Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PERKULIAHAN

W611700034 /
KODE ETIK
PSIKOLOGI
Judul Tugas
Tugas 1. Penerapa Kode Etik Psikologi
Abstrak
Jenis Tugas
Individual/ Kelompok

Nama Mahasiswa & NIM


1. Nama Lengkap (NIM) 3. Nama Lengkap (NIM)
2. Nama Lengkap (NIM) 4. Nama Lengkap (NIM)

Capaian Pembelajaran (CPMK)


4. Mampu menjelaskan kode etik psikologi tentang Pendidikan dan/atau Pelatihan, Penelitian dan Publikasi serta Psikologi
Forensik.
5. Mampu menjelaskan kode etik psikologi tentang Asesmen, intervensi, psikoedukasi, serta Konseling Psikologi dan
Terapi Psikologi
6. Mampu menganalisa berbagai permasalahan yang terkait dengan pelanggaran kode etik psikologi serta konsekuensinya

Durasi/Tempo (Minggu)
Diberikan: awal semester
Mingguan
Batas Akhir Pengumpulan: Pertemuan ke 10

Penilaian
Bobot Persentase Tugas
30%

Instruksi Pengumpulan Tugas  Laporan terdiri dari:


 Header jawaban terdiri dari kelompok berapa dan nama-nama anggotanya
 Setiap anggota kelompok memberi jawaban baik penjelasan atau contoh di setiap soal
 Penjelasan bukan kopi paste pasal
 Sertakan plagiarism check min 30%
 Huruf Arial 11, spasi 1,5.
 Mengumpulkan/ meng-upload soft copy tugas (Word) melalui halaman Tugas Besar 1 E-Learning dengan format:
TB1_No Kelompok_nama anggota kelompok_ Mata Kuliah_Hari Kuliah misal TB1_Kelompok 1_raya mutiara, sofyan
hadi dan magdalnea_kode etik psikologi _Senin
 Mengumpulkan juga ke email dosen pengampu diakhir perkuliahan melani.aprianti@mercubuana.ac.id dengan
format sama dengan diatas
Pernyataan
Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini memahami bahwa saya/ kami telah membaca dan setuju untuk mematuhi peraturan UMB
tentang plagiarisme dan penjiplakan dan kebijakan dan prosedur di Program Studi. Saya/ kami menyetujui proses pengecekan laporan
sehingga tidak ada unsur plagiarisme atau penjiplakan akademik.

Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan

................................... ................................... ................................... ...................................


Nama Lengkap Nama Lengkap Nama Lengkap Nama Lengkap

Fakultas Program Studi Disusun Oleh


Psikologi Psikologi Melani Aprianti, M.Psi., Psikolog
Capaian Pembelajaran (CPMK):
4. Mampu menjelaskan kode etik psikologi tentang Pendidikan dan/atau Pelatihan, Penelitian dan
Publikasi serta Psikologi Forensik.

5. Mampu menjelaskan kode etik psikologi tentang Asesmen, intervensi, psikoedukasi, serta Konseling
Psikologi dan Terapi Psikologi

6. Mampu menganalisa berbagai permasalahan yang terkait dengan pelanggaran kode etik psikologi
serta konsekuensinya

Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai Diberikan

1. Penjelasan yang lengkap dan detil 50


2. Ketepatan contoh kasus dikaitkan dengan soal yang ditanyakan 50

Pengumpulan Total 100 Total

Tanda tangan Tanggal XX

Apakah ada penambahan waktu? tidak Pengurangan keterlambatan Pengurangan: Nilai Akhir:
Kesepakatan pengumpulan: pengumpulan:

Tanda tangan

Koordinator Mata Kuliah/ Kelompok Bidang


Ilmu : Ya / Tidak

Bagian ini digunakan untuk memberi umpan balik atau informasi lain:
KRITERIA DAN SKALA PENILAIAN
PROGRAM SARJANA (S1)

No Nilai Skala Kriteria

Istimewa. Isi laporan (jawaban) menunjukkan orisinalitas


ide/argumen dan analisis yang baik. Jawaban komprehensif
A 80 - 100 dan lengkap yang dengan jelas menunjukkan pemahaman
yang mendalam tentang topik yang ditanyakan. Koherensi
ide dan struktur yang bagus dalam paragraf, penggunaan
1 sitasi sesuai dan relevan terhadap topik.
Sangat Baik. Penulisan baik disertai bukti (gambar,
diagram, tabel) yang relevan. Pengetahuan topik dan logika
B+ 74 - 79,99 pemahaman yang baik. Beberapa ide kurang dijelaskan
2 dengan tepat tapi kemampuan penggunaan bukti cukup,
didukung dengan sumber bacaan yang sesuai.
Baik. Menunjukkan kemampuan untuk memahami
isu/pertanyaan, didukung materi yang baik dari hasil bacaan
yang relevan. Isi disertai bukti (gambar, diagram, tabel) yang
B 68 - 73,99
relevan dengan pengetahuan aplikatif. Sekitar 50% isi tidak
3 dijelaskan secara detail atau pernyataan tidak didukung bukti
yang relevan dan kurangnya sitasi.

Cukup Baik. Kualitas isi dan pemahaman tentang


isu/pertanyaan masih dalam level bisa diterima. Jawaban
C+ 62 - 67,99 menunjukkan pengetahuan mendasar dengan didukung bukti
(gambar, diagram, tabel) yang sesuai. Orisinalitas isi kurang
4
baik, susunan, struktur dan format laporan cukup baik.

Cukup. Pemahaman dan penguasaan materi yang ditulis


masuk akal sesuai isu/pertanyaan, tetapi kurang didukung
C 56 - 61,99 argumen yang relevan. Bukti material yang ditunjukkan ada
5 tapi sitasi tidak ditulis secara baik. Isi laporan berisi
penjelasan yang bersifat deskriptif dan kurang relevan.

