Anda di halaman 1dari 6

C.

Penerapan Pembelajaran STEM


1. Aspek dalam penerapan STEM
STEM merupakan suatu pendekatan pembelajaran interdisipliner yang
menggabungkan aspek-aspek Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika.
Penerapan pendekatan STEM dalam pembelajaran tentunya terintegrasi selama
proses pembelajaran. Selama penerapan STEM dalam proses pembelajaran,
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. (1) Aspek Science dalam
pendekatan STEM adalah keterampilan menggunakan pengetahuan dan proses
sains dalam memahami gejala alam dan memanipulasi gejala tersebut sehingga
dapat dilaksanakan, (2) Aspek Technology adalah keterampilan peserta didik
dalam mengetahui bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan, keterampilan
menggunakan teknologi dan bagaimana teknologi dapat digunakan dalam
memudahkan kerja manusia, (3) Aspek Engineering pengetahuan untuk
mengoperasikan atau mendesai sebuah prosedur untuk menyelesaiakan sebuah
masalah dan (4) Aspek Mathematics adalah keterampilan yang digunakan untuk
menganalisis, memberikan alasan, mengkomunikasikan ide, menyelesaikan
masalah dan menginterpretasikan solusi berdasarkan perhitungan dan data dengan
matematis (Hannover, 2011).
2. Cara pembelajaran dalam STEM
Terdapat berbagai cara dalam praktik mengajarkan STEM dalam proses
pembelajaran. Jika mata pelajaran sains, teknologi, rekayasa, dan matematika
diajarkan sebagai empat mata pelajaran yang terpisah satu sama lain dan tidak
terintegrasi (disebut sebagai “silo”). Cara kedua adalah mengajarkan masing-
masing disiplin STEM dengan lebih berfokus pada satu atau dua dari disiplin
STEM. Cara ketiga adalah mengintegrasikan satu ke dalam tiga disiplin STEM,
misalnya konten rekayasa diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sains, teknologi,
dan matematika. Terdapat juga Cara yang lebih komprehensif adalah melebur
keempat-empat disiplin STEM dan mengajarkannya sebagai mata pelajaran
terintegrasi, misalnya konten teknologi, rekayasa dan matematika dalam sains,
sehingga guru sains mengintegrasikan T, E, dan M ke dalam S (Rustaman, 2016).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki kaitan dalam pembelajaran
STEM. High Order Thingking Skill (HOTS) adalah level tertinggi dalam proses
kognitif. Peserta didik yang terlatih dalam kemampuan dalam HOTS akan
memiliki pengaruh dalam perkembangan pendidikannya, kemampuan itu terjadi
ketika peserta didik mendapatkan informasi baru, mengingat, menyusun, dan
menghubungkan dengan pengetahuan yang ada dan mengahasilkan solusi
(Andrew, 2016).
3. Model pembelajaran dalam STEM
Pengintegrasian STEM dalam pembelajaran khususnya biologi sangat
diperlukan, Biologi terkait erat dengan kehidupan manusia, yang konteksnya luas
(individual, masyarakat, global). Biologi merupakan ilmu tentang hidup (life
sciences), gejala dan proses kehidupan yang berinterasi dengan dan dalam
masyarakat. Pengetahuan tersebut sangat pesat berkembang sehingga diperlukan
paradigma baru dalam mempelajari dan membelajarkannya salah satunya dengan
menggunakan pembelajaran berbasis STEM. Integrasi ini mengembangkan dan
menumbuhkan softskill seperti penyelidikan ilmiah dan kemampuan memecahkan
masalah, hal ini berdasarkan Nurazizah, dkk. (2018) integrasi STEM dalam
pembelajaran yang efektif menggunakan pembelajaran berbasis manipulative,
kooperatif, diskusi dan inkuiri, jastifikasi pemikiran, metode tanya jawab,
penulisan refleksi hasil belajar dan pemecahan masalah, pendekatan problem
sloving, integrasi teknologi, dan guru sebagai fasilitator. Mengenai model
pembelajaran dalam implementasinya, STEM dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa model pembelajaran, seperti menggunakan model
pembelajaran project based learning dan problem based learning yang daapt
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik di dalam maupun di
luar sekolah.
4. Langkah-langkah pembelajaran STEM
Menurut Syukri (2017) terdapat 5 langkah dalam proses pembelajaran
STEM yaitu :

