. Teknik penilaian : nontes
b. Bentuk penilaian : observasi
c. Instrumen penilaian : jurnal
2. Penilaian pengetahuan
a. Teknik penilaian : tes
b. Bentuk penilaian : uraian
c. Instrumen penilaian : butir soal (terlampir)
3. Penilaian keterampilan
a. Teknik penilaian : nontes
b. Bentuk penilaian : praktik/unjuk kerja
c. Instrumen penilaian : butir soal (terlampir)
Sikap/Perilaku
No. Hari/Tanggal Keterangan
Positif Negatif
Kesimpulan :
……………………………………………………………………………………………………………
Keterangan /
No Hari/tanggal Kejadian
Tindak Lanjut
1
….
Nilai jurnal menggunakan skala Sangat Baik (SB)= 100, Baik (B) = 75, Cukup (C) = 50, dan
Kurang (K) = 25
Pengetahuan
- Tertulis Pilihan Ganda (lihat lampiran)
- Tertulis Uraian (lihat lampiran)
- Tes Lisan / Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan
Skala Skor Kode
No Aspek yang Dinilai Jumlah Skor
25 50 75 100 Sikap Nilai
1 Intonasi
2 Pelafalan
3 Kelancaran
4 Ekspresi
5 Penampilan
6 Gestur
Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian
keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
Sangat Kurang Tidak
Baik
No Aspek yang Dinilai Baik Baik Baik
(75)
(100) (50) (25)
1 Kesesuaian respon dengan pertanyaan
2 Keserasian pemilihan kata
3 Kesesuaian penggunaan tata bahasa
4 Pelafalan
Kriteria penilaian (skor)
100 = Sangat Baik 50 = Kurang Baik
75 = Baik 25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
maksimal dikali skor ideal (100)
Instrumen Penilaian Diskusi
No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1 Penguasaan materi diskusi
2 Kemampuan menjawab pertanyaan
3 Kemampuan mengolah kata
4 Kemampuan menyelesaikan masalah
Keterangan :
100 = Sangat Baik 50 = Kurang Baik
75 = Baik 25 = Tidak Baik
J. Remedial
1. Pembelajaran dilakukan bagi peserta didik yang belum mencapai nilai batas KKM (< 75)
2. Tahapan remedial dilaksanakan secara klasikal/tutor sebaya dan diakhiri dengan tes/tugas
K. Pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang sudah mendapat nilai di atas batas KKM dengan
memberikan pendalaman sebatas KD dan pemberian materi yang lebih mendalam dari cakupan KD.
LAMPIRAN
1. Materi Pembelajaran
Memahami Informasi dalam Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dapat disamakan dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses
terjadinya fenomena. Dengan teks tersebut, pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar
belakang terjadinya fenomena secara jelas dan logis. Teks eksplanasi menggunakan banyak fakta dan
pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Namun, sebab-sebab
ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta menurut penulisnya.
Perhatikan contoh teks berikut ini!
Demonstrasi Massa
Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat.
Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita.
Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan
anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan
Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara
itu jarang terjadi.
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan
meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa
memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan
murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa
ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan
kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan
ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang
lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia
ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang
sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham
Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan
dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan
tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah
ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-
haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya
dengan cara berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal-awal reformasi di negeri
ini pada tahun 1997–1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal
itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan
golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam
beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa.
Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena
mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi
sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum
hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu
meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan
politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir
seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut. Kemiskinan
sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka
jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal
itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk
terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan
berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di
sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes
dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa
pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan
berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi
mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih)
Teks di atas terdiri atas paragraf-paragraf yang merupakan paparan tentang akibat dan sebab
maraknya demonstrasi di tengah-tengah masyarakat. Teks itu pun dapat dikelompokkan sebagai teks
eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkan para pembaca dapat memahami proses berlangsungnya
suatu peristiwa yang bersifat kausalitas dengan sejelas-jelasnya.
Dalam teks eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang fungsinya sebagai penyebab
atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa teks eksplanasi hampir
semuanya berupa fakta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf keenam dan ketujuh di
atas. Paragraf tersebut dibentuk oleh empat buah kalimat yang semuanya berupa fakta.
Gagasan umum teks tersebut adalah tentang “dampak penyebaran virus SARS terhadap
bisnis perhotelan”. Teks tersebut menjelaskan dampak penyebaran virus terhadap kondisi
perhotelan, yakni berupa merosotnya tingkat hunian hotel yang ada Batam. Teks itu pun
tergolong ke dalam jenis eksplanasi, yakni teks yang memaparkan proses terjadinya suatu
fenomena atau kejadian dengan sejelas-jelasnya. Di dalam teks tersebut juga terkandung sebuah
gagasan umum (ide pokok), yakni dampaknya penyebaran virus SARS. Gagasan umum tersebut
terdapat pada bagian awal paragraf. Oleh karena itu, cuplikan teks tersebut dapat pula
digolongkan ke dalam jenis paragraf deduktif.