Kurang. Struktur isi kurang baik dan beberapa bukti


D 45 - 55,99 (gambar, diagram, tabel) tidak relevan. Sebagian besar isi
diperoleh hanya dari bahan kuliah dan kurang dari sumber
6 bacaan lain. Sitasi tidak ditulis dengan baik.
Tidak Lulus. Kualitas isi pada level yang tidak bisa diterima.
Kurangnya kemampuan dalam menjelaskan topik/isu yang
ditanyakan. Struktur isi tidak terorganisasi dengan baik.
7 E < 45
Gambar, diagram dan tabel tidak relevan. Orisinalitas isi
sangat diragukan. Kemampuan komunikasi dan presentasi
yang tidak baik.

Skenario
Jawablah soal dibawah ini dengan lengkap, tepat dan jelas

Pertanyaan Tugas
Dalam tugas 2 ini Anda diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan
lenkap, tepat dan jelas. Tugas boleh dikerjakan secara kelompok, namun tidak boleh ada
kelompok yang sama persis jawabannya oleh karena itu kelompok diminta menyertakan cek
plagarism. Setiap anggota kelompok wajib menjawab bagian dari soal misal penjelasan atau
contohnya.

Pertanyaan 1 a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait Pendidikan 12.5
dan/atau Pelatihan menurut kode etik Psikologi Indonesia
(sebutkan juga pasalnya yang mendukung pernyataan saudara,
bukan kopi paste pasal namun jelaskan)
Nama : Gabriel Timothy Noel 46120010180
Jawaban:

Pasal 39 - Keakuratan dalam Pendidikan dan/atau Pelatihan


Psikolog maupun ilmuwan Psikologi diwajibkan memaparkan
materi saat melakukan pelatihan atau pendidikan sesuai
dengan teori-teori yang tepat serta ter-update dan juga bukti-
bukti kejadian yang sudah ada agar ilmu yang diberikan dapat
dengan mudah untuk ditransfer kepada trainee 
Pasal 41-  Pengungkapan Informasi Peserta Pendidikan dan/atau
Pelatihan 
1. Psikolog maupun ilmuwan Psikologi wajib untuk melindungi
trainee dari setiap konsekuensi kurang menyenangkan 
2. Psikolog ataupun ilmuwan Psikologi TIDAK BOLEH untuk
meminta partisipan untuk memberitahu informasi pribadi dalam
bentuk apapun pada pelatihan yang dilakukan, KECUALI
pelatihan untuk memfasilitasi pemulihan partisipan terkait isu
yang mereka miliki 
3. Apabila terpaksa untuk meminta data pribadi partisipan yang
bersifat personal, maka Psikolog ataupun ilmuwan Psikologi
merupakan seorang yang terlatih agar data tersebut terhindar
dari dampak-dampak negatif dan juga tetap terjaga nya data
pribadi partisipan tersebut.

b.Berikan contohnya
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Contoh:

Ada sebuah pelatihan tentang Coping stress dan meningkatkan


kinerja karyawan di suatu perusahaan. Psikolog S menjadi pembicara
atau trainer di pelatihan tersebut. Dari mulai pelatihan, Psikolog S
beberapa kali berkenalan dengan peserta pelatihan dan menanyakan
informasi dari peserta. Namun Psikolog S sering menanyakan hal-hal
pribadi yang terlalu dalam sampai ke hal yang intim yang tidak relevan
dengan pelatihan yang dilaksanakan dan juga membuat peserta yang
digali informasinya menjadi terlihat tidak nyaman. 

Sepanjang pelatihan dilaksanakan, Psikolog S lebih banyak berbicara


mengenai dirinya dan pengalaman-pengalamannya yang mana ia
jadikan bahan pembicaraan dalam pelatihan. Terkadang bahkan ada
yang tidak sama sekali relevan dengan topik utama pelatihan.

Melanggar Pasal 39 tentang Keakuratan dalam Pendidikan dan/atau


Pelatihan dan Pasal 41 tentang Pengungkapan Informasi Peserta
Pendidikan dan/atau Pelatihan
Alasan : 

 Pada pasal 39 tentang Keakuratan dalam Pendidikan dan/atau


Pelatihan, dijelaskan bahwa Psikolog atau Ilmuwan Psikologi
harus memastikan rencana dan rancangan pelatihan berdasar
pada materi yang akan dibahas dan berdasarkan kajian teoritik
maupun bukti-bukti empiris yang ada. Sedangkan pada kasus
di atas, Psikolog S lebih sering mengangkat pengalaman-
pengalaman pribadinya menjadi topik pembahasan dibanding
materi yang relevan dengan tema dan judul pelatihan.
Pengalaman pribadi juga belum bisa menjadi acuan yang
akurat untuk diangkat menjadi sebuah topik pembicaraan.

 Pada pasal 41 tentang Pengungkapan Informasi Peserta


Pendidikan dan/atau Pelatihan, dijelaskan pada pada poin
pertama bahwa Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak
diperkenankan untuk membuat peserta pelatihan untuk
mengungkapkan informasi pribadi mereka dalam kegiatan
yang berhubungan dengan program yang dilakukan, baik
secara lisan atau tertulis, yang berhubungan dengan
kehidupan seksual, riwayat penyiksaan, perlakuan psikologis
dari hubungan dengan orangtua, teman sebaya, serta
pasangan atau pun orang-orang yang signifikan lainnya.
Sedangkan pada kasus di atas, Psikolog S selalu menggali
informasi peserta pelatihan mulai dari kehidupan pribadi
sampai ke hal yang intim.

Pertanyaan 2 a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait Penelitian 12.5
dan Publikasi menurut kode etik Psikologi Indonesia (sebutkan
juga pasal yang mendukung pernyataan saudara, bukan kopi
paste pasal namun jelaskan)
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Jawaban :

Pasal 45 : Pedoman Umum


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang hendak melakukan
penelitian, wajib untuk menyusun rencana penelitian dengan baik,
agar mudah dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan.
 Semua pembuatan desain penelitian, pelaksanaan, dan sampai
pelaporan hasil penelitian harus sesuai dengan standar etika.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melakukan penelitian tanpa ada dasar yang jelas.

