Anda di halaman 1dari 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

ANALISIS JALUR PEMASARAN, MARJIN PEMASARAN, DAN


TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Carolin Ita Wulansari


Universitas Sanata Dharma
2015

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran
getah karet di Desa Pagar Gading, (2) untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran
dalam jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (3) untuk mengetahui
transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading.
Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis
marjin pemasaran dan farmer’s share serta analisis elastisitas transmisi harga. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi penelitian di Desa Pagar
Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani karet dan pedagang karet di Desa Pagar Gading.
Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik snowball sampling.
Penelitian ini menggunakan data primer sebagai data utama. Data diperoleh dari
wawancara dengan petani dan pedagang getah karet. Bentuk data yang digunakan
dalam analisis ini adalah data cross-section dan data time series. Data cross-section
digunakan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran,
sedangkan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jalur-jalur
pemasaran para petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul, pedagang
besar, dan pemasok industri. Dari analisis farmer’s share disimpulkan bahwa bagian
harga yang dinikmati petani cukup besar, yaitu dari tingkat petani skala produksi
besar sebesar 70,72 persen, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71,11
persen, dan dari tingkat petani skala produksi kecil sebesar 70,57 persen. Dari analisis
elastisitas transmisi harga disimpulkan bahwa kepekaan perubahan harga di tingkat
petani lebih kecil daripada perubahan harga di tingkat pedagang pemasok industri.

Kata Kunci : Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, Elastisitas Transmisi Harga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

ANALYSIS ON MARKETING CHANNELS, MARKETING MARGINAL


AND PRICE TRANSMISSION OF LATEX AT DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

CarolinItaWulansari
Sanata Dharma University
2015

The goals of this research are: (1) to know the marketing channels of latex at
DesaPagarGading, (2) to know the marketing marginal of the latex marketing
channels at Desa Pagar Gading, (3) to know the price transmission which happens in
marketing the latex at Desa Pagar Gading.
The means of analysis to reach those goals are the marginal analysis, farmer’s
share and elasticity of price transmission. The type of this research is descriptive. It is
a case study. The research location is at Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan
Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Population of this research are all latex farmers
and latex sellers at Desa Pagar Gading. Snowball sampling is a technique to take the
samples. The research uses primary data as the main data. The data were maintained
from interview with the farmers and sellers of latex. The data in this analysis are
cross-section data and time series data. The cross-section data were used in
analyzing the marketing channels and distribution of marketing marginal, while the
time series data were used in analyzing the elasticity of price transmission.
Based on the research, it can be concluded that the farmers use the service of
distributors, agents, big sellers and industry suppliers in marketing their products.
Based on the farmer’s share analysis, it can be concluded that price percentage which
is obtained by the farmers is quite big; the percentage of farmers at the big production
scale is 70,72%, percentage of farmers at the medium production scale is 71,11%, and
the percentage of the farmers at the small production scale is 70,57%. Based on the
analysis on the elasticity of price transmission, it can be concluded that the sensitivity
of price change in farmers is smaller than the price change in the level of the supplier.

Keywords: Marketing Channels, Marketing Marginal, Elasticity of Price


Transmission
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN


TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:
Carolin Ita Wulansari
NIM: 111324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSIAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN


TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:
Carolin Ita Wulansari
NIM: 111324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSIAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk mereka yang selalu memberi dukungan,

semangat, bantuan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tuhan Yesus Kristus

Bapak tercinta Stepanus Jumari

Ibu tercinta Veronika Triwasiati

Mas Budi, Mbak Desi, dan Keponakan satu-satunya Yosefa

Keluarga besar Mbah Kakung Ig. Tamin dan Mbah Putri Sutiarti

Keluarga besar di Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung

Sepupu tercinta: Mas Risto, Mas Yogi, Pipot, Toti, Risa, Vino dan Ega

Adek tercinta May Anggriani

Teman-teman Kos Condong Asri

Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2011

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jangan biarkan hidupmu seperti air karena air


akan selalu mengalir kearah yang lebih rendah”
- Egadisayu-

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

ANALISIS JALUR PEMASARAN, MARJIN PEMASARAN, DAN


TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Carolin Ita Wulansari


Universitas Sanata Dharma
2015

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran
getah karet di Desa Pagar Gading, (2) untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran
dalam jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (3) untuk mengetahui
transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading.
Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis
marjin pemasaran dan farmer’s share serta analisis elastisitas transmisi harga. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi penelitian di Desa Pagar
Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani karet dan pedagang karet di Desa Pagar Gading.
Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik snowball sampling.
Penelitian ini menggunakan data primer sebagai data utama. Data diperoleh dari
wawancara dengan petani dan pedagang getah karet. Bentuk data yang digunakan
dalam analisis ini adalah data cross-section dan data time series. Data cross-section
digunakan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran,
sedangkan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jalur-jalur
pemasaran para petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul, pedagang
besar, dan pemasok industri. Dari analisis farmer’s share disimpulkan bahwa bagian
harga yang dinikmati petani cukup besar, yaitu dari tingkat petani skala produksi
besar sebesar 70,72 persen, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71,11
persen, dan dari tingkat petani skala produksi kecil sebesar 70,57 persen. Dari analisis
elastisitas transmisi harga disimpulkan bahwa kepekaan perubahan harga di tingkat
petani lebih kecil daripada perubahan harga di tingkat pedagang pemasok industri.

Kata Kunci : Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, Elastisitas Transmisi Harga

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

ANALYSIS ON MARKETING CHANNELS, MARKETING MARGINAL


AND PRICE TRANSMISSION OF LATEX AT DESA PAGAR GADING
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR
KABUPATEN LAMPUNG UTARA

CarolinItaWulansari
Sanata Dharma University
2015

The goals of this research are: (1) to know the marketing channels of latex at
DesaPagarGading, (2) to know the marketing marginal of the latex marketing
channels at Desa Pagar Gading, (3) to know the price transmission which happens in
marketing the latex at Desa Pagar Gading.
The means of analysis to reach those goals are the marginal analysis, farmer’s
share and elasticity of price transmission. The type of this research is descriptive. It is
a case study. The research location is at Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan
Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Population of this research are all latex farmers
and latex sellers at Desa Pagar Gading. Snowball sampling is a technique to take the
samples. The research uses primary data as the main data. The data were maintained
from interview with the farmers and sellers of latex. The data in this analysis are
cross-section data and time series data. The cross-section data were used in
analyzing the marketing channels and distribution of marketing marginal, while the
time series data were used in analyzing the elasticity of price transmission.
Based on the research, it can be concluded that the farmers use the service of
distributors, agents, big sellers and industry suppliers in marketing their products.
Based on the farmer’s share analysis, it can be concluded that price percentage which
is obtained by the farmers is quite big; the percentage of farmers at the big production
scale is 70,72%, percentage of farmers at the medium production scale is 71,11%, and
the percentage of the farmers at the small production scale is 70,57%. Based on the
analysis on the elasticity of price transmission, it can be concluded that the sensitivity
of price change in farmers is smaller than the price change in the level of the supplier.

Keywords: Marketing Channels, Marketing Marginal, Elasticity of Price


Transmission.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Analisis Jalur Pemasaran

Marjin Pemasaran dan Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading

Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara”. Skripsi ini ditulis

dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan

masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi.

4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi

yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

7. Masyarakat Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten

Lampung Utara yang sudah banyak membantu dalam hal pengumpulan data.

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2011 yang juga telah memberi masukan dan

dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Orang Tua Tercinta, Bapak Stepanus Jumari dan Ibu Veronika Triwasiati yang

sudah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kakak tercinta, Mas Budi beserta Mbak Desi dan Yosefa yang yang selalu

memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

11. Keluarga besar Mbah Ig. Tamin dan Mbah Trimo yang sudah memotivasi dan

memberi dukungan kepada penulis.

12. Para sepupu tercinta, Mas Risto, Mas Yogie, Pipot, Risa, Toti, Vino, dan Ega.

13. Adek tercinta May Anggriani yang sudah memberikan banyak kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis masih sadar terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Dengan rendah hati penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar

skripsi ini menjadi semakin sempurna.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015

Penulis

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….…. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………..... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….... iv

HALAMAN MOTTO ………………………………………………….… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI ……………..….… vii

ABSTRAK ………………………………………………………………... viii

ABSTRACT ………………………………………………………………. ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………… x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xvii

DAFTAR GAMBAR ………………………………….………………..... xix

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………….... 4

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

C. Batasan Masalah ………………………………………………... 4

D. Definisi Operasional ………………………………………….… 5

E. Tujuan Penelitian …………………………………...................... 5

F. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Sistem Perdagangan Komoditi ………………………………….. 7

B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia ……………………….... 12

C. Pengertian Pasar dan Pemasaran ………………………………… 15

1. Pengertian Pasar ……………………………………………... 15

2. Pemasaran ……………………………………………………. 17

D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian ……………………………….. 24

1. Pengertian Jalur Pemasaran …………………………………… 24

2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran ……………………………... 25

3. Mata Rantai Jalur Pemasaran …………………………………. 28

E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani ………. 29

1. Arti Marjin Pemasaran ………………………………………… 29

2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani ……. 31

F. Elastisitas Transmisi Harga ………………………………………... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………… 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………. 35

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ……………… 36

E. Data yang dibutuhkan ……………………………………………... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 40

G. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 40

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian…………………………………. 45

1. Keadaan Geografis …………………………………………….. 45

2. Luas Wilayah …………………………………………………... 46

B. Keadaan Demografi ………………………………………………... 46

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ……………………………... 46

2. Jumlah Penduduk Menurut Agama ……………………………. 46

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………………. 47

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ………………… 48

C. Sarana dan Prasarana ……………………………………………… 49

1. Sarana Transportasi dan Komunikasi …………………………. 49

2. Sarana Pendidikan …………………………………………….. 50

3. Sarana Perekonomian …………………………………………. 50

4. Sarana Kesehatan ……………………………………………… 51

5. Sarana Olahraga ……………………………………………….. 51

6. Sarana Peribadatan …………………………………………….. 52

D. Produksi Pertanian …………………………………………………. 52

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

E. Budidaya Tanaman Karet ………………………………………….. 53

1. Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemasaran Hasil Produksi ……. 53

2. Gambaran Pertanian Karet di Desa Pagar Gading …….……… 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Getah Karet (Lateks) di Desa

Pagar Gading ……………………………………………………… 55

1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Besar ………………………………………………… 56

2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Sedang ……………………………………………….. 58

3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Kecil ………………………………………………….. 59

B. Analisis Distribusi Marjin dalam Jalur-jalur Pemasaran Lateks …… 61

1. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Besar …………………………………… 62

2. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Sedang …………………………………. 67

3. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Kecil …………………………………… 70

C. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Lateks di Desa

Pagar Gading ………………………………………………………. 73

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 75

B. Saran ……………………………………………………………….. 76

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 78

LAMPIRAN …………………………………………………………………... 81

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Desa

Pagar Gading ……………………………………………………… 42

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama ………….. 47

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat

Pendidikan ………………………………………………………… 48

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencahari ….. 49

Tabel 4.4. Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading ………………… 50

Tabel 4.5. Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading ………………………... 51

Tabel 5.1. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Besar pada Bulan Mei 2014 ……………………………………….. 62

Tabel 5.2. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat

Petani Skala Produksi Besar di Desa Pagar Gading pada Bulan

Mei 2015 ………………………………………………………….. 64

Tabel 5.3. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Sedang pada Bulan Mei 2014 …………………………………….. 67

Tabel 5.4. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat

Petani Skala Produksi Sedang di Desa Pagar Gading pada Bulan

Mei 2015 ………………………………………………………….. 68

Tabel 5.5. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Kecil pada Bulan Mei 2014 ………………………………………. 70

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

Tabel 5.6. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat

Petani Skala Produksi Kecil di Desa Pagar Gading pada Bulan

Mei 2015 …………………………………………………………. 71

Tabel 5.7. Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Transmisi Harga …………………. 73

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Besar …………………………………………… 56

Gambar 5.2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Sedang ………………………………….……… 59

Gambar 5.3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Kecil …………………………………………… 60

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ……………………………………………. 81

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ………………………………………….. 84

Lampiran 3. Identitas Sampel Petani dan Hasil Wawancara ………………… 89

Lampiran 4. Identitas Sampel Pedagang dan Hasil Wawancara …………….. 92

Lampiran 5. Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading ……………………… 97

Lampiran 6. Uji Regresi Linier Sederhana ….…………………………......... 99

Lampiran 7. Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Dengan Persamaan

Regresi Linier Sederhana ……………………………………. 101

Lampiran 8. Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading ….……… 103

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perkebunan adalah salah satu penyumbang devisa yang besar bagi

Indonesia. Hal ini wajar apabila dilihat dari keunggulan perekonomian Indonesia

yang lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumber daya

alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun

modal. Komoditi karet adalah salah satu komoditi unggulan yang menjadi

primadona ekspor Indonesia. Pada tahun 2012 Indonesia mampu menghasilkan

3.107,54 ribu ton karet, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 3.012,26

ribu ton (www.bps.go.id). Untuk ekspor karet sendiri, pada tahun 2013 Indonesia

melakukan ekspor karet ke beberapa negara sebesar 2.339,7 juta ton, sedangkan

pada tahun 2014 ekspor karet di Indonesia meningkat menjadi 2.590,2 ribu ton

(www.bps.go.id).

