Dosen :
Mauna M.Psi
Anggi Mayangsari, M.Psi., Psikolog
Disusun oleh :
PRODI PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah karena berkat rahmat dan karunianya
sehingga Tes Psikologi makalah dengan materi “Asesmen Bayi dan Anak Prasekolah” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Pengantar Tes Psikologi semester tiga pada Program Studi Psikologi.
Kemudian kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Tes
Psikologi, yaitu Bu Mauna, M.Psi dan Mba Anggi Mayangsari, M.Psi., Psikolog yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa juga kami
ucapkan terimakasih kepada teman-teman kelompok tiga yang telah bekerja sama dan
memberikan usaha maksimalnya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh sebab itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...1
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………….3
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………….5
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...25
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen bayi dan anak prasekolah?
2. Apa saja manfaat dan tujuan asesmen bayi dan anak prasekolah?
3. Apa saja skala pengukuran yang digunakan dalam asesmen bayi?
4. Apa saja alat ukur yang digunakan dalam asesmen anak prasekolah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Tugas perkembangan masa bayi yaitu belajar belajar makan makanan padat, belajar
berjalan, belajar bicara, dan belajar menguasai alat pembuangan kotoran.
Periode bayi dan prasekolah mencakup sejak kelahiran hingga sekitar usia 6
tahun. Terdapat banyak perubahan selama periode ini. Bayi mengembangkan
refleks refleks dasar, menguasai titian-titian perkembangan (menggenggam,
merangkak, duduk, berdiri,dan seterusnya),mempelajari bahasa, dan membentuk
kemampuan berpikir simbolik. Bagi sebagian besar anak,pola dan laju
perkembangan ini muncul dalam batasan yang normal.
Meskipun demikian, orang tua dan para profesional yang terlatih dalam
asesmen bayi dan anak prasekolah terkadang menjumpai anak-anak yang
perkembangannya tampaknya lambat, terhambat, atau bahkan jelas-jelas
mengalami retardasi. Terdapat juga anak-anak yang perkembangannya melebihi
anak-anak seusianya; anak-anak yang mencapai titiantitian perkembangan lebih
cepat beberapa bulan atau beberapa tahun melampaui jadwal normatifnya.
6
- Mengeksplorasi dampak hubungan antara orang tua dan bayi.
- Memberikan bimbingan orang tua agar mampu memahami perannya lebih baik
lagi.
NBAS digunakan untuk bayi usia minggu pertama pasca kelahiran hingga usia 2
bulan, yang dalam prakteknya terdapat 28 soal sebagai indikator untuk menilai
perilaku pada bayi seperti:
- Respon terhadap cahaya saat intensitasnya dikurangi
- Orientasi terhadap stimulus visual yang tidak bergerak
- Kemudahan anak saat diemong (cuddle)
- Kemudahan anak saat dihibur
Kemudian terdapat 18 soal lanjutan dalam menilai kondisi neurobiologis untuk
mengeksplorasi kemampuan gerak dan refleks, seperti:
- Refleks menghisap
- Refleks mencium
- Refleks gerakan kaki
- Refleks genggaman
Dalam ranah klinis NBAS digunakan untuk memberikan pemahaman serta
umpan balik bagi orang tua dalam mengasuh anak. Meningkatkan kepekaan orang
tua terhadap keunikan bayi mereka dan mendorong hubungan positif bagi orang tua
dalam mengasuh bayi. Dan khusus bagi ibu, memberikan pengetahuan dan
antisipasi saat bayi merespon stimuli negative dari lingkungan sekitar. Hawthorne
(2009) mendeskripsikan aplikasi klinis instrumen tersebut sangat berguna untuk
mempromosikan strategi pengasuhan dan hasilnya sukses, meskipun Britt dan
Myers (1994) memberikan respon yang kurang optimis karena adanya hasil yang
inkonsisten dalam ranah interaksi orang tua - bayi, perkembangan bayi serta sikap
kepuasan orang tua.
