Anda di halaman 1dari 32

SISTEMATIKA PENYUSUNAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. Identitas SAP
Topik : Kesehatan Reproduksi
Sub Pokok Pembahasan :Pemeriksaan Fisik Pada Perencanaan dan
Persiapan Kehamilan Sehat
Sasaran : Wanita usia produktif dan telah menikah
Hari/ Tanggal : Senin, 26 September 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Poltekkes Kemenkes Malang
Penyuluh : Mahasiswa

A. Identifikasi Masalah
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh
kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh
proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan juga pada saat pemakaian
alat kontrasepsi. Proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya
manusia yang akan datang. Pelayanan kesehatan maternal neonatal
merupakansalah satu unsur penentu status kesehatan. Kontinuitas perawatan
ibu dan anak berakar dari kemitraan klien dan bidan dalam jangka panjang
dimana bidan mengetahui riwayat klien dari pengalaman dan hasil
penelusuran informasi sehingga dapat mengambil suatu tindakan.
Berdasarkan hal tersebut kami ingin melakukan penyuluhan untuk
menambah pengetahuan kepada wanita usia poduktif yang telah menikah agar
mampu mempersiapkan diri untuk dapat mencapai kehamilan yang sehat.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan wanita usia
produktif memamhami pemeriksaan fisik pada perencanaan dan persiapan
kehamilan sehat dan cara mencapainya.

C. Tujuan Instruksional Khusus


1) Menjelaskan pengertian kesiapan kehamilan
2) Menjelaskan cara menjaga pola fisik sebelum hamil
3) Menjelaskan cara menjaga dan menghitung BB ideal
4) Menentukan status gizi sebelum hamil
5) Meminimalkan bahaya lingkungan sebelum hamil
6) Mengetahui infeksi yang dapat mempengaruhi kehamilan
7) Menjelaskan cara menghitung masa subur
8) Menjelaskan Persiapan kehamilan pasca KB
D. Materi
1) Pengertian kesiapan kehamilan
2) Cara menjaga pola fisik sebelum hamil
3) Cara menjaga dan menghitung BB ideal
4) Menentukan status gizi sebelum hamil
5) Meminimalkan bahaya lingkungan sebelum hamil
6) Infeksi yang dapat mempengaruhi kehamilan
7) Menghitung masa subur
8) Persiapan kehamilan pasca KB

E. Metode
Ceramah, tanya jawab.

F. Media
Laptop, PPT, Lembar Balik.

G. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No. Tahapan Waktu Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1. Pendahuluan: 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab
Pembukaan pembuka salam
2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan
diri
3. Menjelaskan
pokok bahasan
dan tujuan
penyuluhan
2. Inti: 15 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
Pelaksanaan pengertian dengan
kesiapan seksama
kehamilan, cara
menjaga pola
fisik sebelum
hamil, cara
menjaga dan
menghitung BB
ideal.
2. Menjelaskan cara
menentukan
status gizi
sebelum hamil,
cara
meminimalkan
bahaya
lingkungan
sebelum hamil,
dan menjelaskan
infeksi yang
dapat
mempengaruhi
kehamilan
3. Menjelaskan cara
menghitung
masa subur, dan
persiapan
kehamilan pasca
KB
3. Penutup: 5 menit 1. Melakukan 1. Diskusi
Evaluasi Tanya jawab
Terminasi 5 menit 1. Megucapkan 1. Mendengarkan
terima kasih atas 2. Menjawab
peran serta salam
2. Mengucapkan
salam penutup

H. Evaluasi
a. Struktur : Peserta hadir ditempat penyuluhan.
: Penyelenggaraan hadir di tempat.
: Pengorganisasian penyelenggaraa penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
b. Progres : Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
: Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan berakhir.
: Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
c. Program : Ibu mengetahui pemeriksaan fisik pada perencanaan
dan persiapan kehamilan sehat.
: Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang ibu.

I. Pengorganisasian
a. Pembimbing : Gita Kostania.,SST.,M.Kes
b. Ketua Pelaksana : Hafidhotul Ilmilah Parera
c. Sekertaris : Seconda Ayuning Fitria
d. Bendahara : Shafinas Azzuroh S
e. Pembawa acara : Ella Kusuma Ning Ayu
f. Moderator : Nafa Eka Zhasmita
g. Pembicara : Atika Rahmawati
: Dhela Siswi Prastiti
h. Observer : Nabella Sintia Deby
: Sendi Erika
i. Fasilitator : Izza Qurotaaini
: Ulfah Khoirotun Nisa
: Yessika Riski Melati
j. Dokumentasi : Stefanie Milenia
: Apreilya Charoline
J. Penataan Tempat
Lokal C Poltekkes Kemenkes Malang

