Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SISTEM EKSKRESI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Biologi Dasar II

Dosen Pengampu :

1. Hj. Nursasi Handayani, S.Si.,


2. M.Si Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc

Nama penyusun :

1. Erisa Alifia Putri (200351615631)


2. Hamidah Nigeria Abaca (200351615659)
3. Jovano Andrew Listiandi (200351615679)
4. Rizky Septiana Wulandari (200351615669)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Telepon: +62 341-330-1130; +62 341-551312 Fax: +62 341-551921
Email: rektor@um.ac.id; info@um.ac.id Website: www.um.ac.id

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Ekskresi” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Dasar II dengan tepat waktu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Erti Hamimi, S.Pd, M.Sc. dan Ibu Dra. Hj.
Nursasi Handayani, M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Biologi Dasar II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan
tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak lain yang turut
serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan. Penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk bersedia memberikan komentar, kritik maupun saran
agar bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membuat makalah selanjutnya. Namun
demikian, penulis sudah berusaha menyajikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk pembaca, peminat keilmuan dan calon penulis di masa
mendatang.

Malang, 13 Februari 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB 2 PEMBAHASAN 2

A. Struktur dan Fungsi pada Sistem Ekskresi pada Manusia 2

B. Sistem Ekskresi pada Hewan 7

C. Mekanisme Sistem Ekskresi 8

D. Penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi 14

E. Upaya pencegahan pada penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi 18

BAB 3 PENUTUP 21

A. Kesimpulan 21

B. Penutup 22

DAFTAR PUSTAKA 23

2
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tubuh manusia terjadi metabolisme yang mengkoordinasi kerja tubuh. Proses
metabolisme selain menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh tetapi juga menghasilkan zat-
zat sisa yang tidak berguna bagi tubuh. Zat-zat sisa yang berguna bagi tubuh dapat
bermanfaat bagi tubuh kita dalam kelangsungan hidup. Zat-zat sisa tersebut perlu dikeluarkan
dari tubuh melalui organ-organ tubuh tertentu.
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang disebut sistem
ekskresi.Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme
hidup.Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea,
air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu. Organ pengeluaran zat
sisa pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Setiap organ-organ pengatur
metabolisme untuk sistem ekskresi memiliki suatu factor pengaruh.Seperti pada kulit,
pembentukan dan pengeluaran keringat dipengaruhi oleh factor hormon ADH, cuaca, dan
lingkungan disekitar. Bahkan organ ekskresi itu pun memiliki beberapa gangguan atau
penyakit.

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Pada makalah ini, kami akan menjelaskan dan
memaparkan struktur dan fungsi organ ekskresi, mekanisme yang terjadi, penyakit dan
kelainan pada sistem ekskresi serta upaya untuk mencegah terjadinya kelainan pada sistem
ekskresi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja struktur dan fungsi organ pada sistem ekskresi?
2. Bagaimana mekanisme yang terjadi pada sistem ekskresi?
3. Apa saja penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi?
4. Apa saja upaya untuk mencegah terjadinya kelainan pada sistem ekskresi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur dan fungsi organ pada sistem ekskresi.
2. Untuk mengetahui mekanisme yang terjadi pada sistem ekskresi.
3. Untuk mengetahui penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi.

1
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan kelainan pada sistem eksresi.

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Struktur dan Fungsi pada Sistem Ekskresi pada Manusia

1. Ginjal
Pada manusia, sistem ekskresi terdiri dari ginjal yaitu sepasang organ yang masing-
masing panjangnya sekitar 10 cm, serta organ yang berfungsi untuk mengangkut dan
menyimpan urin. Urine yang diproduksi oleh setiap ginjal keluar melalui saluran yang
disebut ureter dimana kedua ureter tersebut mengalir ke kantung umum yang disebut
kandung kemih. Selama buang air kecil, urin dikeluarkan dari kandung kemih melalui
tabung yang disebut uretra, yang bermuara ke luar dekat vagina pada wanita dan melalui
penis pada pria. Otot yang berada di dekat persimpangan uretra dan kandung kemih
mengatur buang air kecil.

Struktur Ginjal

Setiap ginjal memiliki korteks pada ginjal bagian luar dan medula pada ginjal bagian
dalam. Kedua daerah tersebut terisi dengan darah yang berasal dari arteri ginjal kemudian
dikeringkan oleh vena ginjal. Di dalam korteks dan medula terletak tubulus ekskretoris yang
padat dan pembuluh darah terkait. Tubulus ekskretoris membawa dan memproses filtrat yang
dihasilkan dari darah yang memasuki ginjal. Hampir semua cairan dalam filtrat diserap

2
kembali ke dalam pembuluh darah di sekitarnya dan keluar dari ginjal melalui vena ginjal.
Cairan yang tersisa meninggalkan tubulus ekskretoris sebagai urin, lalu dikumpulkan di
pelvis ginjal bagian dalam, dan dikeluarkan dari ginjal melalui ureter.