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai

wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah

tanaman karet (lateks). Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang

sangat penting bagi perekonomian rakyat Indonesia. Banyak petani di Desa Pagar

Gading meninggalkan tanaman singkong dan jagung dan menggantinya dengan

tanaman karet yang dirasa lebih menguntungkan. Hampir sebagian besar

masyarakat di Desa Pagar Gading memiliki ladang dengan tanaman karet.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Meskipun harus menunggu 5-7 tahun sebelum menikmati lateks yang

pertama, masyarakat tetap antusias untuk menanam karet di ladangnya. Padahal

biaya untuk membeli bibit dan perawatannya sangat mahal bila dibandingkan

dengan perawatan singkong dan jagung yang sudah lama menjadi tanaman utama

bagi masyarakat di Desa Pagar Gading tersebut. Oleh karena itu, petani

mengganti tanaman-tanaman tersebut dengan karet dengan harapan akan

mendapat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman jagung dan

singkong.

Dalam penjualan lateks di Desa pagar Gading para petani dibantu oleh

pedagang perantara atau sering disebut oleh warga sebagai tengkulak karet yang

menyalurkan lateks dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Pedagang

perantara tersebut antara lain pedagang besar, pedagang pengepul, dan pemakai

industri. Pedagang perantara akan meningkatkan harga jual, sehingga harga yang

diterima petani akan berbeda dengan harga yang ada ditingkat konsumen. Dalam

hal ini petani dihadapkan pada pola distribusi pemasaran tradisional yang panjang

dan tidak terorganisasi. Dalam pola distribusi yang demikian tingkat harga setiap

kali bisa berubah dengan cepat dan menimbulkan ketidakpastian bagi petani.

Dengan kondisi tersebut, pedagang perantara akan mengambil

keuntungan, maka lateks yang sampai kepada pemakai industri harganya semakin

mahal. Lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen dapat mengakibatkan

kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran, sehingga para pelaku pasar tidak

bekerja secara professional dan menimbulkan masalah pemasaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar merupakan salah satu

desa di Kabupaten Lampung Utara yang sebagian besar pertaniannya adalah

perkebunan karet. Hampir seluruh masyarakat di desa tersebut bermata

pencaharian sebagai petani kebun karet, sehingga tidak heran kalau desa tersebut

dikelilingi oleh pepohonan karet. Sekarang ini yang menjadi permasalahan

penting para petani karet adalah masalah pemasaran hasil pertaniannya.

Permasalahan tersebut tidak dapat diatasi oleh para petani. Dalam pemasaran

lateks petani tidak dapat menentukan harga. Naik turunnya harga ditentukan oleh

pedagang perantara, hal ini lebih disebabkan oleh terbatasnya kemampuan para

petani dalam memasarkan hasil pertaniannya. Jika petani ingin menjual hasil

pertaniannya sendri sampai ke pasar, mereka dihadapkan pada biaya transportasi

yang mahal dibandingkan jika pettani menjual lateks melalui pedagang perantara

yang langsung mendatangi langsung ke rumah para petani karet. Oleh karena itu

permasalahan penjualan lateks di desa Pagar Gading sangat menarik untuk diteliti

terutama mengenai jalur-jalur pemasaran lateks, distribusi marjin pemasaran, dan

transmisi harga lateks.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dan

mengambil judul “Analisis Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, dan

Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan

Pagar Kabupaten Lampung Utara”.

B. Rumusan Masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan

Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?

2. Bagaimana distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran lateks di

Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung

Utara?

3. Bagaiman transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di Desa Pagar

Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?

C. Batasan Masalah

1. Dalam penelitian ini hanya meneliti jalur-jalur pemasaran, marjin pemasaran,

dan transmisi haraga getah karet di Desa Pagar Gading Kecamatan

Blambangan Pagar.

2. Tingkat harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

3. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam pemasaran getah karet adalah yang

berlaku pada saat penelitian.

4. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengetahui biaya operasional yang

dikeluarkan oleh petani lateks dalam pengelolaan hasil pertaniannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Definisi Operasional

1. Jalur pemasaran adalah jalur yang dipakai oleh produsen untuk memasarkan

produk mereka melalui suatu lembaga yang mereka pilih.

2. Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran.

3. Transmisi harga adalah perbandingan perubahan persentase dari harga di

tingkat konsumen dengan perubahan harga di tingkat produsen, yang

bertujuan untuk mengetahui berapa besar perubahan harga di pasar konsumen

akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit di pasar produsen.

E. Tujuan Penelitian

Dilihat dari rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading

Kecamatan Blambangan Pagar.

2. Untuk mengetahui distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran

lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

3. Untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di

Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Bagi petani karet

Sebagai pertimbangan dalam memilih jalur pemasaran sehingga petani

mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan.

2. Bagi pemerintah

Sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang akan di tempuh

dalam pemasaran usaha tani lateks khususnya di Desa Pagar Gading

Kecamatan Lampung Utara.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan siapa

saja yang membutuhkan.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk

melatih peneliti dalam bidang penelitian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Perdagangan Komoditi

Komoditi adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis

yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan

konsumen (Ricky Ferlianto, 2008:11). Mayoritas penduduk Indonesia hidup dari

sektor pertanian, karena itu diperlukan berbagai pemikiran dan aktivitas untuk

mendukung usaha petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain

membantu dalam usaha produksi, yang tidak kalah penting adalah membantu

mereka dalam hal memasarkan hasil produksinya. Secara agronomis, Indonesia

memiliki daerah yang luas dan masing-masing memiliki potensi sebagai

penghasil komoditas agro yang spesifik, yang secara geografis tersebar di

berbagai wilayah kabupaten atau kota. Untuk itu perlu diupayakan pembangunan

pertanian dalam arti luas mulai dari hulu sampai hilir dalam rangka peningkatan

kesejahteraan rakyat di setiap kabupaten atau kota itu (kemenperin.go.id).

Masalah yang saat ini sering terjadi dan belum dapat teratasi dalam proses

pembangunan ekonomi berbasis pertanian itu adalah sering terjadinya harga

menurun pada saat panen raya, dan harga melambung tinggi di saat “paceklik”.

Selain jumlah panen yang tidak teratur, naik-turunnya harga secara tajam itu juga

disebabkan oleh mutu produksi yang kurang baik, pelaku dan penyelenggaraan

pasar yang belum terorganisasi, sehingga harga yang diterima petani tidak

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menguntungkan. Mekanisme pemasaran yang selama ini terjadi, petani mengirim

barang kepasar dengan kesepakatan harga tertentu. Jika harga di pasar stabil,

semua akan berjalan lancar, petani atau pemasok akan memperoleh pembayaran

sesuai kesepakatan. Tetapi kalau harga d ipasar tiba-tiba turun, biasanya pedagang

akan menurunkan harga kesepakatan sebelumnya. Jadi harga turun yang terjadi

lebih merugikan petani atau pemasok. Posisi petani atau pemasok sangat lemah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak hal yang harus dilakukan dan

salah satu solusi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyelesaian

masalah itu adalah dengan membenahi dan mengembangkan institusi pasar induk,

pasar penunjang, jaringan informasi dan merevitalisasi pasar tradisional. Pasar

induk yang rata-rata posisinya berada di kota, berfungsi sebagai media paling

berpengaruh dalam pembentukan harga secara nasional. Menurut Kemenperin

(2014) ada empat hal yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan jaringan

pemasaran dalam memasarkan hasil pertanian komoditi, yaitu:

1. Membangun jaringan antar pasar induk di kota-kota besar yang potensial

mempengaruhi terbentuknya harga secara nasional.

2. Pengelolaan pelaku pasar induk agar berperilaku adil, konsisten, dan terbuka

terhadap para pemasok produk yang berasal dari daerah.

3. Memberikan informasi kepada petani atau kelompok tani di daerah produsen

tentang jenis, mutu, dan jumlah produk pertanian yang dibutuhkan oleh

masing-masing pasar induk setiap waktu tertentu dan memberi kesempatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk memasok produknya langsung kepasar induk sehingga memperpendek

jalur distribusi.

4. Pemanfaatan jaringan pasar induk untuk memberikan informasi harga harian

dan memasarkan komoditi pertanian milik kelompok tani yang diresi

gudangkan agar mendapatkan harga yang lebih baik

Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan sejalan dengan kesepakatan

Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket Reformasi 15 Januari 1998,

pemerintah Indonesia telah mengurangi campur tangan di bidang tata niaga

komoditi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Kehadiran Bursa

Berjangka di Indonesia sebagai tempat diselenggarakannya perdagangan Kontrak

Berjangka Komoditi sangatlah relevan,karena Kontrak Berjangka merupakan

instrumen apsar yang telah dikenal luas di negara-negara maju dan berkembang

dan yang paling banyak digunakan untuk pengelolaan resiko harga yang

dibutuhkan dunia usaha.

Berbeda dengan pengertian kontrak dalam perdagangan biasa, Kontrak

Berjangka merupakan kontrak yang standar dan waktu penyerahan telah

ditetapkan terlebih dahulu. Karena bentuknya yang standar maka yang di

negosiasikan hanya harganya, sedangkan performance atau terpenuhinya Kontrak

Berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak dijamin oleh

suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka.

Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi,

perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan

Opini atas Kontrak Berjangka (www.bappebti.go.id). Perdagangan berjangka

dilakukan di Bursa Berjangka, yang selanjutnya disebut dengan Bursa, yang

memperdagangkan Kontrak Berjangka berbagai komoditi. Tempat dimana

Kontrak Berjangka diperdagangkan juga disebut pasar berjangka. Dengan

demikian di Bursa akan terdapat banyak pasar berjangka sesuai dengan

banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual

bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual

sejumlah komoditi untuk penyerahan di kemudian hari sesuai isi atau spesifikasi

kontrak.

Harga komoditi yang terbentuk di Bursa berlangsung secara transparan

dimana harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan

yang sebenarnya. Transaksi di Bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang

terdiri dari Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka, baik dengan cara open

outcry atau secara eletronik (automated atau electric trading system). Selanjutnya

harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing Kontrak

Berjangka dan diumumkan secara luas kepada masyarakat. Dalam tahun-tahun

terakhir ini, dan khususnya di Bursa-bursa yang baru, sistem perdagangan

umumnya dilakukan secara elektronik menggunakan komputer yang memiliki

akses ke komputer induk yang ada di Bursa.

Ada 2 manfaat utama dari perdagangan berjangka komoditi, yaitu sebagai

sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan hedging dan sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

pembentukan harga (price discovery). Pada dasarnya harga komoditi primer

sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit

dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan

hedging menggunakan Kontrak Berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil

mungkin dampak (resiko) yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan

memanfaatkan Kontrak Berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi

yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian pada harga yang telah

dipastikan atau dikunci sekarang. Dengan demikian mereka dapat memperoleh

jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga

jual di pasar tunai. Manfaat yang sama juga dapat diperoleh pihak lain seperti

eksportir yang harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang,

pada saat harus memenuhi kontraknya dengan pembeli di luar negeri, atau

pengolah yang harus melakukan pembelian komoditi secara berkesinambungan.

Manfaat kedua adalah sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan

wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari

komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan karena transaksi hanya

dilakukan oleh atau melalui anggota bursa. Kontrak Berjangka tidak saling kenal

atau mengetahui secara langsung. Harga yang terjadi di bursa umumnya dijadikan

sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan

produsen atau pengusaha kecil, untuk melakukan transaksi di pasar fisik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia

Komoditas karet dan produk dari karet Indonesia merupakan komoditas

ekspor perkebunan andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO). Indonesia

merupakan negara penghasil dan pengekpor karet urutan ke 2 setelah Thailand.

Estimasi produksi karet di Indonesia untuk tahun 2011 adalah 2,64 juta ton

dengan luas lahan sekitar 3,45 juta hektar (Ditjenbun, 2011).

Produksi dan ekspor karet dunia sampai saat ini masih didominasi oleh tiga

negara, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Sampai tahun 1990 Malaysia

masih merupakan produsen karet alam terbesar dunia yang disusul dengan

Thailand dan Indonesia. Thailand mengambil alih posisi tersebut yang diikuti

oleh Indonesia dan Malaysia, setelah Malaysia yang secara tradisional merupakan

produsen karet alam melakukan konversi ke tanaman yang lebih prospektif,

utamanya kelapa sawit. Sejak tahun 1999 muncul negara pesaing baru, yaitu

Vietnam. Selama 1997-2002 laju ekspor karet negara ini mencapai lebih dari 21,1

persen, di mana volume dan nilai ekspor karet tahun 2002 mencapai lebih dari

448 ribu ton dan US $ 229 juta. Laju ekspor karet alam dari Vietnam yang tinggi

ini telah menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan di pasar dunia, sehingga

harga karet alam di pasar dunia cenderung untuk terus menurun. Produk karet

Indonesia yang diekspor terutama terdiri atas karet olahan berupa smokesheet,

SIR 10 dan SIR 20. Penggunaan karet olahan sebagian besar ditujukan untuk

industri ban dan komponen-komponennya dengan negara importir utama adalah

Amerika Serikat 25%, Jepang 14%, China 9%, Korea Selatan 6% dan Jerman 5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Dalam tahun 1997 stok karet alam dunia diperkirakan mencapai lebih dari dua

juta ton, dimana sekitar 35% dikuasai oleh negara-negara konsumen (Ditjenbun,

2011).