LCD

PEMBICARA

PEMBICARA

AUDIENS AUDIENS

AUDIENS AUDIENS

FASILITATOR FASILITATOR

K. Daftar Pustaka
Herizasyam, & Oktalia, J. (2016). Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan
Faktor-Faktor Yang Memperngaruhinya. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan, 147-159.
Belladewan, Fajar Shandy (2017) Hubungan Motivasi Dengan Perilaku
Kesiapan Kehamilan Pada Ibu Primigravida (Studi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gempol, Kabupaten Pasuruan). Undergraduate (S1) Thesis,
University Of Muhammadiyah Malang.
Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi Kedua, EGC, Jakarta,
hal.11-25
Asiyah, S., Kurniawati, I. Hubungan Status Gizi Ibu Selama Hamil Dengan
Berat Badan Bayi Lahir Di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Tiron
Kecamatan Banyakan Kediri. Jurnal Gema Bidan Indonesia, 2015, 3(1):
36-40.
Bärebring, L., Brembeck, P., Löf, M., Brekke, H.K., Winkvist, A., Augustin,
H. Food intake and gestational weight gain in Swedish women.
SpringerPlus, 2016, 5(1): 1-6.
Daba, G., Beyene, F., Fekadu, H., Garoma, W. Assessment of Knowledge of
Pregnant Mothers on Maternal Nutrition and Associated Factors in Guto
Gida Woreda, East Wollega Zone, Ethiopia. Journal of Nutrition & Food
Sciences, 2013, 3(1): 1-7.
Darnton-Hill, I. Nutrition Counselling During Pregnancy: Biological,
Behavioural and Contextual Rationale, 2013, Geneva WHO, (Online),
(http://www.who.int/elena/bbc/nutrition_counselling_pregnancy/en/,
diakses 28 April 2016).
Departemen Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan dan JICA.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi
Bidan dan Perawat. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Fathonah, S., 2016. Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil, Erlangga, Jakarta,
hal. 12-156.
Istiany, A. dan Rusilanti, 2013. Gizi Terapan, Cetakan Pertama, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hal. 44-45.
Melati, R., Raudatussalamah, R. Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan
Motivasi Dalam Menjaga Kesehatan Selama Kehamilan. Jurnal Psikologi,
2012, 8(2): 111–118.
Ministry of Health, Guidance for Healthy Weight Gain in Pregnancy.
Wellington: Ministry of Health, 2014, (Online), (www.health.govt.nz,
diakses 13 Maret 2016).
Munim, S., Maheen, H. Association of gestational weight gain and pre-
pregnancy body mass index with adverse pregnancy outcome. Journal of
the College of Physicians and Surgeons Pakistan, 2012, 22(11), 694–698.
Notoatmodjo, S., 2012b. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan
Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 57-142.
Ota, E., Haruna, M., Suzuki, M., Anh, D.D., Tho, L.H., others. Maternal body
mass index and gestational weight gain and their association with perinatal
outcomes in Viet Nam. Bulletin of the World Health Organization, 2011,
89(2): 127–136.
Proverawati, A. dan Wati, E.K., 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan, Cetakan Kedua, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 105-181.
Rahayu, N.F., Cristiani, N., Nirmasari, C., Waluyo, A.K.N., 2014. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Dengan Peningkatan Berat
Badan Selama Hamil Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Rahmawati, W., Wirawan, N.N., Wilujeng, C.S., Fadhilah, E., Nugroho, F.A.,
others. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota Malang dan
Kabupaten Malang. Indonesian Journal of Human Nutrition, 2016,
Suplemen Juni 2016.
Reese, E.A., Lammi-Keefe, C.J., Couch, S.C., Philipson, E., 2008. Handbook
of nutrition and pregnancy. Springer Science & Business Media.
Yaktine, A.L., Rasmussen, K.M., others, Weight Gain During Pregnancy::
Reexamining the Guidelines, 2009, National Academies Press.
[JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(PKM), P-ISSN: 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2022] HAL 75-80.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1635
Reed BG, Carr BR. NCBI Bookshelf (2018). The Normal Menstrual Cycle
and the Control of Ovulation.
NHS UK (2018). Can I Get Pregnant Just After My Period Has Finished?
Mayo Clinic (2019). How to Get Pregnant.
Fertility Coalition. When Are You More Likely to Conceive?
Gurevich, R. Verywell Family (2020). When and How Often to Have Sex to
Get Pregnant.
Gurevich, R. Verywell Family (2020). 8 Signs of Ovulation that Help Detect
Your Most Fertile Time.
Parenting. How To Calculate Your Fertile Window Using Your Menstrual
Cycle.
WebMD (2020). How to Chart Your Menstrual Cycle.
Anita, A. (2017). Faktor Penyakit Infeksi, Penggunaan Obat dan Gizi Ibu
Hamil terhadap Terjadinya Kelainan Kongenital pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Kesehatan, 8(1), 120-126.
GenioFam. 99 Tips Mempersiapkan & Menjaga Kehamilan. Yogyakarta:
Leutika. 2010.
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC
Lampiran:
DAFTAR HADIR

Alamat
No Nama Tanda Tangan
MATERI
PEMERIKSAAN FISIK PADA PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
KEHAMILAN

1. Kesiapan Kehamilan

Kesiapan adalah seluruh kondisi seseorang atau individu untuk


menanggapi, menghadapi serta mempraktekkan suatu kegiatan yang mana
sikap tersebut meliputi mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan
dipersiapkan dalam melakukan kegiatan tertentu. Kehamilan merupakan proses
selama sembilan bulan dimana perempuan mengandung janin dan berkembang
didalam rahimnya. Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan berupa fisik
dan mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum
masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan
berdampak positif pada janin dan adaptasi fisik serta psikologis (mental) ibu
(Herizasyam & Oktalia, 2016).

Secara umum pemahaman calon ibu terhadap kesiapan kehamilan sangat


minim. Minimnya pengetahuan ibu tentang kesiapan kehamilan ini
menyebabkan calon ibu tiak mengetahui tentang perubahan fisik maupun
psikologis selama proses kehamilan. Kesiapan kehamilan ini sangat penting
karena tingginya kasus kematian ibu saat proses melahirkan dan gangguan
pada perkembangan janin dikarenakan tidak adanya persiapan dan kesiapan ibu
saat kehamilan.

Untuk lebih meningkatkan kesiapan kehamilan yang perlu diperhatikan adalah:

a) Kondisi Fisik

Langkah awal untuk mendapatkan keturunan yang baik ialah menjalani


konseling kesehatan sebelum hamil. Untuk itu, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan prenatal (prenatal screening). Selain itu juga perlu perhatian
khusus terhadap penyakit sebelum hamil.

b) Gaya Hidup Ibu


Gaya hidup merokok, minum minuman keras, narkotika cenderung
menurunkan produksi sel telur, perkembangan embrio, implantasi
meningkatkan resiko keguguran dan kelahiran prematur.

c) Perencanaan Waktu Kehamilan

Perencanaan waktu yang tepat untuk hamil adalah sebagai wujud kehadiran
bayi yang benar-benar dipersiapkan dengan matang. Kapan saat tepat untuk
hamil adalah tergantung dari kebutuhan dan kondisi pasangan.

d) Menentukan Usia Ideal Hamil

Usia wanita saat ini semakin meningkat dan usia hamil adalah 18-30 tahun,
karena pada usia ini kemampuan reproduksi indung telur untuk
memproduksi sel telur dan fungsi alat reproduksi yang baik. Semakin
bertambahnya usia, kemampuan reproduksi sel telur akan menurun.

