Anda di halaman 1dari 2

Ruh seorang guru

Setelah ia kembali dan meninggalkan bekas lekukan di wajahnya, aku hanya diam dan berusaha
tersenyum tanpa kata. Tak ada yang mampu terucap selain hatiku saja yang bicara. “Ya Allah,
kupasrahkan anak ini padaMu.”

Karena di kondisinya yang seperti ini, nasehat hanya akan menjadi omong kosong dan bentakan menjadi
penghancur baginya. Kupikir tidak ada kata yang pas selain doa.

Capek mungkin tidak, hanya bingung dan khawatir salah melangkah.

Awan mendung berkumpul, angin menerbangkan debu di permukaan paving, menggantikannya dengan
debu yang baru. Waktu sedikit demi sedikit berjalan, satu persatu berganti peran dalam hitungan detik ke
menitnya, sehingga mampu menyempurnakan hari yang akan terlewati ini. Pukul lima lebih sepuluh.
Lebih sepuluh menit dari waktu formal halaqoh ditutup.

“ustadzah nggak capek?” salah satu anak bertanya setelah halaqoh usai dibubarkan. Dan aku
memanggilnya Rafifah. Anak pindahan dari sekolah lain.

“ Seharian halaqohh, terus.” Lanjutnya. Aku tersenyum. Anak ini yang terkenal bawel dan suka ngomel
diantara teman temannya yang lain. Tapi tidak untuk sore ini.

“Menurut Rafifah, kalau ada ustadzah yang suka bentak-bentak, marah-marah, tiba-tiba ngomel di depan
Rafifah, gimana perasaan Rafifah? Seneng? Atau ikut jengkel?”

“Ya kesel lah ustadzah. Kesel banget!” jawabnya tanpa kalah ekspresi.

“Pun sebaliknya. Kaya misal, ada hal hal lucu di sekitar kita, kita ketawa meski mungkin hal itu bukan
untuk kita. kalau ada temen yang baik kita jadi senang . teman yang rajin, kita jadi keikut rajin.” Sejauh
ini dia mangguk –mangguk mengerti.

“Nah, kalau kalian rajin di halaqoh, tertib, semangat setor, tetap berusaha meski berkali kali ustadzah
minta ulangi tiga kali, lima kali bahkan sepuluh kali nggak ada kata capek apalagi bosan. Karena Rafifah
tau sendiri, bahwa sikap seseorang mampu menulargan energy untuk orang lain. dekati orang orang rajin,
jangan lepaskan mereka yang pantang menyerah. Disana ada energy positif yang besar untuk Rafifah.
Rafifah pengenkan jadi orang yang energinya positif?” ku lihat matanya berbinar dan mangguk mangguk
mantap. Lucu sekali.

“Jazakumullah khairan ustadzah.” Ucapnya sambil terseyum, manis sekali. Aku jadi lupa kalau tadi
sempat bingung mengadapi salah satu anak.

“Aamiin.waiyyakum”

Mendung semakin gelap didukung dengan hari yang semakin petang. Aku teringat pesan guru kami,
bahwa setiap manusia ingin kehidupan mudah yang memberi hasil yang wah. Seperti beramal yang
termudah namun mendapat hadiah berupa jannah. Namun beliau mengecualikan,

Anda mungkin juga menyukai