7
Communication (Komunikasi Ekspresif) dan Receptive Communication
(Komunikasi Reseptif) serta memiliki skor komposit (skor skala secara
keseluruhan).
❖ Motor Scale (Skala Motorik): 138 soal yang berkaitan dengan keterampilan
motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Soal-soal ini meliputi
manipulasi objek, keterampilan fungsional tangan, kontrol postur, pergerakan
dinamik, dan perencanaan motorik. Skala ini memberikan skoring terpisah
bagi Gross Motor (Motorik Kasar) dan Fine Motor (Motorik Halus), serta
memiliki skor komposit.
❖ Social-Emotional Scale (Skala Sosial-Emosional): 35 soal yang meliputi
penggunaan emosi secara interaktif dan bermakna, kemampuan
mengungkapkan perasaan, dan koneksi antara ide dan emosi. Skala ini tidak
memuat subtes-subtes yang terpisah.
❖ Adaptive Behavior Scale (Skala Perilaku Adaptif): Para pengasuh bayi
mengisi item-item pada skala 4 poin, yakni 0 (is not able1-tidak mampu), 1
(never when needed-tidak pernah
Hasilnya, instrumen tes ini menghasilkan profil skor yang berguna untuk
diagnosis bayi dengan tujuan perbandingan individual. Dengan hasil akhir tersebut,
menampakkan alur pada area-area tertentu pada bayi yang memerlukan intervensi dan
penanganan.
8
sebagai DAS-II, sekarang terdiri dari 20 subtes kognitif terbagi menjadi tiga
berdasarkan umur:
1. Early Years Battery (tingkat bawah) bagi usia 2-6 hingga 3-5
2. Early Years Battery (tingkat atas) bagi usia 3-6 hingga 6-11 tahun
3. School-Age Battery bagi usia 7-10 tahun hingga 7-11 tahun.
Subtes inti
9
Matriks Penalaran abstrak, mendeduksi GCA, kemampuan
pola yang hilang dalam matriks penalaran nonverbal
Subtes Diagnostik
10
WPPSI-III ini dibagi dalam dua rentang usia yaitu:
1. Usia 2-6 tahun sampai 3-11 tahun. Mencakup 4 subtes dan 1 subtes supplemental
(tambahan). Rangkaian subtes ini terdiri dari pengukuran IQ verbal dan
pengukuran IQ performance, seperti menyusun balok dan menata objek serta
ditambah subtes menamai gambar sebagai tambahan untuk pengukuran IQ verbal.
2. Usia 4 tahun hingga 7,3 tahun. Yang pengukurannya lebih rumit dan kompleks,
yang terdiri dari 7 subtes inti, 5 subtes supplemental dan 2 subtes opsional.
Informasi
Lisan (verbal) Inti (Core) Kosakata
Penalaran
Supplemental (Tambahan) Pemahaman
Kesamaan
Supplemental (Tambahan)
Menyelesaian gambar
Menata objek
Supplemental (Tambahan)
Kosakata
Komposit bahasa umum Opsional (Pilihan)
reseptif
Menamai
Gambar
11
(Stanford Binet edisi 5) digunakan gabungan subtes dari Early SB5 dan Tes
Observation Checklist (TOC). TOC sendiri bersifat kualitatif dan terstruktur yang
menginformasikan ragam perilaku anak termasuk ketidakpatuhannya terhadap
intruksi yang pada akhirnya mempengaruhi hasil skor tes.
Dalam menjalankan tes, perilaku anak dinilai berdasarkan daftar TOC yang kemudian
dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Karakteristik, berbagai perilaku umum yang sering dijumpai dalam berbagai
situasi.
2. Khusus, perilaku-perilaku tertentu yang hanya muncul pada sesi-sesi tes.
Pada usia anak pra-sekolah, tingkatan skor kinerja dan kemampuan anak
berada jauh dibawah kemampuan yang sesungguhnya dikarenakan berbagai masalah
perilaku seperti:
1. Ketidakpatuhan pada instruksi
2. Distraksi
3. Frustasi karena mood negatif
12
3. Mengevaluasi program dan memonitor kebutuhan anak.
4. Sebagai wujud tanggung jawab
Kemudian, asesmen juga bermanfaat untuk menentukan sukses tidaknya program yang
diberikan.