Pasal 46 : Batasan Kewenangan dan Tanggung Jawab 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus memahami kemampuan
maupun kewenangan dari masing-masing anggota yang terlibat
dalam penelitian.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi diperkenankan untuk
berkonsultasi dengan profesional lain yang lebih ahli dalam bidang
penelitian yang sedang dilakukan.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan dan hasil penelitian yang dilakukan. 
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib memberi perlindungan
terhadap hak dan kesejahteraan partisipan penelitian atau pihak-
pihak lain terkait, termasuk kesejahteraan hewan yang digunakan
dalam penelitian. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
memaksakan kehendak dalam penelitian apabila tidak menguasai
bidang yang akan diteliti.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan
pribadi.

Pasal 47 : Aturan dan Izin Penelitian 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib mendapat izin penelitian
dari instansi terkait dan dari pemangku wewenang dari wilayah
dan badan setempat yang menjadi lokasi penelitian.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus memberikan informasi
akurat mengenai rancangan penelitian sesuai dengan protokol
penelitian dan memulai penelitian setelah memperoleh
persetujuan.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melaksanakan penelitian tanpa adanya izin dari tempat
dilaksanakannya penelitian.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
berbohong mengenai penelitian yang akan dilaksanakan kepada
pihak terkait.

Pasal 48 : Partisipan Penelitian 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib melindungi siapapun yang
akan menjadi partisipan penelitian dari konsekuensi yang mungkin
terjadi.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus memberi kesempatan
adanya pilihan kegiatan lain kepada partisipan yang sedang
menjalani pemeriksaan psikologi bila ingin mengundurkan diri dari
penelitian.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
berinteraksi dengan partisipan penelitian di luar lokasi penelitian
dan di luar dari hal-hal yang sesuai dengan rancangan penelitian,
yang konsisten dengan perannya sebagai peneliti ilmiah. 

Pasal 49 : Informed Consent dalam Penelitian 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Sebelum pengambilan data penelitian Psikolog atau Ilmuwan
Psikologi memberikan penjelasan kepada calon partisipan
penelitian dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang
penelitian yang akan dilakukan.
  Psikolog atau Ilmuwan Psikologi menjelaskan kepada calon
partisipan asas kesediaan sebagai partisipan penelitian yang
menyatakan bahwa keikutsertaan dalam penelitian yang dilakukan
bersifat sukarela.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus menjelaskan proses
penelitian kepada partisipan.
  Psikolog atau Ilmuwan Psikologi melakukan upaya memberikan
penjelasan dan mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang
yang mewakili partisipan.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi berusaha menghindari
penggunaan segala bentuk pemaksaan termasuk daya tarik yang
berlebihan agar partisipan ikut serta dalam penelitian.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi sebelum merekam suara atau
gambar untuk pengumpulan data harus memperoleh izin tertulis
dari partisipan penelitian.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melaksanakan penelitian tanpa adanya persetujuan dari
partisipan.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
memberikan informasi yang salah terkait penelitian kepada
partisipan.

Pasal 50 : Pengelabuan/Manipulasi dalam Penelitian


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi boleh melakukan pengelabuan,
hanya boleh dilakukan karena alasan ilmiah..

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan menipu atau
menutupi informasi, yang mungkin dapat mempengaruhi calon niat
partisipan untuk ikut serta, seperti kemungkinan mengalami
cedera fisik, rasa tidak menyenangkan, atau pengalaman
emosional yang negatif.

Pasal 51 : Penjelasan Singkat/Debriefing


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi memberikan penjelasan singkat
segera setelah selesai pengambilan data penelitian, dalam
bahasa yang sederhana dan istilah-istilah yang dipahami
masyarakat pada umumnya.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk mengurangi resiko atau bahaya.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi dapat mengambil langkah tepat
untuk meluruskan persepsi atau konsepsi keliru yang mungkin
dimiliki partisipan. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan
menggunakan bahasa-bahasa yang sulit dimengerti oleh
partisipan.

Pasal 52 : Penggunaan Hewan untuk Penelitian


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang melakukan penelitian
dengan hewan harus sudah ahli dan dapat memperlakukan hewan
yang akan diteliti dengan baik, sesuai dengan prosedur yang ada,
bertanggung jawab dalam kenyamanan, kesehatan dan perlakuan
terhadap hewan tersebut.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang sedang melakukan
penelitian dengan hewan perlu memastikan bahwa semua pihak
yang terlibat dalam penelitiannya, memahami petunjuk metode
penelitian, perawatan serta bagaimana penanganan hewan yang
digunakan.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi dapat menggunakan prosedur
penelitian yang menyebabkan rasa sakit, stres serta penderitaan
pada hewan, hanya ketika prosedur yang lain tidak
memungkinkan untuk dilakukan.
 Apabila hidup hewan penelitian perlu diakhiri, Psikolog atau
Ilmuwan Psikologi melakukannya segera, dan meminimalkan rasa
sakit serta sesuai dengan prosedur yang diterima.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menjalankan prosedur bedah tanpa pembiusan yang memadai.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
membiarkan hewan yang diteliti mengalami penderitaan selama
proses penelitian.

Pasal 53 : Pelaporan dan Publikasi Hasil Penelitian


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib memperhatikan
keterbatasan dari kompetensi dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam melakukan pelaporan atau publikasi
hasil penelitian.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi jika menemukan kesalahan yang
signifikan pada data yang dipublikasikan, mereka harus
mengambil langkah untuk mengoreksi kesalahan tersebut.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
merekayasa data atau melakukan langkah-langkah lain yang tidak
bertanggungjawab.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menerbitkan atau mempublikasikan dalam bentuk original dari
data yang pernah dipublikasikan sebelumnya.

Pasal 54 : Berbagi Data untuk Kepentingan Profesional


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi diperbolehkan untuk memberikan
data hasil penelitian yang sudah dipublikasikan kepada rekan
sejawat atau profesional lain yang memiliki kompetensi sama,
sebagai data penguat pembuktiannya, atau memakai data
tersebut untuk landasan pekerjaannya.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang memerlukan data penelitian
tersebut wajib melindungi kerahasiaan partisipan penelitian, dan
memperhatikan hak legal pemilik data.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi dapat meminta sejawat atau
profesional lain yang memerlukan data tersebut untuk ikut
bertanggung jawab atas biaya terkait dengan penyediaan
informasi. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menyembunyikan data yang mendasari kesimpulannya setelah
hasil penelitian diterbitkan.