Untaian bolak-balik yang melintasi korteks ginjal dan medula ginjal adalah nefron,
yang merupakan unit fungsional dari ginjal. Dari sekitar 1 juta nefron dalam ginjal manusia,
85% adalah nefron kortikal, yang hanya menjangkau jarak dekat ke medula. Sisanya yaitu
nefron juxtamedullary yang meluas jauh ke medula. Nefron juxtamedullary sangat penting
untuk produksi urin yang hiperosmotik terhadap cairan tubuh, juga sebagai kunci beradaptasi
dan konservasi air pada mamalia.

⮚ Nefron Ginjal

Struktur Nefron

Setiap nefron terdiri dari satu tubulus panjang serta bola kapiler yang disebut
glomerulus. Ujung tubulus yang terbuka membentuk pembengkakan berbentuk cangkir, yang
disebut kapsul Bowman, yang mengelilingi glomerulus. Filtrat terbentuk ketika tekanan darah
memaksa cairan dari darah di glomerulus ke dalam lumen kapsul Bowman. Pemrosesan
terjadi saat filtrat melewati tiga regio utama nefron: tubulus proksimal, lengkung Henle
(putaran jepit rambut dengan tungkai turun dan tungkai menaik), dan tubulus distal. Saluran
pengumpul menerima filtrat yang diproses dari banyak nefron dan membawanya ke pelvis
ginjal. Setiap nefron disuplai dengan darah oleh arteriol aferen, cabang dari arteri ginjal yang

3
bercabang dan membentuk kapiler glomerulus. Kapiler menyatu saat meninggalkan
glomerulus, membentuk arteriol eferen. Cabang pembuluh ini membentuk kapiler peritubular,
yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal. Cabang lainnya memanjang ke bawah dan
membentuk vasa recta, kapiler berbentuk jepit rambut yang melayani medula ginjal, termasuk
lingkaran panjang Henle dari nefron juxtamedullary.

⮚ Fungsi bagian-bagian Ginjal

a. Arteri renalis: pembuluh darah yang membawa darah menuju ginjal.

b. Vena renalis: pembuluh darah yang membawa darah meninggalkan ginjal.

c. Nefron: unit fungsional ginjal yang akan menghasilkan urin sebagai zat sisa.

d. Glomerulus: tempat terjadinya filtrasi.

e. Kapsul bowman: menampung filtrat hasil filtasi glomerulus.

f. Arteriola aferen: cabang arteri renalis yang membawa darah menuju glomerulus.

g. Arteriola eferen: pembuluh darah yang membawa darah keluar glomerulus.

h. Tubulus kontortus proksimal: saluran setelah kapsul bowman tempat terjadi


reabsorbsi dan sekresi.

i. Lengkung henle: saluran melengkung turun setelah tubulus proksimal tempat


terjadi reabsorbsi dan sekresi.

j. Tubulus kontortus distal: saluran setelah lengkung henle tempat terjadi reabsorbsi
dan sekresi.

k. Kapiler peritubuler: cabang dari arteriola eferen yang mengelilingi tubulus


proksimal dan distal dan berfungsi dalam menampung hasil reabsorbsi.

l. Vesa rekta: cabang dari arteriola eferen yang mengelilingi lengkung henle dan
berfungsi menampung hasil reabsorbsi.

m. Duktus kolektivus: saluran yang mengumpulkan urin dari beberapa nefron.

2. Kulit

4
Kulit berfungsi sebagai alat eksresi yang mengeluarkan keringat sebagai hasil
pengeluarannya. Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit
terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus
utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan
kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-kelenjar. Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu
epidermis dan dermis. Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah
dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat
terutama terdiri dari jaringan lemak.

Struktur Kulit

⮚ Fungsi dari bagian-bagian kulit:


a. Stratum Korneum : terdiri dari lapisan pipih, sel-selnya mati dan mengandung
keratin.
b. Epidermis : lapisan terluar yang berfungsi sebagai pelindung, tempat tumbuhnya
rambut kulit.
c. Dermis : terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua
lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin, tempat beradanya kelenjar
keringat dan kelenjar minyak.
d. Hipodermis : berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus
terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di
antaranya menyatu dengan yang dari dermis.

5
e. Kelenjar keringat : mempertahankan suhu tubuh, melumasi kulit dan rambut dan
membuang racun dari tubuh.
f. Kelenjar minyak : mencegah infeksi mikroba dan menghasilkan sebum.
3. Paru-paru

Karbon dioksida dan air sebagai hasil sisa metabolisme karbohidrat dan lemak, harus
dikeluarkan dari sel-sel tubuh melalui pembuluh darah,ke organ pernapasan yaitu paru-
paru. Proses pengeluaran CO2 dan H2O dari sel-sel tubuh/jaringan ke paru-paru ini melalui
suatu proses berantai yang cukup kompleks yang disebut pertukaran klorida (Chloride
shift). Pertukaran klorida ini melibatkan peran sel darah merah, dan plasma darah. Jadi,
materi yang diekskresikan dari paru-paru ialah sisa metabolisme CO2 dan uap air.

Struktur Paru-Paru
⮚ Fungsi bagian-bagian dari paru-paru:
a. Bronkus : penghubung antara paru-paru kiri dan paru-paru kanan dengan trakea.
b. Trakea : tempat saluran pernapasan dilangsungkan.
c. Bronkiolus : cabang dari bronkus dan bagian ini akan berakhir di alveoli dengan
struktur yang tidak memiliki tulang rawan dan silia.
d. Alveolus : membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida.
e. Pleura : selaput pelindung paru-paru dan mengurasi gesekan yang terjadi ketika
paru-paru kita sedang melakukan proses pernapasan.
f. Diafragma : membantu proses pernapasan yang dilakukan oleh perut.
4. Hati

6
Hati merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh. Hati disebut kelenjar karena
menghasilkan empedu (exokrin) dan juga mengeluarkan hasil produksi makanan
(endokrin). Hati terletak di ragio, hypochondrium kanan epigastrium, dan sebagian besar
tertutup dinding thorax. Bagian atas hati tertutup diafragma dan mencapai ketinggian iga
kelima kanan.

Empedu adalah salah satu zat yang membantu dalam proses pencernaan. Empedu
dialirkan ke usus (duodenum) melalui saluran empedu (ductus koleidokus). Empedu
memiliki fungsi mengemulsi lemak garam. Empedu mampu meningkatkan kerja enzim
lipase, meningkatkan penyerapan lemak, mengatur zat tidak larut dalam air menjadi zat
yang larut dalam air, serta membentuk urea. Kemudian, diikat oleh nitrin dan CO2 yang
kemudian membentuk sitrulin. Selanjutnya, sitrulin diubah menjadi arginin dan masuk
aliran darah. Dengan bantuan enzim arginase yang dihasilkan hati, arginin diubah menjadi
urnitin dan urea. Selanjutnya, urea keluar dari hati melalui darah dan diekskresikan keluar
tubuh bersama urin melalui ginjal.

Struktur Hati

B. Sistem Ekskresi pada Hewan

1. Hewan yang mengeluarkan limbah nitrogen sebagai amonia membutuhkan akses ke


banyak air, jadi amonia ekskresi paling sering terjadi pada spesies air.
2. Ekskresi amonia kurang cocok untuk hewan darat.

7
3. Sebaliknya, mamalia, kebanyakan amfibi dewasa, hiu, dan beberapa ikan laut bertulang
dan penyu mengeluarkan terutama urea.
4. Amfibi kemudian beralih ke sebagian besar urea (mengurangi kehilangan air ekskresi)
sebagai orang dewasa yang tinggal di darat.
5. Siput darat, serangga, burung, dan banyak reptil mengeluarkan asam urat sebagai
limbah utama nitrogen.

C. Mekanisme Sistem Ekskresi


a. Sistem ekskresi pada manusia
❖ Ginjal :
Urin terbentuk dari 3 tahap
1. Penyaringan (filtrasi) 🡪 Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasilnya berupa darah yang tidak mengandung protein (urin primer)
2. Penyerapan kembali (Reabsorpsi) 🡪 Bahan-bahan yang masih diperlukan di
dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal,
sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal. Proses ini menghasilkan urin sekunder
3. Pengumpulan (augmentasi) 🡪 berupa penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan
menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran
ginjal. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan
melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain.

8
❖ Paru-paru :

Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat
vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk
berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat
dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler
yang mempunyai selaput tipis. Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%)
diangkut oleh plasma darah dalam bentuk senyawa HCO3, sedangkan sekitar 25%
lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2)

❖ Hati :

Hati menghasilkan empedu dan merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin
yang setelah mengalami oksidasi akan berubah menjadi urobilin yang memberi warna
pada feses.