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai

sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan

ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun

pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kondisi agribisnis karet saat ini

menunjukkan bahwa karet masih positif walaupun lambat yaitu, 1,58% per tahun.

Sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15% per

tahun. Oleh karena itu tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada

perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak

produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan

(Balitbang, 2013).

Karet sebagai salah satu komoditas ekspor hasil perkebunan Indonesia

kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan

mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari

karet, misalnya ban mobil, pembungkus kawat listrik, telepon, sepatu, alat

kedokteran, beberapa peralatan rumah tangga dan kantor, alat-alat olah raga dan

aspal. Oleh karena itu karet memiliki pengaruh besar terhadap transportasi,

komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, dan banyak bidang lain yang vital

bagi kehidupan manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Sistem pemasaran yang dijalankan oleh petani masih tergolong rumit, yaitu

distribusi yang sangat rumit dan saluran distribusi yang panjang, tidak adanya

standar mutu, sistem harga tidak transparan, petani tidak memperoleh informasi

mengenai harga dan situasi pasar, petani kekurangan dana dan tidak ada

kesempatan untuk mengembangkan mutu, serta kepercayaan petani pada Koperasi

Unit Desa (KUD) sangat lemah. Kondisi ini kemudian berakibat pada lemahnya

kedudukan petani produsen yang kemudian berimplikasi pada rendahnya pangsa

pasar (price share) dan rendahnya pendapatan, serta daya saing produk

(Depperindag, 2003).

Menurut Mubyarto (1989) bahwa efisiensi pemasaran itu tercapai bila

mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang

dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan

produksi dan pemasaran barang tersebut. Namun untuk mencapai efisiensi

pemasaran tersebut masih banyak ditemukan masalah. Masalah pemasaran produk

pertanian yang sering terjadi adalah ketidakadilan harga yang diperoleh petani

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Berbagai alasan yang

menyebabkan hal tersebut adalah posisi penawaran petani lemah, khususnya

posisi harga untuk komoditi ekspor.

C. Pengertian Pasar dan Pemasaran

1. Pengertian Pasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan antara

penjual dan pembeli atau tempat bertemunya kekuatan-kekuatan permintaan

dan penawaran yang membentuk suatu harga. Menurut Stanton (Umar,

2005:29), menyatakan bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang

mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk

membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya

pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah

laku dalam pembeliannya. Selain itu, Staton juga menyatakan bahwa istilah

pasar mengandung pengertian yang beraneka ragam, ada yang

mendefinisikannya sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli,

barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan

kepemilikan. Selain itu ada pula definisi yang menyatakan bahwa pasar adalah

permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu

barang atau jasa (Umar, 2005:30).

Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli

pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi

diantaranya, Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,

hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan

tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang

dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini

merupakan bagian dari perekonomian (Rangkuti, 2007:6). Dengan demikian,

ukuran pasar bergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dan keinginan, memiliki sumber daya yang menarik pihak lain, serta bersedia

dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar dengan apa yang

mereka inginkan.

Menurut Umar (2005:30), berdasarkan pada konsep manajemen

pemasaran, pasar dapat dibagi atas empat golongan yaitu :

a. Pasar Konsumen. Pasar konsumen merupakan macam pasar untuk barang

dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga untuk

penggunaan pribadi (tidak untuk bisnis).

b. Pasar Industri. Pasar industri adalah pasar untuk barang dan jasa yang

dibeli atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada

produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual maupun disewakan

(dipakai untuk diproses lebih lanjut).

c. Pasar Penjual Kembali (Reseller). Pasar penjual kembali adalah suatu

pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi yang biasa disebut

para pedagang menengah (middleman) yang terdiri dari dealer, distributor,

grosir, agen dan pengecer yang kesemuanya melakukan penjualan kembali

dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan.

d. Pasar Pemerintah. Pasar pemerintah merupakan pasar yang terdiri dari

unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk

menjalankan tugas-tugas pemerintah, misalnya di sektor pendidikan,

perhubungan, kesehatan dan lain-lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2. Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran

Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli

pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi

diantaranya, pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2006:9).

Menurut Saladin (2007:1), pemasaran adalah suatu sistem total dari

kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan

keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Definisi

lain pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang di dalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Di dalam tata niaga pertanian (pemasaran pertanian), pemasaran

diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

mengumpulkan barang dari produsen ke konsumen (Mubyarto, 1989:166).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan bisnis yang dirancang

untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, serta memuaskan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

kebutuhan dan keinginan pelanggan akan barang dan jasa, serta

menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat

dengan pelanggan melalui proses pertukaran dan mencapai pasar sasaran

serta tujuan perusahaan.

b. Konsep Pemasaran

Menurut Swasta dan Irawan (2008:77), terdapat tiga faktor penting

yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran, yaitu:

1) Orientasi Konsumen

Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus memperhatikan

konsumennya untuk dapat menentukan kebutuhan pokok dari pembeli

yang akan dilayani, menentukan kelompok pembeli yang akan

dijadikan sasaran penjualan, menentukan produk dan program

pemasarannya, mengadakan penelitian pada konsumen untuk

mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku

mereka serta menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik

yaitu apakah lebih mengacu pada mutu yang tinggi, harga murah, atau

model yang menarik dan sebagainya.

2) Koordinasi dan Integrasi dalam Perusahaan

Kegiatan pemasaran secara terkoordinasi dan terintegrasi berarti setiap

orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu usaha yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan

perusahaan tercapai.

3) Mendapatkan Laba Melalui Pemasaran Konsumen

Kepuasan konsumen merupakan faktor penentu perusahaan untuk

mendapatkan laba, dimana konsumen yang puas cenderung akan

melakukan transaksi pembelian ulang atau menjadi media promosi

yang efektif terhadap calon konsumen yang lain dengan menceritakan

pengalamannya yang memuaskan. Untuk itu perusahaan harus

berusaha memaksimalkan kepuasan untuk mendapatkan keuntungan.

c. Fungsi-Fungsi Pemasaran

Menurut Muhammad Firdaus (2009:79-81), fungsi pemasaran

meliputi, anatara lain:

1) Fungsi Pertukaran.

Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses

pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang

menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak

lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam

proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh

komisi karena mempertemukan pembeli dan penjual. Fungsi

Pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas 2 bagian, yaitu:

a) Fungsi penjualan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan

penawaran (pembeli atau penjual). Hal ini dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung (melalui perantara). Fungsi penjualan

yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut.

(1) Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah

produk yang memuaskan konsumen merupakan tujuan

mendasar dari semua usaha pemasaran. Perencanaan dan

pengembangan produk dianggap sebagai fungsi produksi,

tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran.

(2) Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan

mencari dan membuat kontak dengan para pembeli.

(3) Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua

usaha yang dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para

pembeli membeli produk-produk mereka. Termasuk pada

tindakan yang menjual secara individu, dengan undian dan

juga mengadakan reklame.

(4) Fungsi melakukan negosiasi. Syarat serta kondisi penjualan

harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk

merundingkan kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman,

cara pembayaran dan sebagainya.

(5) Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan

akhir untuk melakukan penjualan dan tranfer hak milik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

b) Fungsi pembelian.

Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka

memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan

pembeli serta mengusahakan agar produk tersebut siap

dipergunakan pada waktu dan tempat tertentu dengan harga yang

layak. Fungsi Pembelian, sebagai berikut.

(1) Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka

sendiri untuk mengetahui Kualitas, jenis dan kuantitas dari

produk yang mereka perlukan. Konsumen akhir juga harus

dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin mereka

miliki.

(2) Fungsi Mencari Kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha

mencari sumber produk yang mereka inginkan. Penting bagi

seorang pembeli agar mencari para penjual yang dapat

menawarkan produk atau jasa tertentu.

(3) Fungsi assembling. Persediaan bahan harus dikumpulkan untuk

digunakan dalam proses produksi oleh para produsen dan

pedagang eceran atau untuk dikonsumsi sendiri oleh para

konsumen akhir.

(4) Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta

kondisi pembelian harus dirundingkan terlebih dahulu dengan

pihak penjual agar tidak ada perselisihan di kemudian hari.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(5) Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah

disepakati, selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk

kontrak jual beli dan perpindahan hak milik terjadi.

2) Fungsi Fisis

Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika

produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan

konsumen. Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut.

a) Pengangkutan.

Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari

asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen).

b) Penyimpanan atau penggudangan.

Penyimpanan berarti menyimpan barang dari saat produksi mereka

selesai dilakukan sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi.

c) Pemrosesan.

Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi

industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh

nilai tambah (value added).

3. Fungsi Penyediana Sarana

Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat

membantu sistem pemasaran agar mampu beroperasi lebih lancar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Fungsi ini meliputi hal-hal berikut.

a) Informasi pasar.

Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan sumber-

sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari

berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan

swasta, maupun lembaga pendidikan.

b) Penanggungan risiko.

Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran pemasaran.

c) Standardisasi dan grading.

Standardisasi memudahkan produk untuk dijual dan dibeli,

sedangkan Grading adalah klasifikasi hasil pertanian ke dalam

beberapa golongan mutu yang berbeda-beda, masing-masing

dengan lebel dan nama tertentu.

d) Pembiayaan.

Pemasaran modern memerlukan modal (uang) dalam jumlah besar

untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk

menggaji tenaga kerja.

D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian

1. Pengertian Jalur Pemasaran

Saluran distribusi atau saluran pemasaran kadang-kadang disebut

saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat didefinisikan dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

beberapa cara, Umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang

saluran distribusi ini sebagai suatu rute atau jalur.

David A. Revzan (Fuad, 2006:129) mengatakan bahwa Saluran

merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke

perantara dan.akhirnya sarnpai pada pemakai. Jalur pemasaran didefinisikan

sebagai suatu sistem hubungan yang ada di antara lembaga-lembaga yang

terlihat dalam proses penjualan dan pembelian. Definisi lain tentang saluran

pemasaran dikemukakan oleh The American Marketing Association, yang

menekankan tentang banyaknya lembaga yang ada dalam aliran atau arus

barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa Saluran merupakan suatu

struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri

atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah

komoditi, produk, atau jasa dipasarkan.

C. Glenn Walters (Fuad, 2006:130), bahwa Saluran adalah

sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara

pemindahan phisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan

bagi pasar tertentu. Menurut Kotler (2006:122), saluran distribusi adalah suatu

perangkat organisasi yang tergantung yang tercakup dalam proses yang

membuat produk atau jasa menjadi untuk digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen atau pengguna bisnis. Warren Keegan (Jeff, 2007:83) mengartikan

saluran distribusi sebagai saluran yang digunakan oleh produsen untuk

menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

pemakai industri. Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur

penting, yaitu :

a. Saluran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai

lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

b. Karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan

beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan

sebagian yang lain tidak.

c. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar

tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran

d. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu

mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya.

Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan

produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pasar.

2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk

pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas

dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul

sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang

diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya.

Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran

serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin

pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut

penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran

yang dilakukan.

Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan

lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas

produk (agent middleman), di antaranya:

1) Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying

broker. Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif

berpartisipasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya

berperan menghubungkan pihakpihak yang bertransaksi. Bila transaksi

berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh komisi atas jasa

mereka.

2) Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut

serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan

dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya

mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk.

b. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang

diperjualbelikan, antara lain:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

1) Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract

buyer, whole seller adalah mereka yang pada umumnya menaksir total

nilai produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen

dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen (expectation

price).

2) Grain millers, yaitu pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki

gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka produk

pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca

panen.

c. Eksporter dan importer, yaitu lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan

tidak menguasai produk pertanian yang ditransaksikan:

1) Processors dan manufaktur, yaitu lembaga-lembaga ini sangat

berperan dalam proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya

menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian.

2) Trade associations, yaitu asosiasi perdagangan agroproduk yang

terutama bertujuan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan

mendistribusikan informasi pada anggotanya.

3. Mata Rantai Jalur Pemasaran

Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan atau

kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor atau

cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga

distribusi berikutnya. Menurut Swastha (2008:117), ada empat macam saluran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat saluran

distribusi itu adalah:

a. Produsen – Pemakai lndustri

Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri ini merupakan

saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi

langsung. Biasanya saluran distribusi ini dipakai oleh produsen bilamana

transaksi penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar. Saluran

distribusi semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti kapal,

lokomotif dan sebagainya (yang tergolong jenis instalasi).

b. Produsen – Distributor Industri – Pemakai Industri

Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan kasesoris, dapat

menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain

yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara

lain: produsen barang bangunan, produsen alat-alat untuk bangunan, dan

sebagainya.

c. Produsen – Agen – Pemakai lndustri

Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak

memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin

memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru

lebih suka menggunakan agen.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

d. Produsen – Agen – Distributor lndustri – Pemakai lndustri

Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan

pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk

dijual secara langsung. Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu

dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen penunjang seperti agen

penyimpanan sangat penting peranannya.

E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang Diterima Petani

1. Arti Marjin Pemasaran

Menurut Hanafie (2010:205), margin pemasaran atau margin tataniaga

menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin

tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan

jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Analisis margin pemasaran

digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran

dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang

diterima petani. Atau dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan

untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang

terlibat dalam pemasaran atau disribusi.