Pasal 55 : Penghargaan dan Pemanfaatan Karya Cipta Pihak Lain


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib menghargai karya cipta
pihak lain sesuai dengan undang-undang, peraturan dan kaidah
ilmiah yang berlaku umum.
 Kredit dari publikasi yang didapatkan Psikolog atau Ilmuwan
Psikologi harus bisa dipertanggungjawabkan, serta dapat
menunjukkan kontribusi ilmiah yang telah dilakukan atau di mana
mereka ikut berpartisipasi. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melakukan plagiarisme dalam bentuk apapun, seperti menyadur,
mengutip, atau menggunakan hasil karya orang lain tanpa
memberikan sumber yang jelas..
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menduplikasi, memodifikasi, menggunakan karya orang lain tanpa
mendapatkan izin dari pemegang hak cipta.

b.Berikan contohnya
Nama : Gabriel Timothy Noel 46120010180
Contoh:
Seorang ilmuwan Psikologi sedang melakukan penelitian mengenai
pengaruh efektivitas tidur terhadap konsentrasi mahasiswa di kelas,
dikarenakan kurangnya partisipan ilmuwan Psikologi tersebut
memaksa beberapa orang yang sudah dikenal untuk menjadi
partisipan serta tidak memberitahu konsekuensi dari penelitiannya.
Akhirnya partisipan-partisipan tersebut ikut karena selalu dipaksa oleh
ilmuwan Psikologi namun karena terpaksa, secara tidak tersengaja
penelitian tersebut tidak valid. Karna penelitian tersebut harus
diselesaikan secepat mungkin. Peneliti tersebut melakukan
manipulasi terhadap data penelitian yang dibuat.  

Melanggar pasal 49 ayat 1 d ; pasal 50 ayat 1

Alasan
Karena ilmuwan Psikologi ataupun Psikolog seharusnya menghindari
segala bentuk paksaan kepada partisipan yang ikut pada
penelitiannya dan seharusnya seorang ilmuwan Psikologi haruslah
menjunjung tinggi kode etik Psikolog. Pada pasal 49 ayat 1 d
mengatakan bahwa ilmuwan Psikologi haruslah menghindari segala
macam bentuk pemaksaan agar partisipan untuk ikut serta pada
penelitian yang dilakukan dan juga wajib untuk memberitahu resiko-
resiko yang ada pada penelitian yang dilakukan. Jelas disini SANGAT
melanggar apa yang sudah dikatakan pada pasal 49. 
Selain itu peneliti tersebut melanggar pasal 50 ayat 1 dimana
menutupi informasi dari informasi yang akan memungkinkan untuk
terjadi cedera fisik dan juga pengalaman yang membuat emosional
secara negatif terpancing. Informasi tersebut seharusnya dikatakan
oleh peneliti, namun pada contoh diatas dikatakan bahwa peneliti
malah menutupi kemungkinan-kemungkinan tertentu yang akan
terjadi.

Pertanyaan 3 a. Jelaskan peran dan kewenangan Psikolog Forensik! Nilai


(sebutkan juga pasal yang mendukung pernyataan saudara, 12.5
bukan kopi paste pasal namun jelaskan)
Nama : Gabriel Timothy Noel 46120010180
Jawaban dan contoh:

Menurut pasal 57, peranan Psikologi forensik ialah sebagai


badan yang membantu penegak hukum dan keadilan secara
Psikologis pada pengadilan pidana. Pada ayat 2, juga menyatakan
bahwa Psikolog Forensik berperan sebagai pengevaluasi keadaan
Psikologis pelaku maupun korban, menjadi seorang saksi ahli,
mengadakan asesmen, melakukan terapi pada lembaga-lembaga
pemasyarakatan, melakukan evaluasi terhadap hak asuh anak. Pada
ayat ke 3 kembali diperjelas bahwa Psikolog Forensik  berperan pada
aspek Psikologis pihak-pihak yang terkait dan ayat ini kembali
menekankan bahwa Psikolog Forensik harus memahami sistem
hukum yang berlaku pada negara Indonesia. 
Pasal 58 juga menjelaskan mengenai hak dan juga wewenang
Psikolog Forensik yaitu : 
 Untuk membantu proses peradilan pidana secara Psikologis 
 Membuat laporan tertulis maupun lisan tentang penemuan
forensik pada saat pemeriksaan 
 Membuat pernyataan tentang sifat dan juga tingkah laku pada
setiap yang bersangkutan
 Psikolog akan menjelaskan apabila terdapat kendala
kemudian mengambil langkah untuk mengatasi kendala yang
ada

Contoh : Seorang Psikolog forensik sedang diminta tolong untuk


membantu persidangan mengenai sebuah kasus pembunuhan.
Kemudian Psikolog forensik tersebut mintai keterangan mengenai
pelaku oleh pihak terkait karena sudah melakukan pemeriksaan.
Ternyata Psikolog tersebut dan pelaku melakukan tindakan kompromi
yang membuat Psikolog Forensik bersaksi palsu dan memalsukan
data yang telah diteliti  untuk meringankan hukuman tersangka.