1) Pengamatan (Observe), pelajar dimotivasi untuk melakukan sebuah


pengamtan berbagai fenomena atau isu yang terdapat di lingkungan sekitar
dan masalah sehari-hari berkaitan dengan konsep sains yang sedang
diajarkan.
2) Ide Baru (New Idea), pelajar mengamati dan mencari informasi tambahan
mengenai berbagai fenomas yang dibahas, dan memunculkan sebuah ide
baru dari informasi yang ada. Dibutuhkan kemampuan analisis dan berfikir
kritis.
3) Inovasi (Innovation), langkah pada inovasi ini pelajar menguraikan hal-hal
apa saja yang harus dilakukan agar ide dapat diaplikasikan.
4) Kreasi (Creaticity), langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan
pandangan hasil diskusi mengenai ide yang akan diaplikasikan.
5) Nilai (Society), langkah terakhir yang harus dilakukan oleh pelajar adalah
nilai yang dimiliki oleh ide yang dihasilkan bagi kehidupan social
sebenarnya.

5. Implementasi STEM dalam Pembelajaran Biologi di SMA


Pedoman penyelenggaraan khusus mengenai pendidikan dan pendekatan
STEM di Indonesia belum tersedia. Namun sudah ada beberapa instansi
pendidikan yang mengaplikasikannya dalam sistem pendidikan. Saat ini,
Indonesia disibukkan dengan kurikulum terbaru yaitu kuriklum 2013 yang direvisi
tahun 2017. Terdapat beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya dimana
kurikulum ini lebih menonjolkan berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi, berpikir
kreatif, kemampuan menyelesaikan masalah, Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dan literasi. Pada kurikulum terbaru yang diimplementasikan di Indonesia
saat ini banyak aspek yang memungkinkan implementasi STEM masuk ke
dalamnya. Dalam pendekatan STEM, peserta didik dituntut untuk senantiasa aktif
di dalam kelas, baik hands-on activity maupun minds-on activity. Penggunaan
teknologi dan informasi senantiasa diperlukan dalam pengaplikasiannya.
Kemandirian belajar dan pembelajaran berbasis isu-isu terkini yang terjadi di
masyarakat menjadi hal yang wajib dalam pengimplementasian STEM.
Pendekatan STEM sejalan dengan prinsip-prinsip penyusunan RPP pada revisi
kurikulum 2013 edisi tahun 2017. Pada prinsip perencanaan, pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik dapat mengeksplorasi dirinya dan mengeluarkan ide dan opininya mengenai
materi pembelajaran. Prinsip lainnya yaitu berorientasi kekinian, dimana guru
sebagai fasilitator wajib “melek teknologi”, senantiasa meng update dan
mengupgrade pengetahuan di bidang keahliannya sehingga dapat memotivasi
peserta didik untuk terus berinovasi (Kemendikbud, 2017).
Terdapat kerangka konseptual pendekatan STEM pada masing-masing
jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan dini, pengimplementasian
pendekatan STEM hanya sebatas memunculkan dan merangsang rasa
keingintahuan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang menunjang proses
tersebut. Pada jenjang sekolah dasar, kegiatan-kegiatan investigasi dan eksplorasi
Selanjutnya, pada tingkat pendidikan dasar, peserta didik terpapar pada hal-hal
mendasar tentang pengetahuan STEM dan mengaitkan pengetahuan mereka
dengan situasi kehidupan sehari-hari melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.
Selanjutnya, pada jenjang sekolah menengah pertama, potensi peserta didik digali
dengan memberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan di bidang STEM
melalui kegiatan analisa isu lokal dan global dalam menyelesaikan masalah.
Sedangkan pada jenjang pendidikan menengah atas, pendidikan STEM
memfokuskan pada penguatan dan pengayaan kemampuan di bidang STEM
melalui kegiatan memaparkan konsep STEM pada tingkat yang lebih tinggi
(Kementrian Pendidikan Malaysia bagian Kurikulum, 2016).
Berdasarkan analisis kompetensi dasar pada kurikulum 2013, subjek IPA
(sains) dan Matematika dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di Indonesia
khususnya pada jenjang sekolah menengah atas. Pengintegrasian pendekatan
STEM pada kedua subjek tersebut berpatokan pada kompetensi dasar masing-
masing subjek sehingga dalam satu pembelajaran akan tercapai dua kompetensi
dasar sekaligus. Hal ini dapat mengefisiensi waktu. Selain itu peserta didik dapat
belajar berdasarkan permasalahan yang terjadi sehari-hari dengan menggunakan
lebih dari satu subjek STEM sehingga terjadi pembelajaran bermakna. Selain itu,
pengintegrasian subjek STEM dapat dilakukan dengan memadukan sains dan
engineering meskipun subjek engineering tidak terbingkai dalam kompetensi
dasar tertentu dalam kurikulum. Untuk menerapkan pendekatan STEM dalam
pembelajaran IPA di sekolah menengah atas, pendidik dapat membuat rancangan
pembelajaran dengan mengintegrasikan kompetensi dasar pada mata pelajaran
yang berbeda (Anggraini & Hizaifah, 2017).
Berikut contoh rancangan implementasi pembelajaran STEM pada
pembelajaran Biologi
No Kelas Kompetensi yang akan dicapai pada subjek STEM Tujuan
Sains Technology Engineering Matematics Kegiatan
1. XI 3.8 - Merancang - Peserta didik
Menganalisis prototype dapat
hubungan sederhana menghubungk
antara struktur untuk an struktur
jaringan melakukan jaringan, organ
penyusun pengamatan/ sistem
organ pada percobaan pernapasan
sistem dengan
pernapasan prosesnya
dan serta gangguan
mengaitkanny fungsi yang
a dengan dapat terjadi
bioprosesnya pada sistem
sehingga dapat pernapasan.
menjelaskan
proses
pernapasan
serta gangguan
fungsi yang
mungkin
terjadi pada
sistem
pernapasan
manusia
melalui studi
literatur,
pengamatan,
percobaan, dan
simulasi.
2. XI 4.8 Membuat Membuat Melakukan Peserta didik
Merencanakan laporan hasil prototype pengukuran dapat
, pengamatan/ sederhana pernapasan melakukan
melaksanakan, percobaan untuk (Kapasitas pengamatan
dan berbentuk melakukan Paru-paru) mengenai
menyajikan video pengamatan/ pengaruh
hasil analisis animasi percobaan pencemaran
data dari udara emisi
berbagai gas buang
sumber (studi kendaraan
literatur, bermotor,
pengamatan, asap rokok,
percobaan, dan kabut asap)
simulasi) dan kelainan
mengenai pada struktur
pengaruh serta fungsi
pencemaran jaringan organ
udara emisi pernapasan
gas buang terhadap
kendaraan kesehatan.
bermotor,
asap rokok,
kabut asap)
dan kelainan
pada struktur
serta fungsi
jaringan organ
pernapasan
terhadap
kesehatan.