2. Menjaga Pola Fisik Sebelum Hamil

a. Olahraga
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur. Selama
masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup berolahraga. Aktivitas fisik ini
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu
selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah raga selain menyehatkan,
juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Olahraga yang mungkin
dapat dilakukan dalam masa prakonsepsi seperti jogging, yoga, senam
kegel, pilates dan berenang. Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan
pada waktu hamil diharapkan tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu
kurus alias normal. Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas
(kegemukan) dan menambah berat badan bila terlalu kurus (Geniofam,
2010).
b. Istirahat
Selama masa prakonsepsi dianjurkan untuk menjaga pola tidur yang
cukup, mengatur jadwal kegiatan sehari-hari dan menghindari stress. Stres
dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus (kelenjar di otak yang dapat
mengatur nafsu makan dan emosi). Ternyata kelenjar ini jugalah yang
mengatur hormon pemicu pelepasan sel telur. Stres akan menjadi faktor
penghambat persiapan agar cepat hamil (Geniofam, 2010).

3. Cara Menjaga Dan Menghitung Berat Badan Ideal

a. Mengapa berat badan ibu hamil meningkat ?

Peningkatan berat badan saat hamil terjadi karena bertambahnya nafsu


makan ibu dan meningkatnya hormon progesterone yang dapat
meningkatkan pembentukan lemak tubuh, sehingga berat badan ibu hamil
secara otomatis akan meningkat. Untuk mendapatkan berat badan yang
optimal saat hamil, ibu perlu mengonsumsi makanan bergizi yang lebih
tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang nantinya dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Jadi, berat
badan ibu hamil harus meningkat dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan
gizi ibu dan janin, dan persiapan menyusui.

b. Anjuran Kenaikan Berat Badan (BB)

Anjuran kenaikan Berat Badan (BB) berbeda antara ibu yang mempunyai
status gizi baik dan ibu yang kurang gizi atau ibu yang mempunyai status
gizi lebih (berdasarkan Indeks Masa Tubuh/IMT).

Kenaikan berat badan selama kehamilan:

• Pada ibu kurang gizi atau kurus, kenaikan berat badan sebaiknya antara:
12,5-18 kg

• Pada ibu dengan status gizi baik, kenaikan berat badan sebaiknya antara:
11,5-16 kg

• Pada Ibu gemuk, kenaikan berat badan sebaiknya antara : 7-11,5 kg

• Pada Ibu sangat gemuk, kenaikan berat badan sebaiknya antara : 5-9 kg
(Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2016)

c. Anjuran Penambahan Berat Badan Pada Ibu Hamil Per Trimester

Selama trimester I, anjuran penambahan berat badan tidak sebesar trimester


II dan III yaitu berkisar antara 1-2 kg (atau 350-400 g/minggu). Sedangkan
anjuran penambahan berat badan untuk trimester II dan III berdasarkan
status gizi ibu yaitu sebagai berikut:

(Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2016)

Klasifikasi IMT ibu selama hamil

• Under weight <18,5


• Normal 18,5 – 25
• Overweight 25 – 30
• Obesitas >30
(Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2016)

● Grafik peningkatan BB digunakan untuk melihat peningkatan BB ibu


selama kehamilan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pra/ awal
kehamilan

● Petugas menandai IMT pra kehamilan (lingkasi yang sesuai) pada


table

● Kemudian menghitung peningkatan BB pada saat datang


dibandingkan dengan saat pra/ awal kehamilan

● Hasil diplot pada grafik dengan memberi tanda silang (x) pada titik
yang sesuai

● Diharapkan kenaikan BB ibu hamil sesuai dengan rekomendasi IMT


pra/awal kehamilan pada table

● Keterangan grafik :
1. Area di antara garis putus2 besar ------ range kenaikan BB ibu
hamil dengan KEK

2. Area grafik warna pink: range kenaikan BB ibu hamil dengan BB


prakehamilan normal

3. Area di antara garis putus2 kecil: range kenaikan BB ibu hamil


dengan BB prakehamilan gemuk

4. Area grafik warna biru: range kenaikan BB ibu hamil dengan BB


prakehamilan obesitas

5. Pada usia kehamilan sebelum 13 minggu kenaikan BB tidak


memperhatian IMT pra/ awal kehamilan

Apabila kenaikan berat badan berada di luar rentang dalam plot, lakukan
konsultasi dengan bagian gizi. Apabila dicurigai ketidak sesuaian kenaikan
berat badan selama kehamilan diakibatkan oleh kelainan sistemik seperti
infeksi atau gangguan metabolic lakukan pemeriksaan penunjang yang
sesuai dan lakukan rujukan.
d. Tips-Tips Untuk Menjaga Berat Badan Selama Hamil

Untuk menghindari risiko-risiko yang bisa ditimbulkan, sebisa mungkin ibu


sangat disarankan untuk mengontrol berat badan saat hamil dan menerapkan
beberapa cara untuk menjaga berat badan agar tetap stabil saat hamil berikut
ini.

1) Memilih makanan yang segar

Pilihlah buah dan sayuran yang segar. ibu dapat mengolahnya sebagai
camilan maupun menu makanan utama saat hamil. Namun, pastikan
mencuci buah dan sayur dengan bersih sebelum dikonsumsi. Tujuannya
agar ibu terhindar dari infeksi toksoplasma saat hamil.

2) Makan makanan berserat

Makanan seperti roti dan sereal yang berbahan gandum utuh dapat
memiliki kandungan serat yang tinggi. Itu sebabnya, dapat diserap tubuh
dengan lebih efektif dan menjaga berat badan ideal saat hamil. Makanan
berserat juga dapat melancarkan pencernaan ibu sehingga terhindar dari
diare atau sembelit saat hamil.

3) Minum susu rendah lemak

Pilih produk susu rendah lemak untuk dikonsumsi sekitar 4 gelas sehari.
Bisa pula Ibu mengonsumsi makanan olahan susu seperti yoghurt dan
keju. Hindari minum susu mentah saat hamil karena berisiko
mengandung bakteri yang berbahaya bagi kehamilan. Agar nutrisi lebih
tercukupi, Ibu bisa minum susu khusus untuk ibu hamil.

4) Menghindari makanan instan

Makanan dan minuman dalam kemasan biasanya mengandung gula


buatan dan garam yang tinggi. Sangat tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan ringan seperti snack jajanan, permen, es krim,
dan sebagainya dalam jumlah yang banyak.

5) Hindari gorengan

Makanan yang digoreng berisiko mengandung minyak berlebih. Hal ini


dapat menghasilkan lemak trans. Jadi, sebaiknya, Ibu menghindari makan
gorengan saat hamil. Selain menjaga berat badan saat hamil, menghindari
gorengan juga membantu menjaga kesehatan jantung dan menurunkan
kadar kolesterol.

