I. Identitas SAP
Topik : Kesehatan Reproduksi
Sub Pokok Pembahasan :Pemeriksaan Fisik Pada Perencanaan dan
Persiapan Kehamilan Sehat
Sasaran : Wanita usia produktif dan telah menikah
Hari/ Tanggal : Senin, 26 September 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Poltekkes Kemenkes Malang
Penyuluh : Mahasiswa
A. Identifikasi Masalah
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh
kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh
proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan juga pada saat pemakaian
alat kontrasepsi. Proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya
manusia yang akan datang. Pelayanan kesehatan maternal neonatal
merupakansalah satu unsur penentu status kesehatan. Kontinuitas perawatan
ibu dan anak berakar dari kemitraan klien dan bidan dalam jangka panjang
dimana bidan mengetahui riwayat klien dari pengalaman dan hasil
penelusuran informasi sehingga dapat mengambil suatu tindakan.
Berdasarkan hal tersebut kami ingin melakukan penyuluhan untuk
menambah pengetahuan kepada wanita usia poduktif yang telah menikah agar
mampu mempersiapkan diri untuk dapat mencapai kehamilan yang sehat.
E. Metode
Ceramah, tanya jawab.
F. Media
Laptop, PPT, Lembar Balik.
G. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No. Tahapan Waktu Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1. Pendahuluan: 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab
Pembukaan pembuka salam
2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan
diri
3. Menjelaskan
pokok bahasan
dan tujuan
penyuluhan
2. Inti: 15 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
Pelaksanaan pengertian dengan
kesiapan seksama
kehamilan, cara
menjaga pola
fisik sebelum
hamil, cara
menjaga dan
menghitung BB
ideal.
2. Menjelaskan cara
menentukan
status gizi
sebelum hamil,
cara
meminimalkan
bahaya
lingkungan
sebelum hamil,
dan menjelaskan
infeksi yang
dapat
mempengaruhi
kehamilan
3. Menjelaskan cara
menghitung
masa subur, dan
persiapan
kehamilan pasca
KB
3. Penutup: 5 menit 1. Melakukan 1. Diskusi
Evaluasi Tanya jawab
Terminasi 5 menit 1. Megucapkan 1. Mendengarkan
terima kasih atas 2. Menjawab
peran serta salam
2. Mengucapkan
salam penutup
H. Evaluasi
a. Struktur : Peserta hadir ditempat penyuluhan.
: Penyelenggaraan hadir di tempat.
: Pengorganisasian penyelenggaraa penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
b. Progres : Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
: Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan berakhir.
: Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
c. Program : Ibu mengetahui pemeriksaan fisik pada perencanaan
dan persiapan kehamilan sehat.
: Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang ibu.
I. Pengorganisasian
a. Pembimbing : Gita Kostania.,SST.,M.Kes
b. Ketua Pelaksana : Hafidhotul Ilmilah Parera
c. Sekertaris : Seconda Ayuning Fitria
d. Bendahara : Shafinas Azzuroh S
e. Pembawa acara : Ella Kusuma Ning Ayu
f. Moderator : Nafa Eka Zhasmita
g. Pembicara : Atika Rahmawati
: Dhela Siswi Prastiti
h. Observer : Nabella Sintia Deby
: Sendi Erika
i. Fasilitator : Izza Qurotaaini
: Ulfah Khoirotun Nisa
: Yessika Riski Melati
j. Dokumentasi : Stefanie Milenia
: Apreilya Charoline
J. Penataan Tempat
Lokal C Poltekkes Kemenkes Malang
LCD
PEMBICARA
PEMBICARA
AUDIENS AUDIENS
AUDIENS AUDIENS
FASILITATOR FASILITATOR
K. Daftar Pustaka
Herizasyam, & Oktalia, J. (2016). Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan
Faktor-Faktor Yang Memperngaruhinya. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan, 147-159.
Belladewan, Fajar Shandy (2017) Hubungan Motivasi Dengan Perilaku
Kesiapan Kehamilan Pada Ibu Primigravida (Studi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gempol, Kabupaten Pasuruan). Undergraduate (S1) Thesis,
University Of Muhammadiyah Malang.
Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi Kedua, EGC, Jakarta,
hal.11-25
Asiyah, S., Kurniawati, I. Hubungan Status Gizi Ibu Selama Hamil Dengan
Berat Badan Bayi Lahir Di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Tiron
Kecamatan Banyakan Kediri. Jurnal Gema Bidan Indonesia, 2015, 3(1):
36-40.