9
❖ Kulit :

Proses ekskresi terjadi pada lapisan kulit yaitu dermis. Kulit mengeluarkan zat sisa
melalui kelenjar keringat yang diatur oleh hipotalamus (otak). Hipotalamus
menghasilkan enzim bradikinin yang berfungsi untuk mempengaruhi kerja kelenjar
keringat.

b. Sistem ekskresi pada hewan invertebrate


❖ Protozoa : mengeluarkan sisa metabolisme dengan cara difusi. Karbondioksida hasil
respirasi seluler dikeluarkan dengan cara difusi. Bisa juga dengan membentuk
vakuola kontraktil yang berisi partikel sisa metabolisme yang kemudian dibuang
keluar sel. Vakuola ini ditemukan pada Protozoa yang hidup di air tawar.

❖ Cacing Pipih (Planaria) 🡪 Protonefridia

10
• Protonefridium (tunggal). Protonefridia membentuk jejaring tubulus buntu yang
terhubung ke bukaan eksternal. Tubulus tersebut bercabang-cabang ke seluruh
tubuh
• Unit seluler yang disebut sel api menudungi cabang setiap protonefridia yang
terbentuk dari satu sel tubulus dan satu sel tudung. Setiap sel api mempunyai
sejumput silia yang menjulur ke dalam tubulus.
• Selama filtrasi, denyutan silia menarik air dan zat-zat terlarut dari cairan
interstisial melalui sel api, sehingga melepaskan filrat ke dalam jaringan tubulus
• Filtrat yang telah diproses kemudian bergerak keluar melalui tubulus dan dibuang
sebagai urin ke lingkungan eksternal.
• Urin yang dihaslkan memiliki konsentrasi zat terlarut yang rendah, sehingga
membantu menyeimbangkan pengambilan osmotik air di lingkungan

❖ Cacing tanah/ Annelida 🡪 Metanefridia


• Corong bersilia (nefrostom)) mengelilingi bukaan internal. Saat sila berdenyut,
cairan tertarik ke dalam tubulus pengumpul, yang mencakup kandung kemih
penyimpan urin yang membuka keluar.
• Saat urin bergerak di sepanjang tubulus, epitilium transpor yang membatasi
lumen menyerap kembali sebagian besar zat-zat telarut dan mengembalikannya
ke kapiler.
• Zat-zat buangan bernitrogen tetap berada dalam tubulus dan diekskresikan ke
luar.

11
❖ Belalang (Insecta) 🡪 Tabung Malphigi

● Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang
mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan
berbagai garam diserap kembali secara osmosis dan transpor aktif.
● Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus. Sisa air akan diserap lagi
● sedangkan kristal asam urat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.
● Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini
berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.
c. Sistem ekskresi pada hewan vertebrata
❖ Pisces (ikan) :
Alat Pengeluaran ikan terdiri dari,
● Insang yang mengeluarkan CO 2 dan H 2 O
● Kelenjar kulit 🡪 mengeluarkan lendir sehingga memudahkan bergerak di air
● Sepanjang ginjal yang mengeluarkan Urin
Ikan air laut 🡪 Banyak minum, sedikit mengeluarkan urin. Garam-garam
yang masuk bersama air yang diminum akan dikeluarkan secara aktif melalui

12
insang. Ikan jenis ini tidak memiliki glomerulus sehingga tidak terjadi filtrasi
dan reabsorpsi terjadi secara kecil.
Ikan air tawar 🡪 Sedikit minum banyak mengeluarkan urin.

❖ Amphibi (katak)
● Alat ekskresi berupa kulit dan ginjal. Yang dikeluarkan berupa zat sisa
seperti urin dan garam yang berlebih.
● Zat sisa yang diambil oleh ginjal disalurkan melalui ureter ke kandung
kemih. Kemudian keluar di bagian kloaka
● Kulit katak yang tipis dapat menyebabkan kekurangan cairan. Begitu
juga bila berada didalam ait terlalu lama.

❖ Reptil

Alat ekskresi berupa sepasang ginjal dan bermuara pada kloaka. Hasil ekskresi
yang dihasilkan adalah urat. Beberapa menghasilkan amonia. Alat ekskresi
lainnya adalah kelenjar kulit

13
❖ Aves (Burung)
● Alat ekskresi berupa paru-paru, ginjal, dan kulit. Ginjalnya sepasang dan
berwarna coklat.
● Saluran Ekskresi, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara
pada kloaka.
● Urin yang dihasilkan oleh ginjal bercampur dengan pencernaan dan
langsung bermuara ke kloaka.
● Burung tidak punya kelenjar kelingat tetapi mempunyai kelenjar minak
yang terdapat pada ekor. Minyak tersebut akan keluar melapisi bulu agar
tidak basah ketika terkena air.

D. Penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi


1. Ginjal
a) Batu ginjal

Batu ginjal disebabkan oleh pembentukan endapan garam kalsium pada ginjal. Batu
ginjal tersebut berbentuk kristal yang terdiri dari kalsium oksalat, asam urat, dan kristal
kalsium fosfat. Penyebab batu ginjal adalah konsumsi garam yang berlebih dan
kurangnya konsumsi air pada tubuh.

14
b) Diabetes insipidus

Diabetes insipidus adalah gangguan yang menyerang salah satu organ ginjal. Penderita
diabetes insipidus mengeluarkan urine terlalu banyak karena kekurangan hormon ADH
(Anti Diuretic Hormone). ADH adalah sejenis hormon yang mengatur proses
reabsorpsi cairan pada ginjal. Kekurangan hormone ADH ini dapat menyebabkan
jumlah urine meningkat hingga 30 kali lipat. 

c) Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan kondisi di mana ginjal tidak berfungsi secara normal, tidak
dapat menyaring zat sisa metabolisme, tidak mampu mengontrol jumlah air
dan elektrolit dalam darah, dan tidak bisa mengendalikan tekanan darah yang membuat
racun dan cairan berbahaya akan terkumpul di dalam tubuh. Gejala dari penyakit ini
biasanya mudah lelah, sesak napas, lemas, dan kehilangan nafsu makan.

d) Pielonefritis

Pielonefritis atau infeksi ginjal merupakan komplikasi dari infeksi saluran kemih yang
terjadi karena berpindahnya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Penyakit atau
kelainan ini biasanya disebabkan oleh bakteri E. coli yang terdapat pada kotoran
manusia. 

e) Uretris

Uretris adalah peradangan pada ureter yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun
virus. Gejalanya pada pria adalah adanya darah pada urine dan air mani. Selain itu
terdapat rasa terbakar ketika buang air kecil. Pada wanita, gejalanya adalah sakit perut,
nyeri ketika buang air kecil, dan demam.

f) Radang ginjal

Radang ginjal atau nefritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan


autoimun atau infeksi bakteri yang dapat memengaruhi fungsi ginjal. Kondisi ini dapat
terjadi pada area di dalam ginjal, seperti glomerulus, tubulus, atau jaringan interstitial
renal.

2. Kulit
a) Jerawat

15
Jerawat merupakan gangguan yang terjadi pada kulit yang disebabkan oleh aktivitas
kelenjar lemak yang berlebihan, gangguan pada proses pengelupasan kulit, serta bakteri
di permukaan kulit.

b) Kusta

Kusta merupakan kelainan yang disebabkan oleh “mikrobacterium leprae” dan


ditandai dengan benjolan-benjolan kecil berwarna merah muda atau ungu pada kulit.

c) Kusam
Kusam merupakan gangguan pada kulit yang terjadi akibat paparan sinar matahari
secara langsung.
d) Panu
Panu ini biasanya disebabkan oleh jamur yang ada di lipatan-lipatan kulit manusia yang
juga dipicu oleh kelembapan udara sekitar. Panu biasanya ditandai dengan gejala-gejala
seperti, kulit bersisik dan berwarna putih.
3. Paru-paru
a) Pneumonia
Pneumonia atau radang paru-paru adalah penyakit menular yang disebabkan karena
adanya infeksi akibat bakteri (Streptococus dan Mycoplasma pneumoniae) yang
menyebabkan infeksi jaringan paru-paru. Penyakit ini memiliki gejala utama yaitu
batuk dengan dahak yang mengeluarkan darah, sesak napas, nyeri dada, dan demam
yang tinggi.
b) Legionnaries
Legionnaries adalah penyakit pada paru-paru yang disebabkan bakteri legionella
pneumophilia yang hamper mirip dengan pneumonia. Bakteri ini merupakan bakteri
yang berbentuk batang yang tumbuh sangat cepat dan ditemukan di sebagian besar
sumber air.
c) TBC (Tuberculosis)
Penyakit ini disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan
paru-paru. Gejala TBC biasanya deman, batuk-batuk, dan nafsu makan menurun.
d) Bronchitis
Bronchitis merupakan peradangan yang terjadi pada cabang-cabang paru-paru yang
disebut bronkus akibat infeksi virus. Virus ini biasanya menular melalui air percikan
dahak dari penderita bronchitis.

