Anda di halaman 1dari 2

Cacar Monyet di Indonesia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu (23/7/2022) memutuskan penyebaran global cacar
monyet (monkeypox) sebagai “Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian
Internasional” atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Status tersebut hanya
satu tingkat di bawah status pandemi yang ditetapkan untuk Covid-19.

Cacar monyet diprediksi tak akan menjadi pandemi berat seperti Covid-19 karena penularannya
spesifik dan membutuhkan kontak erat. Namun, WHO mengingatkan kita untuk serius memitigasi
dan menanggulanginya.

Kasus pertama cacar monyet akhirnya dilaporkan di Indonesia. Dengan 270 juta penduduk dan akses
masuk yang banyak, temuan memang tinggal menghitung hari.

Pasien terkonfirmasi cacar monyet itu laki-laki berusia 27 tahun dan baru pulang dari bepergian ke
luar negeri. Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, pasien dalam kondisi
baik sehingga cukup melakukan isolasi mandiri. Tidak perlu rawat inap (Kompas, 21/8/2022).

Dengan demikian, sudah 94 negara melaporkan kasus cacar monyet. Hingga pekan lalu, total kasus
terkonfirmasi mencapai 41.358 kasus, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Sebagian besar kasus berasal dari Benua Eropa, diikuti Amerika Serikat (AS).

Cacar monyet atau monkeypox bukan penyakit baru. Ditemukan pertama kali pada monyet tahun
1958, baru tahun 1970 dilaporkan kasus pertama pada manusia, di kawasan Afrika barat dan tengah.
Namun, baru tahun 2022 terjadi penularan antarmanusia yang cepat di banyak negara. Dalam satu
minggu, peningkatannya mencapai 20 persen. Tidak mengherankan jika pada 23 Juli 2022 Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet sebagai masalah darurat kesehatan global.

Sebenarnya cacar monyet diprediksi tidak akan menjadi pandemi berat seperti Covid-19 karena
penularannya yang spesifik dan membutuhkan kontak erat. Namun, WHO mengingatkan kita untuk
serius memitigasi dan menanggulanginya, daripada kemudian merebak dalam skala tak terduga.

Kita pun sebaiknya bersiap, setidaknya dengan meningkatkan kewaspadaan para petugas bandara
ataupun pelabuhan, yang menjadi gerbang masuk Indonesia. Orang dengan ruam di kulit muka dan
tangan harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Temuan sebaiknya diikuti dengan
penelusuran untuk menghentikan rantai penularan.

Masyarakat juga perlu diedukasi sebaik-baiknya, terutama untuk tidak bersentuhan, menggunakan
barang bersama, apalagi berhubungan seksual dengan yang tertular. Cacar monyet sejauh ini banyak
ditemukan pada kelompok homoseksual, tetapi ada juga tenaga kesehatan dan anak-anak yang
tertular karena kontak dekat.

Selanjutnya, kelompok berisiko tinggi juga perlu didorong mengedukasi orang-orang di


lingkungannya. Mereka harus tahu gejala, segera ke fasilitas kesehatan terdekat, dan
menginformasikan potensi penularan kepada tenaga kesehatan. Akan lebih baik lagi apabila
pemerintah, bekerja sama dengan organisasi profesi terkait, menyiapkan tempat khusus di fasilitas
kesehatan untuk pasien cacar monyet.
Kita perlu menangani masalah ini dengan serius, tetapi kita tidak boleh khawatir berlebihan agar
tidak terlalu banyak energi yang ditumpahkan. Apalagi, selain umumnya bergejala ringan dan
sembuh sendiri, cacar monyet juga sudah ada vaksinnya. Kuncinya menerapkan protokol kesehatan
tanpa lelah, di mana pun kita berada.

Anda mungkin juga menyukai