KELAS:1C
ANGGOTA:
1.NURLAILATUL HAZRI
2.EVI SUSANTI
3.DINA ANDRIANA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sebelumnya
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dan ikut bekerja sama
selama proses penulisan laporan ini. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih pada
ibu Dosen selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesempatan,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih
banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan
keterbatasan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung
banyak manfaat, khususnya bagi kami yang masih dalam tahap belajar, dan
umumnya bagi semua pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. BATASAN MASALAH 1
C. RUMUSAN MASALAH 1
D. TUJUAN 2
E. METODE PENYUSUNAN 2
1. Studi Kepustakaan 2
2. Pencarian dari Internet 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Konsep Eliminasi Urine 3
1. Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan 3
2. Proses Berkemih 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 8
BAB III PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida,
sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan.
Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena
dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium
/ keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk
mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan
asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit
ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah
didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah
pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
B. BATASAN MASALAH
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang
ada, maka penulis membatasi masalah hanya membahas Hubungan Gaya
Hidup dengan Eliminasi Urine
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Eliminasi Urine ?
1
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Eliminasi Urine ?
3. Bagaimanakah Struktur Anatomi Perkemihan ?
4. Bagaimana Hubungan Gaya Hidup dengan Eliminasi Urine ?
D. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep eliminasi urine
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi Eliminasi
Urine
3. Mahasiswa mengetahui struktur anatomi eliminasi urine
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan gaya hidup dengan Eliminasi
Urine
E. METODE PENYUSUNAN
1. Studi Kepustakaan
Suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran
buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan
dasar terhadap materi yang di hadapi.
2
BAB II PEMBAHASAN
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu
uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1) Ginjal (Ren)
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke-11 dan ke-12.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan
lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
a) Fungsi ginjal
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
3
(2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
b) Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius.
2) Ureter
4
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3) Uretra
(1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra
menjaga agar uretra tetap tertutup.
(2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
5
(3) Lapisan mukosa.
c) Mikturisi
(1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
6
(2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria
dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal:
tidak nyeri).
(1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
(2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
(3) Baunya tajam.
(4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2. Proses Berkemih
Adapun proses berkemih terdapat 3 fase yaitu Filtrasi, reabsorpsi dan
sekresi.
b. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.
7
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi.
8
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan
usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air
kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang
dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.
9
Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra
yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
10
adanya dorongan untuk berkemih dan kontraksi kandung kemih cukup
kuat untuk mengeluarkan urine.
-Dysuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih hal ini sering
ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur
uretra (penyempitan uretra).
-Polyuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
tanpa adanya penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic
hormone), penyakit ginjal kronik.
INTERVENSI
OBSERVASI:
-Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
11
-Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi inkontinensia urine
-Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,aroma,volume,dan
warna).
TERAPEOTIK:
-Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
-Batasi asupan cairan, jika perlu
-Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
EDUKASI:
-Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
-Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran berkemih
-Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
-Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
-Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
KOLABORASI:
-Pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
IMPLEMENTASI:
1.OBSERVASI:
-Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
-Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi inkontinensia urine
-Memonitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsisten, aroma, volume, dan
warna).
2.TERAPEOTIK:
-Mencatat waktu dan haluaran berkemih pasien
-Menganjurkan pasien untuk membatasi asupan cairan.
3.EDUKASI:
-Mengajarkan dan menjelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
-Mengajarkan dan memberi edukasi tentang tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih
12
-Memberikan pengertian kepada pasien agar mengurangi minum
menjelang malam hari
4. KOLABORASI
-Pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
EVALUASI:
S: pasien mengatakan setalah dilakukan tindakan pasien dapat mengotrol
urine.
P: Intervensi dihentikan.
13
A. KESIMPULAN
1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake),
respons keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat ,
aktivitas, tingkat perkembangan kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan
seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik.
B. SARAN
1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan
kita sehari-hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
14
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EG
15