DAFTAR RUJUKAN
Andrew, D. 2016. The Effectiveness of STEM Learning Approach Among Secondary
School Students. International Conference on Education Page : 99
Anggraini, F.I. & Huzaifah. S. (2017). Implementasi STEM dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Menengah Pertama. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017.
722-731.
Anggraini, F.I. & Huzaifah. S. (2017). Implementasi STEM dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Menengah Pertama.
Hannover. 2011. Successful K-12 STEM Education: Identifying Effective Approaches in
Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Washington : National
Academies Press.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Panduan Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Indonesia: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama.
Kementerian Pendidikan Malaysia. (2015). Panduan Pelaksanaan Sains, Teknologi,
Kejuruteraan dan Matematik (STEM) dalam Pengajaran dan Pembelajaran.
Malaysia: Kementerian Pendidikan Malaysia Bahagian Pembangunan Kurikulum.
Nurazizah, Suwarna, I.,R. Jauhari, A. & Kaniawati, I. 2018. Implementasi Pembelajaran
stem :Kajian Terhadap Pencapaian Hasil Belajar Siswa. Prosiding Seminar
Nasional Fisika
Rustaman, N,.Y. 2016. Pembelajaran Sains Masa Depan Berbasi STEM Education.
Prosding Seminar Nasional Biologi Edukasi
Sanders, M. (2009). STEM, STEM education, STEMmania. The Technology Teacher.
68(4): 20–26.
Syukri, M. 2013. Pendidikan STEM dalam Enterpreneurial Science Thinking Escit: Satu
Perkongsian dari UKM untuk Aceh. Aceh Development International Coference
Vol. 1
Wang, H., Moore, T., Roehrig, G., & Park, M. (2011). STEM integration: Teacher
perceptionsand practice. Journal of Pre-College Engineering Education Research.
1(2): 1-13.
Williams, J. (2011). STEM education: Proceed with caution. Design and Technology
Education. 16(1): 26-35.

Anda mungkin juga menyukai