Bärebring, L., Brembeck, P., Löf, M., Brekke, H.K., Winkvist, A., Augustin,
H. Food intake and gestational weight gain in Swedish women.
SpringerPlus, 2016, 5(1): 1-6.
Daba, G., Beyene, F., Fekadu, H., Garoma, W. Assessment of Knowledge of
Pregnant Mothers on Maternal Nutrition and Associated Factors in Guto
Gida Woreda, East Wollega Zone, Ethiopia. Journal of Nutrition & Food
Sciences, 2013, 3(1): 1-7.
Darnton-Hill, I. Nutrition Counselling During Pregnancy: Biological,
Behavioural and Contextual Rationale, 2013, Geneva WHO, (Online),
(http://www.who.int/elena/bbc/nutrition_counselling_pregnancy/en/,
diakses 28 April 2016).
Departemen Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan dan JICA.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi
Bidan dan Perawat. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Fathonah, S., 2016. Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil, Erlangga, Jakarta,
hal. 12-156.
Istiany, A. dan Rusilanti, 2013. Gizi Terapan, Cetakan Pertama, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, hal. 44-45.
Melati, R., Raudatussalamah, R. Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan
Motivasi Dalam Menjaga Kesehatan Selama Kehamilan. Jurnal Psikologi,
2012, 8(2): 111–118.
Ministry of Health, Guidance for Healthy Weight Gain in Pregnancy.
Wellington: Ministry of Health, 2014, (Online), (www.health.govt.nz,
diakses 13 Maret 2016).
Munim, S., Maheen, H. Association of gestational weight gain and pre-
pregnancy body mass index with adverse pregnancy outcome. Journal of
the College of Physicians and Surgeons Pakistan, 2012, 22(11), 694–698.
Notoatmodjo, S., 2012b. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan
Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta, hal. 57-142.
Ota, E., Haruna, M., Suzuki, M., Anh, D.D., Tho, L.H., others. Maternal body
mass index and gestational weight gain and their association with perinatal
outcomes in Viet Nam. Bulletin of the World Health Organization, 2011,
89(2): 127–136.
Proverawati, A. dan Wati, E.K., 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan, Cetakan Kedua, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 105-181.
Rahayu, N.F., Cristiani, N., Nirmasari, C., Waluyo, A.K.N., 2014. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Dengan Peningkatan Berat
Badan Selama Hamil Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Rahmawati, W., Wirawan, N.N., Wilujeng, C.S., Fadhilah, E., Nugroho, F.A.,
others. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota Malang dan
Kabupaten Malang. Indonesian Journal of Human Nutrition, 2016,
Suplemen Juni 2016.
Reese, E.A., Lammi-Keefe, C.J., Couch, S.C., Philipson, E., 2008. Handbook
of nutrition and pregnancy. Springer Science & Business Media.
Yaktine, A.L., Rasmussen, K.M., others, Weight Gain During Pregnancy::
Reexamining the Guidelines, 2009, National Academies Press.
[JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(PKM), P-ISSN: 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2022] HAL 75-80.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1635
Reed BG, Carr BR. NCBI Bookshelf (2018). The Normal Menstrual Cycle
and the Control of Ovulation.
NHS UK (2018). Can I Get Pregnant Just After My Period Has Finished?
Mayo Clinic (2019). How to Get Pregnant.
Fertility Coalition. When Are You More Likely to Conceive?
Gurevich, R. Verywell Family (2020). When and How Often to Have Sex to
Get Pregnant.
Gurevich, R. Verywell Family (2020). 8 Signs of Ovulation that Help Detect
Your Most Fertile Time.
Parenting. How To Calculate Your Fertile Window Using Your Menstrual
Cycle.
WebMD (2020). How to Chart Your Menstrual Cycle.
Anita, A. (2017). Faktor Penyakit Infeksi, Penggunaan Obat dan Gizi Ibu
Hamil terhadap Terjadinya Kelainan Kongenital pada Bayi Baru
Lahir. Jurnal Kesehatan, 8(1), 120-126.
GenioFam. 99 Tips Mempersiapkan & Menjaga Kehamilan. Yogyakarta:
Leutika. 2010.