Teks di atas juga bersifat eksplanatif. Gagasan umumnya tentang beban keuangan
pemerintah di tahun 1949 (yang begitu berat). Gagasan umum itu terletak pada bagian awal
paragraf. Dengan demikian, cuplikan tersebut pun dapat digolongkan ke dalam paragraf deduktif.
Selain itu, mungkin pula sebuah paragraf dalam teks eksplanasi bersifat induktif ataupun
campuran. Akan tetapi, yang dapat ditemukan, paragraf-paragraf di dalam teks eksplanasi pada
umumnya bersifat deduktif, yakni gagasan umumnya terletak pada bagian awal paragraf.
3. Rumusan Soal
Gunung Meletus
Gunung meletus merupakan fenomena alam yang terjadi akibat adanya endapan magma pada
perut bumi dan disemburkan oleh gas yang memiliki kekuatan tinggi. Letusan gunung berapi
merupakan salah satu bencana alam yang sangat dahsyat.
Walaupun begitu, gunung berapi terbentuk oleh letusan yang sangat dahsyatnya itu. Beberapa
gunung berapi di Indonesia adalah Gunung Krakatau, Gunung Merapi, Gunung Toba, Gunung
Kerinci, Gunung Tambora, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hampir semua aktivitas gunung berapi berhubungan dengan zona kegempaan yang aktif
karena berhubungan langsung dengan batas lempeng bumi. Fenomena gunung meletus diawali
dengan aktivitas pada batas lempeng bumi yang mengalami perubahan tekanan dan suhu yang
signifikan. Sehingga mampu melelehkan material batuan di sekitarnya itu, yang biasa disebut dengan
magma atau cairan pijar. Magma akan mengintrusi material yang berada di sekitarnya melalui
rekahan-rekahan yang mendekati permukaan bumi. Magma dibentuk melalui suhu yang sangat panas
di dalam perut bumi. Pada kedalaman yang relatif, suhu yang sangat tinggi mampu melelehkan
seluruh material yang ada di dalam perut bumi.
Pada saat material-material ini meleleh maka akan menghasilkan gas yang nantinya akan
bercampur dengan magma tersebut. Magma yang akan dikeluarkan oleh gunung meletus terbentuk
pada kedalaman kurang lebih 60 sampai 160 KM di bawah permukaan bumi. Kemudian magma yang
mengandung gas, berada di bawah tekanan batu-batuan padat yang terdapat di sekitar kawah. Tekanan
ini menyebabkan magma meletus dan bergerak keluar menuju permukaan bumi.
Gas dan magma ini bersamaan meledak dan membentuk lubang yang biasa disebut dengan
lubang utama. Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur melalui
lubang utama ini. Setelah semburan berhenti, kawah yang menyerupai mangkuk ini biasanya
terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara itu, lubang utama berada di dasar kawah
tersebut.
Dampak dari letusan gunung berapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak positif dan
juga dampak negatif. Dampak negatif dari letusan gunung berapi adalah berupa bahaya langsung yang
dapat dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Seperti awan panas, gas beracun,
debu vulkanik, dan jatuhan piroklastik yang keluar dari gunung berapi tersebut. Sedangkan bahaya
yang tidak langsung setelah erupsi berakhir adalah terjadi hujan lahar, rusaknya lahan pertanian dan
perkebunan, serta ancaman berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernapasan. Adapun dampak
positif yang dapat dirasakan adalah lahan yang subur, material yang keluar dari perut bumi dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat, energi panas bumi, areal wisata alam, dan sumber
daya air.
Oleh karena itu, sampai saat ini gunung berapi masih menjadi sebuah momok yang
mengerikan untuk masyarakat. Karena kedahsyatan letusan gunung berapi mampu membelah pulau
dan membentuk danau.
Soal
1. Tulislah informasi dalam teks eksplanasi tersebut!
2. Tuliskan gagasan umum paragraf ke-5 dan 6 dari teks tersebut!
3. Tuliskan 2 fakta penting dalam teks tersebut!
2. Gagasan umum paragraf ke-5 : Gas dan magma bersamaan meledak membentuk lubang
utama
Gagasan umum paragraf ke-6 : Dampak letusan gunung berapi berupa dampak positif dan
negatif
3. Fakta penting :
a. Fenomena gunung meletus diawali dengan aktivitas pada batas lempeng bumi yang
mengalami perubahan tekanan dan suhu yang signifikan.
b. Magma yang akan dikeluarkan oleh gunung meletus terbentuk pada kedalaman kurang
lebih 60 sampai 160 KM di bawah permukaan bumi.