16
e) Pneumotoraks
Penyakit ini terjadi pada selaput pada paru-paru yang disebut pleura. Penyakit ini
terjadi karena membrane pleura tertembus dan menyebabkan udara masuk ke dalam
rongga pleura sehingga paru-paru menjadi mengempis. Hal ini sangat berbahaya dan
bisa mengancam jiwa seseorang.
f) Asma
Asma merupakan kelainan berupa penyempitan saluran udara pada paru-paru. Gejala
asma biasanya dipicu oleh kotoran atau debu-debu yang terhirup. Penyebab lainnya
seperti, asap rokok, bulu hewan, dan udara dingin.
4. Hati
a) Penyakit kuning
Penyakit kuning disebabkan karena kadar pigmen empedu (billirubin) pada darah yang
melebihi batas normal akibat kelainan sel dan peradangan. Penyakit ini ditandai dengan
kondisi kulit dan mata yang menguning.
b) Sirosis
Penyakit ini merupakan kondisi dimana terbentuknya luka atau jaringan di hati yang
bersifat kronis dan dapat memicu kegagalan fungsi hati. Kondisi tersebut timbul karena
kebiasaan meminum minuman beralkohol.
c) Hepatitis A
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang memicu peradangan
hati. Virus ini biasanya menular melalui feses, air, dan makanan. Selain itu berhungan
seks dengan penderita hepatitis A ini juga akan menularkan penyakit ini.
d) Hepatitis B
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menular melalui
darah, cairan tubuh, dan luka. Jika semakin parah virus ini juga dapat mengakibatkan
kegagalan hati dan kanker hati.
e) Hepatitis C
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C yang dapat menyebabkan
pembengkakan hati. Jika semakin parah, virus ini akan mengakibatkan kegagalan hati,
sirosis, dan kanker hati.
f) Kanker hati
Kanker hati adalah kondisi pada saat sel hati yang mengalami mutasi dan tidak dapat
dikendalikan yang menyebabkan kanker. Penyebab penyakit ini juga dapat melalui
penyakit hepatitis B dan hepatitis C yang sudah semakin kronis.
17
E. Upaya pencegahan pada penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi

Penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi dapat menyebabkan ketidak-optimalan


fungsi organ dari sistem ekskresi tersebut. Maka dari itu, diperlukan upaya pencegahan
terhadap penyakit dan kelainan tersebut agar organ-organ sistem ekskresi dapat bekerja
dengan optimal. Berikut ini merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit dan kelainan
organ-organ sistem ekskresi.
a. Ginjal

Gangguan ekskresi pada ginjal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
bakteri, kurang minum air putih, kurang berolahraga, dan lain sebagainya. Upaya
pencegahan terhadap penyakit dan kelainan pada organ ginjal dapat dilakukan yaitu
dengan cara memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit ginjal. Upaya
pencegahan lainnya yang dapat dilakukan yaitu :

- Menjaga kebersihan.
Saluran pengeluaran dari hasil ekskresi ginjal adalah uretra. Mulut luar uretra
terletak berdekatan dengan anus. Anus yang merupakan tempat pengeluaran
sampah makanan hasil pengolahan dalam sistem pencernaan ini mengandung
banyak sekali bakteri, salah satu diantaranya yaitu bakteri Esteria colli.
Kebersihan area ureter harus dijaga untuk mencegah terjadinya infeksi oleh
bakteri pada ginjal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara ketika selesai buang
air kecil (BAK) ataupun buang air besar (BAB) membasuh dengan air
mengalir yang bersih dan membasuhnya kearah bawah agar bakteri di area
anus tidak terbawa tangan ke area atas (ureter).
- Minum air putih yang cukup.
Mempertahankan osmolaritas cairan antar sel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan yang melebihi atau kurang dari normal adalah salah satu fungsi
ginjal. Maka dari itu, untuk pencegahan ginjal bekerja terlalu keras karena
kekurangan atau kelebihan cairan dalam tubuh maka baiknya minum air putih
sebanyak 8 gelas sehari atau kurang lebih 2300 ml/hari.
- Tidak mengkonsumsi garam secara berlebihan.
Mempertahankan keseimbangan garam adalah salah satu tugas ginjal. Jika
terjadi kelebihan maupun kekurangan garam di dalam tubuh, maka ginjal akan