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC
Lampiran:
DAFTAR HADIR
Alamat
No Nama Tanda Tangan
MATERI
PEMERIKSAAN FISIK PADA PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
KEHAMILAN
1. Kesiapan Kehamilan
a) Kondisi Fisik
Perencanaan waktu yang tepat untuk hamil adalah sebagai wujud kehadiran
bayi yang benar-benar dipersiapkan dengan matang. Kapan saat tepat untuk
hamil adalah tergantung dari kebutuhan dan kondisi pasangan.
Usia wanita saat ini semakin meningkat dan usia hamil adalah 18-30 tahun,
karena pada usia ini kemampuan reproduksi indung telur untuk
memproduksi sel telur dan fungsi alat reproduksi yang baik. Semakin
bertambahnya usia, kemampuan reproduksi sel telur akan menurun.
a. Olahraga
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur. Selama
masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup berolahraga. Aktivitas fisik ini
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu
selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah raga selain menyehatkan,
juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Olahraga yang mungkin
dapat dilakukan dalam masa prakonsepsi seperti jogging, yoga, senam
kegel, pilates dan berenang. Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan
pada waktu hamil diharapkan tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu
kurus alias normal. Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas
(kegemukan) dan menambah berat badan bila terlalu kurus (Geniofam,
2010).
b. Istirahat
Selama masa prakonsepsi dianjurkan untuk menjaga pola tidur yang
cukup, mengatur jadwal kegiatan sehari-hari dan menghindari stress. Stres
dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus (kelenjar di otak yang dapat
mengatur nafsu makan dan emosi). Ternyata kelenjar ini jugalah yang
mengatur hormon pemicu pelepasan sel telur. Stres akan menjadi faktor
penghambat persiapan agar cepat hamil (Geniofam, 2010).
Anjuran kenaikan Berat Badan (BB) berbeda antara ibu yang mempunyai
status gizi baik dan ibu yang kurang gizi atau ibu yang mempunyai status
gizi lebih (berdasarkan Indeks Masa Tubuh/IMT).
• Pada ibu kurang gizi atau kurus, kenaikan berat badan sebaiknya antara:
12,5-18 kg
• Pada ibu dengan status gizi baik, kenaikan berat badan sebaiknya antara:
11,5-16 kg
• Pada Ibu sangat gemuk, kenaikan berat badan sebaiknya antara : 5-9 kg
(Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2016)
● Hasil diplot pada grafik dengan memberi tanda silang (x) pada titik
yang sesuai
● Keterangan grafik :
1. Area di antara garis putus2 besar ------ range kenaikan BB ibu
hamil dengan KEK
Apabila kenaikan berat badan berada di luar rentang dalam plot, lakukan
konsultasi dengan bagian gizi. Apabila dicurigai ketidak sesuaian kenaikan
berat badan selama kehamilan diakibatkan oleh kelainan sistemik seperti
infeksi atau gangguan metabolic lakukan pemeriksaan penunjang yang
sesuai dan lakukan rujukan.
d. Tips-Tips Untuk Menjaga Berat Badan Selama Hamil
Pilihlah buah dan sayuran yang segar. ibu dapat mengolahnya sebagai
camilan maupun menu makanan utama saat hamil. Namun, pastikan
mencuci buah dan sayur dengan bersih sebelum dikonsumsi. Tujuannya
agar ibu terhindar dari infeksi toksoplasma saat hamil.
Makanan seperti roti dan sereal yang berbahan gandum utuh dapat
memiliki kandungan serat yang tinggi. Itu sebabnya, dapat diserap tubuh
dengan lebih efektif dan menjaga berat badan ideal saat hamil. Makanan
berserat juga dapat melancarkan pencernaan ibu sehingga terhindar dari
diare atau sembelit saat hamil.
Pilih produk susu rendah lemak untuk dikonsumsi sekitar 4 gelas sehari.
Bisa pula Ibu mengonsumsi makanan olahan susu seperti yoghurt dan
keju. Hindari minum susu mentah saat hamil karena berisiko
mengandung bakteri yang berbahaya bagi kehamilan. Agar nutrisi lebih
tercukupi, Ibu bisa minum susu khusus untuk ibu hamil.