Riyanto (2008:35) memberikan pengertian profit margin yaitu

perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan

dalam persentase. Pengertian ini digunakan untuk menghitung marjin secara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

individual atau untuk masing-masing pelaku pemasaran. Ukuran besar

kecilnya marjin pemasaran seringkali dijadikan kriteria untuk menilai apakah

pasar sudah atau belum efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya

marjin antara lain, ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu pengangkutan,

penyimpanan, pengolahan risiko kerusakan, dan lain-lain.

Selain itu, Daniel (2002:107) mengartikan margin tataniaga sebagai

selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang

diterima oleh petani. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang

terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang tataniaga (semakin

banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar selisih harga yang terlihat

dari berbagai tingkat jalur pemasaran.

Tomek dan Robinson (Hanafie, 2010:206), menjelaskan marjin

pemasaran sebagai berikut:

a) Perbedaan harga yang hares dibayar oleh konsumen dengan harga yang

diterima oleh produsen.

b) Gabungan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat

adanya permintaan dan penawaran.

2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani

Biaya pemasaran seringkali diukur dengan marjin pemasaran yang

sebenarnya hanya menunjukkan bagian dari pembayaran konsumen yang

diperlukan untuk menutup biaya yang dikeluarkan dalam pemasran. Sebagai

contoh pemasaran getah karet (lateks), dalam memasarkan getah tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

memerlukan biaya dalam proses pemasaran sampai ke pemakai industri.

Proses pemasaran ini erat kaitannya dengan bagaian akhir yang diterima

petani produsen.

Menurut David Downey (Riyanto, 2008:41), ada empat karakteristik

utama produk yang mempengaruhi keanekaragaman bagian akhir yang

diterima oleh petani, yaitu

a) Kadar kerusakan

b) Besarnya produk

c) Sifat musiman

d) Perbedaan bentuk antara produk mentah dan produk akhir.

F. Elastisitas Transmisi Harga

Untuk menyatakan peka tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap

perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas. Menurut Tri Kunangwasih &

Antyo Pracoyo (2006:76), elastisitas didefinisikan sebagai presentase perubahan

jumlah yang diminta dibandingkan dengan persentase perubahan dari variabel

bebas. Sedangkan Ari Sudarman (2000:94) mengartikan elastisitas harga (price

elasticity) adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen,

akibat adanaya perubahan tingkat barang. Dengan kata lain elastisitas harga

adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan

perubahan proporsional dari harga.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan

persentase perubahan harga di pemakai industri dengan persentase perubahan

harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran

bagaimana harga yang dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada

produsen. Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan

tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan

dari harga eceran terhadap perubahan harga di tingkat produsen.

Selain itu, Hasyim (Bustanul, 2004:19) berpendapat bahwa analisis

elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana

dampak perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan

harga barang itu di tingkat pasar lainnya. Marjin pemasaran merupakan akibat

adanya permintaan turunan (derived demand) dari pemakai industri kepada petani

produsen. Secara sistematik elastisitas transmisi harga adalah:

= = x

Dimana :

= elastisitas transmisi harga

= perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri

= perubahan harga lateks di tingkat petani

= harga lateks ditingkat pemakai industri

= harga lateks ditingkat petani


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga, antara

lain adalah sebagai berikut.

=1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan perubahan

harga ditingkat pemakai industri.

>1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada

perubahan harga ditingkat pemakai industri.

<1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada

perubahan harga ditingkat pemakai industri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

1. Deskriptif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan

untuk menjelaskan jalur pemasaran, sedangkan deskriptif kuantitatif

digunakan untuk menjelaskan marjin pemasaran dan transmisi harga. Menurut

Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Selain itu, Sugiyono (2012: 13) juga berpendapat bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain.

2. Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu penelitian yang mendalam mengenai unit

sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu

tertentu, karena pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada waktu

tertentu (Winarno Surachman, 2006:143). Menurut Rahardjo & Gudnanto

(2011: 250) studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman

yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya

dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh

perkembangan diri yang baik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Pagar Gading,

Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 Mei – 15 Juni 2015.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda

yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa

Indonesia, 1989: 862). Subjek dalam penelitian ini adalah para petani dan para

pedagang perantara lateks di Desa Pagar Gading.

2. Objek

Menurut Supranto (2000:21) objek penelitian adalah himpunan

elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Objek dalam penelitian ini adalah jalur-jalur pemasaran karet, margin

pemasaran lateks, dan transmisi harga.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Basuki (2006 :182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek

yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet di

Desa Pagar Gading yang berjumlah sekitar 967 jiwa, dan yang kedua adalah

para pedagang karet yang berjumlah 10 orang pedagang pengepul, 5 orang

pedagang besar, dan 3 orang pedagang pemasok industri.

2. Sampel

Menurut Basuki (2006 :183) Sampel adalah bagian dari sebuah

populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam

penelitian ini adalah 9 orang petani karet dan 9 orang pedagang karet sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik area probability sampling. Teknik ini menghendaki cara

pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah)

yang ada pada populasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa

daerah yang lebih kecil.

a. Sampel Daerah

Pengambilan sampel daerah dilakukan secara purposif yaitu pemilihan

sampel berdasarkan kriteria yang dipakai dalam pemilihan daerah antara

lain:

1) Penjualan karet yang beragam kebeberapa pedagang

2) Pertimbangan dalam memilih desa Pagar Gading sebagai sampel

penelitian karena desa Pagar Gading memiliki dusun-dusun yang

sebagian besar masyarakatnya memiliki perkebunan karet.

b. Sampel Petani dan Sampel Pedagang

Dalam pengambilan sampel petani dan sampel pedagang dalam penelitian

ini menggunakan Snowball Sampling, yaitu pertama-tama kelompok

responden dipilih secara Accidental. Setelah responden-responden itu

diminta untuk mengidentifikasi responden-responden lain yang

merupakan bagian populasi target. Dalam pengambilan sampel petani

diambil 9 orang petani yang sesuai dengan karakteristik petani, dibagi

menjadi:

1) Sampel petani skala produksi besar berjumlah 3 orang.

2) Sampel petani skala produksi sedang berjumlah 3 orang.

3) Sampel petani skala produksi kecil berjumlah 3 orang.

Jumlah sampel petani sedikit karena sampelnya bersifat homogen.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Untuk sampel pedagang, cara menentukan sampel pedagang

adalah sebagai berikut; pertama-tama akan dipilih 3 orang sampel petani

sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan dan kemudian 3 orang

petani akan memilih pedagang pengepul dan pedagang besar untuk

dijadikan sampel berikutnya, demikian seterusnya sampai dengan

pedagang pemasok industri.

Karakteristik yang dipakai dalam penelitian menurut Joko

Cahyono (wawancara pribadi, 7 Mei 2015) adalah sebagai berikut.

1) Petani skala produksi kecil, yaitu petani yang memiliki lahan

perkebunan karet kurang dari 20.000 .

2) Petani skala produksi sedang, yaitu petani yang memiliki lahan

perkebunan karet dari 20.000 sampai dengan 40.000 .

3) Petani skala produksi besar, yaitu petani yang memiliki lahan

perkebunan karet lebih dari 40.000 .

E. Data yang Dibutuhkan

Berdasarkan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, maka data yang akan

dicari adalah data primer. Data primer terdiri dari 2 bentuk, yaitu:

1. Data Cross-section

Data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada waktu tertentu. Data

cross-section diperoleh dari wawancara dengan menggunakan daftar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

pertanyaan kepada petani karet, pedagang pengepul, dan pedagang besar. Data

cross-section ini merupakan data yang dibutuhkan dalam analisis jalur-jalur

pemasaran dan distribusi marjin pemasaran. Adapun data itu adalah:

a. Tingkat harga beli yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul dan

pedagang besar.

b. Tingkat harga jual oleh pedagang pengepul dan pedagang besar.

c. Besar kecilnya biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang

pengepul dan pedagang besar yang meliputi;

1) Biaya transportasi

2) Biaya timbang

3) Biaya upah.

2. Data Time-series

Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu

pada suatu variabel tertentu. Data ini digunakan untuk melihat pengaruh

perubahan dalam rentang waktu tertentu. Data yang berbentuk time-series

dalam penelitian ini adalah data harga getah karet (lateks). Data harga getah

karet (lateks) akan diperoleh melalui pedagang pengepul dan pedagang besar

yang melakukan kegiatan “timbang karet” setiap 3 kali dalam satu minggu,

yaitu setiap hari senin, rabu dan sabtu. Data ini dibutuhkan dalam elastisitas

trasmisi harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan

dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada petani maupun

pedagang yang berhubungan langsung dengan penelitian ini dan dengan

menggunakan daftar pertanyaan.

G. Teknik Analisis Data

1. Untuk menganalisis masalah yang pertama tentang jalur-jalur pemasaran yaitu

dengan menghubungkan barang produsen (lateks) yang siap disalurkan

melalui pedagang perantara seperti pedagang pengepul dan pedagang besar

yang memiliki fungsi yang sama untuk menyalurkkan getah karet (lateks)

kepada konsumen akhir.

2. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga tingkat produsen dengan harga

ditingkat konsumen. Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan.

Menurut Sugiharto (2003), untuk menghitung besarnya marjin pemasaran

adalah sebagai berikut.

= -

= -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Dimana:

= marjin pemasaran pada saluran pemasaran

= harga jual getah karet (lateks) di tingkat konsumen

= harga beli getah karet (lateks) di tingkat produsen

= biaya pemasaran

= keuntungan pemasaran di tingkat konsumen

Dengan demikian total marjin pemasaran (M) adalah :

Konsep marjin pemasaran erat kaitannya dengan farmer’s share. Farmer’s

share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, yang

dinyatakan dalam presentase. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga

yang berlaku ditingkat konsumen yang dinikmati oleh tingkat petani.

Menurut Sugiharto (2003) rumusan untuk farmer’s share komoditi karet

cukup sederhana adalah :

= x 100%

Dimana :

= bagian harga lateks yang diterima petani

= harga lateks ditingkat petani

= harga lateks pada tingkat pedagang pemasok industri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

a. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan

harga jual dalam rupiah per kilogram.

b. Tingkat harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per

kilogram.

c. Tingkat harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per

kilogram.

Untuk perhitungan biaya dan marjin pemasaran lateks secara

terperinci, dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1
Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Pagar Gading
No Uraian Nilai Pangsa
(Rp/Kg) Harga
Industri (%)
1. Petani
Harga jual petani xxx xxx

2. Pedagang Pengepul
Biaya transportasi xx xx
Biaya Upah xx xx
Marjin keuntungan pedagang pengepul xxx xxx
Harga jual pedagang pengepul xxx xxx

3. Pedagang Besar
Biaya transportasi xx xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Biaya Upah xx xx
Marjin keuntungan pedagang besar xxx xxx
Harga jual pedagang besar xxx xxx

4. Pedagang pemasok industri


Biaya Transportasi xx xx
Biaya transportasi xx xx
Biaya Upah xx xx
Marjin keuntungan pedagang pemasok industri xxx xxx
Harga jual pedagang pemasok industri xxx xxx

3. Menurut Sugiharto (2003), untuk menganalisis elastisitas transmisi harga

yang terjadi di setiap rantai pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :

= =[ ][ ]

Dimana :

= elastisitas transmisi harga

= perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri

= perubahan harga lateks di tingkat petani

= harga lateks ditingkat pedagang pemasok industri

= harga lateks ditingkat petani

Jika ;

=1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan

perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

> 1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada

perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.

< 1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada

perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.

Elastisitas transmisi harga tersebut dapat diduga dengan menggunakan

model regresi linier sederhana yang merupakan persamaan hubungan harga

lateks pada suatu tingkat pemasaran tertentu dengan harga lateks pada tingkat

pemasaran berikutnya sebagai berikut:

=a+b

Sehingga,

Et = [ ][ ]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Desa Pagar Gading secara administratif terletak di Kecamatan

Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Dilihat

dari orbitannya (letak ditinjau dari pusat pemerintahan desa) ke pusat

pemerintahan kecamatan kurang lebih 7 Km, ke pusat kabupaten kurang lebih

18 Km, sedangkan ke pusat provinsi adalah 90 Km.

Desa Pagar Gading terdiri dari 4 wilayah dusun. Empat wilayah yang

dimaksud adalah Dusun Girimulyo, Gading Rejo, Purworejo, dan Gedung

Jaya. Wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah potensial pengembangan

usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan perekonomian serta jasa

lainnya.

Desa Pagar Gading terletak pada ketinggian 43 MDPL dari permukaan

laut dengan suhu rata-rata C- C dan memiliki curah hujan rata-rata

sebesar 2400 Mm/tahun. Adapun batas-batas wilayah Desa Pagar gading

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Blambangan

Sebelah Timur : Desa Tulung Singkip

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Sebelah Selatan : Desa Karang Jawa, Lampung Tengah

Sebelah Barat : Desa Jagang

2. Luas Wilayah

Wilayah Desa Pagar Gading merupakan wilayah datar tanpa

pegunungan. Luas keseluruhan mencapai 1554 Ha. Keadaan topografinya

secara umum merupakan daerah lahan kering dan daerah sawah yang relatif

subur dan rata. Daerah lahan kering umumnya terletak dibagian Selatan,

Utara, dan timur, sedangkan daerah persawahan hanya terletak dibagian Barat.