6) Hitung kalori makanan yang dikonsumsi

Agar berat badan tidak naik drastis saat hamil, usahakan menghitung
kalori makanan. Selain kalori, perhatikan pula kadar lemak, gula, dan
garam pada makanan yang akan Ibu konsumsi. Dengan memperhatikan
kalori yang dikonsumsi setiap makan, Ibu akan cenderung memilih menu
yang rendah kalori dan tidak makan berlebihan. Penting untuk
menghindari junk food saat sedang makan di luar. Lebih baik memesan
makanan seperti salad, sayuran, atau sup.

7) Memasak di rumah
Agar lebih mudah jumlah kalori makanan, lebih baik Ibu memasak
makanan sendiri di rumah. Selain membantu menjaga berat badan saat
hamil, memasak sendiri juga dapat menjamin bahan-bahan yang
digunakan sehat dan aman. Jangan gunakan terlalu banyak minyak saat
memasak dan hindari masak dengan cara digoreng. Masak dengan cara
menumis, merebus, atau mengukus merupakan pilihan yang lebih baik
dibandingkan dengan menggoreng.

8) Rutin olahraga

Walaupun sedang hamil, bukan berarti Ibu tidak bisa melakukan


olahraga. Beberapa pilihan olahraga yang aman seperti berjalan santai,
berenang, ataupun yoga khusus untuk ibu hamil. Seiring bobot tubuh
yang semakin bertambah di kehamilan trimester ketiga, olahraga akan
sangat membantu Ibu agar berat badan tidak naik drastis saat hamil.

9) Menjalani pola hidup sehat

Menjaga berat badan saat hamil dapat Ibu lakukan seiring dengan
menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Terapkanlah pola hidup
sehat sejak persiapan kehamilan agar Ibu memiliki berat badan ideal
sebelum hamil. Pastikan Ibu berhenti merokok, stop minum alkohol,
serta beristirahat yang cukup.

4. Menentukan Status Gizi Sebelum Hamil

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,


penyerapan, dan penggunaan makanan (Suhardjo, 2003). Status gizi adalah
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke
dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
(Supariasa dkk, 2002).

Menurut Supariasa dkk (2002) penilaian status gizi dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung, yaitu: Pertama, Penilaian status gizi langsung,
adalah dengan antropometri, pemeriksaan fisik seperti gejala-gejala klinis,
biokimia, dan biofisik. Metode antropometri merupakan metode penilaian
status gizi yang umum dipakai ditinjau dari sudut pandang gizi.
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen darah,
urine, rambut dan lain-lain yang diuji menggunakan alat khusus, yang
umumnya dilakukan di laboratorium. Tujuan penilaian biokimia adalah untuk
mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan status
biokimia pada jaringan dan atau cairan tubuh serta tes fungsional (Hardinsyah
dan Supariasa, 2017). Kadar Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang
digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan
senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi dengan kadar Hb
merupakan penilaian status gizi secara biokimia. Fungsinya untuk mengetahui
satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan yaitu anemia gizi
(Supariasa dkk, 2002).

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia


yang digunakan untuk menilai status gizi. Pengukuran antropometri dilakukan
dengan berbagai cara, meliputi pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan
(TB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio
Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) (Kemenkes RI, 2014). LiLA merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk menilai status gizi dengan cara
mengukur lingkar lengan atas. LiLA adalah cara menentukan status gizi yang
praktis dengan mengukur lingkar lengan atas pada bagian tengah antar ujung
bahu dan ujung siku. Alat ukur yang digunakan adalah pita LiLA dengan
ketelitian 0,1 cm (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan


Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LiLA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. LiLA
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi ibu hamil, karena
mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan
harga yang lebih murah. Pengukuran LiLA pada kelompok WUS baik ibu
hamil maupun calon ibu merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah
dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok
beresiko KEK. KEK merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu (Kristiyanasari, 2010).

Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita
usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45
tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
(PUS). Ambang batas lingkar lengan atas (LiLA) pada WUS dengan risiko
kekurangan energi kronik adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan
pita ukur (metlin). Apabila lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi kronik dan sebaliknya
apabila lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko
dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut (Syarfaini,
2016).

5. Meminimalkan Bahaya Lingkungan Sebelum Hamil

a) Obat-obatan

Sebagian besar penelitian tentang efek obat pada janin menunjukkan


hubungan antara obat dan penyakit tertentu. Penyalahgunaan zat ilegal
atau yang direkomendasikan dokter dianggap sebagai penyebab kerusakan
janin. Tidak ada bukti yang cukup untuk menghubungkan obat-obatan
yang dijual bebas atau diresepkan oleh dokter seperti aspirin, antibiotik,
atau parasetamol dengan keguguran. Aturan sederhananya adalah, jangan
minum obat yang tidak direkomendasikan oleh dokter.

Kebanyakan penelitian mengenai dampak obat-obatan pada janin


menunjukkan adanya hubungan obat-obatan dengan kelainan-kelainan
tertentu. Penyalahgunaan obat, secara ilegal maupun yang dianjurkan
dokter, diper kirakan menjadi sebab rusaknya janin. Tidak ada bukti-bukti
yang cukup yang menunjukkan bahwa obat-obatan yang dijual umum
ataupun yang dianjurkan dokter, seperti aspirin, antibiotika atau
paracetanol, berkaitan dengan keguguran. Suatu aturan yang mudah
adalah, jangan memakan obat yang tidak dianjurkan oleh dokter yang
mengetahui keadaan kehamilan yang bersangkutan.

