IUT 05 Pengukuran Penampang Memanjang
IUT 05 Pengukuran Penampang Memanjang
PENDAHULUAN
2
▪ Pengukuran penampang bertujuan untuk memberikan informasi
yang lebih rinci tentang naik-turunnya permukaan bumi pada proyek
infrastruktur yang memanjang.
▪ Beberapa pekerjaan teknik sipil memiliki geometrik yang
memanjang, misalnya pekerjaan jalan atau pembuatan saluran
irigasi/drainase.
▪ Pada pekerjaan jalan, geometrik alinemen vertikal harus
direncanakan dengan akurat untuk memperoleh jalan yang
berkualitas
▪ Pada pekerjaan drainase, geometrik vertikal saluran harus
direncanakan dengan akurat untuk memperoleh saluran dengan
kapasitas dan debit yang diinginkan
3
Tujuan pengukuran penampang memanjang
4
▪ Secara praktis, pengukuran bench mark baru dapat
digunakan untuk menggambarkan profil memanjang
jalur pengukuran.
▪ Agar dapat berfungsi ganda, maka patok-patok
sementara (kayu) harus dipasang dengan interval
tertentu pada centerline.
▪ Patok tetap (beton) dipasang pada lokasi yang aman
di luar centerline proyek.
5
PERALATAN PENGUKURAN PENAMPANG
6
PROSEDUR PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG
7
1. Pemasangan bechmark
8
9
2. Pemasangan patok pada garis sumbu proyek
10
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)
1.500
1.300
0.800
1.250
1.350
0.700
1.000
1.200
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
11
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)
Seksi 1:
– Lokasi BM1 (sebaiknya) berada di luar
centerline
– Peralatan: 1 unit sipat datar, 2 unit rambu
– Tempatkan rambu di BM01 dan sta 0+00, serta
tempatkan alat di antaranya
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 2: rambu di sta
0+00 tetap, sedangkan rambu di BM01
1.350
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
12
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)
Seksi 2:
– Tempatkan alat di antara sta 0+00 dan sta 0+50
– Rambu di sta 0+00 dari sesi 1 diputar menghadap ke alat, Rambu dari
BM01 ditempatkan di sta 0+50
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 3: rambu di sta 0+50 tetap, sedangkan
rambu di sta 0+00 dipindahkan ke sta 1+00
1.350
0.700
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
13
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)
Seksi 3:
– Tempatkan alat di antara sta 0+50 dan sta 1+00
– Rambu di sta 0+50 dari seksi 2 diputar menghadap ke alat, Rambu
dari 0+00 ditempatkan di sta 1+00
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 4: rambu di sta 1+00 tetap, sedangkan
rambu di sta 0+50 dipindahkan ke BM02
1.500
1.300
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
14
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)
Seksi 4:
– Tempatkan alat di antara sta 1+00 dan BM02
– Rambu di sta 1+00 dari seksi 3 diputar menghadap ke
alat, Rambu dari 0+50 ditempatkan di BM02
– Catat BT, BA, BB
– Pengukuran “pergi” dari BM01 ke BM02 selesai
– Kehandalan pengukuran dapat ditingkatkan dengan
pengukuran “pulang” dari BM02 ke BM01. Pengukuran
pulang hanya diperlukan untuk membandingkan beda
0.800
1.250
tinggi pergi dan pulang BM01 dan BM02, sehingga
