Anda di halaman 1dari 37

05

PENDAHULUAN

▪ Pembangunan dan pengukuran Bench Mark baru di


sekitar lokasi proyek bertujuan untuk memudahkan
kegiatan-kegiatan pengukuran di lokasi tersebut.
▪ Aplikasi sipat datar lain yang diperlukan dalam
pekerjaan sipil adalah pengukuran profile atau
penampang atau potongan permukaan tanah, baik
potongan memanjang (long section) maupun
potongan melintang (cross section).
1
Pengukuran penampang terdiri atas:
1. Penampang memanjang
Penampang vertikal sepanjang garis sumbu atau centerline atau
as suatu proyek
2. Penampang melintang
Penampang vertikal pada garis yang tegak lurus dengan garis
sumbu proyek.
Penampang mellintang memberikan informasi ketinggian di
sisi kiri dan sisi kanan garis sumbu proyek

2
▪ Pengukuran penampang bertujuan untuk memberikan informasi
yang lebih rinci tentang naik-turunnya permukaan bumi pada proyek
infrastruktur yang memanjang.
▪ Beberapa pekerjaan teknik sipil memiliki geometrik yang
memanjang, misalnya pekerjaan jalan atau pembuatan saluran
irigasi/drainase.
▪ Pada pekerjaan jalan, geometrik alinemen vertikal harus
direncanakan dengan akurat untuk memperoleh jalan yang
berkualitas
▪ Pada pekerjaan drainase, geometrik vertikal saluran harus
direncanakan dengan akurat untuk memperoleh saluran dengan
kapasitas dan debit yang diinginkan

3
Tujuan pengukuran penampang memanjang

▪ Tujuan pengukuran penampang memanjang adalah untuk


menentukan ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis tengah atau
centerline proyek, sehingga dapat digambarkan irisan tegak dan
keadaan lapangan sepanjang garis rencana.
▪ Pengukuran penampang memanjang meliputi pengukuran patok-
patok stasiun (STA) dengan interval tertentu dan titik-titik detail.
▪ Titik-titik detail adalah titik atau obyek di permukaan tanh – selain
STA - yang harus digambarkan pada peta, misalnya gundukan dan
cekungan tanah yang menonjol, jalan atau saluran atau obyek
eksisting yang harus diinformasikan kepada engineer yang akan
melaksanakan pekerjaan fisik di lokasi tersebut.

4
▪ Secara praktis, pengukuran bench mark baru dapat
digunakan untuk menggambarkan profil memanjang
jalur pengukuran.
▪ Agar dapat berfungsi ganda, maka patok-patok
sementara (kayu) harus dipasang dengan interval
tertentu pada centerline.
▪ Patok tetap (beton) dipasang pada lokasi yang aman
di luar centerline proyek.
5
PERALATAN PENGUKURAN PENAMPANG

▪ Alat yang umum digunakan


dalam pengukuran profil
adalah sipat datar, karena
dapat memberikan hasil yang
sangat akurat.
▪ Seiring dengan kebutuhan
akan kecepatan pengukuran
dan data yang masif,
pengukuran profil saat ini
mulai mengaplikasikan
Electronic Total Station, atau
GNSS

6
PROSEDUR PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG

1. Pemasangan bench mark atau patok tetap.


2. Pemasangan patok sementara pada garis sumbu
proyek
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara (STA atau
Station) dan titik-titik detail
4. Lakukan pengukuran pulang pergi atau pengikatan
ke titik kontrol terdekat.

7
1. Pemasangan bechmark

▪ Pemasangan bench mark berfungsi sebagai


monumentasi hasil pengukuran ketinggian
▪ Bench mark dapat digunakan sebagai referensi
ketinggian pada saat pengukuran, perencanaan,
konstruksi, dan pasca konstruksi.
▪ Bench Mark dipasang pada lokasi yang aman dengan
interval ±1 km.

8
9
2. Pemasangan patok pada garis sumbu proyek

▪ Patok-patok dipasang dengan interval yang teratur,


misalnya tiap 50 m atau 100 m.
▪ Jarak antara patok adalah jarak lurus
▪ Penomoran patok dapat menggunakan
– Metode angka, misalnya: 1, 2, 3, dst atau
– metode stationing, misalnya: 0+00, 0+050, 1+000, dst atau
0+000, 0+100, 0+200, dst

10
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)

1.500

1.300

0.800

1.250
1.350

0.700
1.000
1.200

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

11
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)

Seksi 1:
– Lokasi BM1 (sebaiknya) berada di luar
centerline
– Peralatan: 1 unit sipat datar, 2 unit rambu
– Tempatkan rambu di BM01 dan sta 0+00, serta
tempatkan alat di antaranya
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 2: rambu di sta
0+00 tetap, sedangkan rambu di BM01
1.350

dipindahkan ke sta 0+50


1.000
1.200

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

12
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)