Melanggar pasal 58 ayat 1 dan pasal 59 ayat 1

Alasan
Pada contoh diatas Psikolog Forensik tersebut tidak bertanggung
jawab untuk membantu proses peradilan pidana pada kasus
persidangan yang dimana seharusnya Psikolog Forensik harus peduli
terhadap hukum dan dapat untuk menegakan hukum yang ada serta
tidak mentoleransi kejahatan yang dilakukan. Psikolog pada contoh
sangat jelas sekali tidak menjunjung tinggi sikap untuk menegakan
hukum dan kebenaran. Psikolog Forensik tersebut juga tidak
memberikan kesaksiaan yang jujur pada saat pengadilan, ini sangat
bertentangan dengan isi pasal 59 ayat 1 yang dimana mengatakan
bahwa seharusnya memberikan kesaksian yang benar untuk
menegakan keadilan

b. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh


dilakukan oleh Psikolog Forensik menurut kode etik Psikologi
Indonesia beserta contohny
(sebutkan juga pasal yang mendukung pernyataan saudara, bukan
kopi paste pasal namun jelaskan)
Nama :  Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Jawaban & Contoh:

Pasal 56 : Hukum dan Komitmen terhadap Kode Etik


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog forensik wajib memberikan bantuan profesional psikologi
berkaitan dengan permasalahan hukum, khususnya peradilan
pidana.
 Psikolog forensik harus melakukan penelitian yang terkait dengan
aspek-aspek psikologis manusia dalam proses hukum, khususnya
masalah pidana.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi forensik wajib mempunyai
kompetensi yang sesuai dengan tanggung jawab yang diemban,
memahami sistem hukum yang ada di Indonesia serta bagaimana
implikasinya terhadap peran tanggung jawab, wewenang dan hak
mereka.
 Psikolog atau ilmuwan Psikologi forensik harus dapat
menyelesaikan konflik yang ada dengan memperlihatkan
komitmen terhadap kode etik.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menangani kasus tanpa pengetahuan di bidang hukum yang
memadai.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
membiarkan konflik terjadi di dalam penanganan kasus klien.

Pasal 57 : Kompetensi
Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi forensik wajib untuk memiliki
kompetensi sesuai dengan standar psikologi forensik, memahami
sistem hukum yang ada di Indonesia serta melandaskan
pekerjaannya pada kode etik psikologi.
 Psikolog harus melandaskan pada standar pemeriksaan psikologi
sesuai dengan kode etik psikologi dalam menjalankan tanggung
jawabnya.
 Ilmuwan psikologi forensik wajib memiliki pemahaman terkait
dengan sistem hukum di Indonesia dan bekerja berdasarkan kode
etik psikologi terutama yang terkait dengan penelitian dalam
melakukan penelitian yang terkait dengan aspek-aspek psikologis
manusia dalam proses hukum .

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Ilmuwan Psikologi Forensik tidak diperkenankan untuk melakukan
Intervensi, kecuali Psikolog.

Pasal 58 : Tanggung Jawab, Wewenang dan Hak


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau ilmuwan psikologi forensik yang melakukan praktik
psikologi forensik, harus membantu proses peradilan pidana,
dalam kasus yang ditanganinya sehingga terwujud kebenaran dan
keadilan.
 Psikolog forensik diperbolehkan untuk memberikan laporan terkait
hasil penemuan forensik, atau membuat pernyataan psikologi
seseorang, sesudah dilakukan pemeriksaan terhadap orang yang
bersangkutan sesuai dengan standar prosedur pemeriksaan
psikologi.
 Psikolog atau ilmuwan psikologi forensik diperkenankan untuk
menuntut hak perlindungan dari Himpsi jika ia mendapatkan
masalah terkait dengan hukum.
 Psikolog harus mampu menjelaskan keterbatasan yang ada, dan
dapat melakukan usaha untuk membatasi implikasi dari
kesimpulan yang dibuatnya. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi Forensik tidak diperkenankan
untuk menuntut hak perlindungan dari HIMPSI apabila belum
menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional.

Pasal 59 : Pernyataan Sebagai Saksi atau Saksi Ahli


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Dalam menyampaikan kesaksian, Psikolog diharuskan untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan dan dalam menyusun hasil
penemuan psikologi forensik atau membuat pernyataan dari
karakter psikologi individu berlandaskan dari standar pemeriksaan
psikologi.
 Psikolog wajib mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik
dengan menunjukkan komitmen terhadap Kode Etik.
  Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus tetap dapat bersikap
profesional dalam memberikan pandangan serta menjaga atau
meminimalkan terjadinya konflik antara berbagai pihak.
 Psikolog diperkenankan untuk meminta Himpsi untuk membantu
penyelesaian masalah dengan memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan permasalahan berdasarkan standar pemeriksaan
psikologi dan kaidah ilmiah psikologi.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog Forensik tidak diperkenankan untuk memberikan
kesaksian palsu terkait permasalahan klien.
 Psikolog tidak diperkenankan untuk bersikap bias terhadap salah
satu pihak.

Pasal 60 : Peran Majemuk dan Profesional Psikolog dan/atau


Ilmuwan Psikologi
Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Ilmuwan Psikologi dan Psikolog mempunyai kewajiban untuk
memahami dan menjalankan pekerjaan sesuai dengan kode etik
dan penerapannya.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus menghindari untuk
menjalankan peran majemuk.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib memberikan kejelasan
peran masing-masing pihak, bila memang peran majemuk
terpaksa dilakukan.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk menjalankan peran majemuk
tanpa ada kejelasan terkait peran yang dijalankan masing-masing
pihak.

Pasal 61 : Pernyataan Melalui Media Terkait dengan Psikologi


Forensik
Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Pemeriksaan psikologi terhadap kasus hukum hanya dapat
dilakukan oleh Psikolog yang menangani kasus hukum tersebut,
dan diperkenankan untuk memberikan pernyataan di media
tentang kasus hukum tersebut.
 Psikolog diperkenankan untuk memberikan pernyataan di media
tentang suatu gejala yang terjadi di masyarakat.
 . Jika memang Psikolog tidak melakukan pemeriksaan psikologis,
maka harus disampaikan kepada media, dan pernyataan yang
disampaikan tersebut bersifat general dan berdasar pada prinsip
psikologi sesuai dengan teori atau aliran yang diikuti.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk memberikan pernyataan palsu
kepada media.
 Psikolog tidak diperkenankan untuk memberikan kewenangan
terhadap Ilmuwan Psikologi untuk membantu memberikan
pernyataan di media terkait kasus yang ditanganinya.