Awal 1970-an lahir undang-undang federal. Tahun 1973, Public Law 93-112
disahkan yang berisi larangan diskriminasi berdasarkan kecacatan. Dua tahun
kemudian, Education for All Handicapped Children Act (Public Law 94-142)
13
disahkan, menetapkan bahwa anak-anak cacat usia sekolah harus mendapatkan
pendidikan dan asesmen yang layak.
❖ TES NIRBAHASA
Tes nirbahasa (tes bebas bahasa) melibatkan sedikit (atau tidak sama sekali)
tindakan menulis atau berbicara dari pihak penguji sekaligus partisipan. Tes ini sangat
cocok digunakan untuk melakukan asesmen terhadap orang yang tidak menguasai
bahasa pembuat tes, orang dengan hambatan bicara atau keterampilan bahasa yang
terbatas. Tes ini juga dapat digunakan pada orang yang norma.
Merupakan revisi terbaru dari sebuah tes nonverbal klasik dan popular.
Tes ini mengungkap inteligensi, dan juga asesmen dalam masalah atensi.
Dapat digunakan pada anak-anak autis, penderita cedera otak traumatis,
gangguan berbicara, gangguan pendengaran, atau anak dari lingkungan yang
terbelakang.
14
Tujuan Goodenough-Harris Drawing Test adalah mengukur
kematangan intelektual. Panduan skoring memberikan penekanan pada
ketepatan observasi dan perkembangan pemikiran konseptual. Sang anak
mendapatkan poin bila ia menyertakan bagian-bagian tubuh dan detail-
detailnya. Tujuh puluh tiga item soal yang dapat diskor selanjutnya
ditransformasi ke dalam sebuah skor terskala dengan mean umum sebesar 100
dan standar deviasi sebesar 15. Naglieri (1988) mengkritik dan
mengembangkan sistem skoring kuantitatif dan melakukan reka ulang
terhadap norma prosedur tes menggambar figure manusia. Sistem skoring
tersebut bernama The Draw A Person: A Quantitative Scoring System (DAP).
· Bead Patterns
· Block Patterns
· Memory for Color
· Completion of Drawings
· Picture Identification
· Memory for Digits
· Picture Association
· Puzzle Blocks
· Paper Folding
· Picture Analogies
· Visual Attention
· Spatial Reasoning
15
yang berat. Instruksi diberikan secara pantomime, dan partisipan menjawab
dengan menunjuk ke satu dari enam pilihan jawaban. Soal-soal TONI-3 dapat
digolongkan menjadi sejumlah kategori, seperti berikut ini:
● Simple Matching
● Analogies
● Classification
● Intersection
Sejumlah tes yang dianggap bermutu tinggi bagi orang yang mengalami
gangguan penglihatan yaitu Perkins-Binet (adaptasi dari Stanford-Binet); Haptic
Intelligence Scale for the Adult Blind (HISAB), sebuah modifikasi dari subtes
16
Wechsler Performance, dan Blind Learning Aptitude Test (BLAT), sebuah
instrument berbasis Braille untuk mengukur formasi konsep dan penalaran abstrak.
17
bahasa isyarat yang digunakan =memiliki beragam karakteristik dalam kontinum
multidimensional,yang mencakup beragam gaya,variasi leksikal,struktus condong
atau sebaliknya,berbeda dari urutan kata-kata dalam bahasa inggris= (Braner dkk.,
1998, hal.299).Akibatnya tidak semua tunarungu cocok untuk diterapkan tes yang
dikembangkan oleh ASL.Untuk mendapatkan validitas dan keakuratan asesmen
terhadap tunarungu maka dibutuhkan psikolog yang mendalami dan mempunyai
pengalaman serta pelatihan dalam dunia tunarungu (deaf culture).