Seksi 2:
– Tempatkan alat di antara sta 0+00 dan sta 0+50
– Rambu di sta 0+00 dari sesi 1 diputar menghadap ke alat, Rambu dari
BM01 ditempatkan di sta 0+50
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 3: rambu di sta 0+50 tetap, sedangkan
rambu di sta 0+00 dipindahkan ke sta 1+00
1.350

0.700
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

13
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)

Seksi 3:
– Tempatkan alat di antara sta 0+50 dan sta 1+00
– Rambu di sta 0+50 dari seksi 2 diputar menghadap ke alat, Rambu
dari 0+00 ditempatkan di sta 1+00
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 4: rambu di sta 1+00 tetap, sedangkan
rambu di sta 0+50 dipindahkan ke BM02

1.500

1.300
1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

14
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: tanpa titik detail)

Seksi 4:
– Tempatkan alat di antara sta 1+00 dan BM02
– Rambu di sta 1+00 dari seksi 3 diputar menghadap ke
alat, Rambu dari 0+50 ditempatkan di BM02
– Catat BT, BA, BB
– Pengukuran “pergi” dari BM01 ke BM02 selesai
– Kehandalan pengukuran dapat ditingkatkan dengan
pengukuran “pulang” dari BM02 ke BM01. Pengukuran
pulang hanya diperlukan untuk membandingkan beda

0.800

1.250
tinggi pergi dan pulang BM01 dan BM02, sehingga
titik-titik detail dan stasiun tidak harus diukur kembali

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

15
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 2: dengan titik detail)

1.400

1.200
1.350
1.500

1.300
1.300

0.700

0.800
1.100

1.250
1.350
1.000
1.200

T03 T04 T05 1+00


T02 0+50
T01 BM02
0+00
BM01

16
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)

Seksi 1:
– Lokasi BM1 (sebaiknya) berada di luar
centerline
– Peralatan: 1 unit sipat datar, 2 unit rambu
– Tempatkan rambu di BM01 dan sta 0+00,
serta tempatkan alat di antaranya
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 2: rambu di sta
0+00 tetap,
1.000
1.200

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

17
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)

Seksi 2:
– Tempatkan alat di antara sta 0+00 dan sta 0+50
– Rambu di sta 0+00 dari sesi 1 diputar menghadap ke alat
– Tempatkan rambu lain di T01, T02, dan terakhir di Sta 0+50
– Catat BT, BA, BB
– Persiapan pengukuran seksi 3: rambu di sta 0+50 tetap, sedangkan
rambu lain bergerak ke titik-titik detail
1.300

1.100
1.350

0.700
T02 1+00
T01 0+50
0+00 BM02
BM01

18
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)
Seksi 3:
▪ Tempatkan alat di antara sta 0+50 dan sta 1+00
▪ Rambu di sta 0+50 dari seksi 2 diputar menghadap ke alat
▪ Tempatkan rambu lain di T03, T04, T05, dan terakhir di Sta 1+00
▪ Catat BT, BA, BB
▪ Persiapan pengukuran seksi 4: rambu di sta 1+00 tetap, sedangkan rambu di
sta 0+50 dipindahkan ke BM02

1.400
1.500

1.200
1.350

1.300
T03 T04 T05 1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

19
3. Pengukuran beda tinggi patok sementara dan titik-titik detail
(skema 1: dengan titik detail)

Seksi 4:
– Tempatkan alat di antara sta 1+00 dan BM02
– Rambu di sta 1+00 dari seksi 3 diputar menghadap ke
alat, Rambu dari 0+50 ditempatkan di BM02
– Catat BT, BA, BB
– Pengukuran “pergi” dari BM01 ke BM02 selesai
– Kehandalan pengukuran dapat ditingkatkan dengan
pengukuran “pulang” dari BM02 ke BM01. Pengukuran
pulang hanya diperlukan untuk membandingkan beda

0.800

1.250
tinggi pergi dan pulang BM01 dan BM02, sehingga
titik-titik detail dan stasiun tidak harus diukur kembali

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

20
Prosedur Hitungan
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .2 0 0
Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4 0 0 4 0 .0 2 0 0 .1 2 3
ket inggian H = T − BTMUKA
1 .0 0 0
= 201.323 − 1.000
2 0 1 .3 2 3
1 .0 0 0
STA
1 .2 0 0 4 0 .0 2 0 0 .3 2 3
0+ 00
0 .8 0 0
= 200.323

