Anda di halaman 1dari 2

Strategic Environmental Assessment (SEA) adalah instrumen pendukung perencanaan

pembangunan berkelanjutan melalui upaya internalisasi kepentingan lingkungan hidup (LH)


dan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam perencanaan pembangunan tersebut.
Upaya mengarusutamakan aspek LH dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ini
penting
untuk menghindari kemerosotan kualitas LH yang justru akan mengancam keberlanjutan
ekonomi
daerah. Degradasi kualitas LH dan persoalan sosial terkait erat dengan persoalan
perumusan
kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) pembangunan yang kurang ramah lingkungan
dan
kurang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Asdak, 2012).
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009, Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS)
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. Selanjutnya pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian
Lingkungan Hidup Strategis yang mengatur lebih rinci mengenai kebijakan yang diwajibkan
untuk
disusun KLHS serta tahapan penyusunannya. Pada tahun 2017 Kementerian Lingkungan
Hidup
menerbitkan Permen LHK No. 69 tahun 2017 tentang Pelaksanaan dari PP No. 46 tahun
2017
yang lebih rinci lagi mengatur metodologi penyusunan KLHS.
PP No. 46 tahun 2016 dalam Pasal 2 ayat 2 menjelaskan bahwa Pemerintah wajib menyusun
KLHS dalam penyusunan atau evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah beserta rencana
rinciannya,
RPJM dan RPJM baik nasional maupun daerah. Pada prinsipnya KLHS adalah suatu
kajian/penilaian mandiri (self assessment) untuk melihat sejauh mana Kebijakan, Rencana
dan/atau Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah
mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian Perubahan
RPJMD
Provinsi Jawa Tengah wajib untuk disusun KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan
berkelanjutan terintegrasi di dalam KRP RPJMD tersebut.
Khusus KLHS Penyusunan RPJMD Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Permendagri
No. 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJMD.
Peraturan ini sekaligus mencabut Permendagri No. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan
Daerah.
Dalam Permendagri No. 86 tahun 2017 tentang tata cara penyusunan RPJP dan RPJM pada
Pasal
162 dijelaskan bahwa KLHS untuk RPJMD dilakukan melalui mekanisme berikut.
a. pengkajian teknis dan pengkajian pembangunan berkelanjutan terhadap kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan Daerah;
b. perumusan alternatif penyempurnaan program pembangunan Daerah dan/atau kegiatan
yang hasilnya berupa antisipasi, mitigasi, adaptasi, dan/atau kompensasi program
dan/atau kegiatan;
c. penyusunan rekomendasi perbaikan terhadap program pembangunan Daerah dan/atau
kegiatan berupa alternatif antisipasi, mitigasi, adaptasi, dan/atau kompensasi program
dan/atau kegiatan.
Dalam praktiknya, ketiga mekanisme utama di atas perlu didukung dengan beberapa
kegiatan
atau langkah. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merancang proses KLHS, agar
KLHS Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023 | 2-4
proses dan hasil KLHS dapat benar-benar efektif dan efisien sesuai dengan tujuan KLHS.
Dalam
merancang proses KLHS ini, beberapa hal yang perlu disiapkan adalah pentingnya
memahami
konteks penyusunan dan evaluasi KRP, sehingga proses KLHS nya nanti dapat diintegrasikan
dalam proses KRP dengan baik. Dalam memahami konteks penyusunan dan evaluasi KRP
ini,
salah satu yang penting adalah mengetahui jenis KRP-nya sendiri. Karena penyelenggaraan
KLHS
dituntut partisipatif, maka proses KLHS harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan
dan
masyarakat. Dalam konteks ini, perlu diidentifikasikan pemangku kepentingan dan
masyarakat
untuk setiap proses penyusunan dan evaluasi KRP, dan berdasar identifikasi ini, kemudian
dapat
ditentukan siapa saja pemangku kepentingan dan masyarakat yang akan dilibatkan dalam
proses
KLHS.

Anda mungkin juga menyukai