Salah satu obat yang dikaitkan dengan kesulitan-kesulitan dalam


kehamilan, termasuk keguguran, adalah Diethylbestol (DES). Obat ini
dianjur kan oleh para dokter dalam tahun-tahun 1940-an dan 1950-an
untuk para wanita yang sering keguguran, yang terancam keguguran, atau
yang berpe nyakit gula. Gejala yang berbahaya tidak segera nampak pada
bayi yang ibunya menggunakan DES sampai mereka sendiri mulai hamil.
Anak-anak ini menderita sejenis kanker yang dinamakan adenocarcinoma,
yaitu ke lainan pada sistem reproduksi, kelahiran prematur, kemandulan
dan kegu guran. Barangkali ada baiknya bagi para wanita yang sering
mengalami kegu guran untuk mendapatkan keterangan dari ibunya
mengenai kesulitan-ke sulitan yang dideritanya ketika harus berobat dulu.
Kalau ada bukti bahwa ibunya pernah menggunakan DES, maka hal itu
harus segera dilaporkan kepada dokter.

b) Sinar rontgen

Sekalipun bukti-buktinya belum cukup, diperkirakan bahwa ada kaitan


antara sinar-x dengan keguguran. Sebab itu, untuk amannya, hindarilah
sinar-x, terutama pada tahap kehamilan dini. Kalau seorang wanita sedang
berusaha mencapai pembuahan, atau kalau ada kemungkinan ia telah
hamil, sebaiknya tidak menggunakan sinar-x selama bagian kedua dari
siklus mens truasinya. Juga baik bagi para wanita yang bekerja dengan alat
sinar-x, seper ti para ahli radiologi, radiograf, industri metal serta pekerja
di bandara, untuk menggunakan alat-alat pencegah yang baik selama
mengandung.

c) Bahan-bahan kimia
Berbagai macam bahan kimia diperkirakan berdampak pada
perkembangan janin. Termasuk dalamnya adalah produk-produk minyak
tanah, seperti insektisida, berbagai macam plastik, bahan pencair dan
timah. Persiapan menjadi orang tua sering kali mencakup perbaikan rumah
dan pengecatan. Untungnya, banyak bahan industri berbahaya dan
pewarna dalam cat berbahaya telah dihilangkan dari produk rumah tangga.
Pewarna dan pengisi pada cat yang digunakan di rumah tangga, jika
diaplikasikan atau dicat pada dinding, tidak akan membahayakan
kesehatan pemilik yang sedang merenovasi rumah. Tapi penggunaan cat
semprot tidak dianjurkan. Bahan berpotensi berbahaya yang ditemukan
dalam cat adalah glikol, eter, merkuri, bromida pelepas formaldehida, dan
pelarut hidrokarbon. Tindakan perlindungan lain yang dapat diambil saat
mengecat rumah adalah dengan memberikan ventilasi yang efektif dan
memakai sarung tangan di area yang dicat. Untuk dosis tinggi dan paparan
yang lama, disarankan untuk memakai respirator (alat pernapasan) atau
meminta orang lain untuk mengecatnya.

Bahan bahan kimia rumah tangga pada umumnya aman. Kalau


meragukan penggunaan bahan semacam itu selama hamil, sebaiknya
tanyakan kepada dokter. Para wanita yang bekerja dekat industri kimia
dinasihatkan untuk menanyakan nasihat dokter untuk pencegahan kalau
mereka sedang hamil. Bukti mengenai bahaya gas-gas pembius pada masa
hamil belum pasti, tetapi umumnya diterima bahwa pembiusan hanya
diberikan pada wanita hamil kalau sangat mendesak saja. Para wanita yang
bekerja di rumah sakit juga perlu mengadakan pencegahan seperlunya.

d) Merokok

Kebanyakan penelitian mengenai merokok dan kehamilan telah


berhasil mendapatkan adanya kaitan antara merokok dan kelainan bayi.
Kecenderungan meningkatnya kematian dalam kandungan nampak pada
wanita yang merokok berat. Nampaknya ada pula peningkatan keguguran
pada mereka yang termasuk perokok berat. Kerusakan karena konsetrasi
panas yang dikeluarkan rokok, atau ramuan dalam rokok, sangat nyata.
Kalau ada wanita yang tidak sanggup menghentikan kebiasaan merokok
sebelum hamil, keadaan itu bisa berbahaya, kalau ia termasuk perokok
berat.

e) Alkohol

Sekali lagi penelitian mengenai hubungan alkohol dengan janin


menunjukkan bahwa alkohol bisa mengakibatkan bayi menderita apa yang
dinamakan Sindrom Janin Alkohol. Kebanyakan bayi dengan sindrom ini
dilahir kan oleh ibu-ibu yang banyak menggunakan alkohol selama hamil
atau pada masa awal kehamilan. Bukti-bukti lain menunjukkan
kemungkinan adanya hubungan antara alkohol terutama pada peminum
berat dan jumlah keguguran. Seperti halnya dengan merokok, para wanita
yang merencanakan akan hamil atau yang sudah hamil sebaiknya
menghentikan kebiasaan minum alkohol. Paling kurang mereka harus
mengurangi jumlah yang diminum

f) Pekerjaan pabrik

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pemajanan terhadap bahan


kimia tertentu di tempat kerja dapat menimbulkan masalah yang berat
pada masa keh milan seperti keguguran spontan, malformasi kongenital,
atau persalinan kurang bulan (prematur). Bahan-bahan yang berhubungan
dengan dampak buruk pada kehamilan pada penelitian yang melibatkan
manusia mencakup obat anestesi, obat sitotoksik, oksida etilen, timah,
metil merkuri, pelarut organik, poli brominat bifenil (PBBs), dan
polikroninat bifenil (PCBs).

Aktivitas rekresional yang berkisar dari seni dan kerajinan sampai


memoles perabotan dan automekanik diminati oleh banyak orang. Banyak
hobi yang tidak membahayakan wanita hamil, tetapi beberapa di antaranya
melibatkan pemakaian produk toksik seperti disebutkan di atas, yang
berbahaya di tempat kerja. Jika Anda berencana untuk tetap menjalankan
hobi selama kehamilan, calon ibu harus mencari informasi khusus tentang
bahan-bahan yang terkandung dalam produk yang akan digunakan.
6. Infeksi Yang Dapat Mempengaruhi Kehamilan

a) Macam-Macam Infeksi Yang Dapat Mempengaruhi Kehamilan

1) Cacar air

Ibu hamil yang sebelumnya belum pernah mengalami cacar air dan
bersinggungan dengan penderita penyakit ini berisiko lebih tinggi
mengalami cacar air saat hamil.. Gejala utama yang timbul adalah
bercak-bercak merah di seluruh tubuh yang kemudian berisi cairan dan
bisa pecah. Gejala ini bisa diikuti dengan demam, nyeri otot, dan
penuruan nafsu makan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, bisa terjadi
komplikasi, seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis, yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Sindroma
varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan
terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan
kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari
normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

2) Streptococcus grup B

Infeksi pada kehamilan yang juga sering terjadi adalah infeksi


Streptococcus grup B. Ibu hamil yang terkena infeksi ini bisa menulari
bayinya saat proses persalinan, dan efeknya sangat berbahaya bagi
nyawa bayi baru lahir. Biasanya, infeksi ini tidak menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, sebaiknya Bumil melakukan pemeriksaan untuk
mendeteksi Streptococcus grup B sebelum persalinan. Bayi yang telah
terinfeksi Streptococcus grup B umumnya menunjukkan gejala demam,
masalah pernapasan, kulit kebiruan, dan kejang.