T = H BLK + BTBLK = 200.123 + 1.200 = 201.323


D = 100.(BA − BB ) = 100.(1.200 − 0.800) = 40.0
1.000
1.200

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

21
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)

T = H BLK + BTBLK
1 .2
.3 0
50
STA Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4
.5 0 0 4
3 0 .0 2200 0 ..31 2233
0+ 00 ket inggian
1 .0
.2 0 0
2 0 1 .3 2 3 = 200.323 + 1.350
1 .0 0 0 1 .3 0 0
STA
T0 1
0+ 00
1 .2 0 0 1 .4 0 0 4
2 0 .0 2 0 0 .3 2
73 = 201.673
0 .8 0 0 1 .2 0 0
2 0 1 .6 7 3
1 .1 0 0
T0 2 1 .1 5 0 1 0 .0 2 0 0 .5 7 3
1 .0 5 0
0 .7 0 0
STA
0+ 50
0 .8 0 0 2 0 .0 2 0 0 .9 7 3 H = T − BTMUKA
0 .6 0 0
= 201.673 − 0.700
= 200.973
= 100.(BA − BB )
1.300

1.100
D
1.350

0.700
= 100.(0.800 − 0.600)
= 20.0

T02 1+00
T01 0+50
0+00 BM02
BM01
22
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .2
.5 0 0
STA Tit ik Referensi
BM0 1 1 .4
.6 0 0 4
2 0 .0 2200 0 ..91 7233
0+ 50 ket inggian
1 .0
.4 0 0
2 0 1 .3 2 3
1 .0 0 0 1 .4 0 0
STA
T0 3 1 .2 0 0 1 .4 5 0 4
1 0 .0 200
1 .3
.0 2
73
0+ 00
0 .8 0 0 1 .3 5 0
1 .3 5 0
T0 4 1 .4 2 0 1 4 .0 2 0 2 .4 7 3 2 0 1 .1 2 3
1 .2 8 0
1 .2 0 0
T0 5 1 .3 0 0 2 0 .0 2 0 1 .2 7 3
1 .1 0 0
1 .3 0 0
STA
1 .4 5 0 3 0 .0 2 0 1 .1 7 3
1+ 00
1 .1 5 0

1.400
1.500

1.350

1.200

1.300
T03 T04 T05 1+00
0+50
0+00 BM02
BM01
Pembacaan Rambu Jarak
Belakang Muka Detail dari alat Tinggi
Tinggi
Titik BT BT BT ke garis bidik Keterangan
(H)
BA BA BA rambu (T)
BB BB BB (D)
1 .8
0 .2 0 0
STA Tit ik Referensi
BM0 1 .4 0 0
1 .0 4 0 .0 2200 01 .1
. 1 7233
1+ 00 ket inggian
1 .6
0 .0 0 0
.3 7
2 0 1 .9 23
.0 5
1 .2 00
STA

0.800
4 0 .0 2200 0 .3
. 7 2233

1.250
BM0 2 .2 0 0
1 .4 3
0+ 00
0 .1
1 .8 0 0

1+00
0+50
0+00 BM02
BM01

24
Persiapan Penggambaran

Persiapan penggambaran Titik Jarak Tinggi

dilakukan dengan STA 0 + 0 0


T0 1
0 .0 0
3 0 .0 0 -2 0 .0 0 = 1 0 .0 0
2 0 0 .1 2 3
2 0 0 .3 7 3
mengkompilasi jarak tiap T0 2 3 0 .0 0 + 1 0 .0 0 = 4 0 .0 0 2 0 0 .5 7 3
STA 0 + 5 0 3 0 .0 0 + 2 0 .0 0 = 5 0 .0 0 2 0 0 .9 7 3
titik dari stasiun awal dan T0 3 5 0 .0 0 + (2 0 .0 0 -1 0 .0 0 )= 6 0 .0 0 2 0 1 .0 7 3
ketinggian terhadap T0 4
T0 5
5 0 .0 0 + 2 0 .0 0 + 1 4 .0 0 = 8 4 .0 0
5 0 .0 0 + 2 0 .0 0 + 2 0 .0 0 = 9 0 .0 0
2 0 1 .1 2 3
2 0 1 .2 7 3
referensi STA 1 + 0 0 5 0 .0 0 + 2 0 .0 0 + 3 0 .0 0 = 1 0 0 .0 0 2 0 0 .7 2 3

1.400

1.200
1.350
1.500

1.300
1.300

0.700

0.800
1.100

1.250
1.350
1.000
1.200

T03 T04 T05 1+00


T02 0+50
T01 BM02
0+00
BM01 25
Prosedur Penggambaran

1. Tahap pertama dalam penggambaran adalah


penentuan skala untuk jarak dan tinggi
– Jarak antar titik atau stasiun jauh lebih panjang daripada
beda tingginya, sehingga diperlukan penyekalaan yang
berbeda.
– Skala jarak ditetapkan lebih kecil daripada skala tinggi.
Contoh: skala jarak 1:1000, sedangkan skala tinggi 1:100