5) Hindari gorengan
Agar berat badan tidak naik drastis saat hamil, usahakan menghitung
kalori makanan. Selain kalori, perhatikan pula kadar lemak, gula, dan
garam pada makanan yang akan Ibu konsumsi. Dengan memperhatikan
kalori yang dikonsumsi setiap makan, Ibu akan cenderung memilih menu
yang rendah kalori dan tidak makan berlebihan. Penting untuk
menghindari junk food saat sedang makan di luar. Lebih baik memesan
makanan seperti salad, sayuran, atau sup.
7) Memasak di rumah
Agar lebih mudah jumlah kalori makanan, lebih baik Ibu memasak
makanan sendiri di rumah. Selain membantu menjaga berat badan saat
hamil, memasak sendiri juga dapat menjamin bahan-bahan yang
digunakan sehat dan aman. Jangan gunakan terlalu banyak minyak saat
memasak dan hindari masak dengan cara digoreng. Masak dengan cara
menumis, merebus, atau mengukus merupakan pilihan yang lebih baik
dibandingkan dengan menggoreng.
8) Rutin olahraga
Menjaga berat badan saat hamil dapat Ibu lakukan seiring dengan
menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Terapkanlah pola hidup
sehat sejak persiapan kehamilan agar Ibu memiliki berat badan ideal
sebelum hamil. Pastikan Ibu berhenti merokok, stop minum alkohol,
serta beristirahat yang cukup.
Menurut Supariasa dkk (2002) penilaian status gizi dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung, yaitu: Pertama, Penilaian status gizi langsung,
adalah dengan antropometri, pemeriksaan fisik seperti gejala-gejala klinis,
biokimia, dan biofisik. Metode antropometri merupakan metode penilaian
status gizi yang umum dipakai ditinjau dari sudut pandang gizi.
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen darah,
urine, rambut dan lain-lain yang diuji menggunakan alat khusus, yang
umumnya dilakukan di laboratorium. Tujuan penilaian biokimia adalah untuk
mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan status
biokimia pada jaringan dan atau cairan tubuh serta tes fungsional (Hardinsyah
dan Supariasa, 2017). Kadar Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang
digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan
senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Penilaian status gizi dengan kadar Hb
merupakan penilaian status gizi secara biokimia. Fungsinya untuk mengetahui
satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan yaitu anemia gizi
(Supariasa dkk, 2002).
Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita
usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45
tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
(PUS). Ambang batas lingkar lengan atas (LiLA) pada WUS dengan risiko
kekurangan energi kronik adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan
pita ukur (metlin). Apabila lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi kronik dan sebaliknya
apabila lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko
dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut (Syarfaini,
2016).
a) Obat-obatan
b) Sinar rontgen
c) Bahan-bahan kimia
Berbagai macam bahan kimia diperkirakan berdampak pada
perkembangan janin. Termasuk dalamnya adalah produk-produk minyak
tanah, seperti insektisida, berbagai macam plastik, bahan pencair dan
timah. Persiapan menjadi orang tua sering kali mencakup perbaikan rumah
dan pengecatan. Untungnya, banyak bahan industri berbahaya dan
pewarna dalam cat berbahaya telah dihilangkan dari produk rumah tangga.
Pewarna dan pengisi pada cat yang digunakan di rumah tangga, jika
diaplikasikan atau dicat pada dinding, tidak akan membahayakan
kesehatan pemilik yang sedang merenovasi rumah. Tapi penggunaan cat
semprot tidak dianjurkan. Bahan berpotensi berbahaya yang ditemukan
dalam cat adalah glikol, eter, merkuri, bromida pelepas formaldehida, dan
pelarut hidrokarbon. Tindakan perlindungan lain yang dapat diambil saat
mengecat rumah adalah dengan memberikan ventilasi yang efektif dan
memakai sarung tangan di area yang dicat. Untuk dosis tinggi dan paparan
yang lama, disarankan untuk memakai respirator (alat pernapasan) atau
meminta orang lain untuk mengecatnya.
d) Merokok
e) Alkohol
f) Pekerjaan pabrik
1) Cacar air
Ibu hamil yang sebelumnya belum pernah mengalami cacar air dan
bersinggungan dengan penderita penyakit ini berisiko lebih tinggi
mengalami cacar air saat hamil.. Gejala utama yang timbul adalah
bercak-bercak merah di seluruh tubuh yang kemudian berisi cairan dan
bisa pecah. Gejala ini bisa diikuti dengan demam, nyeri otot, dan
penuruan nafsu makan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, bisa terjadi
komplikasi, seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis, yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Sindroma
varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan
terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan
kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari
normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.