3) CMV (cytomegalovirus)

Infeksi yang lebih sering dialami anak-anak ini dapat menyebabkan


gangguan pada janin jika dialami oleh ibu hamil, apalagi jika
sebelumnya Bumil belum pernah mengalami infeksi ini. CMV
merupakan jenis virus yang satu kelompok dengan herpes dan dapat
menyebabkan luka yang disertai dengan cacar air. Infeksi CMV pada
kehamilan dapat menyebabkan bayi mengalami epilepsi, gangguan
pendengaran, kebutaan, hingga kesulitan belajar.

4) Hepatitis B

Banyak orang yang sedang terinfeksi hepatitis B tapi tidak merasakan


gejala apa pun. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk menjalani
tes hepatitis, sebab kondisi ini dapat menular ke janin. Jika tertular dan
tidak ditangani, bayi dapat mengalami penyakit hati dengan kondisi
yang berat dalam pertumbuhannya. Oleh karena itu, bayi baru lahir
yang telah terinfeksi perlu menerima vaksin hepatitis B dan terapi imun
dalam waktu 12 jam setelah melahirkan.

5) Hepatitis C

Seperti hepatitis B, orang yang mengalami hepatitis C sering tidak


merasakan gejala apa pun. Penyakit yang menyebar melalui darah ini
dapat membahayakan hati. Jika ibu hamil menderita hepatitis C, ada
kemungkinan penyakit ini akan diderita juga oleh janinnya, meski tidak
sebesar peluang hepatitis B. Bayi yang baru lahir dengan hepatitis
biasanya memiliki berat badan lahir rendah dan memerlukan perawatan
intensif neonatal.

6) Herpes genital

Ibu hamil yang mengalami herpes genital atau herpes simplex mungkin
perlu menjalani operasi caesar untuk mengurangi risiko menularnya
penyakit ini ke bayi pada saat persalinan. Herpes genital dapat menular
melalui hubungan seksual dengan pasangan yang lebih dulu terinfeksi.
Gejala awalnya berupa lepuh atau luka yang nyeri pada alat kelamin.
Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada
bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa
menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan
atau pendengaran serta kematian bayi.

7) Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah salah satu dari infeksi yang paling
membahayakan janin. Rubella sebenarnya dapat dicegah dengan
imunisasi MMR. Sayangnya, vaksin ini tidak dapat diberikan pada ibu
hamil. Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk menjalani vaksinasi
MMR sebelum hamil. Ibu hamil yang menderita rubella pada 4 bulan
awal kehamilannya berisiko mengalami keguguran atau kecacatan
janin. Biasanya, gejalanya meliputi ruam berbintik merah atau merah
muda. Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan
penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan
mental dan cerebral palsy.

8) Toksoplasmosis

infeksi lain yang berbahaya, misalnya toksoplasmosis yang ditularkan


melalui tinja kucing. Oleh karena itu, Bumil perlu lebih berhati-hati jika
memiliki hewan peliharaan.. Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa
menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan
pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa,
keterbelakangan mental dan cerebral palsy. Infeksi parasit toxoplasma
dapat menular dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, di
antaranya:

● Kontak langsung dengan tinja kucing yang terinfeksi


● Kontak dengan tanah yang telah terkontaminasi tinja kucing yang
terinfeksi
● Konsumsi daging mentah atau setengah matang, buah dan sayur
yang belum dicuci bersih, serta keju atau susu yang tidak melalui
proses pasteurisasi
● Penggunaan peralatan masak yang digunakan untuk mengolah
daging mentah yang terkontaminasi parasit toxoplasma
● Konsumsi air yang telah terkontaminasi parasit toxoplasma

b) Cara Mengurangi Risiko Infeksi Pada Ibu Hamil


Untuk mencegah terkena infeksi, Bumil sebaiknya menjaga jarak dengan
orang yang sedang sakit. Sayangnya, tidak semua penyakit tersebut
menimbulkan gejala. Sering kali seseorang tidak mengetahui bahwa
dirinya sedang menderita infeksi tertentu. Oleh karena itu, penting juga
bagi Bumil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dan selama
kehamilan. Selain itu, Bumil juga dapat mengikuti beberapa panduan di
bawah ini:

• Hindari kontak dengan hewan peliharaan selama hamil, terutama jika


hewan sedang sakit. Mintalah bantuan orang lain untuk mengurus
keperluannya, seperti membersihkan tinja dan kandang.
• Kenakan sarung tangan jika Bumil sering berkebun atau bercocok
tanam.
• Pastikan untuk mencuci sayuran dan buah yang akan dikonsumsi.
• Pastikan telur, ikan, dan daging dimasak hingga matang sebelum
dikonsumsi.
• Hindari mencium bibir anak kecil.
• Cuci tangan secara teratur dengan air hangat dan sabun, terutama
setelah mengganti popok anak.
• Hindari berbagi pakai alat makan maupun minum dengan anak-anak.
• Pastikan Bumil telah mendapatkan vaksin yang dibutuhkan selama
hamil.
• Lakukan konseling prakonsepsi untuk mempersiapkan kehamilan yang
akan datang untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan selama
kehamilan.

7. Menghitung Masa Subur

Memperkirakan dan menghitung masa subur setelah


haid adalah salah satu cara untuk meningkatkan peluang
memiliki keturunan. Jika Anda ingin segera hamil,
penting untuk membuat catatan periode haid setap
bulannya agar bisa memperkirakan waktu yang tepat
untuk berhubungan intim. Dalam siklus haid, ada hari-
hari tertentu di mana wanita berada di kondisi yang
paling subur untuk melakukan hubungan intim secara
teratur dan memiliki kesempatan yang besar untuk hamil.
Siklus haid yang normal bisa dihitung sejak hari pertama
Anda mengeluarkan darah haid hingga hari terakhir
siklus haid, yaitu hari sebelum haid berikutnya dimulai.
Panjang siklus haid yang dianggap normal adalah antara
21−35 hari.