B. Keadaan Demografi

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Desa Pagar Gading pada tahun 2014 mempunyai penduduk sebesar

1925 jiwa, yang terpancar pada 749 kepala keluarga. Berdasarkan jenis

kelamin, jumlah penduduk terdiri dari 932 jiwa laki-laki dan 993 jiwa

perempuan. Dengan demikian “sex ratio” yakni perbandingan antara

penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan per 100 penduduk (L/P x

100) adalah 93,86. Hasil ini berarti tiap 100 penduduk perempuan hanya

terdapat 93,86 penduduk laki-laki.

2. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Sebagian besar penduduk Desa Pagar Gading beragama Islam.

Sedangkan sebagian kecil lainnya menganut agama Katolik dan Kristen.

Tetapi walaupun berbeda agama dan kepercayaan, masyarakat Desa Pagar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Gading tetap hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama

yang satu dan pemilik agama yang lainnya.

Untuk lebih jekasnya jumlah penduduk menurut agama ditunjukkan

dalam tabel berikut.

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama
No Agama Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1. Islam 1427 74,12
2. Katholik 798 25,88
3. Kristen 0 0
4. Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Jumlah 1925 100
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pada tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk Desa

Pagar Gading menurut tingkat pendidikan. Desa Pagar Gading yang

berpendidikan Sekolah Dasar lebih banyak dari pada yang berpendidikan

SMP/SLTP, SMA/SLTA, tingkat akademi, maupun tingkat sarjana. Jumlah

penduduk yang berkependidikan Sekolah Dasar mencapai 60,15%. Ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Pagar Gading masih

sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh karena minat sekolah yang rendah dan

biaya yang kurang mencukupi, sehingga tidak mampu menyekolahkan

anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1. Lulusan Pendidikan Umum
a. Taman Kanak-kanak 22 1,12
b. Sekolah Dasar 946 49,15
c. SMP/SLTP 485 25,21
d. SMA/SLTA 367 19,06
e. Akademi/ D1-D3 61 3,18
f. Sarjana (S1-S3) 24 1,26
2. Lulusan Pendidikan Khusus
a. Kursus/Ketrampilan 20 1,02
Jumlah 1925 100
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.

4. Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian

Mata pencaharian di Desa Pagar Gading Menggambarkan aktivitas

penduduk setempat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan sudah

terdistribusi pada berbagai sector perekonomian. Matapencaharian pada

daerah pedesaan yakni sektor pertanian. Matapencaharian ini merupakan

mata pencaharian pokok bagi penduduk setempat. Penduduk Desa Pagar

Gading yang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak

967 jiwa atau sebesar 50,23% dari jumlah penduduk yang bekerja, sedangkan

30,59% penduduk masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa.

Melihat kenyataan tersebut, berarti sektor pertanian mempunyai peran yang

sangat penting dalam menopang kehidupan ekonomi masyarakat Desa Pagar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Gading. Jumlah penduduk berdasarkan matapencaharian di Desa Pagar

Gading dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencaharian
No Jenis Matapencaharian Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1. Petani 967 50,23
2. Buruh Tani 150 7,79
3. Pedagang 73 3,79
4. Bidan 5 0,25
5. Guru 46 2,38
6. Pegawai Negeri Sipil 20 1,03
7. Karyawan Perusahaan 76 3,94
8. Perawat 1 0,05
Jumlah 1338 69,51
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.

C. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Transprortasi dan Komunikasi

Untuk memperlancar berbagai jenis kegiatan ekonomi ataupun

kegiatan non-ekonomi seharusnya diperlukan sarana pendukung yang berupa

fisik maupun non-fisik yang memadai. Akan tetapi, di Desa Pagar Gading

tidak memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik. Sarana

transportasi tidak didukung oleh keadaan jalan yang baik, keadaan jalan di

desa tersebut masih sangat buruk. Jalan-jalan di Desa Pagar Gading masih

berupa jalanan batu dan sebagiannya lagi masih tanah. Selain itu, sarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

komunikasi di desa tersebut juga masih sulit. Jaringan internet belum ada,

sehingga masyarakat Desa Pagar Gading tidak mampu menerima arus

informasi dengan baik.

2. Sarana Pendidikan

Desa Pagar Gading tidak memiliki sarana pendidikan yang baik. Di

Desa Pagar Gading hanya terdapat beberapa sekolah saja, hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4
Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading
NEGERI SWASTA
Jenis
No Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
Pendidikan
(Buah) (Orang) (Orang) (Buah) (Orang) (Orang)
1 TK - 2 4 32
2 SD 1 12 152 1 6 54
3 SLTP - - - 1 8 29
4 SLTA - - - 1 5 18
5 Akademi - - - - - -
6 PT - - - - - -
Jumlah 1 12 152 5 23 1
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.
3. Sarana Perekonomian

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-haridan sebagai tempat

bertemunya penjual dan pembeli dibutuhkan tempat khusus yang

menyediakan kebutuhan masyarakat. Desa Pagar Gading memiliki sarana

perekonomian yang dapat dilihat dalam tabel berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 4.5
Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading
No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Pasar desa 1 buah
2. Kios desa 1 buah
3. Koperasi simpan pinjam 2 buah
Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.
4. Sarana Kesehatan

Pemerintah Desa Pagar Gading dengan segenap kemampuan berusaha

untuk mensejahterakan masyarakat atau warganya melalui beberapa unit

usaha kesehatan. Sedangkan menjadi peserta KB adalah sudah menjadi

kebutuhan. Kegiatan posyandu bagi bayi dan anak balita sangat rutin

dilakukan, yaitu seminggu sekali setiap hari selasa. Desa Pagar Gading

memiliki 1 buah puskesmas, 2 pos posyandu, 2 orang bidan desa dan satu

orang mantri desa, serta 2 orang bidan praktek.

5. Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang dimiliki oleh Desa Pagar Gading ini digunakan

oleh masyarakat Desa Pagar gading, biasanya oleh anak-anak muda

masyarakat tersebut. Dengan adanya sarana olahraga ini, mereka bisa terus

melatih dan mengembangkan bakat mereka di bidang olahraga. Adapun jenis

sarana yang dimaksud adalah 1 buah lapangan sepak bola, 3 buah lapangan

voli, dan 2 buah lapangan bulutangkis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

6. Sarana Peribadatan

Mayoritas agama penduduk Desa pagar Gading beragama muslim,

dengan demikian tempat peribahan di desa ini juga seimbang dengan jumlah

penduduk sebagai pemeluk agama masing-masing. Desa pagar Gading

memiliki sarana peribadatan yang berupa 2 buah Masjid, 6 Mushola, dan 1

Gereja.

D. Produksi Pertanian

Secara umum usaha tani yang dijalankan di wilayah Desa Pagar Gading

meliputi tanaman pangan dan perkebunan, baik yang dibudidayakan pada lahan

sawah maupun pada lahan kering. Usaha tanaman pangan yang diusahakan

terutama padi, jagung, singkong, dan sayur-sayuran.

Hasil pertanian tersebut umumnya tidak dijual semua, tetapi sebagian

dikonsumsi sendiri oleh petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan hasil penjualan tanaman pangan dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan lainnya. Akan tetapi, hal tersebut lain halnya dengan hasil pertanian

berupa singkong. Hasil pertanian singkong semuanya dijual langsung ke pabrik,

karena singkong yang ditanam oleh masyarakat Desa Pagar Gading tidak bisa

untuk langsung di konsumsi.

Untuk tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di Desa Pagar

Gading meliputi tanaman kelapa sawit, tanaman kakao, dan tanaman karet. Untuk

saat ini tanaman yang banyak dibudidayakan adalah tanaman karet. Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

karet sangat cocok ditanam di daerah ini karena memiliki tingkat kesuburan yang

tinggi. Petani di Desa Pagar Gading memilih tanaman karet untuk dibudidayakan

karena dianggap memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan

tanaman yang lainnya.

E. Budidaya Tanaman Karet

1. Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Sebelum menanam bibit karet terlebih dahulu menyiapkan lubang

tanaman dengan jarak tanam 4 x 3 meter atau 4 x 4 meter, tergantung

keinginan petani karet. Tanah-tanah cangkulan tersebut diberi pupuk kompos

di setiap lubangnya., kemudian bibit karet hasil stekan ditanam. Pemeliharaan

tanaman karet meliputi penyulaman, pemangkasan, dan pemupukan. Setelah

4-6 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan ke kebun karet.

Bila ditemukan bibit karet yang mati, secepatnya dilakukan penyulaman, ini

dimaksudkan agar pertumbuhan bibit sulaman tidak jauh tertinggal dengan

tanaman lainnya.

Untuk meningkatkan kesuburan tanah, petani karet pasti melakukan

pemupukan. Pemupukan tanaman karet biasanya dilakukan pada musim

penghujan, ini dimaksudkan agar pupuk bisa langsung terserap oleh tanaman

karet. Selain pemupukan, tanaman ini juga membutuhkan pemangkasan

secara rutin. Pemangkasan dilakukan untuk mengatur pertumbuhan tanaman

karet agar tidak mengganggu tanaman karet satu dangan tanaman karet yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

lainnya. Sampai sekarang ini hasil pertanian karet masih belum bisa diolah

oleh masyarakat Desa Pagar Gading. Petani produsen menjual getah karet

(lateks) melalui jalur pemasaran tradisional, penjualan tersebut dilakukan

melalui beberapa perantara seperti pedagang kecil, pedagang besar, dan

pedagang pemasok industri.

2. Gambaran Pertanian Karet di Desa Pagar Gading

Pertanian karet merupakan matapencaharian di bidang pertanian yang

saat ini banyak diminati oleh masyarakat Desa Pagar Gading. Desa Pagar

Gading sendiri memiliki luas perkebunan karet sebesar 864,25 Ha dengan

petani lateks sebesar 321 kepala keluarga. Lahan yang dimiliki oleh petani

ukurannya berbeda-beda, berikut adalah klasifikasinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan mengenai analisis dan pembahasan terhadap data

yang telah diproses selama penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian

yang telah penulis laksanakan diperoleh data yang diperlukan untuk menjawab

masalah-masalah yang dikemukakan dalam BAB I.

A. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Getah Karet (Lateks) di Desa Pagar Gading

Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur-jalur yang

menghubungkan jalur produksi lateks yang telah siap untuk dijual atau disalurkan

kepada pemakai industri, dimana untuk menghubungkan hasil produksi lateks

tersebut diperlukan perantara-perantara. Dalam hal ini yang menjadi perantara

adalah para pedagang, yaitu pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang

pemasok industri. Dalam analisis ini secara berturut-turut akan dibahas jalur

pemasaran yang dilalui oleh 9 petani responden yang terbagi menjadi 3 petani

skala produksi kecil yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet kurang

dari 20.000 , 3 petani skala produksi sedang yaitu petani yang memiliki lahan

perkebunan karet dari 20.000 sampai dengan 40.000 , dan 3 petani skala

produksi besar, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet lebih dari

40.000 .

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Besar

Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh

petani karet yang memiliki lahan perkebunan lebih dari 40.000 .

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 3 orang

petani skala produksi besar, peneliti mendapatkan informasi bahwa petani di

Desa pagar Gading menggunakan jasa perantara pedagang dalam memasarkan

hasil produksinya. Dari 3 orang petani karet skala produksi besar, 2

diantaranya mengatakan bahwa mereka menjual lateks hasil perkebunan

mereka kepada pedagang pengepul dengan cara didatangi ke rumah,

sedangkan 1 orang petani lainnya bahwa mereka menjual lateks hasil

perkebunan mereka langsung kepada pedagang pemasok industri.

Gambar 5.1
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala
Produksi Besar

Petani Besar

Pedagang
pengepul

Pedagang
besar

Pedagang Pedagang
pemasok industri pemasok industri

Pemakai Industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Gambar 5.1 merupakan jalur pemasaran yang dilalui oleh petani

dengan skala produksi besar. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa

mereka mempunyai alternatif yang berdeda dalam menjual hasil produksinya.

Bagi petani yang menjual getah karet (lateks) kepada pedagang pengepul

dengan cara didatangi ke rumah, ternyata mereka memiliki alasan mengapa

mereka menjual lateks dengan cara yang demikian. Alasan yang pertama

karena sudah kenal dekat dengan pedagang pengepul dan sudah langganan,

jadi sudah pasti hasil perkebunan para petani akan selalu diambil pada hari

yang sama setiap minggunya. Alasan kedua adalah menghemat waktu, karena

waktu dapar digunakan untuk memperkerjakan hal yang lainnya. Selain alasan

tersebut, keadaan jalan yang rusak, tidak adanya kendaraan untuk menjual

langsung kepada pedagang pemasok industri, dan resiko dalam perjalanan

juga menjadi alasan tersendiri bagi para petani. Sedangkan bagi petani yang

menjual lateks langsung kepada pedagang pemasok industri mempunyai

alasan jika menjual lateks langsung kepada pedagang pemasok industri harga

menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan menjual kepada pedagang

pengepul. Kendaraan yang sudah memadai untuk menjual lateks langsung ke

pedagang pemasok industri juga menjadi alasan petani tersebut. Dalam

pemasarannya, masyarakat Desa Pagar Gading menggunakan jasa perantara

pedagang besar dan jasa perantara pedagang pemasok industri dari daerah

lain. Hal tersebut dikarenakan karena tidak adanya masyarakat yang

berprofesi sebagai pedagang besar dan pedagang pemasok industri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Sedang

Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh

petani karet yang memiliki lahan perkebunan lebih dari 20.000 sampai

dengan 40.000 . Semua petani skala produksi sedang di Desa Pagar Gading

mengginakan jasa perantara pedagang pengepul, kesimpulan ini diperoleh dari

data yang didapat peneliti dari 3 orang petani responden yang mengatakan

bahwa mereka menjual lateks hasil perkebunannya kepada pedagang

pengepul.

