Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROSES KEPERAWATAN DAN

BERPIKIR KRITIS TENTANG ELIMINASI

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5

KELAS:1C

ANGGOTA:

1.NURLAILATUL HAZRI

2.EVI SUSANTI

3.DINA ANDRIANA

4.BQ. OKTAVI ILHANA RENGGANIS

STIKES MATARAM TAHUN AJARAN 2022 /2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Sebelumnya
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dan ikut bekerja sama
selama proses penulisan laporan ini. Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih pada
ibu Dosen selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesempatan,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih
banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Hal ini disebabkan
keterbatasan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini bisa mengandung
banyak manfaat, khususnya bagi kami yang masih dalam tahap belajar, dan
umumnya bagi semua pembaca.

Mataram, 02 November 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. BATASAN MASALAH 1
C. RUMUSAN MASALAH 1
D. TUJUAN 2
E. METODE PENYUSUNAN 2
1. Studi Kepustakaan 2
2. Pencarian dari Internet 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Konsep Eliminasi Urine 3
1. Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan 3
2. Proses Berkemih 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 8
BAB III PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida,
sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan.
Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena
dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium
/ keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk
mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan
asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit
ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah
didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah
pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B. BATASAN MASALAH
Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang
ada, maka penulis membatasi masalah hanya membahas Hubungan Gaya
Hidup dengan Eliminasi Urine

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Eliminasi Urine ?

1
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Eliminasi Urine ?
3. Bagaimanakah Struktur Anatomi Perkemihan ?
4. Bagaimana Hubungan Gaya Hidup dengan Eliminasi Urine ?

D. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep eliminasi urine
2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi Eliminasi
Urine
3. Mahasiswa mengetahui struktur anatomi eliminasi urine
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan gaya hidup dengan Eliminasi
Urine

E. METODE PENYUSUNAN
1. Studi Kepustakaan
Suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran
buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan
dasar terhadap materi yang di hadapi.

2. Pencarian dari Internet


Penelusuran dari berbagai macam alamat web yang mengenai
materi tentang tata tulis karya ilmiah yang ada di dalam internet untuk
memperoleh materi yang di hadapi.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Eliminasi Urine

1. Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).

a. Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu
uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1) Ginjal (Ren)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau


abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah
hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal
(juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di
bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke-11 dan ke-12.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan
lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

a) Fungsi ginjal

(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,

3
(2)   Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
b) Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius.

2) Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke


vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis.

a) Lapisan dinding ureter terdiri dari:

(1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa),


(2) Lapisan tengah lapisan otot polos,
(3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

4
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

b) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk


seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

(1) Lapisan sebelah luar (peritoneum).


(2)   Tunika muskularis (lapisan berotot).
(3)   Tunika submukosa.
(4)   Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

3) Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang


berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :

a) Urethra pars Prostatica

b) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)


c) Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

b) Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:

(1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra
menjaga agar uretra tetap tertutup.
(2)    Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.

5
(3)    Lapisan mukosa.

4) Urin (Air Kemih)

a) Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

(1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan


(intake) cairan dan faktor lainnya.
(2)   Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
(3)   Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
(4)    Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
(5)    Berat jenis 1,015-1,020.
(6)    Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi
asam).

b) Komposisi air kemih, terdiri dari:

(1)    Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


(2)     Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
(3)     Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
(4)     Pagmen (bilirubin dan urobilin).
(5)     Toksin.
(6)     Hormon.

c) Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan


urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

(1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).

6
(2)    Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria
dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal:
tidak nyeri).

d) Ciri-Ciri Urin Normal

(1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
(2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
(3) Baunya tajam.
(4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

2. Proses Berkemih
Adapun proses berkemih terdapat 3 fase yaitu Filtrasi, reabsorpsi dan
sekresi.

a. Proses Filtrasi ,di glomerulus

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah


kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate
glomerulus.

b. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.

7
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke


papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

3. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi urine. Faktor tersebut
antara lain:

a. Diet dan Asupan (intake)


Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan

8
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan
usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air
kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang
dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.

9
Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra
yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

4. GANGGUAN/MASALAH YANG SERING DIDAPATKAN PADA


ELIMINASI URINE.

-Retensi urin adalah penumpukan urine dalam bladder (kandung kemih)


dan ketidakmampuan bladder untuk mengosongkan kandung kemih yang
menyebabkan distensi dari vesika urinaria yang ditandai dengan
ketidaknyamanan daerah pubis.

-Inkontinensia total adalah keadaan dimana seseorang mengalami


pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan,
ditandai dengan terjadi pada saat tidak diperkirakan, tidak ada distensi
kandung kemih dan nokturi.
Inkontinentia stres adalah keadaan seseorang mengalami keilangan urine
kurang dari 50 ml yang terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen,
yang ditandai dengan adanya urin menetes dengan penignkatan tekanan
abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering miksi (lebih dari setiap 2
jam).

-Inkontinentia refleks adalah dimana seseorang mengalami pengeluaran


urin yang tidak dirasan, yang terjadi pada interval yang dapat diperkirakan
apabila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu, ditandai dengan
tidak ada dorongan untuk berkemih, merasakan kandung kemih penuh,
dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval
teratur.

-Inkontinentia fungsional adalah seseorang yang mengalami pengeluaran


urin secara involunter dan tidak dapat diperkirakan. Ditandai dnegan

10
adanya dorongan untuk berkemih dan kontraksi kandung kemih cukup
kuat untuk mengeluarkan urine.

-Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang


diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter eksterna

-Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami


inkontinen jika tidak berkemih.

-Dysuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih hal ini sering
ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur
uretra (penyempitan uretra).

-Polyuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
tanpa adanya penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic
hormone), penyakit ginjal kronik.

-Urinaria suppression adalah berhenti mendadak produksi urine, secara


normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan
60-120 ml/jam.

contoh kasus Eliminasi urine


gangguan eliminasi urine berhubungan dengan imobiltas berkaitan
dengan mengompol.

INTERVENSI
OBSERVASI:
-Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

11
-Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi inkontinensia urine
-Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,aroma,volume,dan
warna).
TERAPEOTIK:
-Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
-Batasi asupan cairan, jika perlu
-Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
EDUKASI:
-Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
-Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran berkemih
-Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
-Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
-Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
KOLABORASI:
-Pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

IMPLEMENTASI:
1.OBSERVASI:
-Mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
-Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi inkontinensia urine
-Memonitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsisten, aroma, volume, dan
warna).
2.TERAPEOTIK:
-Mencatat waktu dan haluaran berkemih pasien
-Menganjurkan pasien untuk membatasi asupan cairan.

3.EDUKASI:
-Mengajarkan dan menjelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
-Mengajarkan dan memberi edukasi tentang tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih

12
-Memberikan pengertian kepada pasien agar mengurangi minum
menjelang malam hari
4. KOLABORASI
-Pemberian obat supositoria uretra, jika perlu

EVALUASI:
S: pasien mengatakan setalah dilakukan tindakan pasien dapat mengotrol
urine.

O: pasien terlihat tidak cemas lagi karena sudah tidak mengompol di


tempat tidur.

A: -Pasien diharapkan frekuensi mengompol berkurang.


- Diharapkan berkemih tidak tuntas menurun.
-Inkontenensia urine teratasi.

P: Intervensi dihentikan.

BAB III PENUTUP

13
A. KESIMPULAN
1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
3.  Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake),
respons keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat ,
aktivitas, tingkat perkembangan kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan
seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik.

B. SARAN
1.    Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan
kita sehari-hari.
2.    Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.

14
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EG

Hidaya, A.A, 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. HealBooks: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai