a) Senyawa Ion
b) Senyawa Ion Biner
Senyawa ion biner terdiri dari atom-atom dari dua jenis unsur yang berbedaya
itu unsur logam dan unsur non logam. Penamaan senyawa ion biner menurut
sistem stock yaitu sebagai berikut:
Contoh:
Contoh: FeCl2
(1 x B .O Fe)+(2 x B .O Cl)=0
B .O Fe+2(−1)=0
B .O Fe=−2
Tabel 1
Asetat Karbonat
CH3COO– CO32-
Kromat
CN –
Sianida CrO4 2-
Dikromat
ClO –
Hipoklorit Cr2O7 2-
Peroksida
ClO2 –
Klorit O2 2-
Hidrogenfos
ClO3 –
Klorat HPO4 2-
fat
S2O32- Tiosulfat
HCO3– Bikarbonat
HSO4– Bisulfat
MnO4– Permanganat
Jika suatu senyawa ion terdiri atas unsur logam yang memiliki lebih dari
satu bilangan oksidasi dan ion poliatom, penamaan senyawa ion tersebut menurut
sistem stock yaitu :
Contoh: Cr(ClO4)3
Senyawa ini terdiri atas 1 ion logam Cr3+dan 3 ion poliatom ClO4– .
Langkah pertama untuk memberi nama senyawa tersebut adalah menentukan
bilangan oksidasi dari logam Cr. Bilangan oksidasi logam Cr dapat ditentukan
dengan menguraikan senyawa Cr(ClO4)3 menjadi ion-ionnya.
Ion ClO4– memiliki muatan -1. Jumlah ion ClO4– ada tiga sehingga total
muatannya adalah 3-. Untuk menetralkan muatan 3-, logam Cr harus memiliki
muatan 3+. Jadi dapat disimpulkan logam Cr memiliki bilangan oksidasi +3.
Dalam memberi nama suatu senyawa kovalen, unsur non logam pertama
diberi nama dalam bahasa Indonesia. Unsur non logam kedua ditunjukkan dengan
menambah akhiran –ida pada nama asal dari unsur non logam tersebut. Pemberian
nama senyawa kovalen menurut sistem stock secara lengkapnya yaitu:
Contoh: P4O10
Langkah- langkah pemberian nama senyawa kovalen di atas menurut system stock
yaitu:
Jumlah atom unsur P dalam senyawa P4O10 adalah 4. Oleh karena itu diberi
awalan tetra-
P = fosfor
Jumlah atom unsur O dalam senyawa P4O10 adalah 10. Oleh karena itu
diberi awalan deka-
O = oksigen
Oksigen ditambah akhiran–ida menjadi oksida