Pada gambar 5.2 terlihat bahwa dalam menjual lateks petani skala

poduksi sedang menggunakan perantara pedagang pengepul. Petani ini

memiliki alasan yang tidak jauh berbeda dengan petani lainnya yang menjual

lateks kepada pedagang pengepul. Alasan pertama mengapa para petani

menjual kepada pedagang pengepul adalah proses pemasaran mudah dan

cepat, petani tinggal menunggu di rumah dan pedagang pengepul akan dating

sendiri untuk membeli lateksnya. Kedua sudah langganan dan kenal, dan yang

ketiga adalah menghemat waktu dan tidak mengeluarkan biaya transportasi.

Dengan alasan tersebut menunjukkan bahwa petani dalam menjual hasil

produksinya selalu memperhitungkan untung dan ruginya. Bagi petani yang

mengatakan sudah langganan, disini petani sudah memperhitungkan untuk

penjualan yang akan dating, ia tidak perlu membuang tenaga dan membuang

waktu untuk mencari pedagang lain yang mau membeli hasil perkebunannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Petani yang mengatakan menghemat waktu dan tidak perlu mengeluarkan

biaya transportasi terlihat bahwa mereka memiliki kecenderungan berfikir

secara bisnis, karena waktu diutamakan dan juga memperhitungkan

pengeluaran.

Jalur pemasaran yang dilalui oleh 3 petani skala produksi sedang tidak

memiliki perbedaan, yaitu semua petani menggunakan jasa perantara

pedagang pengepul. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar 5.2
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala
Produksi Sedang

Petani Sedang

Pedagang
pengepul

Pedagang
besar

Pedagang pemasok
industri

Pemakai Industri

3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala Produksi Kecil

Jalur pemasaran yang dimaksud disini adalah jalur yang dilalui oleh

petani karet yang memiliki lahan perkebunan kurang dari 20.000 . Dari 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

orang petani yang diambil datanya, peneliti mendapat informasi bahwa 1

orang responden menjual getah karet hasil perkebunan mereka kepada

pedagang pengepul dengan cara didatangi ke rumah masing-masing. Ada lagi

1 petani responden yang juga mengatakan menjual lateks langsung kepada

pedagang pengepul, dan 1 petani responden mengatakan menjual lateks

langsung kepada pedagang pemasok industri. Hal ini dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut.

Gambar 5.3
Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala
Produksi Kecil

Petani Kecil

Pedagang
pengepul

Pedagang Pedagang
besar besar

Pedagang Pedagang
pemasok industri pemasok industri

Pemakai Industri

Bagi petani yang menjual getah karet kepada pedagang pengepul

mempunyai alasan yang sama dengan petani lain yang juga menjual getah

karet kepada pedagang pengepul. Sedangkan petani yang mejual lateks


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

kepada pedagang besar mengatakan jika menjual lateks kepada pedagang

besar harganya akan lebih sedikit tinggi dibandingkan dengan harga yang

diberikan oleh pedagang pengepul. Dalam hal ini, petani yang memilih

menjual lateksnya kepada pedagang besar mempunyai alasan yang khusus.

Petani memilih menjual lateks langsung kepada pedagang besar dikarenakan

petani tersebut bekerja sebagai buruh kepada salah seorang pedagang besar,

jadi petani tertsebut membawa hasil perkebunannya sekaligus berangkat

bekerja.

Penggunaan jasa perantara pedagang pengepul lebih banyak

digunakan, hal ini tidak hanya terjadi pada jalur pemasaran lateks yang dilalui

oleh petani tertentu saja, tetapi banyak digunakan oleh petani skala produksi

besar, petani skala produksi sedang, dan skala produksi kecil. Dengan keadaan

seperti ini dapat dikatakan bahwa para petani di Desa Pagar Gading

mempunyai pilihan sendiri untuk menentukan jalur pemasaran yang akan

dialuinya.

B. Analisis Distribusi Marjin dalam Jalur-jalur Pemasaran Lateks

Marjin pemasaran yang dimaksud disini adalah selisih antara harga jual

lateks dan harga beli lateks di setiap tahap dalam proses pemasaran lateks.

Sedangkan marjin total adalah selisih antara harga di tingkat konsumen akhir

yang dalam hal ini adalah harga jual lateks di tingkat pedagang pemasok industri

dan harga tingkat petani. Permasalahan dalam analisis marjin adalah adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

perbedaan harga jual dan harga beli lateks pada tingkat petani maupun pada

tingkat pedagang. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibuat rata-rata harga jual

dan harga beli lateks pada masing-masing tingkatan, yaitu tingkat petani skala

produksi besar, petani skala produksi sedang, dan petani skala produksi kecil.

Dalam analisis ini, data diperoleh dari 3 petani skala produksi besar, 3

petani skala produksi sedang, 3 petani skala produksi kecil, 3 pedagang pengepul,

3 pedagang besar, dan 3 pedagang pemasok industri. Untuk analisis marjin

pemasaran secara berturut-turut akan dibahas distribusi marjin dari tingkat petani

skala produksi besar, dari tingkat petani skala produksi sedang, dan dari tingkat

petani skala produksi kecil.

1. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi


Besar
Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan diperoleh rata-rata

harga jual dan harga beli lateks dari tingkat petani besar. Rata-rata harga

lateks yang dimaksud dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5.1
Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Besar
pada Bulan Mei 2014
No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri
Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
1 6.200 7.000 7.900 8.900
2 6.100 6.800 7.600 8.500
3 6.300 6.900 7.700 8.900
Jumlah 18.600 20.700 23.200 26.300
Rerata 6.200 6.900 7.733 8.767
Sumber: Data Primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Jika kita lihat pada tabel di atas terdapat keberagaman harga yang

diterima oleh setiap petani. Keberagaman harga tersebut terjadi karena

kualitas getah karet (lateks) yang dihasilkan oleh masing-masing petani tidak

sama. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar, perbedaan

harganya juga sangat sedikit. Kualitas karet biasanya memiliki tipe, yaitu tipe

A dan B. Tipe-tipe tersebut dilihat dari kandungan air yang terdapat dalam

kepingan lateks, harga akan sedikit lebih rendah apabila kandungan air dalam

kepingan lateks dinilai cukup banyak. Keberagaman harga ini tidak hanya

terjadi pada petani skala produksi besar, hal tersebut juga terjadi pada petani

skala produksi sedang dan skala produksi kecil.

Dari tabel 5.1 kita dapat melihat rata-rata harta lateks pada tingkat

petani besar adalah Rp 6.200 per kilogram, pada tingkat pedagang pengepul

sebesar Rp 6.900 per kwintal, pada tingkat pedagang besar yaitu Rp 7.733 per

kilogram, dan rata-rata harga lateks pada tingkat pedagang pemasok industri

sebesar Rp 8.767 per kilogram. Perbedaan harga tersebut menunjukkan

adanya marjin pemasaran. Perbedaan harga di tingkat pedagang pengepul

dengan harga ditingkat petani menunjukkan adanya marjin pemasaran di

tingkat pedagang pengepul sebesar Rp 700 per kilogram, perbedaan harga di

tingkat pedagang besar dengan harga di tingkat pedagang pengepul

menunjukkan adanya marjin pemasaran di tingkat pedagang besar sebesar Rp

833, dan perbedaan harga di tingkat pedagang pemasok industri dengan harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

di tingkat pedagang besar menunjukkan adanya marjin pemasaran sebesar Rp

1.034 per kilogram.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan analisis biaya dan

marjin pemasaran lateks dari tingkat petani besar sampai dengan pedagang

pemasok industri dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2
Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani
Skala Produksi Besar di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015
No Uraian Nilai Pangsa
(Rp/Kw) Harga
Industri (%)
1. Petani
Harga Jual Petani 620.000 70,72
2. Pedagang Pengepul
Biaya transportasi 8.360 0,95
Biaya Upah 4.870 0,56
Biaya Timbang 4.470 0,51
Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 52.300 5,97
Harga Jual Pedagang Pengepul 690.000 78,70
3. Pedagang Besar
Biaya Transportasi 8.900 1,02
Biaya Upah 5.400 0,62
Biaya Timbang 3.320 0,38
Marjin Keuntungan Pedagang Besar 65.680 7,49
Harga Jual Pedagang Besar 773.300 88,21
4. Pedagang pemasok industri
Biaya Transportasi 27.230 3,11
Biaya Upah 4.950 0,56
Biaya Timbang 1.320 0,15
Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri 69.900 7,97
Harga Jual Pedagang pemasok industri 876.700 100
Sumber: Data Primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Dari tabel 5.2 di atas kita bisa melihat biaya-biaya yang ditanggung

oleh para pedagang. Disini terlihat bahwa pedagang pengepul, pedagang

besar, dan pedagang pemasok industri mempunyai tugas yang sama. Di dalam

pemasaran ini para pedagang menanggung biaya transportasi, biaya upah, dan

biaya timbang. Biaya transportasi yang dimaksudkan disini adalah biaya

pengangkutan lateks dari rumah para petani yang dibawa oleh pedagang

pengepul ke pedagang besar. Sedangkan biaya upah dan biaya timbang adalah

biaya yang harus dikeluarkan oleh para pedagang untuk membayar para

pekerja yang tenaga kerjanya dibutuhkan dalam proses pemasaran lateks.

Biaya yang ditanggung oleh pedagang pengepul antara lain adalah biaya

transportasi sebesar Rp 8.360 per kwintal, biaya upah sebesar Rp 4.870 per

kwintal, dan biaya timbang sebesar Rp 4.470 per kwintal.

Jenis-jenis biaya yang ditanggung pedagang pengepul sama halnya

dengan jenis biaya yang ditanggung oleh pedagang besar. Besaranya biaya

transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang besar tidak jauh berbeda dengan

pedagang pengepul, hal tersebut dikarenakan para pedagang sudah memiliki

alat transportasi sendiri. Untuk satu kali penjualan lateks, pedagang besar

mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 8.900 per kwintal. Sedangkan

biaya upah yang dimaksud di sini adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja yang membantu. Untuk satu kali penjualan lateks, pedagang besar

memerlukan tenaga kerja sekitar 8 orang dan untuk biaya upah yang

dikeluarkan sebesar Rp 800.000. Dalam hal ini pedagang besar mengeluarkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

biaya upah sebesar Rp 5.400 per kwintal dan biaya timbang sebesar Rp 3.320

per kwintal. Dari tabel 5.2 dapat kita lihat jika marjin keuntungan yang

diambil oleh pedagang besar lebih besar darpada marjin keuntungan

pedagang pengepul. Pedagang besar menerima marjin keuntungan sebesar Rp

65.680 per kwintal, sedangkan marjin keuntungan yang diterima oleh

pedagang pengepul hanya sebesar Rp 52.300 per kwintal.

Selain pedagang pengepul dan pedagang besar, pedagang pemasok

industri juga menanggung jenis-jenis biaya yang sama. Pedagang pemasok

industri merupakan pedagang yang berhubungan langsung denga pemakai

industri akhir. Biaya-biaya uang dikeluarkan oleh pedagang pemasok industri

antara lain adalah biaya transportasi sebesar 27.230 per kwintal, biaya upah

sebesar 4.950 per kwintal, dan biaya timbang sebesar 1.320 per kwintal.

Dibandingkan pedagang-pedagang yang lain, pedagang pemasok industri

menerima marjin keuntungan yang paling besar. Marjin keuntungan yang

terima oleh pedagang pemasok industri sebesar Rp 69.900 per kwintal.

Dari perhitungan analisis biaya maka dapat diketahui bahwa marjin

keuntungan yang dinikmati oleh para pedagang berbeda-beda, hal ini

dikarenakan omset penjualan yang berbeda-beda. Perbandingan antara harga

jual tingkat petani sebesar Rp 620.000 per kwintal dengan harga jual lateks di

tingkat pedagang pemasok industri sebesar Rp 876.700 per kwintal, dapat kita

ketahui bagian yang diterima petani dari harga tingkat pemasok (farmer’s

share) yaitu sebesar 70,72%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

2. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi


Sedang
Rata-rata harga lateks dari tingkat petani skala produksi sedang adalah

sebagai berikut.

Tabel 5.3
Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Sedang
pada Bulan Mei 2014
No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri
Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
4 6.300 6.900 7.700 8.900
5 6.500 7.100 8.000 9.200
6 6.400 7.100 7.900 8.900
Jumlah 19.200 21.100 23.600 27.000
Rerata 6.400 7.033 7.866 9.000
Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas kita dapat melihat rata-rata harga lateks di tingkat

petani, pedagang pengepul, pedagang besar, dan pedagang pemasok industri.

Untuk harga tingkat petani rata-rata harga lateks adalah sebesar Rp 6.400 per

kwintal, pada tingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.033 per kilogram, pada

tingkat pedagang besar rata-rata harga lateks sebesar Rp 7.866 per kilogram,

dan harga rata-rata lateks tingkat pedagang pemasok industri adalah sebesar

Rp 9.000 per kilogram.