18
menyeimbangkannya. Menurut United Kingdom Refence Nutrient Intakes,
tubuh normal membutuhkan minimal 575 mg sodium dam maksimal 1.600 mg
per hari. Maka dari itu, untuk mencegah penyakit dan kelainan pada ginjal
sebaiknya konsumsi garam diperhatikan dengan benar.
- Rutin berolahraga.
Olahraga yang rutin dapat membantu sistem di dalam tubuh berjalan dengan
baik. Jika tubuh mendapatkan metabolisme yang baik dari hasil olahraga,
maka peredaran darah pun akan lancar. Hal tersebut akan berpengaruh pada
ginjal, dimana ginjal tidak akan bekerja terlalu keras yang menyebabkan lelah
untuk melakukan sistemnya.
b. Kulit

Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi yang menngeluarkan keringat sebagai hasil
pengeluarannya. Menjaga kulit agar tetap terawatt dan bersih merupakan salah satu
upaya agar kulit terhindar dari penyakit dan kelainan. Upaya pencegahan terhadap
penyakit dan kelainan pada kulit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Menjaga kebersihan kulit.


- Menjaga kelembapan dari kulit.
- Membersihkan wajah secara rutin. Dengan membersihkan kulit secara rutin,
maka minyak ataupun kotoran di kulit akan bersih dan dapat mencegah
penyakit pada kulit seperti jerawat dan lain sebagainya.
- Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
- Menghindari paparan langsung dari sinar matahari dalam waktu lama.
Terutama pada pukul 10.00-14.00.
c. Paru-paru

Paru-paru berfungsi untuk sistem pernafasan dan juga bagian dari sistem ekskresi
yang berfungsi untuk pengeluaran udara yang telah dihirup hidung. Upaya
pencegahan terhadap penyakit dan kelainan pada paru-paru dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :

- Memakai masker saat bepergian.


Saat bepergian umumnya akan terdapat udara yang kotor di sekitar kita ,
terutama jika di daerah perkotaan. Ketika hidung menghirup udara yang kotor

19
dan tercemar maka akan berpengaruh pada terganggunya sistem dalam paru-
paru. Untuk mencegah hal tersebut, maka hendaknya hidung dilindungi
dengan memakai masker agar gas atau zat berbahaya dalam udara yang kotor
tidak langsung masuk ke dalam saluran pernafasan.
- Tidak merokok.
Di dalam rokok terkandung karbon monoksida yang membahayakan paru-paru
apabila dihirup. Menurunnya fungsi fisiologis paru-paru adalah salah satu hal
yang akan timbul karena kebiasaan merokok.
d. Hati

Hati merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh. Salah satu penyakit pada
organ hati yaitu hepatitis. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada
jaringan hati. Beberapa upaya untuk pencegahan hepatitis adalah dengan melakukan
vaksin hepatitis, meminimalkan interaksi dengan individu ataupun lingkungan
individu yang terinfeksi hepatitis, dan turut serta mendukung Germas. Agar terhindar
dari penyakit dan kelainan pada organ hati yang lainnya, maka dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut :

- Menghindari kebiasaan minum minuman beralkohol.


Salah satu penyakit atau kelainan pada hati adalah sirosis. Salah satu faktor
penyebab sirosis yaitu kebiasaan minum minuman beralkohol. Maka dari itu,
kebiasaan tersebut harus dihindari.
- Menjalani pola hidup yang sehat.
Dengan menjalani pola hidup sehat seperti tidak merokok, mengkonsumsi
makanan dan minuman yang sehat, dan juga kebiasaan sehat yang lainnya
maka akan membantu mencegah penyakit dan kelainan pada organ hati.

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa struktur dan fungsi bagian-bagian ginjal yaitu, arteri renalis sebagai
pembuluh darah yang membawa darah menuju ginjal, vena renalis sebagai pembuluh darah
yang membawa darah meninggalkan ginjal, nefron untuk menghasilkan urin sebagai zat sisa
dan lain sebagainya. Kulit berfungsi sebagai alat eksresi yang mengeluarkan keringat sebagai
hasil pengeluarannya. Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis. Beberapa

20
struktur dan fungsi bagian-bagian dari paru-paru yaitu, bronkus sebagai penghubung antara
paru-paru kiri dan paru-paru kanan dengan trakea, trakea sebagai tempat saluran pernapasan
dilangsungkan, dan lain sebagainya. Hati merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh.
Hati disebut kelenjar karena menghasilkan empedu (exokrin) dan juga mengeluarkan hasil
produksi makanan (endokrin). Hati terletak di ragio, hypochondrium kanan epigastrium, dan
sebagian besar tertutup dinding thorax. Bagian atas hati tertutup diafragma dan mencapai
ketinggian iga kelima kanan.