Salah satu ciri perubahan yang terjadi pada perempuan adalah mengalami
haid (menstruasi).Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang
berlangsung secara periodik dan siklik. Hal tersebut akibat dari pelepasan
(deskuamasi) endometrium akibat hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
yang mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai
pada hari ke-14 setelah ovulasi (Novita, 2018). Menstruasi atau haid
berlangsung dalam 24 hingga tidak melebihi 35 hari sekali, yang lamanya 3-7
hari dengan jumlah darah haid selama berlangsung tidak lebih dari 80 ml, ganti
pembalut 2-6 kali perhari (Prawirohardjo, 2014).

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai


datangnya menstruasi periode berikutnya. Gangguan siklus haid merupakan
masalah yang terjadi pada pola siklus menstruasi wanita yang meliputi
polimenore (<20 hari), oligomenore (>35 hari), dan amenore (>3 bulan)
(Sitoayu dkk, 2016). Menstruasi merupakan suatu proses yang sangat
kompleks yang melibatkan beberapa hormon, organ seksual, dan sistem saraf.
Hormon memiliki pengaruh yang sangat penting dalam siklus menstruasi,
apabila hormon mengalami gangguan keseimbangan maka siklus menstruasi
akan terganggu dan mengakibatkan munculnya gangguan menstruasi
(Anindita, 2016).

a) Memahami Masa Subur Wanita

Masa subur wanita adalah 2–5 hari sebelum ovulasi. Haid atau
menstruasi dimulai pada hari pertama ketika dinding rahim luruh dan
keluar bersama darah dari vagina. Pada masa menstruasi, sel telur akan
kembali berkembang di dalam ovarium. Saat sel telur sudah matang,
ovarium akan melepaskan sel telur tersebut. Peristiwa inilah yang disebut
dengan ovulasi. Mengetahui kapan ovulasi terjadi adalah hal penting,
sebab pada saat itulah sel telur dilepaskan dari ovarium dan harus segera
dibuahi dalam waktu 12–24 jam. Pertemuan antara sel telur dan sperma di
waktu yang tepat dapat berpeluang besar untuk menghasilkan embrio.

Masa ovulasi setiap wanita bisa berbeda-beda, proses ovulasi tersebut


terjadi sekitar 12–14 hari sebelum hari pertama menstruasi berikutnya.
Sebenarnya kapan ovulasi dimulai tergantung pada siklus menstruasi yang
dialami. Bila memiliki siklus menstruasi yang tergolong singkat, misalnya
hanya 22 hari, maka ovulasi bisa terjadi hanya beberapa hari setelah
menstruasi berakhir. Jadi, waktu ovulasi tiap wanita bisa berbeda-beda.
Tergantung lamanya siklus haid setiap bulannya. Misalnya, dalam siklus
haid yang rata-rata 28 hari, ovulasi biasanya terjadi di hari ke-12 hingga
ke-14 setelah haid hari pertama.

Masa subur dimulai di sekitar waktu ovulasi, yaitu kira-kira lima hari
sebelum ovulasi terjadi. Biasanya, masa subur wanita terjadi sekitar 12–16
hari sebelum masa haid berikutnya. Dengan kata lain, rata-rata wanita
mengalami masa subur di antara hari ke-10 sampai hari ke-17 setelah hari
pertama menstruasi terakhir. Namun, hal tersebut berlaku bagi wanita
yang memiliki siklus menstruasi teratur 28 hari. Hal yang menjadi
tantangan adalah lama masa haid wanita bisa berubah dari waktu ke
waktu, normalnya berlangsung 2–7 hari. Kondisi ini membuat ovulasi
dapat berbeda sepekan lebih cepat atau lebih lambat dibanding periode
sebelumnya.

b) Cara Menghitung Masa Subur Setelah Haid

Sel telur hanya dapat bertahan selama 24 jam setelah dikeluarkan.


Jadi, bila ingin hamil, sel telur harus dibuahi dalam waktu 12–24 jam
setelah ovulasi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kapan wanita
sedang berada pada kondisi paling subur. Umumnya masa subur wanita
dihitung berdasarkan catatan dan analisis siklus haid selama setidaknya 8
bulan terakhir. Berikut adalah cara menghitung masa subur wanita:
● Ketahui siklus terpendek. Sebagai contoh, siklus terpendek menstruasi
adalah 27 hari. Kurangi 27 dengan 18 dan hasilnya adalah 9. Angka ini
adalah hari pertama saat berada pada posisi paling subur.
● Ketahui siklus terpanjang. Sebagai contoh, siklus terpanjang menstruasi
adalah 30 hari. Kurangi 30 dengan 11 dan hasilnya adalah 19. Angka
ini adalah hari terakhir saat paling subur.
Dengan demikian, jika siklus haid Anda rata-rata adalah 27–30 hari, maka
masa paling subur Anda adalah pada hari ke-9 hingga ke-19.
Sebagai contoh agar lebih paham tentang cara yang paling tepat untuk
menghitung masa subur pada wanita, yaitu:
● Jika siklus menstruasi rata-rata kamu adalah 28 hari, maka ovulasi
dapat terjadi sekitar hari ke-14 dan hari-hari paling subur adalah hari
ke-12, 13, dan 14.
● Jika siklus menstruasi rata-rata adalah 35 hari, ovulasi terjadi sekitar
hari ke-21 dan hari-hari paling subur adalah hari ke-19, 20, dan 21.
● Jika siklus menstruasi yang terjadi lebih pendek, sebagai contoh 21
hari, maka ovulasi dapat terjadi sekitar hari ke-7 dan hari paling subur
adalah hari ke-5, 6, dan 7.
Beberapa wanita memiliki siklus yang sangat tidak teratur atau merasa
sulit untuk menghitung panjang siklus rata-rata pada dirinya. Hal ini dapat
menyulitkan untuk berolahraga saat ovulasi terjadi. Jika terlalu sulit untuk
menghitung masa subur wanita, cobalah untuk berhubungan intim setiap
2–3 hari agar peluang untuk hamil lebih tinggi.

c) Tanda-Tanda Masa Subur Wanita

Agar semakin memperkuat prediksi hari paling subur, bisa juga


menggunakan indikator tanda-tanda masa subur wanita, seperti:

1) Meningkatnya suhu basal tubuh

Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh saat bangun di pagi hari. Jika suhu
tubuh saat bangun di pagi hari sedikit lebih tinggi dari 35,5–36,6 derajat
Celsius yang merupakan suhu normal tubuh, ini bisa berarti seseorang
sedang mengalami ovulasi. Untuk memantau kenaikan suhu basal,
dapat menggunakan termometer khusus suhu basal tubuh.