Dari tabel di atas kita juga dapat melihat bahwa pedagang pemasok

industri merupakan pedagang yang rata-rata harga jual lateksnya paling tinggi

dibandingkan dengan harga pada tingkat pedagang besar maupun pedagang

pengepul, hal ini disebabkan karena pedagang pemasok industri berhubungan

langsung dengan konsumen akhir (pemakai industri). Jika dilihat secara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

keseluruhan harga rata-rata lateks di tingkat pedagang lebih besar jika

dibandingkan dengan harga rata-rata ditingkat petani, ini dikarenakan adanya

biaya-biaya yang harus dikeluarkan yang ikut menjadi pertimbangan dalam

penentuan harga. Sedangkan untuk petani sendiri tidak ada biaya yang ikut

dipertimbangkan dalam menentukan harga jual lateks. Perhitungan secara

terperinci mengenai analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat

petani sedang dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 5.4
Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani
Skala Produksi Sedang di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015
No Uraian Nilai Pangsa
(Rp/Kw) Harga
Industri (%)
1. Petani
Harga Jual Petani 640.000 71.11
2. Pedagang Pengepul
Biaya transportasi 8.360 0.93
Biaya Upah 4.870 0.54
Biaya Timbang 4.470 0.50
Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 45.600 5.07
Harga Jual Pedagang Pengepul 703.300 78.14
3. Pedagang Besar
Biaya Transportasi 8.900 0.99
Biaya Upah 5.400 0.60
Biaya Timbang 3.320 0.37
Marjin Keuntungan Pedagang Besar 65.680 7.30
Harga Jual Pedagang Besar 786.600 87.40
4. Pedagang pemasok industri
Biaya Transportasi 27.230 3.03
Biaya Upah 4.950 0.55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Biaya Timbang 1.320 0.15


Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri 79.900 8.88
Harga Jual Pedagang pemasok industri 900.000 100
Sumber: Data Primer

Dalam tabel 5.4 terlihat bahwa biaya-biaya yang ditanggung oleh para

pedagang, baik pedagang pengepul, pedagang besar maupun pedagang

pemasok industri adalah sama dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para

pedagang dalam analisis biaya dan marjin pemasaran lateks dari tingkat petani

skala produksi besar (tabel 5.2). Jika kita amati ada perbedaan harga jual dan

harga beli pada tahap pemasaran pada tingkat petani sedang (tabel 5.4) dengan

tahap pemasaran pada tingkat petani besar (tabel 5.2). Walaupun harga jual

dan harga beli berbeda tetapi marjin keuntungan yang diambil oleh pedagang

pengepul tidak jauh berbeda dengan dengan tahap pemasaran pada petani

besar, yaitu sebesar Rp 45.600 per kwintal. Dalam pemasaran ini marjin

keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pemasok industri tetap lebih tinggi

daripada marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pengepul maupun

pedagang besar, yaitu sebesar Rp 79.900 per kwintal.

Jika kita melihat perbandingan antara harga jual lateks tingkat petani

sedang sebesar Rp 640.000 per kwintal dan harga jual lateks ditingkat

pedagang pemasok industri yaitu Rp 900.000 per kwintal, kita dapat

mengetahui bagian harga yang diterima petani dari tingkat pedagang pemasok

industri (farmer’s share) yaitu sebesar 71,11 %.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

3. Distribusi Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi


Kecil
Rata-rata harga lateks yang dilalui oleh petani skala produksi kecil

dalam proses pemasaran ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 5.5
Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil
pada Bulan Mei 2014
No. Petani P. Pengepul P. Besar P. Industri
Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
7 6.400 7.000 7.900 8.900
8 6.450 7.100 8.000 9.200
9 6.700 7.300 8.400 9.600
Jumlah 14.550 21.400 24.300 27.700
Rerata 6.516 7.133 8.100 9.233
Sumber: Data Primer

Dari tabel 5.5, terlihat bahwa harga lateks ditingkat petani kecil

sebesar Rp 6.516 per kilogram, sedangkan harga ditingkat pedagang pengepul

sebesar Rp 7.133 per kilogram. Perbedaan ini menunjukkan adanya marjin

pemasaran ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 617 per kilogram,

kemudian harga jual lateks ditingkat pedagang besar sebesar Rp 8.100 per

kilogram. Perbedaan harga tingkat pedagang pengepul dengan harga tingkat

pedagang besar menunjukkan marjin pemasaran tingkat pedagang besar

sebesar Rp 967 per kilogram, dan pada tingkat pedagang pemasok industri

harga lateks mencapai Rp 9.233 per kilogram, sehingga dapat diketahui

marjin pemasaran pada tingkat pedagang pemasok industri adalah sebesar Rp

1.133 per kilogram atau Rp 113.300 per kwintal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Untuk mengetahui marjin keuntungan yang dinikmati oleh masing-

masing pedagang dalam proses pemasaran dari tingkat petani skala produksi

kecil, berikut ini akan disajikan tabel analisis biaya dan marjin pemasaran

lateks dari tingkat petani kecil.

Tabel 5.6
Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks dari Tingkat Petani
Skala Produksi Kecil di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015
No Uraian Nilai Pangsa
(Rp/Kw) Harga
Industri (%)
1. Petani
Harga Jual Petani 651.600 70.57
2. Pedagang Pengepul
Biaya transportasi 8.150 0.88
Biaya Upah 4.780 0.52
Biaya Timbang 4.530 0.49
Marjin Keuntungan Pedagang Pengepul 44.240 4.79
Harga Jual Pedagang Pengepul 713.300 77.26
3. Pedagang Besar
Biaya Transportasi 8.640 0.94
Biaya Upah 5.420 0.59
Biaya Timbang 3.640 0.39
Marjin Keuntungan Pedagang Besar 79.000 8.56
Harga Jual Pedagang Besar 810.000 87.73

4. Pedagang pemasok industri


Biaya Transportasi 28.730 3.11
Biaya Upah 4.830 0.52
Biaya Timbang 1.300 0.14
Marjin Keuntungan Pedagang pemasok industri 78.440 8.50
Harga Jual Pedagang pemasok industri 923.300 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas kita dapat melihat harga jual dan harga beli lateks

secara berturut-turut dari tingkat petani yaitu Rp 651.600 per kwintal, tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

pedagang pengepul Rp 713.300 per kwintal, tingkat petani besar sebesar

Rp810.000 dan tingkat pedagang pemasok industri sebesar Rp 923.300.

Dimana terlihat harga jual dan harga beli lateks ditingkat pedagang pemasok

industri lebih tinggi dibandingkan harga jual dan harga beli lateks ditingkat

pedagang besar maupun pedagang pengepul.

Dari perbandingan antara harga jual dan harga beli kita dapat melihat

marjin keuntungan yang dinikmati oleh setiap pedagang. Ternyata setelah

dikurangi dengan biaya pemasaran dapat diketahui marjin keuntungan yang

dinikmati oleh pedagang pemasok industri sebesar Rp 78.440 per kwintal,

marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang besar Rp 79.000 per

kwintal, dan marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang pengepul

dalam jalur pemasaran ini adalah sebesar Rp 44.240 per kwintal. Dalam hal

ini marjin keuntungan yang dinikmati oleh pedagang besar lebih tinggi jika

dibandingkan marji keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pemasok

industri. Hal tersebut karena biaya yang dikelurakan oleh pedagang besar

lebih sedikit bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang

pemasok industri.

Dari perbandingan antara harga jual tingkat petani sebesar Rp 651.600

per kwintal dan harga jual tingkat pedagang pemasok industri Rp 923.300 per

kwintal, dapat kita ketahui bagian harga yang diterima petani dari harga

tingkat pedagang pemasok industri (farmer’s share) yaitu sebesar 70,57%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

C. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading

Untuk menganalisis masalah yang ketiga diperlukan data yang berbentuk

time-series. Data time-series yang dimaksud disini adalah harga lateks pada saat

kegiatan jual beli karet di Desa Pagar Gading yang telah dikumpulkan mulai awal

bulan Mei sampai dengan pertengahan bulan Juni 2015, yang terkumpul sebanyak

20 kali pengamatan. Dalam analisis ini akan dibahas elastisitas transmisi harga

dari harga tingkat pedagang pemasok industri kepada harga tingkat petani.

Dari hasil perhitungan dalam tabel 5.7 terlihat bahwa nilai elastisitas

transmisi harga dari pedagang pemasok industri ke petani sebesar 0,21. Nilai

elastisitas transmisi harga bernilai 0,21 menunjukkan bahwa apabila terjadi

perubahan harga lateks ditingkat pedagang pengepul sebesar 1% maka harga

ditingkat petani akan berubah sebesar 0,21% dalam hubungan yang searah.

Tabel 5.7
Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Transmisi Harga
H.T Pedagang pemasok industri
H.T Petani 0,21
Sumber: Data Primer

Karena nilai 0,21% jauh dari angka 1% maka dapat dikatakan bahwa

perubahan-perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri tidak

ditransmisikan dengan baik ke harga ditingkat petani. Dari angka elastisitas

transmisi harga kurang dari 1% maka dapat dikatakan bahwa kepekaan perubahan

harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pedagang

pemasok industri. Kondisi yang demikian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

yaitu arus transportasi yang sangat sulit yang dikarenakan keadaan jalan yang

rusak, dan komunikasi yang tidak memadai di daerah Desa Pagar Gading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran penulis dalam melakukan

penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil dari keseluruhan penelitian

ini. Pada bagian saran berisi masukan masukan dari penulis kepada para petani

maupun pedagang lateks di Desa Pagar Gading. Berikut kesimpulan dan saran yang

dapat disampaikan oleh penulis.

A. Kesimpulan

1. Jalur-jalur pemasaran yang dilalui oleh petani di Desa Pagar Gading adalah

melalui pedagang perantara seperti pedagang pengepul, pedagang besar, dan

pemasok Industri. Akan tetapi para petani cenderung menggunakan jasa

pearantara pedagang pengepul, hal tersebut dikarenakan jasa pedagang

pengepul dianggap lebih mudah, menghemat waktu dan tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi.

2. Jalur pemasaran yang dilalui oleh petani skala produksi besar, petani skala

produksi sedang dan skala produksi kecil sangat panjang. Walaupun demikian

farmer share masih cukup tinggi, yaitu dari tingkat petani skala produksi

besar 70,72%, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71.11%, dan

dari petani skala produksi kecil sebesar 70,57%.

3. Perubahan harga lateks di tingkat pemasok industri tidak ditransmisikan

dengan baik ke tingkat harga petani, hal ini terlihat pada nilai elastisitas

75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

transmisi harga yang bernilai 0,21. Kondisi ini disebabkan oleh arus

transportasi yang tidak memadai yang disebabkan keadaan jalan yang buruk,

dan komunikasi yang tidak lancar di daerah Desa Pagar Gading.

B. Saran

Secara singkat, beberapa saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Petani lateks perlu mempertimbangkan proses pemasaran hasil produksinya

dengan cara memilih jalur pemasaran yang tepat dan menguntungkan bagi

petani itu sendiri. Petani sebaiknya dapat menghitung keuntungan dan

kerugian atas penggunaan masing-masing pedagang perantara, sehingga

petani mampu menentukan jalur pemasaran yang tepat untuk memasarkan

hasil pertanian lateks. Menurut peneliti, jalur pemasaran yang bisa digunakan

oleh petani lateks adalah melalui pedagang perantara kedua, yaitu pedagang

besar. Dengan menjual lateks ke pedagang besar maka harga yang akan

diterima petani sedikit lebih tinggi. Selain itu, petani tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi yang begitu besar. Hal ini tentu bisa

menguntungkan petani.

2. Oleh karena di lokasi penelitian belum ada kelompok tani karet, maka

sebaiknya dibentuk kelompok tani sehingga organisasinya dapat ditata dengan

rapi dan kemudian diteruskan dengan membentuk semacam KUD untuk lebih

memperkuat keberadaan petani karet. Dengan adanya KUD tersebut petani


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

akan memperoleh banyak manfaat dan kemudahan, terutama informasi

mengenai harga lateks ditingkat pemakai industri.

3. Dalam pemasaran lateks para petani banyak menggunakan jalur tata niaga

penjualan karet melalui pedagang perantara yang banyak mengambil

keuntungan dari para petani. Untuk itu, Dinas Perkebunan dan Dinas

Perdagangan sebaiknya mengupayakan peningkatan pendapatan petani

khususnya petani karet dan memutus mata rantai tata niaga pemasaran karet

dan mengurangi ketergantungan petani dengan tengkulak. Hal tersebut

dilakukan dengan cara membentuk kelompok tani karet dan kelompok tani

tersebut diberikan dana talangan sebagai modal pemasaran karet yang

dipinjamkan kelompok tani, dan petani dapat menjual karet langsung ke

pabrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. (2004). Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Palembang:


Sriwijaya University Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2013). Komoditi Karet di Indonesia. [On-


line]. Tersedia: htpp:// litbang.kemdikbud.go.id. [2 Maret 2015].

Badan Pusat Statistik. (2014). Komoditi Pertanian. [On-line]. Tersedia:


http://bps.go.id. [ 20 Februari 2015].

Daniel, M. (2002). Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Ditjen Perkebunan. (2011). Komoditi Karet. [On-line]. Tersedia:


htpp://ditjenbun.go.id. [2 Maret 2015].

Fahmy, Mauluddin. (2014). Elastisitas Transmisi Harga. [On-line]. Tersedia:


http://fahmy.blog.upi.edu/2014/08/. [20 April 2015].