2) Streptococcus grup B
3) CMV (cytomegalovirus)
4) Hepatitis B
5) Hepatitis C
6) Herpes genital
Ibu hamil yang mengalami herpes genital atau herpes simplex mungkin
perlu menjalani operasi caesar untuk mengurangi risiko menularnya
penyakit ini ke bayi pada saat persalinan. Herpes genital dapat menular
melalui hubungan seksual dengan pasangan yang lebih dulu terinfeksi.
Gejala awalnya berupa lepuh atau luka yang nyeri pada alat kelamin.
Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada
bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa
menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan
atau pendengaran serta kematian bayi.
7) Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah salah satu dari infeksi yang paling
membahayakan janin. Rubella sebenarnya dapat dicegah dengan
imunisasi MMR. Sayangnya, vaksin ini tidak dapat diberikan pada ibu
hamil. Oleh karena itu, Bumil disarankan untuk menjalani vaksinasi
MMR sebelum hamil. Ibu hamil yang menderita rubella pada 4 bulan
awal kehamilannya berisiko mengalami keguguran atau kecacatan
janin. Biasanya, gejalanya meliputi ruam berbintik merah atau merah
muda. Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan
penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan
mental dan cerebral palsy.
8) Toksoplasmosis
Salah satu ciri perubahan yang terjadi pada perempuan adalah mengalami
haid (menstruasi).Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang
berlangsung secara periodik dan siklik. Hal tersebut akibat dari pelepasan
(deskuamasi) endometrium akibat hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
yang mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai
pada hari ke-14 setelah ovulasi (Novita, 2018). Menstruasi atau haid
berlangsung dalam 24 hingga tidak melebihi 35 hari sekali, yang lamanya 3-7
hari dengan jumlah darah haid selama berlangsung tidak lebih dari 80 ml, ganti
pembalut 2-6 kali perhari (Prawirohardjo, 2014).
Masa subur wanita adalah 2–5 hari sebelum ovulasi. Haid atau
menstruasi dimulai pada hari pertama ketika dinding rahim luruh dan
keluar bersama darah dari vagina. Pada masa menstruasi, sel telur akan
kembali berkembang di dalam ovarium. Saat sel telur sudah matang,
ovarium akan melepaskan sel telur tersebut. Peristiwa inilah yang disebut
dengan ovulasi. Mengetahui kapan ovulasi terjadi adalah hal penting,
sebab pada saat itulah sel telur dilepaskan dari ovarium dan harus segera
dibuahi dalam waktu 12–24 jam. Pertemuan antara sel telur dan sperma di
waktu yang tepat dapat berpeluang besar untuk menghasilkan embrio.
Masa subur dimulai di sekitar waktu ovulasi, yaitu kira-kira lima hari
sebelum ovulasi terjadi. Biasanya, masa subur wanita terjadi sekitar 12–16
hari sebelum masa haid berikutnya. Dengan kata lain, rata-rata wanita
mengalami masa subur di antara hari ke-10 sampai hari ke-17 setelah hari
pertama menstruasi terakhir. Namun, hal tersebut berlaku bagi wanita
yang memiliki siklus menstruasi teratur 28 hari. Hal yang menjadi
tantangan adalah lama masa haid wanita bisa berubah dari waktu ke
waktu, normalnya berlangsung 2–7 hari. Kondisi ini membuat ovulasi
dapat berbeda sepekan lebih cepat atau lebih lambat dibanding periode
sebelumnya.
Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh saat bangun di pagi hari. Jika suhu
tubuh saat bangun di pagi hari sedikit lebih tinggi dari 35,5–36,6 derajat
Celsius yang merupakan suhu normal tubuh, ini bisa berarti seseorang
sedang mengalami ovulasi. Untuk memantau kenaikan suhu basal,
dapat menggunakan termometer khusus suhu basal tubuh.
a) Jaga kesehatan
b) Cegah stress
c) Tes medis
Tes medis bisa menjadi cara menyuburkan kandungan setelah lepas dari KB
juga sekaligus dapat digunakan untuk mendekteksi adanya gangguan yang
mungkin memicu resiko fatal jika perempuan hamil. Tes meliputi;