18
IQ yang rendah tidak cukup untuk digunakan sebagai dasar atau patokan diagnosis
disabilitas intelektual hal ini dikarenakan disabilitas intelektual harus mencakup kriteria
kedua yaitu adanay hambatan dalam perilaku adaptif yang terekspresikan dalam
ketrampilan konseptual,sosial dan praktis yang sudah muncul antara periode
perkembangan hingga usia 18 tahun.
19
a. Scales of Independent Behavior-Revised (Dear Olivier Ananda)
20
disajikan dalam 6 kategori yaitu,mobilitas,perawatan diri,kebersihan dan keamanan
rumah,makanan,sosial dan komunikasi,dan akademik aktif (Walls, Zane, & Thvedt,
1979).ILBC merupakan instrumen tes yang sama sekali tidak normatif tujuannya
yaitu memudahkan pelatihan bagi peserta tes individual dalam menerapkan
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri.ILBC tidak memberikan rentang
usia yang khusus tetapi instrumen ini sesuai bagi orang yang berusia 16 tahun hingga
dewasa dan ILBC juga berfokus pada hal-hal yang bisa dilakukan oleh para peserta
tes dan bukan untuk membandingkan peserta tes dengan orang lain.ILBC menerapkan
suatu perilaku,kondisi dan standar yang khusus bagi setiap keterampilan.Seperti
contoh,sebuah item berjudul Rubber Scraper (Pengerik Karet) memuat 3 hal yaitu:
Inventory for Client and Agency Planning (Hill, 2005) adalah salah satu tes
yang paling banyak digunakan secara luas.Tes ini cocok untuk anak-anak dan orang
dewasa yang mengalami retardasi mental,orang-orang yang mengalami kecacatan saat
sudah dewasa dan orang-orang lanjut usia yang membutuhkan perlakuan
khusus.Fokus instrumen ini adalah untuk menentukan kebutuhan layanan khusus para
kaum difabel.Tes ini berbentuk booklet 16 halaman yang mengevaluasi perilaku
adaptif,maladaptif dan kebutuhan atau dukungan khusus.Dalam tes ini,perilaku
adaptif diberi rentang dari skala 0 sampai 3.Asesmen perilaku adaptif dilakukan
dengan prosedur yang lebih rumit,menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara
lanjutan.Tekn ik ini meningkatkan reabilitas subskala perilaku adaptif menjadi r =
0,80.Yang mana berarti baik daripada subskala instrumen lainnya dengan reabilitas
lebih rendah.
21
100.Skor menunjukan intensitas pengawasan,pelatihan dan supervisi yang dibutuhkan
klien,semakin rendah maka semakin tinggi kebutuhannya dan sebaliknya jika semakin
tinggi maka semakin rendah kebutuhannya.Data hasil tes ICAP sering disertakan
dalam database oleh pembuat tes hal ini dikarenakan Service Score dalam tes ICAP
juga dirancang untuk memprediksi biaya dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam
pemberian pelayanan khusus.Di Amerika Serikat,ICAP dihubungkan kepada
departemen- departemen pelayanan sosial untuk menentukan kelayakan dan kriteria
pelayanan khusus.Hal ini adalah consequential testing yang mana nasib kaum difabel
berhubungan dengan ICAP yang terhubung dengan departemen-departemen
pelayanan kaum difabel.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran orangtua sangat diperlukan dalam masa perkembangan sang anak, orang tua
perlu mengawasi bagaimana sang anak dalam berkembang dan bertumbuh. Pemahaman
mengenai asesmen terkait juga dibutuhkan bagi sang pendamping anak untuk memfasilitasi
segala kebutuhan dan memahami bagaimana anak berkembang, sebab hal tersebut merupakan
tanggung jawab orangtua.
23
partisipan dan dirancang sedemikian rupa agar semua partisipan tetap mendapatkan hak dan
kesetaraan dalam setiap tes asesmen.
24
DAFTAR PUSTAKA
25