titik-titik detail dan stasiun tidak harus diukur kembali
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
15
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 2: dengan titik detail)
1.400
1.200
1.350
1.500
1.300
1.300
0.700
0.800
1.100
1.250
1.350
1.000
1.200
16
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)
Seksi 1:
– Lokasi BM1 (sebaiknya) berada di luar
centerline
– Peralatan: 1 unit sipat datar, 2 unit rambu
– Tempatkan rambu di BM01 dan sta 0+00,
serta tempatkan alat di antaranya
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 2: rambu di sta
0+00 tetap,
1.000
1.200
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
17
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)
Seksi 2:
– Tempatkan alat di antara sta 0+00 dan sta 0+50
– Rambu di sta 0+00 dari sesi 1 diputar menghadap ke alat
– Tempatkan rambu lain di T01, T02, dan terakhir di Sta 0+50
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 3: rambu di sta 0+50 tetap, sedangkan
rambu lain bergerak ke titik-titik detail
1.300
1.100
1.350
0.700
T02 1+00
T01 0+50
0+00 BM02
BM01
18
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)
Seksi 3:
▪ Tempatkan alat di antara sta 0+50 dan sta 1+00
▪ Rambu di sta 0+50 dari seksi 2 diputar menghadap ke alat
▪ Tempatkan rambu lain di T03, T04, T05, dan terakhir di Sta 1+00
▪ Catat BT, BA, BB
▪ Persiapan pengukuran seksi 4: rambu di sta 1+00 tetap, sedangkan rambu di
sta 0+50 dipindahkan ke BM02
1.400
1.500
1.200
1.350
1.300
T03 T04 T05 1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
19
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)
Seksi 4:
– Tempatkan alat di antara sta 1+00 dan BM02
– Rambu di sta 1+00 dari seksi 3 diputar menghadap ke
alat, Rambu dari 0+50 ditempatkan di BM02
– Catat BT, BA, BB
– Pengukuran “pergi” dari BM01 ke BM02 selesai
– Kehandalan pengukuran dapat ditingkatkan dengan
pengukuran “pulang” dari BM02 ke BM01. Pengukuran
pulang hanya diperlukan untuk membandingkan beda
0.800
1.250
tinggi pergi dan pulang BM01 dan BM02, sehingga
titik-titik detail dan stasiun tidak harus diukur kembali
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
20
Prosedur Hitungan
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .2 0 0
Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4 0 0 4 0 .0 2 0 0 .1 2 3
ket inggian H = T − BTMUKA
1 .0 0 0
= 201.323 − 1.000
2 0 1 .3 2 3
1 .0 0 0
STA
1 .2 0 0 4 0 .0 2 0 0 .3 2 3
0+ 00
0 .8 0 0
= 200.323
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
21
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
T = H BLK + BTBLK
1 .2
.3 0
50
STA Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4
.5 0 0 4
3 0 .0 2200 0 ..31 2233
0+ 00 ket inggian
1 .0
.2 0 0
2 0 1 .3 2 3 = 200.323 + 1.350
1 .0 0 0 1 .3 0 0
STA
T0 1
0+ 00
1 .2 0 0 1 .4 0 0 4
2 0 .0 2 0 0 .3 2
73 = 201.673
0 .8 0 0 1 .2 0 0
2 0 1 .6 7 3
1 .1 0 0
T0 2 1 .1 5 0 1 0 .0 2 0 0 .5 7 3
1 .0 5 0
0 .7 0 0
STA
0+ 50
0 .8 0 0 2 0 .0 2 0 0 .9 7 3 H = T − BTMUKA
0 .6 0 0
= 201.673 − 0.700
= 200.973
= 100.(BA − BB )
1.300
1.100
D
1.350
0.700
= 100.(0.800 − 0.600)
= 20.0
T02 1+00
T01 0+50
0+00 BM02
BM01
22