Ferlianto, Ricky, dkk. (2006). Komoditi Investasi Paling Prospektif. Jakarta: PT Alex
Media komputindo.

Firdaus, Muhhamad. (2009). Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fuad, Muhammad. (2006). Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hanafie, Rita. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Kementrian Perindustrian (Kemenperin). (2014). Industri Kreatif Berperan Besar


Pada Pertumbuhan Ekonomi. [On-line]. Tersedia: http://kemenperin.go.id.
[20 Februari 2015].

Kotler, Philip. (2006). Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta: PT. Prenhallindo.

…………….. (2006). Manajemen Pemasaran Jilid II. Jakarta: PT. Prenhallindo.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Kunangwasih, Tri & Antyo Pracoyo. (2006). Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta:
PT Grasindo.

Madura, Jeff. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian,


Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus:
Nora Media Enterprise.

Rangkuti, Freddy. (2007). Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Riyanto. (2008). Ekonomi Industri. Bandung: Alfabeta.

Shinta, Agustina. (2011). Ilmu Usahatani. Malang: Brawijaya University Press.

Sudarman, Ari. (2000). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.

Sugiharto. (2000). Analisis Efesiensi Pemasaran Hasil Pertanian. [On-line].


Tersedia: http://digilib.ump.ac.id/download. [25 Maret 2015].

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

………… (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Sulistyo, Basuki. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:


Brawijaya Universitas Press.

Supranto. (2000). Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Surachman, Winarno. (2006). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.


Bandung: Tarsito.

Swastha Basu, dan Irawan (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:


Liberty.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Umar, Husein. (2005). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

……………..... (2005). Stratrgic Manajemen In Action. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

LAMPIRAN I
( SURAT IJIN PENELITIAN )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

LAMPIRAN II
(Pedoman Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Pedoman Wawancara

A. Ditujukan kepada petani karet

Identitas sampel petani yang menjual salak pondoh kepada pedagang:

(Pengepul/besar/pemasok industri)

Nama : ………………………………………………

Umur : …..... tahun

Pendidikan : ……..

Jumlah keluarga : ……..

Luas lahan : …....... hektar

1. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang?

2. Berapakah harga jual yang saudara terima dalam satu kali timbangan?

3. Berapakah harga perkilogram lateks yang saudara jual?

4. Kepada siapa saudara menjual lateks?

(pedagang pengepul/ pedagang pengecer/ pemasok industri).

Alasan: ……………………………………………………...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

B. Ditujukan kepada pedagang pengepul lateks

Nama : ………………………………………………

Umur : …..... tahun

Pendidikan : ……..

Jumlah keluarga : ……..

1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang?

2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali

pembelian?

3. Berapakah harga beli perkilogram lateks?

4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani?

A. Ya B. Tidak

5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya?

6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya?

7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang?

8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang?

9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

C. Ditujukan kepada pedagang besar lateks

Nama : ………………………………………………

Umur : …..... tahun

Pendidikan : ……..

Jumlah keluarga : ……..

1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang?

2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali

pembelian?

3. Berapakah harga beli perkilogram lateks?

4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani?

B. Ya B. Tidak

5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya?

6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya?

7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang?

8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang?

9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

D. Ditujukan kepada pemasok industri lateks

Nama : ………………………………………………

Umur : …..... tahun

Pendidikan : ……..

Jumlah keluarga : ……..

1. Berapa kilogram lateks yang saudara beli dalam satu kali kegiatan timbang?

2. Berapakah harga beli lateks yang saudara keluarkan dalam satu kali

pembelian?

3. Berapakah harga beli perkilogram lateks?

4. Apakah saudara membeli lateks langsung dari petani?

C. Ya B. Tidak

5. Berapa biaya transportasi lateks untuk setiap kilogramnya?

6. Berapakah biaya upah lateks untuk setiap kilogramnya?

7. Berapakah biaya timbang lateks dalam sekali kegiatan timbang?

8. Berapa kilogram lateks yang saudara jual dalam satu kali kegiatan timbang?

9. Berapakah harga jual lateks perkilogramnya?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

LAMPIRAN IiI
(Identitas Sampel Petani dan Hasil Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Identitas Sampel Petani

Sampel Petani Kecil

Nama Umur Pendidikan Jumlah Luas Lahan


Keluarga ( )
Antonius Wahir Hartoyo 40 th SLTP 3 orang 15.000

Petrus Tugirin 39 th SLTA 3 orang 10.000

AG. Purwanto 43 th SLTP 4 orang 17.500

Sampel Petani Sedang

Nama Umur Pendidikan Jumlah Luas Lahan


Keluarga ( )
Eko Budi Prayitno 27 th SLTP 3 orang 25.000

A. Suhandoyo 40 th SLTP 3 orang 32.500

Bagio Warso Hariadi 43 th SLTP 4 orang 40.000

Sampel Petani Besar

Nama Umur Pendidikan Jumlah Luas Lahan


Keluarga ( )
F. A. Sukomulyono 41 th SLTA 4 orang 45.000

L. Supriyadi 47 th SPG 4 orang 60.000

Heri Bertus Mulyanto 39 th SLTP 5 orang 50.500


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Hasil Wawancara dengan Petani

Sampel Petani Besar


Nama Jumlah Harga Jumlah Uang Pedagang
Getah Jual per yang Diterima Perantara
Terjual (Kg) Kg (Rp) (Rp)
F. A. Sukomulyono 465 6.200 2.883.000,- Pengepul

L. Supriyadi 575 6.100 3.507.000,- Pengepul

Heri Bertus Mulyanto 510 8.900 4.539.000,- P. Industri

Sampel Petani Sedang


Nama Jumlah Harga Jumlah Uang Pedagang
Getah Jual per yang Diterima Perantara
Terjual (Kg) Kg (Rp) (Rp)
Eko Budi Prayitno 240 6.300 1.512.000,- Pengepul

A. Suhandoyo 305 6.500 1.982.500,- Pengepul

Bagio Warso Hariadi 390 6.400 2.496.000,- Pengepul

Sampel Petani Kecil


Nama Jumlah Harga Jual Jumlah Uang Pedagang
Getah per Kg yang Diterima Perantara
Terjual (Kg) (Rp) (Rp)
A. Wahir Hartoyo 140 6.400 896.000,- Pengepul

Petrus Tugirin 90 8.000 720.000,- Pedagang Besar

AG. Purwanto 160 9.600 1.536.000,- P. Industri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

LAMPIRAN IV
(Identitas Sampel Pedagang dan Hasil Wawancara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Identitas Sampel Pedagang

Sampel Pedagang Pengepul

Nama Umur Pendidikan Jumlah Keluarga

Fhilifus Jalil Yani 29 th SLTP 3 orang

AL. Suryono 50 th SLTP 4 orang

Martinus Siman 47 th SLTP 5 orang

Sampel Pedagang Besar

Nama Umur Pendidikan Jumlah Keluarga

Dwi Hartanto 36 th SLTP 5 orang

Sudarto 47 th SD 5 orang

Sutarjo 52 th SLTA 3 orang

Sampel Pemasok Industri

Nama Umur Pendidikan Jumlah Keluarga

Benediktus Jamianto 49 th SLTA 4 orang

Sadimin 54 th Akademi D3 4 orang

Edi Nugroho 35 th SLTA 3 orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN


PETANI SKALA PRODUKSI BESAR

Sampel Pedagang Pengepul


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Fhilifus Jalil Yani 2.664 6.200 7.000 75 45 45

AL. Suryono 1.684 6.100 6.800 89 59,4 47,5

Martinus Siman 2.879 6.300 6.900 86,8 41,6 41,6

Sampel Pedagang Besar


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Dwi Hartanto 15.784 7.000 7.900 76 57 31,7

Sudarto 16.127 6.800 7.600 99,2 49,6 37,2

Sutarjo 16.288 6.900 7.700 92 55,2 30,6

Sampel Pemasok Industri


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Benediktus Jamianto 38.909 7.900 8.900 257 46,3 12,8

Sadimin 41.256 7.600 8.500 315 48,5 14,5

Edi Nugroho 40.722 7.700 8.900 245 54 12,2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN


PETANI SKALA PRODUKSI SEDANG

Sampel Pedagang Pengepul


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Fhilifus Jalil Yani 2650 6.300 6.900 750 45 45

AL. Suryono 2125 6.500 7.100 89 59,4 47,5

Martinus Siman 1948 6.400 7.100 86,8 41,6 41,6

Sampel Pedagang Besar


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Dwi Hartanto 14.792 6.900 7.700 76 57 31,7

Sudarto 15.621 7.100 8.000 99,2 49,6 37,2

Sutarjo 15.792 7.100 7.900 92 55,2 30,6

Sampel Pemasok Industri


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Benediktus Jamianto 39.781 7.700 8.900 257 46,3 12,8

Sadimin 41.200 8.000 9.200 315 48,5 14,5

Edi Nugroho 40.662 7.900 8.900 245 54 12,2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

HASIL WAWANCARA PEDAGANG DALAM HUBUNGANNYA DENGAN


PETANI SKALA PRODUKSI KECIL

Sampel Pedagang Pengepul


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Fhilifus Jalil Yani 2.770 6.400 7.000 72,5 45,3 37,7

AL. Suryono 2.075 6.450 7.100 96,4 47 47

Martinus Siman 2.600 6.700 7.300 76 51,3 51,3

Sampel Pedagang Besar


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Dwi Hartanto 15.200 7.000 7.900 81,1 52,6 33,8

Sudarto 16.092 7.100 8.000 89,6 56,1 38,4

Sutarjo 16.722 7.300 8.400 88,6 53,8 37

Sampel Pemasok Industri


Nama Jumlah Harga Harga Biaya Biaya Biaya
Lateks yang Beli Jual Transportasi Upah Timbang
Dibeli (Kg) (Rp) (Rp) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
Benediktus Jamianto 40.700 7.900 8.900 251,3 49,1 12,6

Sadimin 41.500 8.000 9.200 315,5 48,2 13,6

Edi Nugroho 41.776 8.400 9.600 295 47,8 12,7


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

LAMPIRAN V
(Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading


Mulai Tanggal 1 Mei 2015 sampai dengan 15 Juni 2015

H.J Petani H.J Pedagang H.J Pedagang H.J Pemasok


No Tanggal Pengepul Besar Industri
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 1 Mei 2015 6000 6800 7400 8500


2 3 Mei 2015 6200 6900 7800 8800
3 6 Mei 2015 6200 7000 7900 8900
4 8 Mei 2015 6100 6800 7600 8500
5 10 Mei 2015 6300 6900 7700 8900
6 13 Mei 2015 6500 7100 8000 9200
7 15 Mei 2015 6400 7000 7900 8900
8 27 Mei 2015 6450 7100 8000 9200
9 20 Mei 2015 6700 7300 8400 9600
10 22 Mei 2015 6700 7400 8600 9800
11 24 Mei 2015 6600 7400 8600 9700
12 27 Mei 2015 6650 7500 8600 9600
13 29 Mei 2015 6800 8000 9200 10400
14 31 Mei 2015 6800 8100 9300 10600
15 3 Juni 2015 6900 8200 9500 10800
16 5 Juni 2015 6900 8300 9600 11000
17 7 Juni 2015 6700 8000 9400 11000
18 10 Juni 2015 7100 8500 9900 11500
19 12 Juni 2015 7000 8500 10000 11800
20 14 Juni 2015 7200 8600 10200 12100

Rata-Rata 6610 7570 8680 9940


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

LAMPIRAN VI
(Uji Regresi Linier Sederhana)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Uji Regresi Linier Sederhana


Perubahan Harga Petani pada Perubahan Harga Pedagang Pemasok Industri

b
Variables Entered/Removed
Model Variables Variables Method
Entered Removed
a
1 H.J Petani . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri

b
Model Summary
Model R R Adjusted Std. Error of Change Statistics
Square R Square the Estimate R Square F df1 df2 Sig. F
Change Change Change
a
1 .943 .890 .884 385.270 .890 145.629 1 18 .000
a. Predictors: (Constant), H.J Petani
b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri

b
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 2.162E7 1 2.162E7 145.629 .000
Residual 2671797.492 18 148433.194
Total 2.429E7 19
a. Predictors: (Constant), H.J Petani
b. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri

a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -11004.459 1737.718 -6.333 .000
H.J Petani 3.169 .263 .943 12.068 .000
a. Dependent Variable: H.J Pedagang Pemasok Industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

LAMPIRAN VII
Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Dengan Persamaan Regresi
Linier Sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Hasil perhitungan nilai elastisitas transmisi harga getah karet berdasarkan


model persamaan regresi linier sederhana. Diolah dengan menggunakan
program SPSS versi 16.0 (Statistical Program for Social Science)

Pendugaan elastisitas transmisi harga dari harga tingkat petani ke pedagang pemasok
industri.
Pf = -11004,459 + 3,169 Pr
( R Square = 0,890)

Berdasarkan pada rumus persamaan elastisitas transmisi harga dan memasukkan


nilai rata-rata harga getah karet di tingkat petani sebesar Rp 6.610 serta nilai rata-
rata harga getah karet ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.570, maka dapat
dihitung nilai elastisitas transmisi harga sebagai berikut.

Et = [ ][ ]

Et = [ ][ ]
Et = 0,21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

LAMPIRAN VIIi
Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Anda mungkin juga menyukai