Mekanisme pada sistem ekskresi hewan diantaranya dapat dilihat pada hewan yang
mengeluarkan limbah nitrogen sebagai ammonia. Mekanisme pada sistem ekskresi hewan
invertebrata diantaranya dapat dilihat pada protozoa yang mengeluarkan sisa metabolisme
dengan cara difusi. Mekanisme pada sistem ekskresi hewan vertebrata dapat dilihat pada
pisces (ikan) yang memiliki alat pengeluaran yang terdiri dari insang, kelenjar, dan ginjal
yang menjalankan fungsinya masing-masing. Mekanisme sistem ekskresi manusia pada ginjal
dapat dilihat pada pembentukan urin yang terdiri dari 3 tahap yaitu penyaringan (filtrasi,
penyerapan kembali (reabsorpsi), dan pengumpulan (augmentasi). Mekanisme sistem
ekskresi manusia pada paru-paru dapat dilihat pada karbon dioksida dan air hasil
metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari
jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Mekanisme sistem
ekskresi manusia pada hati dapat dilihat pada hati yang menghasilkan empedu serta
merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin. Mekanisme sistem ekskresi manusia
pada kulit dapat dilihat pada proses ekskresi yang terjadi pada lapisan kulit yaitu dermis.
Kulit mengeluarkan zat sisa melalui kelenjar keringat yang diatur oleh hipotalamus (otak).

Penyakit dan kelainan pada sistem ekskresi pada ginjal diantaranya yaitu, batu ginjal,
diabetes insipidus, gagal ginjal, dan lain sebagainya. Sedangkan penyakit dan kelainan pada
sistem ekskresi pada kulit diantaranya yaitu, jerawat, kusta, kusam, dan panu. Penyakit dan
kelainan pada sistem ekskresi pada paru-paru diantaranya yaitu, pneumonia, legionnaries,
TBC (tuberculosis), bronchitis, pneumotoraks, dan asma. Sedangkan penyakit dan kelainan
pada sistem ekskresi pada hati diantaranya yaitu, penyakit kuning, hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C, dan lain sebagainya.

Upaya pencegahan terhadap penyakit dan kelainan pada organ ginjal dapat dilakukan
yaitu dengan cara memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit ginjal, menjaga
kebersihan, minum air putih yang cukup dan rutin berolahraga. Upaya pencegahan terhadap

21
penyakit dan kelainan pada kulit dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kulit,
menjaga kelembapan dari kulit dan menghindari paparan langsung dari sinar matahari dalam
waktu lama (terutama pada pukul 10.00-14.00). Upaya pencegahan terhadap penyakit dan
kelainan pada paru-paru dapat dilakukan dengan cara memakai masker saat bepergian dan
tidak merokok. Beberapa upaya untuk mencegah penyakit dan kelainan pada hati dapat
dilakukan dengan cara menghindari kebiasaan minum minuman beralkohol, dan juga
menjalani pola hidup yang sehat.

B. Penutup

Demikian makalah ini kami susun. Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang telah memberikan partisipasinya serta saling memotivasi dalam tiap penyelesaian
makalah ini dan saling mengingatkan bilamana terjadi kesalahpahaman diantara kita.
Terimakasih kami ucapkan juga kepada dosen pengampu mata kuliah Kimia Dasar I atas
dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami siap menampung segala saran dan kritik guna
membangun perbaikan makalah ini. Terimakasih atas perhatiannya. Dan semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ade Yonata, Achmad Taruna, N. I., & Fakultas. (2020). Deteksi dini dan pencegahan
penyakit gagal ginjal kronik. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ruwa Jurai Deteksi, 5(1), 62–65.

Alifiandri, T. (2019). Pencegahan Hepatitis sebagai Upaya Optimalisasi Kesehatan


Masyarakat dalam Era Bonus Demografi. https://doi.org/10.31227/osf.io/zjhb3

Campbell, N., & Reece, J. (2012). Campbell Biology Eighth Edition. New York: Pearson
Education.

Kalangi, Sonny J.R. (2013). Histofisiologi Kulit. Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado, S12-S19.

Kurniawan, B., Prabowo, M., Parasitologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016).
Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies. 5(April), 63–68.

Urry, L., Michael, L., Steven, A., Peter, V., & Jane, B. (2016). Campbell Biology Eleventh
Edition. New York: Pearson Education.

Wahyuni, D. (2013). Identifikasi Fungsi Ginjal Dan Upaya Peningkatan Kesadaran Untuk
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Tubuh. Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 1(2), 36–42.
https://doi.org/10.37061/jps.v1i2.1548

23

Anda mungkin juga menyukai