CONTOH KASUS
Hamid adalah seorang Psikolog muda yang mencoba masuk ke ranah
Psikologi Forensik dan sedang menangani kasus pembunuhan
misterius. Tanpa kompetensi yang memadai, ia tetap melanjutkan
kasus tersebut. Suatu ketika, kakak dari korban yang bernama Rian
ingin kasus adiknya melalui jalur pidana dan tersangka dapat dikenai
hukuman pidana. Akan tetapi Hamid sudah berusaha untuk
menemukan barang bukti tersangka tetapi tidak menemukan titik
terang untuk kasus tersebut dan akhirnya Hamid lepas tangan dan
menyerah dengan kasus yang ditanganinya.

Melanggar Pasal 57 terkait Kompetensi dan Pasal 58 terkait


Tanggung Jawab, Wewenang dan Hak.

Alasan :
Pasal 57 : Kompetensi
Pada pasal ini dijelaskan bahwa Psikolog atau Ilmuwan Psikologi
wajib untuk memiliki kompetensi sesuai dengan standar psikologi
forensik, paham atas sistem hukum yang ada di Indonesia serta
pekerjaannya berdasar pada kode etik psikologi. Sedangkan pada
kasus di atas, Hamid selaku Psikolog yang menangani kasus hukum,
belum memiliki kompetensi yang cukup, namun tetap menangani
kasus tersebut.

Pasal 58 : Tanggung Jawab, Wewenang dan Hak


Dalam kasus ini Hamid melakukan pelanggaran kode etik dengan
pasal 58 tentang tanggung jawab,wewenang dan hak. Di sini Hamid
melepas tanggung jawabnya untuk menemukan kebenaran dalam
kasus pembunuhan misterius dari adik Rian, padahal dalam buku
kode etik sudah dijelaskan bahwa Hamid harus bertanggung jawab
membantu proses pidana dalam kasus yang ditanganinya bukan
malah melepas tanggung jawabnya sebagai psikologi forensik.

Pertanyaan 4 a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait Asesmen 12.5
menurut kode etik Psikologi Indonesia(sebutkan juga pasal
yang mendukung pernyataan saudara, bukan kopi paste pasal
namun jelaskan)
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Jawaban:

Pasal 62 : Dasar Asesmen


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib untuk melakukan asesmen
seperti observasi, wawancara, menggunakan alat tes yang sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan.
 Psikolog diperkenankan untuk membuat laporan hasil
pemeriksaan psikologis yang sesuai dengan kompetensinya.
 Psikolog wajib membuat kesepakatan dengan lembaga tempat
bekerja dalam membangun hubungan kerja.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk menjalankan hubungan kerja
tanpa adanya kesepakatan bersama di awal.
 Psikolog tidak diperkenankan untuk memberikan laporan
mengenai kondisi Psikologis klien tanpa adanya pemeriksaan
terlebih dahulu.

Pasal 63 : Penggunaan Asesmen


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus menggunakan teknik
asesmen psikologi dengan cara yang tepat.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi menggunakan instrumen
asesmen yang jelas validitas dan reliabilitasnya. 
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi harus menjelaskan kekuatan dan
kelemahan dari instrumen asesmen, jika instrumen tersebut belum
diuji validitas dan reliabilitasnya.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi dalam mengembangkan
instrumen dan teknik asesmen harus menggunakan prosedur
psikometri yang tepat, pengetahuan ilmiah terkini dan profesional.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi diperkenankan untuk
menawarkan bantuan jasa asesmen psikologi kepada professional
lain termasuk Psikolog lain.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi diharuskan memberikan deskripsi
dari tujuan, validitas, reliabilitas, dan norma secara akurat.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk melandaskan keputusan
asesmen, intervensi atau saran dari hasil tes yang sudah
kadaluarsa.
 Asesmen psikologi tidak boleh dilakukan oleh pihak-pihak yang
tidak berkualifikasi.

Pasal 64 : Informed Consent dalam Asesmen 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib menerima persetujuan
dalam melaksanakan asesmen, evaluasi, intervensi ataupun jasa
diagnostik.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melakukan asesmen dan praktik Psikologi lainnya tanpa
persetujuan klien.

Pasal 65 : Interpretasi Hasil Asesmen 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Dalam menginterpretasi hasil asesmen psikologi, Psikolog wajib
untuk mempertimbangkan faktor apa saja dari instrumen yang
digunakan, keadaan situasional orang yang bersangkutan,
perbedaan bahasa dan budaya yang mungkin dapat
mempengaruhi keakuratan interpretasi.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk memberikan interpretasi yang
membingungkan klien.

Pasal 66 : Penyampaian Data dan Hasil Asesmen 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang melakukan pemeriksaan
berwenang atas data asesmen.
 Psikolog yang melakukan pemeriksaan diperkenankan untuk
menyampaikan hasil asesmen kepada pengguna layanan serta
kepada sesama profesi.
 Psikolog wajib untuk mementingkan kemampuan dari setiap
pengguna layanan dalam upaya menjelaskan hasil asesmen
psikologi.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog tidak diperkenankan untuk menyebarkan data asesmen
kepada orang lain yang tidak berkepentingan.

Pasal 67 : Menjaga Alat, Data dan Hasil Asesmen 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan
keamanan instrumen/alat tes psikologi, data asesmen psikologi
dan hasil asesmen psikologi.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan
keamanan data hasil asesmen psikologi.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi diperkenankan atas hak
kepemilikan sesuai dengan kewenangan serta sistem pendidikan
yang ada dan bertanggungjawab atas alat asesmen psikologi.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
merusak alat tes Psikologi.
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
menggunakan data asesmen demi kepentingan pribadi.

b.Berikan contohnya
Nama : Gabriel Timothy Noel (46120010180)
Contoh:
Seorang Psikolog yang akan melakukan akan melakukan suatu
kegiatan asesmen pada klien, namun Psikolog tersebut tidak
melakukan informed consent. Kebetulan klien tersebut mensetujui,
tetapi setelah ditengah-tengah melakukan asesmen, klien tersebut
mengundurkan diri. Karena kesal karna merasa dirinya dipermainkan,
maka Psikolog tersebut tidak lagi memperdulikan lagi mengenai
keamaanan hasil proses asesmen yang sudah terbuat hingga
akhirnya tersebar. 
Melanggar pasal 64 dan 67
    Alasan : Dimana Psikolog yang dicontohkan tidak memberikan
inform consent yang berarti sebenarnya tidak ada persetujuan dari
client, namun proses asesmen tetap dipaksakan berjalan yang
seharusnya dilakukan Psikolog tersebut adalah memberikan informed
consent dan juga mendapatkan persetujuan klien sebelum melakukan
proses asesmen. Selain itu proses asesmen bisa berhenti kapan saja
sesuai keputusan klien dan seharusnya Psikolog tetap menjaga
kerahasiaan hasil proses asesmen tersebut, dimana Psikolog pada
contoh sangat melanggar pasal 67 dimana menjelaskan mengenai
Psikolog wajib dalam menjaga kerahasiaan hasil asesmen klien
Nilai 12.5

Pertanyaan a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
5 dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait intervensi 12.5
menurut kode etik Psikologi Indonesia (sebutkan juga pasal
yang mendukung pernyataan saudara, bukan kopi paste pasal
namun jelaskan)
Nama: Gabriel Timothy Noel 46120010180
Jawaban:

Yang boleh/wajib dilakukan :

 Psikologi bisa juga secara individual, secara kelompok


ataupun sebuah organisasi 
 Intervensi bisa dipakai untuk konseling maupun asesmen
lainnya

Yang tidak boleh dilakukan :

 Mengintervensi informed consent


 Merubah keadaan seseorang ataupun kelompok dengan
sengaja walaupun tidak perlu dilakukan

b.Berikan contohnya
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Contoh :

Seorang psikolog yang bernama Vania telah melakukan pertemuan

awal dengan klien yang bernama Raisya. Raisya mengaku bahwa ia


membutuhkan bantuan atas masalah keluarga yang sedang ia

hadapi, sebelum melakukan intervensi, Vania melakukan asesmen

terlebih dahulu kepada Raisya dan juga masalahnya, meskipun Vania

merasa sudah sangat familiar dengan masalah keluarga.

Ketika hendak melakukan asesmen berupa observasi dan

wawancara, Vania memberikan Informed Consent terhadap Raisya,

untuk mendapatkan persetujuan Raisya atas tindakan profesional

yang akan dilakukan oleh Vania.

Proses penyelesaian masalah Raisya berjalan dengan baik, karena

Vania selaku Psikolog yang menangani permasalahan kliennya,

sangat profesional dan mengikuti aturan-aturan yang ada pada kode

etik Psikologi.

Sesuai pasal 64 tentang Informed Consent dalam Asesmen dan


pasal 68 tentang Dasar Intervensi. 

Alasan :
Pada pasal 64 dijelaskan bahwa Psikolog atau Ilmuwan Psikologi
harus memperoleh persetujuan untuk melaksanakan asesmen,
evaluasi, intervensi atau jasa diagnostik.
Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Vania kepada kliennya
Raisya, ketika ia hendak melaksanakan asesmen, Vania memberikan
Informed Consent terlebih dahulu kepada Raisya.

Pada pasal 68 dijelaskan bahwa Psikolog dapat melakukan intervensi


jika sudah melakukan asesmen terlebih dahulu. Sejalan dengan yang
dilakukan oleh Vania, ia tidak terburu-buru untuk melakukan intervensi
kepada kliennya, meskipun ia sudah sangat familiar dengan kasus
tersebut.

Pertanyaan 6 a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait 12.5
psikoedukasi menurut kode etik Psikologi Indonesia (sebutkan
juga pasal yang mendukung pernyataan saudara, bukan kopi
paste pasal namun jelaskan)
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056)
Jawaban:

Pasal 69 : Batasan Umum 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi dapat memberikan pemahaman
kepada orang-orang terkait hal-hal Psikologis, baik dalam bentuk
training maupun non-training.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melakukan intervensi lebih dalam, karena Psikoedukasi hanya
sebatas memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
hal-hal Psikologis.

Pasal 70 : Pelatihan dan Tanpa Pelatihan 


Hal-hal yang harus/boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :
 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi yang memahami metode
psikoedukasi, diperkenankan untuk memberikan Psikoedukasi
Tanpa pelatihan.
 Psikolog atau ilmuwan psikologi yang memberikan psikoedukasi
tanpa pelatihan harus sesuai kaidah ilmiah dan juga bukti empiris
yang ada.
 Bila ada efek negatif dari perlakuan Psikolog, Psikolog atau
pelaksana Psikoedukasi tanpa pelatihan wajib untuk
mengembalikan peserta ke keadaan semula.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan Psikolog atau ilmuwan Psikologi :


 Psikolog atau Ilmuwan Psikologi tidak diperkenankan untuk
melepas tanggung jawab, jika terdapat dampak negatif dari
pelaksanaan Psikoedukasi.

b.Berikan contohnya
Nama : Gabriel Timothy Noel 46120010180
Contoh:

Seorang Psikoedukator di minta tolongi oleh sebuah perusahaan


untuk membantu mereka untuk memaafkan masa lalu. Pelatihan yang
diberikan adalah berupa seminar-seminar ataupun ceramah selama 2
hari kemudian tanpa tidak diduga-duga ada 1 partisipan kembali
terpancing masa lalu nya yang membuat trauma nya kembali
dirasakan. Namun Psikoedukator tersebut langsung membantu klien
tersebut untuk ke Psikolog agar klien dapat kembali beraktifitas
seperti semula. 
sesuai pasal 69 dan 70
Alasan : Psikoedukator yang ada pada contoh tidak memberikan
intervensi-intervensi kepada klien yang dihadapi tetapi hanya
diberikan ceramah-ceramah berupa pelatihan untuk memaafkan masa
lalu namun pada saat melakukan pelatihan ditemukan peserta
ataupun partisipan yang terpancing oleh masa lalu dan akhir nya
kembali trauma. Tetapi Psikoedukator tersebut sigap untuk membantu
klien untuk ke Psikolog untuk mengembalikan keadaannya seperti
semula.