2) Adanya perubahan lendir dari mulut rahim

Hormon yang mengontrol siklus haid juga memengaruhi lendir yang


keluar dari mulut rahim atau lendir serviks. Tepat sebelum dan selama
ovulasi, terdapat perubahan jumlah, warna, dan tekstur lendir. Beberapa
hari sebelum ovulasi, lendir biasanya akan menjadi lengket, keruh, dan
keputihan. Sementara itu, tepat sebelum ovulasi, lendir akan menjadi
licin seperti putih telur. Tahap ini biasanya berlangsung selama 3–4
hari, dan pada saat inilah seorang wanita memiliki kemungkinan besar
untuk hamil jika melakukan hubungan intim.

3) Nyeri pada perut atau punggung

Di masa ovulasi, yaitu di sekitar pertengahan siklus haid, beberapa


wanita akan merasakan nyeri ringan hingga berat pada perut bagian
bawah atau punggung. Rasa sakit ini dapat menjadi salah satu tanda
untuk membantu mendeteksi masa subur.

4) Perasaan lebih bergairah

Sebagian wanita merasakan lebih bergairah, lebih bersemangat, dan


lebih mudah bersosialisasi tepat sebelum ovulasi. Tak hanya itu,
seorang wanita juga akan terlihat lebih seksi saat berada pada masa
subur.

d) Gangguan pada Siklus Menstruasi

Gangguan menstruasi dapat berupa gangguan pada siklus menstruasi


(polimenore, oligomenore, dan amenore), perubahan jumlah darah
menstruasi (hipermenore dan hipomenore), perdarahan di luar siklus
menstruasi (metrogia, spotting, dan kontak berdarah), dan gangguan yang
berhubungan dengan siklus menstruasi (ketegangan menstruasi,
mastodinia, dan dismenore).
Gangguan siklus haid dapat berupa :

1) Polimenorea adalah siklus haid pendek atau kurang dari 21 hari,


2) oligomenorea adalah siklus haid yang lebih dari 35 hari, sedangkan
3) amenorea adalah siklus haid yang lebih dari 90 hari atau tidak
menjumpai menstruasi 3 bulan beruntun. Amenorea diklasifikasikan
menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder.

● Amenorea primer adalah keadaan dimana wanita berusia 18 tahun


ke atas belum pernah mendapat menstruasi, sedangkan

● amenorea sekunder mengacu pada wanita yang sempat mengalami


menstruasi namun tidak mengalaminya lagi

4) Hipomenorea merupakan lama menstruasi kurang dari 4 hari dan


5) hipermenorea apabila lebih dari 8 hari. Perempuan memiliki siklus
haid 21-35 hari.
6) Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid disebut perdarahan
bukan haid
7) Premenstrual syndrome (PMS) muncul sebelum menstruasi dan hilang
pada menstruasi dengan gejala emosional, psikologis dan fisik

Siklus menstruasi yang lebih panjang atau pendek berisiko


menyebabkan infertilitas atau lebih sulit hamil (Hazanah, 2013). Beberapa
faktor yang berdampak pada ketidakteraturan siklus haid antara lain status
gizi, konsumsi gizi, stres, merokok, mengkonsumsi obat hormonal dan
gangguan endokrin (Dya, dkk, 2019).

8. Persiapan Kehamilan Pasca KB

Keluarga berencana atau KB adalah program pemerintah merencanakan


kehamilan. Pasangan menikah diimbau mengikuti program ini demi
kepentingan bersama, terutama setelah memiliki anak atau untuk menjaga jarak
kelahiran anak. Namun ada kalanya muncul keinginanan berhenti KB dengan
alasan tertentu. Terdapat berbagai jenis KB yang memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, diantaranya:
a) IUD (Intrauterine Device): berupa alat yang dimasukkan ke uterus
perempuan untuk mencegah sperma membuahi sel telur.
b) Kondom: alat kontrasepsi yang umumnya dikenakan oleh pria untuk
mencegah sperma masuk ke tubuh perempuan.
c) Pil Hormon: Pil yang mengandung hormon progesteron atau Progesteron
Estrogen yang harus dikonsumsi rutin.
d) Implan: pemasangan alat hormonal didalam lengan atas yang bisa
menghindari kehamilan hingga setidaknya tiga tahun
e) Suntik: suntikan harus dilakukan secara rutin karena sifat efektivitasnya
sementara.
f) Tubektomi: Jenis KB permanen dengan cara menutup tuba falopi lewat
prosedur operasi supaya rahim tak bisa dimasuki sel telur
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kapan seorang perempuan bisa
setelah berhenti KB, yang pasti jenis KB yang digunakan akan sangat
berpengaruh. Umumnya periode yang dibutuhkan untuk bisa hamil setelah
berhenti KB adalah berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Makin lama KB
yang dijalani sebelumnya, makin lama pula cacar menyuburkan kandungan
kembali. Cara menyuburkan kandungan setelah berhenti KB;

a) Jaga kesehatan

Menjaga kesehatan adalah cara menyuburkan kandungan yang amat penting


dengan menerapkan hidup sehat, seperti rajin berolahraga dan makan
makanan bergizi seimbang. Kebiasaan yang menganggu kesehatan
diupayakan untuk di jauhi, misalnya merokok dan kerap begadang.

b) Cegah stress

Stres dapat mempengaruhi kesuburan perempuan. Perempuan yang dilanda


stres pada umunya memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Ini akan
membuat perhitungan masa subur lebih sulit. Stress akan membuat kerja
hormon terganggu yang pada akhirnya bisa menghalangi kesuburan.

c) Tes medis
Tes medis bisa menjadi cara menyuburkan kandungan setelah lepas dari KB
juga sekaligus dapat digunakan untuk mendekteksi adanya gangguan yang
mungkin memicu resiko fatal jika perempuan hamil. Tes meliputi;

- Pemeriksaan pap smear


- Tes Darah hormonal
- Tes Urine
- Tes Ovulasi
- Tes Organ reproduksi

Anda mungkin juga menyukai