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .2
.5 0 0
STA Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4
.6 0 0 4
2 0 .0 2200 0 ..91 7233
0+ 50 ket inggian
1 .0
.4 0 0
2 0 1 .3 2 3
1 .0 0 0 1 .4 0 0
STA
T0 3 1 .2 0 0 1 .4 5 0 4
1 0 .0 200
1 .3
.0 2
73
0+ 00
0 .8 0 0 1 .3 5 0
1 .3 5 0
T0 4 1 .4 2 0 1 4 .0 2 0 2 .4 7 3 2 0 1 .1 2 3
1 .2 8 0
1 .2 0 0
T0 5 1 .3 0 0 2 0 .0 2 0 1 .2 7 3
1 .1 0 0
1 .3 0 0
STA
1 .4 5 0 3 0 .0 2 0 1 .1 7 3
1+ 00
1 .1 5 0
1.400
1.500
1.350
1.200
1.300
T03 T04 T05 1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .8
0 .2 0 0
STA Tit ik Referensi
BM0 1 .4 0 0
1 .0 4 0 .0 2200 01 .1
. 1 7233
1+ 00 ket inggian
1 .6
0 .0 0 0
.3 7
2 0 1 .9 23
.0 5
1 .2 00
STA
0.800
4 0 .0 2200 0 .3
. 7 2233
1.250
BM0 2 .2 0 0
1 .4 3
0+ 00
0 .1
1 .8 0 0
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
24
Persiapan Penggambaran
1.400
1.200
1.350
1.500
1.300
1.300
0.700
0.800
1.100
1.250
1.350
1.000
1.200
26
Titik Jarak Tinggi
STA 1 + 0 0 1 0 0 .0 0 3 .0 0 0
STA 1 + 2 5 1 2 5 .0 0 4 .0 0 0 6.000
4.000
4.000 6.000
50.00 50.00
27
2. Tahap kedua adalah translasi ketinggian
– ketinggian tidak selalu berada di sekitar garis pantai yang
memiliki ketinggian nol.
– Pada dataran tinggi, penggambaran tinggi dengan nilai aktual
mengakibatkan pemborosan bidang gambar atau kertas. Contoh:
titik dengan ketinggian aktual 25 m dpl akan digambarkan dengan
garis ketinggian sepanjang 25 cm pada skala 1:100. Dengan
menerapkan bidang persamaan dengan ketinggian 20 m, maka
ketinggian 25 meter akan ditranslasi ke ketinggian 25 m, sehingga
ketinggian akan tergambar dengan panjang 5 cm pada skala
1:100.
28
8.000
6.000
8.000
6.000
Bidang persamaan
+ 4.000 m
50.00 50.00
29
3. Tahap tata letak gambar penampang
Gambar penampang memanjang dapat dikombinasikan dengan
atau tanpa peta situasi.
Pengukuran penampang dengan sipat datar umumnya hanya
menghasilkan gambar penampang saja, tanpa peta situasi.
Pada pengukuran penampang dengan ETS, maka peta situasi
dan gambar penampang dapat diturunkan dari data
pengukuran yang sama.
30
▪ Lembar gambar dibagi menjadi
dua bagian: bagian atas untuk
peta situasi, bagian bawah untuk
gambar penampang
▪ Centerline pada peta situasi
harus dibuat mendatar, sehingga
peta harus dirotasi yang
mengakibatkan arah utara peta
tidak selalu mengarah ke atas
▪ Titik-titik pada centerline pada
gambar peta situasi
diproyeksikan ke gambar
penampang
www.geocompmyanmar.com
31
4. Pembuatan anotasi
– anotasi dicantumkan pada bagian bawah gambar
penampang.
– Anotasi ditempatkan pada garis-garis mendatar
• Garis 1: anotasi bidang persamaan
• Garis 2: anotasi nama titik
• Garis 3: anotasi jarak dari titik awal
• Garis 4: anotasi tinggi stasiun dan titik detail
32
Titik Jarak Tinggi
STA 0 + 0 0 0 .0 0 2 0 0 .1 2 3
T0 1 1 0 .0 0 2 0 0 .3 7 3
T0 2 4 0 .0 0 2 0 0 .5 7 3
STA 0 + 5 0 5 0 .0 0 2 0 0 .9 7 3
T0 3 6 0 .0 0 2 0 1 .0 7 3
T0 4 8 4 .0 0 2 0 1 .1 2 3
T0 5 9 0 .0 0 2 0 1 .2 7 3
STA 1 + 0 0 1 0 0 .0 0 2 0 0 .7 2 3
Bidang Persamaan
+200 m
Nama Titik STA 0+00 T01 T02 STA 0+50 T03 T04 T05 STA 1+00
33
PENUTUP
34
REFERENSI
35
SELESAI
36