26
Titik Jarak Tinggi
STA 1 + 0 0 1 0 0 .0 0 3 .0 0 0
STA 1 + 2 5 1 2 5 .0 0 4 .0 0 0 6.000

4.000
4.000 6.000

50.00 50.00

STA 1+00 STA 1+50 STA 1+00 STA 1+50


Skala Tinggi = Skala Jarak Skala Tinggi = 10 x Skala Jarak

27
2. Tahap kedua adalah translasi ketinggian
– ketinggian tidak selalu berada di sekitar garis pantai yang
memiliki ketinggian nol.
– Pada dataran tinggi, penggambaran tinggi dengan nilai aktual
mengakibatkan pemborosan bidang gambar atau kertas. Contoh:
titik dengan ketinggian aktual 25 m dpl akan digambarkan dengan
garis ketinggian sepanjang 25 cm pada skala 1:100. Dengan
menerapkan bidang persamaan dengan ketinggian 20 m, maka
ketinggian 25 meter akan ditranslasi ke ketinggian 25 m, sehingga
ketinggian akan tergambar dengan panjang 5 cm pada skala
1:100.

28
8.000

6.000

8.000

6.000

Bidang persamaan
+ 4.000 m

50.00 50.00

STA 1+00 STA 1+50 STA 1+00 STA 1+50


Tanpa Bidang Persamaan Dengan bidang persamaan

29
3. Tahap tata letak gambar penampang
Gambar penampang memanjang dapat dikombinasikan dengan
atau tanpa peta situasi.
Pengukuran penampang dengan sipat datar umumnya hanya
menghasilkan gambar penampang saja, tanpa peta situasi.
Pada pengukuran penampang dengan ETS, maka peta situasi
dan gambar penampang dapat diturunkan dari data
pengukuran yang sama.

30
▪ Lembar gambar dibagi menjadi
dua bagian: bagian atas untuk
peta situasi, bagian bawah untuk
gambar penampang
▪ Centerline pada peta situasi
harus dibuat mendatar, sehingga
peta harus dirotasi yang
mengakibatkan arah utara peta
tidak selalu mengarah ke atas
▪ Titik-titik pada centerline pada
gambar peta situasi
diproyeksikan ke gambar
penampang
www.geocompmyanmar.com

31
4. Pembuatan anotasi
– anotasi dicantumkan pada bagian bawah gambar
penampang.
– Anotasi ditempatkan pada garis-garis mendatar
• Garis 1: anotasi bidang persamaan
• Garis 2: anotasi nama titik
• Garis 3: anotasi jarak dari titik awal
• Garis 4: anotasi tinggi stasiun dan titik detail

32
Titik Jarak Tinggi
STA 0 + 0 0 0 .0 0 2 0 0 .1 2 3
T0 1 1 0 .0 0 2 0 0 .3 7 3
T0 2 4 0 .0 0 2 0 0 .5 7 3
STA 0 + 5 0 5 0 .0 0 2 0 0 .9 7 3
T0 3 6 0 .0 0 2 0 1 .0 7 3
T0 4 8 4 .0 0 2 0 1 .1 2 3
T0 5 9 0 .0 0 2 0 1 .2 7 3
STA 1 + 0 0 1 0 0 .0 0 2 0 0 .7 2 3

Bidang Persamaan
+200 m
Nama Titik STA 0+00 T01 T02 STA 0+50 T03 T04 T05 STA 1+00

Jarak 0.0 10.0 40.0 50.0 60.0 84.0 90.0 100.0

Tinggi 200.123 200.373 200.573201.973 201.073 201.123 201.273 200.723

33
PENUTUP

▪ Pengukuran penampang memanjang jalan dapat


dilaksanakan bersamaan dengan pengukuran kerangka
kontrol vertikal
▪ Pengukuran penampang memanjang dilakukan pada setiap
perubahan muka tanah di sepanjang trase jalan
▪ Pada pengukuran dengan sipat datar, data yang diukur
adalah benang tengah, benang atas, dan benang bawah
sebagai kontrol bacaan
▪ Pengukuran dengan sipat datar harus dilengkapi dengan
sketsa pengukuran.

34
REFERENSI

Buku Engineering Survey


W. Schofield,W dan M. Breach,
Bab 3: sub bab 3.11, 3.15, 3.16
Bab 11: sub bab 11.3

35
SELESAI

36

Anda mungkin juga menyukai