Pertanyaan 7 a. Jelaskan hal – hal yang boleh/wajib dilakukan dan tidak boleh Nilai
dilakukan oleh Psikolog dan ilmuwan Psikologi terkait Konseling 12.5
Psikologi dan Terapi Psikologi menurut kode etik Psikologi
Indonesia (sebutkan juga pasal yang mendukung pernyataan
saudara, bukan kopi paste pasal namun jelaskan)
Nama: Gabriel Timothy Noel 46120010180
Jawaban:

Yang boleh/wajib dilakukan :


Pasal 72
 Wajib memiliki kualifikasi sebagai Psikolog. Yang digunakan
untuk dijalankannya sebuah usaha konseling Psikologi secara
mandiri
 Wajib untuk mengutamakan nilai-nilai profesional. Digunakan
agar Psikolog dapat memberikan pelayanan yang baik 
 Sangat diwajibkan untuk memberi layanan Psikologi pada tiap
pihak yang membutuhkan
 Wajib untuk bertanggung jawab dalam mengatasi tiap efek
buruk dari terapi yang dilakukan 
 Setiap Psikolog wajib untuk berlandaskan pada data-data yang
memiliki sifat ilmiah dan telah terbukti 
Pasal 73
 Psikolog wajib untuk menghargai setiap hak-hak klien, maka
dari itu diperlukannya informed consent 
Psikolog yang masih training perlu untuk diberitahu oleh client
untuk menjadi prosedur dari inform consent.

Yang tidak boleh dilakukan :


Pasal 72 
 Tidak memiliki kualifikasi sebagai Psikolog
 Tidak memiliki tanggung jawab yang tinggi 
 Tidak mengutamakan standar-standar profesional

Pasal 73 
 Berbohong mengenai kualifikasi konselor dan terapis 
 Mengeluarkan Informed consent tidak sesuai dengan
persyaratan (tidak adanya lembar persetujuan klien, tidak ada
nya informasi mengenai prosedur konseling/terapi)

b.Berikan contohnya
Nama : Muhammad Rizqy Octavian (46120010056).
Contoh:
Ratna adalah seorang lulusan S2 psikolog telah membuka sebuah
praktek konseling, sedangkan Susi adalah seorang ibu rumah tangga
dan memiliki 2 orang anak. Susi dan Ratna merupakan teman lama
karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Oleh karena itu,
Susi dan Ratna sudah saling mengenal keluarganya masing-masing.
Susi dan Ratna sudah jarang bertemu karena kesibukan mereka satu
sama lain. Suatu hari, Susi datang ke tempat praktek Ratna untuk
berkonseling mengenai masalah yang dialaminya. Ratna membantu
Susi sebagai seorang psikolog untuk membantu permasalahan yang
dialami oleh Susi tersebut. Setelah kejadian tersebut, Ratna pada
akhirnya mempunyai inisiatif untuk menemui orangtua Susi dan
menceritakan masalah yang dihadapi oleh Susi karena ia merasa
bahwa ia adalah teman dari kecil dan mengenal keluarga Susi. Ratna
menganggap bahwa tindakan yang dilakukannya sebagai niat baik
agar dapat menolong Susi sebagai teman kecilnya. Selain
menceritakan setiap permasalahan yang dialami oleh Susi, Ratna
juga menunjukkan semua dokumen konseling yang telah dilakukan,
berikut hasil test dan rekaman wawancara yang telah dilakukan
kepada orang tua Susi. Ratna melakukan semua hal ini tanpa
persetujuan dari Susi sebagai kliennya.

Melanggar :

1. Pasal 72 ayat 1d tentang Kualifikasi Konselor dan


Psikoterapis,
2. Pasal 73 ayat 3 tentang Informed Consent dalam Konseling
dan Terapi, dan
3. Pasal 74 tentang Konseling Psikologi/Psikoterapi yang
melibatkan Pasangan atau Keluarga.

Alasan : 
Pasal 72 : Kualifikasi Konselor dan Psikoterapis
Ratna telah melanggar pasal 72 ayat 1d karena ia mengungkapkan
hasil tes dan rekaman wawancara konseling Susi kepada kedua
orang tua Susi tanpa memertimbangkan dampak buruk yang mungkin
dihadapi oleh Susi. Dengan demikian, Ratna tidak melakukan
tanggung jawabnya sebagai konselor untuk menghindari dampak
buruk akibat proses konseling yang dilakukannya bersama Susi.

Pasal 73 : Informed Consent dalam Konseling dan Terapi


Dalam kasus ini tidak dijelaskan mengenai isi dari surat persetujuan
yang diberikan Ratna pada Susi mengenai keterlibatan pihak ketiga
yang berhak untuk mengetahui informasi yang Susi berikan pada
Ratna. Dalam kasus ini juga terlihat bahwa klien Ratna adalah Susi,
maka seharusnya Ratna hanya membicarakan mengenai informasi
Susi diantara mereka berdua saja tidak untuk diberikan pada pihak
ketiga. Sehingga, Ratna telah melanggar pada pasal ini.

Pasal 74 : Konseling Psikologi/Psikoterapi yang melibatkan


Pasangan atau Keluarga.
Dalam kasus ini Susi datang pada Ratna seorang diri dan terlihat
pada kasus bahwa Susi tidak bermaksud untuk melibatkan
keluarganya pada proses konseling. Sehingga, pengguna layanan
atau klien Ratna adalah Susi dan keluarga Susi tidak terlibat dalam
proses konseling ini. Hal ini yang menentukan apakah keluarga Susi
berhak mengetahui atas informasi yang diberikan Susi kepada Ratna.
Keluarga Susi yang tidak terlibat dalam proses konseling
menandakan bahwa keluarga Susi tidak berhak mengetahui informasi
yang diberikan Susi. Dalam pasal ini Ratna melanggarnya karena
memberitahukan informasi Susi kepada keluarga yang tidak berhak
untuk mengetahuinya.

Pertanyaan 8 Nilai
Sertakan cek plagiarism 30% 12.5

Anda mungkin juga menyukai